I. Orientasi Umum
A.
Pendahuluan
Pendekatan postmodern jangan dimaknai sebagai periode perkembangan sesuatu
negara, yang membawa konsekuensi bahwa pendekatan yang penulis ketengahkan di bagian
ketiga ini tidak berlaku dan tidak berguna bagi pengembangan ilmu di negara berkembang.
Karakteristik posmo dalam pengembangan ilmu adalah karakteristik sikap ilmiah dalam
memaknai perubahan soaial masyarakat. Untuk memahami laju percepatan perubahan sosial
yang luar biasa membuat kita perlu mencari terus filsafat, teori, dan metodologi
pengembangan ilmu yang tepat. Di samping itu mengenal karakteristik posmo tidak hanya
untuk mengubah sikap ilmiah, melainkan juga dimaksudkan agar substansi telaahnya dikenal
baik, dan selanjutnya diolah dengan lebih baik.
B.
Fokus Posmo
Konsep posmo pertama kali muncul di lingkungan gerakan arsitektur. Arsitektur
modern berorientasi pada fungsi struktur, sedangkan arsitektur posmo berupaya menampilkan
makna simbolik dari konstruksi dan ruang. Sejumlah ahli mendeskripsikan posmo sebagai
menolak rasionalitas yang digunakan oleh para fungsionalis, rasionalis, interpretif, dan teori
kritis. Menurut pencermatan penulis posmo bukan menolak rasionalitas tetapi tidak
membatasi rasionalitas pada yang linier, tidak membatasi pada yang standar termasuk yang
divergen, horizontal, dan heterarkhik tetapi lebih menekankan pada pencarian rasionalitas
aktif kreatif. Bukan mencari dan membuktikan kebenaran, melainkan mencari makna
perspektif dan problematis, logika yang digunakan adalah logika unstandard menurut
Borcherts (1996), logika discovery menurut penulis (1998), atau logika inqury menurut
Conrad (1993).
D.
Pendahuluan
Dua istilah yang penulis gunakan dapat saling dipertukarkan, yaitu: postmodern dan
dekonstruksi. Berfikir posmo pada hakikatnya adalah berfikir dekonstruksi, juga sebaliknya.
Memang, penulis menggunakan dengan tujuan spesifik untuk masing masing. Postmodern
penulis
gunakan
sebagai
nomen
umum
bagi
postmodern,
poststruktural,
dan
B.
sistem ekonomi, teknologi dan okupasional), polity (yang mengatur distribusi kekuasaan dan
penyelesaian konflik kepentingan kelompok dan individu), dan budaya (sebagai wadah
ekspresi simbolisme dan makna). Konsep dasar masyarakat pascaindustri adalah perubahan
struktur sosial, yaitu perubahan dalam struktur ekonomi, teknologi dan okupasional.
Meskipun struktur sosial, budaya dan polity ada saling mempengaruhi; malahan lebih sering
perubahan yang satu menimbulkan problem bagi yang lain. Deskripsi Daniel Bell memfokus
pada dua dimensiyaitu: sentralitas ilmu teoritik dan ekstensi jasa profesional. Inovasi utama
masyarakat posmo adalah aplikasi ilmu teoritik.
C.
berikut dipandang sebagai ekspresi atau aktualisasi materialist atau postmaterialist values.
Klaster pertama berikut lebih mengekspresikan materialist values: ketertiban nasional,
stabilitas harga, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, memiliki militer yang kuat, stabilitas
ekonomi
dan kriminalitas
postmaterialist values: hak bicara masyarakat atas keputusan pemerintah, hak kebebasan
berbicara, hak bicara atas dunia kerjanya dan lingkungan masyarakatnya, membuat kota dan
desanya lebih nyaman, membuat kehidupan masyarakat lebih ramah dan lebih menghargai
ide daripada uang.
D.
memerlukan hadir pada seminar yang menghadirkan Charles Handy ke Jakarta pada akhir
tahun 1992 dari London karena pemikiran pemikirannya pas dengan permasalahan yang
sedang penulis hadapi. Sebagai Rektor Perguruan Tinggi Swasta menghadapi kenyataan
bahwa animo masuk Pendidikan Guru secara nasional merosot terus. Penulis masih dapat
bertahan dalam hal jumlah mahasiswa baru; tetapi karena penulis tingkatkan terus efisiennya,
mahasiswa lama menjadi cepat lulus, dan jumlah total mahasiswa menjadi menurun terus.
Bagaimana itu harus dihadapi? Ternyata dengan kehadiran penulis di seminar itu, penulis
mendapat ide-ide bagus dari Handy. Keuntungan sesuatu institusi yang merosot terus dari
tahun ke tahun memerlukan inovasi kreatif agar arus turun terbendung, dilanjutkan inovasi
kreatif lain lagi untuk memacu naik.
E.
Poststrukturalis Derrida
Para ahli membedakan antara simbol dan tanda. Simbol mempunyai hubungan natural
dengan yang ditunjukkannya, sedangkan tanda bersifat arbriter. Derrida menolak pembedaan
antara tanda dengan simbol. Bagi Derrida simbol ataupun tanda itu bersifat arbriter,
pemaknaannya tidak bersifat logosentris. Makna bahasa dalam suatu teks dapat berbeda
dengan makna dalam teks lain. Mencari makna dapat ditempuh dengan pembacaan heuristik,
dan dapat ditempuh dengan pembacaan hermeunetik. Dalam strukturalis pembacaan sesuai
dengan hukum-hukum logosentrisme, sedangkan pada poststrukturalis pembacaan untuk
mencari makna lebih terbuka, karena setiap tanda itu bersifat arbriter.
F.
Postmodernisme Loytard
Posmo menolak hirarkhi, genealogik, menolak kontinuitas dan perkembangan. Posmo
Postparadigmatik
Dalam
buku
filsafat
ilmu
penulis
memperkenalkan
konsep-konsep
logika