1.
2.
3.
4.
5.
6.
1. Diagnosis
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Amir
Umur
: 12 tahun
Agama
: Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan
:Alamat
: Tanggal datang : II. ANAMNESIS
Keluhan Utama
: Keluar cairan dari telinga kiri.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh keluar cairan pada telinga . Cairan tersebut berwarna kekuningan dan
berbau busuk. Pasien juga mengeluh adanya nyeri telinga. Riwayat batuk pilek dirasakan
sejak 1 minggu sebelum keluar cairan dari telinga dan telinganya pernah kamasukan air sehari
sebelumnya.
Riwayat Penyakit Dahulu
tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada
Riwayat Alergi
Tidak ad
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis
Keadaan umum
: Kesadaran
: Vital Sign
:Tekanan darah : Suhu
:Nafas
:Nadi
: Status lokalis
Telinga : Pemeriksaan otoskop di dapatkan ada cairan serosa, berbau, terdapat bulging
dan erosi di sekitar membrane timpani
IV. DIAGNOSIS BANDING
Otitis Media Serosa Akut
Otitis Media Supuratif Kronik ( OMSK )
V. DIAGNOSIS
Otitis media akut stadium perforasi
VI. PENGELOLAAN DAN TERAPI
Pembersihan liang telinga dengan suction
Pemberian obat cuci telinga H2O2
Pemberian obat oral: Amoxicilin ( Antibiotik )
VII. PROGNOSIS
Quo ad vitam
:
Quo ad functionam :
ad bonam
ad bonam
A. Etiologi
Sumbatan pada tuba eustachius merupakan penyebab utama dari otitis media.
Pertahanan tubuh pada silia mukosa tuba eustachius terganggu, sehingga pencegahan
invasi kuman ke dalam telinga tengah terganggu juga. Selain itu, ISPA juga merupakan
salah satu faktor penyebab yang paling sering. Kuman penyebab OMA adalah bakteri
piogenik, seperti Streptococcus hemoliticus, Staphylococcus aureus, Pneumococcus,
Haemophilus influenza, Escherichia coli, Streptococcus anhemolyticus, Proteus vulgaris,
Pseudomonas aeruginosa. Sejauh ini Streptococcus pneumonia merupakan organisme
penyebab tersering pada semua kelompok umur. Sedangkan Haemophilus influenza
adalah patogen tersering yang ditemukan pada anak di bawah usia lima tahun. Meskipun
juga patogen pada orang dewasa.
Pada anak-anak, makin sering terserang ISPA, makin besar kemungkinan
terjadinya otitis media akut (OMA). Pada bayi, OMA dipermudah karena tuba
eustachiusnya pendek, lebar, dan letaknya agak horisontal.
Anak lebih mudah terserang otitis media dibanding orang dewasa karena beberapa
hal, yaitu: (1)Sistem kekebalan tubuh anak masih dalam perkembangan, (2)Saluran
eustachius pada anak lebih lurus secara horizontal dan lebih pendek sehingga ISPA lebih
mudah menyebar ke telinga tengah. (3)Adenoid (salah satu organ di tenggorokan bagian
atas yang berperan dalam kekebalan tubuh) pada anak relative lebih besar dibanding
orang dewasa. Posisi adenoid berdekatan dengan muara saluran Eustachius sehingga
adenoid yang besar dapat mengganggu terbukanya saluran Eustachius. Selain itu,
adenoid sendiri dapat terinfeksi dimana infeksi tersebut kemudian menyebar ke telinga
tengah lewat saluran Eustachius.
B. Stadium OMA
Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas 5 stadium.
Keadaan ini berdasarkan pada gambaran membran timpani yang diamati melalui liang
telinga luar.
1. Stadium oklusi tuba Eustachius
Tanda oklusi tuba Eustachius ialah gambaran retraksi membran timpani
akibat terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah akibat absorpsi udara.
Kadang-kadang membran timpani tampak normal atau berwarna keruh pucat. Efusi
mungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini sukar dibedakan
dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi.
2. Stadium hiperemis (stadium pre-supurasi)
Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di membran
timpani atau seluruh membran timpani tampak hiperemis serta edema. Sekret yang
telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.
3. Stadium supurasi
Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel
superfisial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani, menyebabkan
membran timpani menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar.
Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi, dan suhu meningkat, serta
rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Apabila tekanan pus di kavum timpani tidak
berkurang, maka terjadi iskemia,akibat tekanan pada kapiler, serta timbul
tromboflebitis pada vena-vena kecil dan nekrosis mukosa dan submukosa. Nekrosis
ini pada membran timpani terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan berwarna
kekuningan, di tempat ini akan terjadi ruptur.
Bila tidak dilakukan insisi membran timpani (miringotomi) pada stadium ini,
maka kemungkinan besar membran timpani akan ruptur dan nanah keluar ke liang
telinga luar. Dengan melakukan miringotomi, luka insisi akan menutup kembali,
sedangkan apabila terjadi ruptur (perforasi) tidak mudah menutup kembali.
4. Stadium perforasi
Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika atau
virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur membran timpani dan pus
keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar. Anak yang tadinya gelisah
sekarang menjadi tenang, suhu badan turun dan anak dapat tertidur nyenyak.
Keadaan ini disebut otitis media akut stadium perforasi.
5. Stadium resolusi
Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani perlahanlahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang
dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah, maka
resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan. OMA berubah menjadi OMSK
bila perforasi menetap dengan sekret yang keluar terus-menerus atau hilang timbul.
OMA dapat menimbulkan gejala sisa (sequele) berupa otitis media serosa bila sekret
menetap di kavum timpani tanpa terjadinya perforasi
C. Patogenesis
Pathogenesis OMA pada sebagian besar anak-anak dimulai oleh infeksi saluran
pernapasan atas (ISPA) atau alergi, sehingga terjadi kongesti dan edema pada mukosa
saluran napas atas, termasuk nasofaring dan tuba Eustachius. Tuba Eustachius menjadi
sempit, sehingga terjadi sumbatan tekanan negatif pada telinga tengah. Bila keadaan
demikian berlangsung lama akan menyebabkan refluks dan aspirasi virus atau bakteri
dari nasofaring ke dalam telinga tengah melalui tuba Eustachius. Mukosa telinga tengah
bergantung pada tuba Eustachius untuk mengatur proses ventilasi yang berkelanjutan dari
nasofaring. Jika terjadi gangguan akibat obstruksi tuba, akan mengaktivasi proses
inflamasi kompleks dan terjadi efusi cairan ke dalam telinga tengah. Ini merupakan
faktor pencetus terjadinya OMA dan otitis media dengan efusi. Bila tuba Eustachius
tersumbat, drainase telinga tengah terganggu, mengalami infeksi serta terjadi akumulasi
sekret di telinga tengah, kemudian terjadi proliferasi mikroba patogen pada sekret. Akibat
dari infeksi virus saluran pernapasan atas, sitokin dan mediator-mediator inflamasi yang
dilepaskan akan menyebabkan disfungsi tuba Eustachius. Virus respiratori juga dapat
meningkatkan kolonisasi dan adhesi bakteri, sehingga menganggu pertahanan imum
pasien terhadap infeksi bakteri. Jika sekret dan pus bertambah banyak dari proses
inflamasi lokal, perndengaran dapat terganggu karena membran timpani dan tulangtulang
pendengaran tidak dapat bergerak bebas terhadap getaran. Akumulasi cairan yang terlalu
banyak akhirnya dapat merobek membran timpani akibat tekanannya yang meninggi.
Obstruksi tuba Eustachius dapat terjadi secara intraluminal dan ekstraluminal.
Faktor intraluminal adalah seperti akibat ISPA, dimana proses inflamasi terjadi, lalu
timbul edema pada mukosa tuba serta akumulasi sekret di telinga tengah. Selain itu,
sebagian besar pasien dengan otitis media dihubungkan dengan riwayat fungsi abnormal
dari tuba Eustachius, sehingga mekanisme pembukaan tuba terganggu. Faktor
ekstraluminal seperti tumor, dan hipertrofi adenoid
D. Gejala Klinis
Gejala klinik otitis media akut tergantung pada stadium penyakit serta umur
pasien. Pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah nyeri telinga, suhu
tubuh tinggi dan biasanya ada riwayat batuk pilek sebelumnya.
Pada anak yang lebih besar atau orang dewasa disamping rasa nyeri terdapat pula
gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau rasa kurang dengar. Pada bayi
dan anak kecil gejala khas OMA adalah suhu tubuh tinggi sampai 39,5 C (stadium
supurasi), anak gelisah dan sulit tidur, tiba-tiba anak menjerit waktu tidur, diare, kejangkejang. Bila terjadi ruptur membran timpani maka sekret mengalir ke liang telinga luar,
suhu tubuh turun dan anak tertidur tenang.
E. Penatalaksanaan
Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya. Tujuan dari pengobatan
yaitu menghilangkan tanda dan gejala penyakit, eradikasi infeksi, dan pencegahan
komplikasi.
Pada stadium oklusi, tujuan terapi dikhususkan untuk membuka kembali tuba
eustachius. Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik untuk
anak <12 thn dan HCl efedrin 1% dalam larutan fisiologik untuk anak yang berumur >12
thn atau dewasa. Selain itu, sumber infeksi juga harus diobati dengan memberikan
antibiotik.
Pada stadium presupurasi, diberikan antibiotik, obat tetes hidung, dan
analgesik. Bila membran timpani sudah hiperemi difus, sebaiknya dilakukan
miringotomi. Antibiotik yang diberikan ialah penisilin atau eritromisin. Jika terdapat
resistensi, dapat diberikan kombinasi dengan asam klavunalat atau sefalosporin. Untuk
terapi awal diberikan penisilin IM agar konsentrasinya adekuat di dalam darah.
Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari. Pada anak diberikan ampisilin 4x50-100
mg/KgBB, amoksisilin 4x40 mg/KgBB/hari, atau eritromisin 4x40 mg/kgBB/hari.
Pengobatan stadium supurasi selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk
dilakukan miringotomi bila membran timpani masih utuh. Dengan miringotomi gejalagejala klinis lebih cepat hilang dan rupture dapat dihindari. Selain itu, analgesik juga
perlu diberikan agar nyeri dapat berkurang.
Miringotomi adalah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani agar terjadi
drainese sekret telinga tengah. Miringotomi dilakukan bila ada cairan yang menetap di
telinga setelah 3 bulan penanganan medis dan terdapat gangguan pendengaran.
Miringotomi harus dilakukan secara a-vue (dilihat langsung), anak harus tenang dan
dapat dikuasai agar membran timpani dapat terlihat dengan baik. Biasanya pada anak
kecil dignakan anastesi umum. Lokasi miringotomi adalah di kuadran posteroinferior.
Pada stadium perforasi, diberikan obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari
serta antibiotik yang adekuat. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi dapat menutup
kembali dalam waktu 7-10 hari.
Stadium resolusi, maka membran timpani berangsur normal kembali, sekret
tidak ada lagi dan perforasi membran timpani menutup. Bila tidak terjadi resolusi
biasanya akan tampak sekret mengalir di liang telinga luar melalui perforasi di
membrane timpani. Pada keadaan ini antibiotik dapat dilanjutkan sampai 3 minggu.
F. Komplikasi
Sebelum ada antibiotika komplikasi dapat terjadi dari yang ringan hingga berat
tetapi setelah ada antibiotika komplikasi biasanya didapatkan sebagai komplikasi dari
otitis media supuratif kronis.
OMA dengan perforasi membran timpani dapat berkembang menjadi otitis media
supuratif kronis apabila gejala berlangsung lebih dari 2 bulan, hal ini berkaitan dengan
beberapa faktor antara lain higiene, terapi yang terlambat, pengobatan yang tidak
adekuat, dan daya tahan tubuh yang kurang baik.
Komplikasi yang dapat terjadi adalah mastoidis, paralisis nervus fascialis,
komplikasi ke intrakranial seperti abses ekstradural, abses subdural, meningitis, abses
otak, trombosis sinus lateralis, otittis hidrocephalus, labirintis dan petrosis
Sumber :
Boies, dkk. 1997. Buku ajar penyakit THT Edisi 6. Jakarta : EGC
Daly KA, Giebink GS.2000. Clinical epidemiology of otitis media.
Djaafar, ZA. 2007. Kelainan Telinga Tengah. Telinga Hidung Tenggorokan, Edisi ke 6.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
2. Anatomi Telinga
Anatomi Telinga Luar
Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius
eksternus, dipisahkan dari telinga tengan oleh struktur seperti cakram yang dinamakan
membrana timpani (gendang telinga). Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang
lebih setinggi mata. Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama
oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga. Aurikulus
membantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis
auditorius eksternus. Tepat di depan meatus auditorius eksternus adalah sendi temporal
mandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus
auditorius eksternus ketika membuka dan menutup mulut. Kanalis auditorius eksternus
panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan
fibrosa padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga medial tersusun atas tulang yang dilapisi
kulit tipis. Kanalis auditorius eksternus berakhir pada membrana timpani. Kulit dalam
kanal mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang mensekresi substansi
seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme pembersihan diri telinga mendorong sel
kulit tua dan serumen ke bagian luar tetinga. Serumen nampaknya mempunyai sifat
antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit.
Anatomi Telinga Tengah
dan organan Corti. Labirin membranosa memegang cairan yang dinamakan endolimfe.
Terdapat keseimbangan yang sangat tepat antara perilimfe dan endolimfe dalam telinga
dalam; banyak kelainan telinga dalam terjadi bila keseimbangan ini terganggu.
Percepatan angular menyebabkan gerakan dalam cairan telinga dalam di dalam kanalis
dan merang-sang sel-sel rambut labirin membranosa. Akibatnya terjadi aktivitas elektris
yang berjalan sepanjang cabang vesti-bular nervus kranialis VIII ke otak. Perubahan
posisi kepala dan percepatan linear merangsang sel-sel rambut utrikulus. Ini juga
mengakibatkan aktivitas elektris yang akan dihantarkan ke otak oleh nervus kranialis
VIII. Di dalam kanalis auditorius internus, nervus koklearis (akus-dk), yang muncul dari
koklea, bergabung dengan nervus vestibularis, yang muncul dari kanalis semisirkularis,
utrikulus, dan sakulus, menjadi nervus koklearis (nervus kranialis VIII). Yang bergabung
dengan nervus ini di dalam kanalis auditorius internus adalah nervus fasialis (nervus
kranialis VII). Kanalis auditorius internus mem-bawa nervus tersebut dan asupan darah
ke batang otak.
Sumber : Boies, dkk. 1997. Buku ajar penyakit THT Edisi 6. Jakarta : EGC
Ketulian scheibe. Labirin tulang berkembang penuh namun pars inferior (sakulus
dan duktus koklearis) berwujud gundukan sel-sel yang tak berdiferensiasi . karena
trait autosomal resesif.
Ketulian bing-stebenmann. Aplasia yang berat yang ditemukan pada organ corti
dan sel-sel ganglion putaran basal koklea didekatnya, berakibat ketulian frekuensi
tinggi.
Sumber :
Adams G, dkk. 1997. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. EGC : Jakarta
Medical Mini Notes. 2016. Ear Nose Throat
4. Penyakit infeksi
Furunkulosis (otitis eksterna sirkumskripta). Disebabkan oleh staphylococcus aureus,
staphylococcus albus
Otitis eksterna difusa. Disebabkan oleh pseudomonas (tersering), staphylococcus ,
E.Coli, dll
Otitis eksterna maligna. Disebabkan oleh pseudomonas aeruginosa
Otomikosis (infeksi jamur). Disebabkan oleh aspergillus, pityrosporum, candida albicans
Herpes zoster otikus. Karena infeksi virus varicella zoster
Otitis media supuratif akut. Penyebab utama adalah bakteri piogenik seperti
streptococcus hemolitikus, staphylococcus aureus, pneumococcus. Penyebab lainnya
bakteri haemophilus influenza, E.Coli, proteus vulgaris, pseudomonas aeruginosa.
Otitis eksterna nekrotikans. Disebabkan pseudomonas aeruginosa.
Otitis media kronik. Bakteri penginvasi seperti staphylococcus, proteus vulgaris, dan
pseudomonas aeruginosa. Bakteri anaerob yang paling sering adalah bacteroides.
Miringitis bulosa. Suatu infeksi yang melibatkan lapisan tengah membrane timpani.
Sumber :
Medical Mini Notes. 2016. Ear Nose Throat
Adams G, dkk. 1997. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. EGC : Jakarta
5. Tipe Perforasi
6. Malignansi
Osteoma. Suatu tumor jinak pada dinding liang telinga yang Nampak sebagai benjolan
tunggal, keras, bundar, yang menempel melalui suatu pedikel tulang yang kecil pada
sepertiga bagian dalam liang telinga.
Eksostosis. Tonjolan bundar dari tulang kanalis yang hipertrofik (biasanya multiple dan
bilateral). Sering terjadi pada orang yang sering berenang dalam air dingin.
Karsinoma sel gepeng. Keganasan paling sering pada liang telinga dapat di sembuhkan
bila di diagnosis secara dini dan di tangani dengan tepat. Pengobatan awal adalah eksisi
bedah.
Tumor glomus jugularis. Suatu varian ganas. Tumor ini sangat vascular, dan sering kali
dapat terlihat sebagai suatu massa keunguan didasar telinga tengah lewat membrane
timpani yang semitransparan.
Rabdomiosarkoma. Menyerang anak-anak kecil, penyakit ini pernah dianggap fatal
namun tahun terakhir ini dilaporkan kesembuhan dengan kombinasi radioterapi dan
kemoterapi.
Karsinoma sel skuamosa. Mula-mula berasal dari liang telinga dan kemudian menginvasi
telinga tengah dan mastoid secara sekunder. Paralisis saraf fasialis menjadi lumpuh bila
tumor mengerosi dinding kanalis posterior. Tumor dapat meluas ke anterior lewat fisurafisura menuju kelenjar parotis dan fosa pterigomaksilaris
Karsinoma kistik adenoid. Tumor ganas telinga tengah yang paling umum pada orang
dewasa. Tumor yang berasal dari liang telinga dan meluas ke telinga tengah.
Tumor sekunder. Tumor yang berasal dari fokus primer yang jauh dan bermetastasis ke
telinga tengah, mastoid, dan tulang temporal termasuk adenokarsinoma prostat,
karsinoma payudara, hipernefroma, karsinoma bronkus, saluran cerna, dan melanoma.
Sumber : Adams G, dkk. 1997. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. EGC : Jakarta
Oktober, 2016
Telingku Benanah
Nama
: Mohammad Irsan
Stambuk : N 101 13 054
Kelompok : 13