Anda di halaman 1dari 16

PERANAN GURU DALAM ADMINISTRASI SEKOLAH

Guru merupakan salah satu komponen dalam sistem pendidikan yang


memiliki peran yang sangat besar dalam pencapaian tujuan pendidikan. Peran guru bukanlah
hanya sekedar menyampaikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Namun jika dilihat
secara luas dalam teori dan praksis pendidikan, guru juga berperan sebagai administrator
pendidikan. Menurut Oteng Sutrisna (1986), (dalam Abin Syamsudin DAN Nandang
Budiman, 2005 : 2.5), administrasi adalah suatu kegiatan atau usaha untuk membantu
melayani, mengarahkan, atau mengatur semua kegiatan dalam mencapai suatu tujuan.
Administrasi pendidikan adalah segenap proses pengerahan pendelegasian segala sesuatu
baik personal, spiritual, maupun material yang bersangkuta paut dengan pencapaian tujuan
pendidikan.
Jika seorang guru mampu melaksanakan segala tugasnya dalam pendidikan, dapat dikatakan
guru tersebut mampu memenuhi tuntutan profesionalisme seorang guru. Profesionalisme
yang dimaksud disini adalah sikap profesional. Orang yang profesional memiliki sikap-sikap
yang berbeda dengan orang yang tidak profesional meskipun dalam pekerjaan yang sama atau
berada dalam satu ruang kerja (Sudarwan Danim, 2002 : 23)
Berikut ini akan dijelaskan kegiatan administrasi pendidikan di sekolah menengah yang harus
dipahami oleh seorang guru.
A. Administrasi Kurikulum
Kurikulum dalam suatu sistem pendidikan merupakan komponen yang teramat penting.
Dikatakan demikian karena kurikulum merupakan panutan dalam penyelenggaraan proses
belajar -mengajar di sekolah. Kurikulum sekolah menengah merupakan seperangkat
pengalaman belajar yang dirancang untuk siswa sekolah menengah dalam usaha mencapai
tujuan pendidikan. Mengingat bahwa sekolah menengah merupakan lembaga pendidikan
yang bertanggung jawab dalam memberikan kemampuan siswa untuk melanjutkan kejenjang
pendidikan yang lebih tinggi, kurikulum ini harus dipahami secara intensif oleh semua
personel, terutama oleh kepala sekolah dan guru.
Kurikulum dapat diartikan secara sempit atau luas. Dalam pengertian secara sempit
kurikulum diartikan sebagai sejumlah mata pelajaran yang diberikan di sekolah, sedangkan
dalam pengertian luas kurikulum adalah semua pengalaman belajar yang diberikan sekolah
kepada siswa, selama mereka mengikuti pendidikan di sekolah itu. Undang-undang nomor 2
tahun 1989 mengartikan kurikulum sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi

dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
belajar-mengajar.
Menurut Koyan (2007 : 4), semua kurikulum dirancang untuk membantu peserta didik
memperoleh sejumlah kompetensi penting. Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu
lingkungan yang terdiri atas kondisi fisik, kondisi sosial, dan kondisi intelektual. Bahkan
pandangan yang lebih luas, kurikulum mencakup perilaku pimpinan dan para pendidik
sebagai acuan dalam berperilaku.
Menurut Ralph Tyler (1949), (dalam Nasution, 1989 : 6), pengembangna kurikulum
ditentukan oleh empat faktor atau asas utama yaitu :
1.

Aspek filosofis yaitu falsafah bangsa, masyarakat, sekolah dan guru-guru.

2.
Aspek sosiologis yaitu harapan dan kebutuhan masyarakat (orang tua, kebudayaan
masyarakat, pemerintah, agama, ekonomi dan sebagainya).
3.
Aspek psikologis yaitu hakikat anak antara lain taraf perkembangan fisik, mental,
psikologis, emosional, sosial serta cara anak belajar.
4.

Bahan pelajaran yaitu hakikat pengetahuan atau disiplin ilmu.

Oemar Hamalik (2004) juga menyampaikan terdapat faktor-faktor yang harus diperhatikan
dalam penyusunan suatu kurikulum :
1.

Tujuan pendidikan nasional.

2.

Tahap perkembangna peserta didik.

3.

Kesesuaian dengan lingkungan.

4.

Kebutuhan pengembangan nasional.

5.

Perkembangna ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian.

6.

Kesesuaian dengan jenis dan jenjang satuan pendidikan.

Perencanaan dalam pengembangan kurikulum sekolah menengah sebagian besar telah


dilaksanakan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan di tingkat Pusat yang meliputi
kegiatan sebagai berikut :
1. Penyusunan kurikulum dan kelengkapan pedomannya yang terdiri atas :
a. Ketentuan-ketentuan Pokok
b. Garis-garis Besar Program Pengajaran.

c. Pedoman Pelaksanaan Kurikulum


2. Pedoman-pedoman Teknis Pelaksanaan Kurikulum Lainnya,antara lain : pedoman
penyusunan dan kalender pendidikan, pedoman penyusunan program pengajaran, pedoman
penyusunan satuan acara pengajaran, pembagian tugas guru, penyusunan jadwal pelajaran.
Didalam pelaksanaan kurikulum tugas guru adalah mengkaji kurikulum tersebut melalui
kegiatan perseorangan atau kelompok. Dengan demikian guru dan kepala sekolah memahami
kurikulum tersebut sebelum dilaksanakan. Perencanaan dan pengembangan kurikulum di
sekolah antara lain (a) penyusunan kalender pendidikan untuk tingkat sekolah berdasarkan
kalender pendidikan yang telah disusun pada tingkat kanwil, dan (b) penyusunan jadwal
pelajaran untuk sekolah. Dalam penyusunan jadwal perlu diperhatikan bahwa : mata
pelajaran yang dianggap berat banyak memerlukan tenaga berpikir hendaknya diberikan pagi
hari disaat siswa masih segar, kegiatan belajar-mengajar hendaknya tidak mengganggu kelas
lain yang berdekatan.
Tujuan Institusional Sekolah Menengah
Tujuan institusional pendidikan suatu sekolah dijabarkan dari tujuan pendidikan nasional.
Struktur program kurikulum sekolah menengah merupakan kerangka umum programprogram pengajaran yang diberikan pada setiap jenis dan tingkat sekolah menengah. Struktur
program Kurikulum Sekolah Menengah Umum tahun 1984, misalnya memuat : (a) program
inti dan (b) program khusus.
a)

Program Inti

Didalam menjalankan program inti di SMU, misalnya disebutkan bahwa susunan program
inti terdiri dari 15 jenis matapelajaran yang masing-masing mempunyai jumlah bobot yang
berbeda, sesuai dengan fungsinya dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Bobot ini
berkisar antara 4-18 jam pelajaran. Isi pelajaran dicantumkam dalam GBPP yang terdiri atas
materi esensial dan materi yang dirancang guru untuk pengayaan.
b)

Program Khusus

Program khusus terdiri dari program A dan program B. Program A terdiri dari A1 (Fisika), A2
(Biologi), A3 (Ilmu Sosial), dan A4 (Pengetahuan Budaya). Program A ini dimulai pada
semester ketiga. Program B dikembangkan untuk mempersiapkan siswa terjun ke masyarakat.
Matapelajaran dalam program B terdiri dari matapelajaran yang berfungsi sebagai dasar
untuk mengembangkan lebih lanjut kemampuan kejuruan dan matapelajaran kejuruannya
sendiri.
Meskipun setiap kali kurikulum berubah, tetapi komponen-komponenya kurang lebih sama
saja. Guru harus secara seksama mempelajari GBPP, petunjuk pelaksanaan kurikulum,
menimbang mana yang dapat dan tidak dapat dilaksanakan karena keadaan tertentu, dan
memilih yang mana yang terbaik untuk tujuan pendidikan dan untuk kepentingan siswa.

Penjabaran dan Penambahan Bahan Kajian Mata Pelajaran


Seperti disebutkan baik dalam UU no 2 tahun 1989 maupun PP no. 29 Tahun 1990 (pasal 15)
bahwa matapelajaran atau kajian dalam matapelajaran dapt ditambah oleh sekolah untuk
memperkaya pelajaran tersebut dengan catatan tidak bertentangan dan mengurangi kurikulum
yang telah ditetapkan secara nasional. Pemerkayaan bahan kajian ini dapat dilakukan pada
berbagai tingkat.
1)

Dilakukan Oleh Guru Bidang Studi

Guru merupakan orang yang paling mengetahui apakah materi pelajaran itu cukup untuk
kepentingan siswa maupun kepentingan masyarakat. Pengetahuan guru ini diperoleh dengan
mengikuti perkembangan bidang studi yang diajarkan melalui kegiatan interaksi kolegial
seperti seminar, rapat kerja dan sebagainya.
2)

Dilakukan Oleh Kelompok Guru Sejenis

Kelompok guru yang mengajar mata pelajaran yang sama baik dari sekolah itu sendiri
maupun dari luar sekolah sebaiknya sering melakukan pertemuan untuk saling belajar tentang
mata pelajaran yang diajarkan.
3)

Dilakukan Guru Bersama Kepala Sekolah

Kepala sekolah dapat memberikan dorongan dan kemudahan kepada guru unyuk
mengembangkan mata pelajaran yang diajarkan misalnya melengkapi perpustakaan,
mendorong guru untuk melakukan penelitian, memberikan kesempatan guru untuk
mengambil inisiatif dalam mengembangkan mata pelajaran tersebut atau memberikan
kesempatan kepada guru untuk mengikuti program peningkatan mutu.
4)

Dilakukan Oleh Pengawas

Pengawas merupakan orang yang diharapkan mengetahui tentang sampai seberapa jauh
keluasan dan kedalaman mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dan melakukan penilaian
apakah hal tersebut sudah memadai atau perlu diperluas dan diperdalam lagi.
5)

Dilakukan oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK)

Fungsi LPTK bukan hanya sekedar menghasilkan tenaga guru, tetapi juga menghasilkan
temuan-temuan penelitian dalam usaha memperbaiki kinerja system pendidikan dalam segala
aspeknya. Oleh karena itu LPTK lebih banyak mempunyai kesempatan untuk mendapatkan
informasi tentang perkembangan mata pelajaran sebagai akibat perkembangan ilmu,
disamping temuan-temuan dalam bidang perkembangan kebutuhan masyarakat akan isi
pendidikan.
Pelaksanaan kurikulum

a. Penyusunan dan Pengembangan Satuan Pengajaran


Satuan pengajaran (SP) adalah suatu bentuk persiapan mengajar secara mendetail per pokok
bahasan yang disusun secara sistematik berdasarkan Garis-garis besar Program Pengajaran
yang telah ada untuk suatu mata pelajaran tertentu.
Pengembangan SP dimulai dari pengembangan pengajaran dalam satuan semester.
v Pengertian Penyusunan Program Pengajaran Semester
Program pengajaran semester adalah rencana belajar-mengajar yang akan dilaksanakan
selama satu semester dalam tahun ajaran tertentu. Program pengajaran ini merupakan
pengembangan lebih lanjut dari GBPP masing-masing bidang studi.
v Tujuan Penyusunan Program Pengajaran Semester
Tujuan penyusunan program pengajaran semester ini adalah :
a)
Menjabarkan bahan pengajaran yang akan disajikan guru dalam proses belajarmengajar.
b)
Mengarahkan tugas yang harus ditempuh oleh guru agar pengajaran dapat terlaksana
secara bertahap dengan tepat.
v Fungsi Program Pengajaran Semester
Fungsi program pengajaran semester adalah :
a)

Sebagai pedoman penyelenggaraan pengajaran selama satu semester.

b)
Sebagai bahan dan pembinaan guru yang dilakukan oleh kepala sekolah dan atau
pengawas sekolah.
v Langkah-lagkah Penyusunan Program Pengajaran Semester
Langkah-langkah yang dilakukan dalam melaksanakan penyusunan program pengajaran
semester itu adalah sebagai berikut :
a)
Pengelompokan bahan pengajaran yang tercantum dalam Garis-garis Besar Program
Pengajaran menjadi beberapa satuan bahasan. Setiap satuan bahasan sebaiknya terdiri dari
bahan pengajaran yang relevan.
b)

Menghitung banyaknya satuan bahasan yang terdapat selama satu semester.

c)
Menghitung banyaknya minggu efektif sekolah selama satu semester dengan melihat
kalender pendidikan sekolah yang bersangkutan.

d) Mengalokasikan waktu yang dibutuhkan untuk setiap satuan bahasan sesuai dengan hari
efektif sekolah.
e)
Mengatur pelaksanaan belajar-mengajar sesuai banyaknya minggu efektif sekolah yang
tersedia berdasarkan kalender pendidikan.
b. Prosedur Penyusunan Satuan Pengajaran
Langkah-langkah yang ditempuh untuk membuat SP berdasarkan pada pokok-pokok bahasan
yang telah disebutkan dalam GBPP adalah :
1)

Mengisi identitas mata pelajaran.

2)
Menjabarkan tujuan pokok bahasan (tujuan instruksional umum) menjadi
instruksional khusus (TIK) yang lebih rinci.

ujuan

3)
Menjabarkan materi pengajaran dari pokok bahasan atau sub-pokok bahasan sesuai
dengan TIK
4)

Mengalokasikan waktu pengajaran.

5)

Menetapkan langkah-langkah penyampaian secara lebih rinci.

6)
Menetapkan prosedur memperoleh balikan, baik balikan formatif melalui monitoring
atau balikan sumatif melalui tes bagian itu.
c. Pengembangan Satuan Pengajaran
Karena perkembangan ilmu dan peningkatan kemampuan guru serta perubahan kebutuhan
siswa, maka SP yang sudah dibuat sudah digunakan untuk mengajar perlu dikembangkan
lebih lanjut.
d. Penggunaan Satuan Pengajaran Bukan Buatan guru Sendiri
Dalam hal SP tidak dibuat sendiri oleh guru (dibeli atau dicopy dari SP yang dibuat teman
atau orang lain) guru perlu melakukan hal-hal sebagai berikut :
1)
Melihat kembali GBPP dan mencocokkan kesesuaian komponen-komponen dalan SP
dengan komponen-komponen dalam GBPP.
2)
Jika hal tersebut telah dilakukan dan tidak ada penyimpangan yang telah berarti maka
langkah selanjutnya adalah mencocokkan keajegan (konsistensi) antara : (1) tujuan umum
dengan tujuan instruksional khusus, (2) tujuan instruksional khusus dengamn bahan, metode
dan teknik evaluasi serta sumber belajar.

3)
Melakukan p[ertimbangan (judgment) apakah satuan pelajaran itu dapat dilaksanakan
dikelas sejauh berhubungan dengan kemampuan awal siswa, fasilitas yang tersedia dan factor
pendukung lainnya.
4)
Jika butir 3 belum memadai, maka guru harus melakukan penyesuaian terhadap SP
tersebut sehingga realistic dan dapat dilaksanakan.
e. Pelaksanaan Proses Belajar- Mengajar
Aspek administrasi dari pelaksanan proses belajar-mengajar adalah pengalokasian dan
pengaturan sumber-sumber yang ada di sekolah untuk memungkinkan proses belajarmengajar itu dapat dilakukan guru dengan seefektif mungkin. Didalam melaksanakan proses
belajar-mengajar guru harus selalu waspada terhadap gangguan yang mungkin terjadi karena
kesalahan perencanaan fasilitas serta sumber lain yang mendukung proses belajar-mengajar
tersebut.
f. Pengaturan Ruang Belajar
Untuk terciptanya suasana belajar yang aktif perlu diperhatikan pengaturan ruang belajar dan
perabot sekolah. Dalam pengaturan ruang belajar hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai
berikut : (1) bentuk dan luas ruangan kelas, (2) bentuk serta ukuran bangku atau kursi dan
meja siswa, (3) jumlah siswa pada tingkat kelas yang bersangkutan, (4) jumlah siswa pada
tiap-tiap kelas, (5) jumlah kelompok dalam kelas, (6) jumlah siswa dalam kelompok, (7)
kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan.
g. Kegiatan Kokurikuler dan Ekstrakurikuler
Ada tiga macam kegiatan kurikuler, yaitu kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan
ekstrakurikuler.
1)

Kegiatan kokurikuler

Kegiatan kokurikuler adalah kegiatan yang erat kaitannya dengan pemerkayaan mata
pelajaran. Kegiatan ini dilakukan diluar jam pelajaran yang ditetapkan didalam struktur
program, dan dimaksudkan agar siswa dapat lebih mendalami dan memahami apa yangtelah
dipelajari dalam kegiatan intrakurikuler. Untuk pelaksanaan kokurikuler ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan antara lain :
a)
Harus jelas hubungan antara pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang diajarkan
dengan tugas yang diberikan.
b)
Tugas yang diberikan tidak menjadi beban yang berlebihan bagi siswa, baik untuk
beban fisik maupun psikis, karena diluar jangkauan dan kemampuan siswa itu.

c)
Pengadministrasian tugas yang diberikan kepada siswa harus tertib, termasuk penilaian
dan pemantuan.
d) Penilaian terhadap hasil tuga siswa secara perorangan diperhitungkan sebagai bahan
dalam perhitungan nilai raport semester.
2)

Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan di luar jam pelajaran biasa (intrakurikuler) tidak
terkait dengan pelajaran di sekolah. Sementara definisi kegiatan ekstrakurikuler menurut
Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan adalah kegiatan yang dilakukan di luar jam
pelajaran tatap muka, dilaksanakan di sekolah atau di luar sekolah agar lebih memperkaya
dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemmpuan yang telah dipelajari dari berbagai
mata pelajaran dalam kurikulum (B. Suryosubroto, 2002 : 271). Kegiatan ini dimaksudkan
agar menambah pengetahuan siswa, menambah keterampilan, mengenal hubungan antara
berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat, minat, menunjang pencapaian tujuan
intrakurikuler. Dalam melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler banyak hal yang harus
diperhatikan, diantaranya adalah : (a) materi kegiatan hendaknya dapt memberi manfaat bagi
penguasaan bahan ajar bagi siswa, (b) sejauh mungkin tidak terlalu membebani siswa, (c)
memanfaatkan fotensi lingkungan, alam, lingkungan budaya, (d) tidak mengganggu tuga
pokok siswa juga guru.
B. Suryosubroto (2002 : 274) juga menyampaikan jenis-jenis kegiatan ekstrakurikuler yang
dapat dilaksanakan di sekolah antara lain :
a)

Lomba Karya Ilmiah Pengetahuan Remaja (LKIPR).

b)

Pramuka.

c)

PMR / UKS.

d)

Koperasi sekolah.

e)

Olahraga prestasi.

f)

Kesenian tradisional / modern.

g)

Cinta alam dan lingkungan hidup.

h)

Peringatan hari-hari besar.

i)

Jurnalistik.

j)

PKS.

Evaluasi Hasil Belajar dan Program Pengajaran


1)

Evaluasi Hasil Belajar

Evaluasi hasil belajar merupakan suatu kegiatan ynag dilakukan guna memberikan berbagai
informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dab hasil belajar yang
telah dicapai siswa. Sementara menurut Oemar Hamalik (2005 : 159) evaluasi hasil belajar
adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan,
penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang timngkat hasil belajar yang
dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Hasil belajar menunjuk pada prestasi belajar, sedangkan
prestasi belajar itu merupakan indikator adanya dan derajat perubahan tingkah laku siswa.
2)

Evaluasi Progra Pengajaran

Evaluasi program merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk
melihat tingkat keberhasilan program, serta factor-faktor yang mendukung atau menghambat
keberhasilan tersebut. Tingkat kebeerhasilan itu diukur dengan membandingkan hasil dengan
target yang dirumuskan dalam rencana.
B. Administrasi Kesiswaan
Administrasi kesiswaan merupakan proses pengurusan segala hal yang berkaitan dengan
siswa disuatu sekolah mulai dari perencanaan siswa baru, pembinaan selama siswa berada di
sekolah, sampai siswa menamatkan pendidikannya melalui penciptaan suasana yang kondusif
terhadap berlangsungnya PBM.
Menurut Sutisna (1991 :46), (dalam Mohammat Syaifuddin, 2007 : 2.38) tugas kepala
sekolah dalam administrasi siswa adalah menyeleksi siswa baru, menyelengarakan
pembelajaran, mengontrol kehadiran siswa, melakukan uji kompetensi akademik / kejuruan,
melaksanakan bimbingan karier serta penelusuran lulusan. Kepala sekolah harus menyadari
bahwa kepuasan peserta didik dan orang tuanya serta masyarakat, merupakan indikator
keberhasilan sekolah.
C. Administarsi Sarana dan Prasarana
Prasarana dan sarana pendidikan adalah semua benda yang bergerak maupun tidak bergerak,
yang diperlukan untuk menunjang penyelenggaraanbelajar-mengajar baik secara langsung
maupu tidak langsung. Administarasi prasarana dan sarana pendidikan merupakan
keseluruhan perencanaan pengadaaan, pendayagunaan dan pengawasan prasarana peralatan
yang digunakan untuk menunjang pendidikan agara tujuan pendidikan yang telah ditetapkan
dapat dicapai.
Salah satu contoh sarana dan prasarana pendidikan yang langsung digunakan dalam
pembelajaran adalah media pembelajaran. Media pembelajaran adalan segala macam sarana

yang dapat dipergunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran guna menopang


pencapaian hasil belajar (Sudarma dan Parmiti, 2007 : 5)
Kebijakan pemerinta tentang pengelolaan sarana dan prasarana sekolah tertuang di dalam UU
No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 45 ayat (1) yaitu setiap satuan pendidikan formal
dan onoformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan
sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial,
emosional dan kejiwaan peserta didik (Mohammad Syaifuddin, 2007 : 2.36).
D. Administarsi personal
Pembahasan administrasi personal dibatasi dan difokuskan kepada pembahasan guru sekolah
menengah sebagai pegawai negeri. Seorang calon guru bisa menjadi seorang pegawai negeri
jika telah melalui rekrutmen guru. Menurut Ibrahim Bafadal, 2006 : 21) rekrutmen
merupakan satu aktivitas manajemen yang mengupayakan didapatkannya seorang atau lebih
calon pegawai yang betul-betul potensial untuk menduduki posisi tertentu atau melaksanakan
tugas tertentu di sebuah lembaga.
Pegawai negeri adalah mereka yang setelah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam
perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas
dalam suatu jabatan negeri atau disertai tugas Negara lainnya yang ditetapkan berdasrkan
suatu perundng-undangan yang berlaku.
Status of teacher merupakan sebuah dokumen penting yang dihasilkan oleh ILO dan
UNESKO tahun 1966 sebagai satu pengakuan secara global bahwa guru sebagai profesi,
meskipun dalam kenyatannya belunterwujud secara signifikan (Zainal Aqib dan Elman
Rohmanto, 2007 : 146).
Guru wajib memiliki :
1.

Kualifikasi akademik sarjana atau diploma empat (S1 atau D-IV).

2.

Kompetensi paedagogik, kepribadian, sosial dan profesional.

3.

Sertifikat pendidik.

4.

Sehat jasmani dan rohani.

5.
Kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan nasional (Zainal Aqib dan Elman
Rohmanto, 2007 : 151)
Selain itu, dalam UU guru dan Dosen (pasal 1 ayat 1) dinyatakan bahwa : guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur

pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah (Zainal Aqib dan Elman
Rohmanto, 2007 : 145).
E. Administrasi keuangan sekolah menengah
Penanggung jawab biaya pendidikan adalah kepala sekolah namun demikian, guru
diharapkan ikut berperan dalam administrasi biaya ini meskipun menambah beban mereka,
juga memberikan kesempatan untuk ikut serta mengarahkan pembiyaan itu untuk perbaikan
proses belajar mengajar.
Administrasi keuangan meliputi kegiatan perencanaan, penggunaan, pencatatan data,
pelaporan dan pertanggung jawaban dana yang dialokasikan untuk penyelenggaraan sekolah.
Tujuan administrasi ini adalah untuk mewujudkan suatu tertib administrasi keuangan,
sehingga pengurusannya dapat dipertanggung jawaban sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Dalam administrasi keuangan ada pemisahan tugas dan fungsi antara otoritor, ordonator dan
bendaharawan. Otoritor adalah pejabat yang diberi wewnang untuk mengambil tindakan yang
mengakibatkan penerimaan atau pengeluaran uang. Ordonator adalah pejabat yang
berwewenang melakukan pengujian dan memerintahkan pembayaran atas segala tindakan
yang dilakukan berdasarkan otorisasi yang ditetapkan. Berndaharawan adalah pejabat yang
berwenang melakukan penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran uang atau surat-surat
berharga lainnya yang dapat dinilai dengan uang dan diwajibkan membuat perhitungan dan
pertanggung jawaban.
Kepala sekolah menengah sebagai pimpinan suatu kerja berfungsi sebagai otorisator untuk
memerintahkan pembayaran. Bendaharawan sekolah menengah ditugasi untuk melakukan
fungsi ordonator dalam menguji hak atas pembayaran, kepala sekolah tidak boleh menjadi
bendaharawan karena melakukan pengawasan dalam penggunaan dana.
Keuangan sekolah menengah dapat diperoleh dari dana anggaran penerimaan dan belanja
Negara (APBN), bantuan (kalau ada) dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD),
serta bantuan masyarakat. Dana APBN terdiri dari dana rutin dan dana pengunaan. Dana
APBD dapat berasal dari pemerintah tingkat I dan Tingkat II. Dana dari masyarakat diperoleh
dari dana yang dikumpulkan oleh badan pembantuan penyelanggaraan pendidikan (BP3),
serta bantuan masyarakat lainnya. UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pasal 49 ayat (1)
menyatakan bahwa dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan
dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan belanja Negara (APBN) pada
sektor pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD),
(Mohammad Syaifuddin, 2007 : 2.37).
F. Adminstrasi Hubungan sekolah dengan masyarakat (Husemas)
Sekoah berada di tengah-tengah masyarakat dan dapat dikatakan berfungsi sebagai pisau
bermata dua. Pisau yang pertama adalah menjaga kelstarian nilai-nilai positif yang ada dalam
masyarakat, agar pewarisan nilai-nilai masyarakat itu berlangsung dengan baitk. Mata pisau

yang kedua adalah sebagai lembaga yang dapat mendorong perubahan nilai dan tradisi itu
sesuai dengan kemajuan dan tutuan kehidupan serta pembangunan. Kedua fungsi ini seolaholah bertentangan, namun sebenarnya keduanya dilakukan dalam waktu bersama. Oleh
karena fungsinya yang kontriversi ini diperlukan saling pemahaman antara sekolah dan
masyarakat. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki guru adalah kompetensi sosial .
Kompetensi sosial dalam kegiatan belajar ini berkaitan erat dengan kemampuan guru dalam
berkomunikasi dengan masyarakat di sekitar sekolah dan masyarakat tempat guru hidup,
sehinga peranan dan cara guru berkomunikasi di masyarakat diharapkan memiliki
karakteristik tersendiri yang sedikit banyak berbeda dengan orang lain yang bukan guru (H.
Djam`an Satori, dkk, 2003 : 2.12)
Husemas adalah suatu proses komunikasi antara sekolah dengan masyarakat untuk
meningkatkan pengertian masyarakat tentang kebutuhan serta kegiatan pendidikan serta
mendorong minat dan kerjasama untuk masyarakat dalam peningkatan dan pengembangan
sekolah. Kindred, Bagin and Gallagber (1976), mendefinisikan husemas ini sebagi usha
koperatif untuk menjaga mengembangkan saluran informasi dua arah yang efisien serta
saling pengertian atara sekolah, persoalan sekolah dengan masyarakat.
Definisi di atas mengandung beberapa elemen penting, sebagai berikut :
1.
Adanya kepetingan yang sama antara sekolah dan masyarakat. Masyarakat memerlukan
sekolah untuk menjamin bahwa anak-anak sebagai generasi penerus akan dapat hidup lebih
baik, demikian pula sekolah.
2.
Untuk memenuhi masyarakat itu. Masyarakat perlu berperan serta dalam
pengembangan sekolah: yang dimaksud dengan peranserta dalam kehidupan masyarakat
tentang hal-hal yang terjadi disekolah, serta sebagai membangun dalam usaha perbaikan
sekolah
3.
Untuk meningkatkan peran serta itu diperlukan kerjasa yang baik melalui komunikasi
dua arah yang efisien.
Tujuan utama yang ingin dicapai dengan mengembangan kegiatan husemas adalah :
1.
Peningkatan pemahaman masyarakat tentang tujuan serta sasaran yang ingin
direalisasikan sekolah.
2.
Peningkatan pemahaman sekolah tentang keadaan serta aspirasi masyarakat tersebut
terhadap sekolah
3.
Peningkatan usaha orang tua siswa dan guru-guru dalam memenuhi kebutuhan siswa,
meningkatkan kuantitas serta kualitas bantuan orang tua siswa dalam kegiatan pendidikan
sekolah

4.
Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya peranserta mereka dalam
memajukan pendidikan di sekolah dalam era pengembangan.
5.
Terpeliharanya kepercayaan masyarakat terhadap sekolah serta apa yang dilakuakn
sekolah
6.
Pertanggung jawaban sekolah atas harapan yang dibebankan masyarakat kepada
sekolah
7.
Dukungan serta bantuan dari masyarakat dalam memperoleh sumber-sumber yang
diperlukan untuk meneruskan dan meningkatkan program sekolah.
Prinsip-prinsip Hubungan Sekolah Masyarakat
a.
Prinsip otoritas, yaitu bahwa husemas harus dilakuakna oleh orang yang mempunyai
otoritas,
b.
Kesederhanaan, Bahwa program-program hubungan sekolah masyarakat harus
sederhana dan jelas.
c.
Sensitivitas, bahwa dalam menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan
masyarakat, sekolah harus sensitive terhadap kebutuhan serta harapan masyarakat.
d.
Kejujuran, bahwa apa yang disampaikan kepada masyarakat haruslah sesuatu apa
adanya dan disampaikan secara jujur. Sekali sekolah memberikan informasi yang tidak benar,
kepercayaan masyarakat terhadap sekolah akan menurut dan akibatnya sekolah tidak lagi
mudah untuk membangun kepercayaan itu kembali
e.
Ketepatan, bahwa apa yang disampaikan sekolah kepada masyarakat harus tepat baik
dilihat dari segi isi, waktu, media yang digunakan serta tujuan yang akan dicapai. Pemilihan
waktu yang kurang tepat dapat mengakibbatkan kegagalan dari program tersebut.
Penyelenggaran kegiatan administrasi hubungan sekolah-masyarakat
a.

Proses penyelenggaran hubungan sekolah masyarakat

1.

Perencnan program

Prencanan program hubungan sekolah masyarakat harus memperhatikan dana yang terjadi,
ciri masyarakat , daerah jangkauan, sarana atau media dan teknik yang akan digunakan dalam
mengadakan hubungan dengan masyarakat. Kalau perencanaan tidak memperhatikan hal-hal
di atas dikawatirkan kegiatan tersebut tidak akan mancapai sarana yang diinginkan.
2.

Pengorganisasian

Pada dasarnya semua komponen sekolah adalah pelaksanaan hubungan sekolah masyarakat.
Oleh karena itu tugas-tugas mereka perlu dipahami dan ditata, sehingga penyelenggaraan
Husemas dapat berjalan efektif dan efisien.
3.

Pelaksanaan

Dana pelaksanaan hubungan sekolah masyarakat perlu diperhatikan koordinasi antara


berbagai bagian dan kegiatan dan di dalam penggunaannya perlu ada sinkronisasi.
Peranan guru dalam hubungan sekolah masyarakat
Guru merupakan kunci penting dalam kegiatan husemas di sekolah menengah. Ada beberapa
hal yang dapat dilakukan guru dalam kegiatan husemas itu, yaitu :
a.

Membantu sekolah dalam melaksanakan teknik-teknik husemas.

b.

Membuat dirinya lebih baik lagi dalam bermasyarakat.

c.
Dalam melaksanakan semua itu guru harus melaksanakan kode etiknya (kode etik
guru)
G. Administrasi Layanan Khusus
Proses belajar mengajar memerlukan dukungan fasilitas yang tidak secara langsung
dipergunakan di kelas. Fasiliats yang dimaksud antara lain adalah : Pusat sumber belajar,
usaha kesehatan sekolah dan kafetaria sekolah.
Pusat sumber belajar
Pusat sumber belajar (PSB) adalah unit keiatan yang mempunyai fungsi untuk memproduksi
mengadakan, menyimpan serta melayani bahan pengajaran sesuai dengan kebutuhan
pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas atau pelaksanaan pendidikan di sekolah pada
umumnya pusat belajar dirancang untuk membantu pelaksanaan pendidikan di sekolah oleh
karena itu pesat sumber belajar harus diadminitrsikan secara professional. Pusat sumber
belajar sekolah dibeli dari dana yang tersedia, diberi oleh masyarakat (BP3) atau pun diberi
oleh pemerintah
Menurut Mulyani A. Nurhadi (1983) (dalam B. Suryosubroto, 2002 : 205), perpustakaan
sekolah adalah suatu unit kerja yang merupakan bagian integral dari lembaga pendidikan
sekolah, yang berupa tempat menyimpan koleksi bahan pustaka yang dikelola dan diatur
secara sitematis dengan cara tertentu untuk digunakan oleh siswa dan guru sebagai sumber
informasi, dalam rangka menunjang program belajar mengajar di sekolah.
Berdasarkan pengertian tersebut, adapun ciri atau unsur pokok yang ada dalam perpustakaan
yaitu :

1.

Tempat mengumpulkan, menyimpan dan memelihara koleksi bahan pustaka.

2.

Koleksi bahan pustaka yaitu dikelola dan diatur secara sistematis dengan cara tertentu.

3.

Untuk digunakan secara kontinyu oleh guru dan murid sebagai sumber informasi.

4.

Merupakan suatu unit kerja.

Mulyani A. Nurhadi (1983) (dalam B. Suryosubroto, 2002 : 206) menjelaskan bahwa dalam
hubungannya dengan keseluruhan proses pendidikan di sekolah, perpustakaan berperan
sebagai instalasi atau sebagai sarana pendidikan yang bersifat teknis edukatif, bersama-sama
dengan unsur-unsur lainnya ikut menentukan terjadinya proses pendidikan. Layanan
perpustakaan bertujuan untuk membantu meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah
dengan cara memberikan kesempatan untuk menumbuhkan sikap senang membaca dalam
mengembangkan bakat siswa. Untuk mencapai kal tersebut perpustakaan harus
dikembangkan sehingga mampu menarik perhatian siswa yang pada gilirannya dapat
mendorong mereka untuk menggunakan perpustakaan sekolahnya.
Hak semua guru sekolah menengah harus terlibat langsung dalam administrasi perpustakaan
sekolah. S. Nasution (1989), mengemukakan antara lain
a.

Memperkenalkan buku-buku kepada para siswa dan guru-guru

b.
Memilih buku-buku dan bahan pustaka lainnya yang akan digunakan untuk menambah
koleksi perpustakaan sekolah.
c.

Mempromosi untuk perpustakaan, baik untuk pemakaian, muapun untuk pembinaan.

d.
Mengetahui jenis dan menguasai criteria umum yang menentukan baik buruknya suatu
koliksi
e.

Mengusahakan agar siswa aktif membantu perkembangan perpustakaan.

Kafetaria warung kantin sekolah


Kantin sekolah tidak harus diadministrasikan oleh sekolah, tetapi dapat diadministrasikan
oleh peribadi di luar sekolah atau oleh dharma wanita sekolah. Namun kantin sekolah ini
tidak boleh terlepas dari perhatian kepala sekolah. Kepala sekolah harus memikirkan atau
mengupayakan agar kehadiran kantin itu mempunyai sumbangan positif dalam proses belajar
anak di sekolah.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam administrsi kantin itu adalah :
a.
Administrasi kantin sekolah harus menjaga kesehatan masakan-maskan yang dijajakan
kepada siswa

b.
Kebersihan tempat juga harus menjadi pertimbangan utama. Karena kebersihan
diharapkan dapat menjauhkan penyebar penyakit
c.

Makanan-makanan yang disajikan hendaknya makanan yang bergizi tinggi

d.

Harga makanan hendaknya dapat dijangkau atau sesuai dengan kondisi ekonomi siswa.

e.
Usahakan agar kantin tidak memberikan kesempatan siswa untuk berlama-lama atau
nongkrong karena akan memunculkan perilaku-perilaku negative
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal dan Elham Rohmanto. 2007. Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas
Sekolah. Bandung : Yrama Widya
Bafadal, Ibrahim. 2006. Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar. Jakarta : Bumi
Aksara
Danim, Sudarwan. 2002. Inovasi Pendidikan. Bandung : CV Pustaka Setia
Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara
Hamalik, Oemar. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara
Koyan. 2007. Telaah Kurikulum (Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ).
Singaraja : FIP UNDIKSHA
Nasution, S. 1989. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta : Bumi Aksara
Satori, H. Djam`an, dkk. 2003. Profesi Keguruan 1. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka
Soetjipto dan Rafiis Kosasi. 1994. Profesi Keguruan. Jakarta : Depdikbud
Sudarma dan Parmiti. 2007. Media Pembelajaran S1 PGSD . Singaraja : UNDIKSHA
Syaifuddin, Mohammad, dkk . 2007. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta : Depdikbud
Syamsudin, Abin dan Nandang Budiman. 2005. Profesi Keguruan 2. Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai