WURI WULANDARI
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kualitas asupan makanan merupakan salah satu faktor penting penentu
kesehatan individu. Asupan makanan yang bergizi seimbang akan menghasilkan
tubuh yang sehat dan sumber daya manusia yang berkualitas. Upaya peningkatan
kesehatan masyrakat dilakukan oleh pemerintah dengan pembuatan kebijakan,
salah satunya kebijakan yang terkait dengan gizi. Pedoman makanan yang berkaitan
dengan anjuran mengonsumsi makanan seimbang dibuat dengan tujuan agar
konsumsi gizi seimbang oleh tiap-tiap individu terpenuhi. Salah satu pedoman yang
ada di Indonesia adalah Pedoman Gizi Seimbang 2014. Isi PGS 2014 nomor 5
menyatakan bahwa harus membatasi konsumsi pangan asin. Batas konsumsi
natrium adalah 2000 mg/hari ( setara 1 sendok teh). Konsumsi natrium yang melebii
batas akan meningkatkan resiko hipertensi, stroke, diabetes dan penyakit jantung
(Kemenkes 2013).
Saat ini, konsumsi makanan tinggi natrium di dunia tinggi. Hasil penelitian
Mozzafarian (2014) menunjukkan rata- rata konsumsi natrium dunia yaitu sebesar
3.95 gram per hari dan rata-rata konsumsi garam regional berada antara 2.18 sampai
5.51 gram per hari. Sebanyak 99.2% (181 dari 187 negara) orang dewasa di dunia
mengonsumsi natrium lebih dari anjuran World Heath Organization (WHO) yaitu
lebih dari 2.0 gram/hari. Konsumsi tersebut melebihi batas anjuran konsumsi
natrium per hari. Sejalan dengan konsumsi natrium di dunia, konsumsi natrium di
Indonesia tinggi. Berdasarkan Studi Diet Total (SDT) 2014, konsumsi natrium usia
19-33 tahun yang melebihi Permenkes No 30 tahun 2013 sebanyak 18.0%. Asupan
natrium yang tinggi meningkatkan tekanan darah (Mozzafarian 2014). Asupan
natrium secara signifikan berhubungan dengan peningkatan tekanan sistolik (Zhang
et al 2013).
Hipertensi terjadi tidak hanya pada orang dewasa namun juga pada remaja.
Hipertensi menjadi permasalahan gizi yang tumbuh dengan cepat di dunia (GNR
2004). Data Riset Kesehatan Nasional (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan angka
hipertensi di Indonesia mengalami peningkatan. Kecenderungan prevalensi
hipertensi pada usia > 18 tahun sebesar 28.5% pada tahun 2013 dan hanya 9.5%
yang mengetahui menderita hipertensi sedangkan prevalensi hipertensi remaja usia
15 sampai dengan 17 tahun secara nasional sebesar 5.3%.
Hasil penelitian Park et al. (2011) menunjukkan, mengonsumsi makanan
instan seperti mi instan menyebabkan kelebihan asupan natrium. Makanan dan
minuman instan seperti makanan kemasan diproduksi dengan penambahan natrium.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kandungan natrium dalam makanan
kemasan >140 mg tiap kemasannya (Wijayanti 2010). Makanan dan minuman
instan tidak hanya disukai oleh anak-anak tetapi juga disukai oleh remaja dan
dewasa karena praktis. Menurut data dari World Instant Noodles Association tahun
2013, Indonesia berada pada peringkat kedua dunia setelah China/ Hongkong yang
mengonsumsi mi instan terbanyak yaitu sebesar 14.9 milyar bungkus per tahun
2013 (WINA 2014).
Konsumsi makanan tinggi natrium sulit dikontrol terutama bila terbiasa
mengonsumsi makanan di luar rumah seperti di warung, restoran, hotel atau
Perumusan Masalah
Mahasiswa PPKU merupakan mahasiswa tingkat awal yang tinggal di
asrama. Masa adaptasi masih dilakukan pada tingkat awal seperti pada mahasiswa
PPKU. Selain jauh dari orang tua dan adaptasi terhadap lingkungan baru, jadwal
kuliah yang dimiliki oleh mahasiswa tersebut sangat padat. Kondisi tersebut
membuat mahasiswa diduga kurang memperhatikan asupan zat gizi ketika memilih
makanan. Asupan zat gizi sangat penting diperhatikan terutama untuk usia remaja
seperti pada mahasiswa PPKU yang masih sangat membutuhkan asupan zat gizi
yang baik dan cukup.
Data kebiasaan konsumsi makan mahasiswa PPKU pada tahun-tahun
sebelumnya menunjukkan konsumsi makanan dan minuman kemasan industri
tinggi. Hasil penelitian menunjukkan, mahasiswa PPKU memiliki kebiasaan makan
utama 1-2 kali/hari dan memiliki kebiasaan mengonsumsi minuman soft drink,
makanan camilan gurih dan gorengan 3-5 kali/minggu (Pasanea 2011). Hasil
penelitian lain menunjukkan mahasiswa mengonsumsi mi instan 2 bungkus per
minggu dan minuman ringan 2 gelas/pack per minggu (Merita 2011) sedangkan
hasil penelitian Setiawan (2006) menunjukkan 53.6% mahasiswa putri
mengonsumsi makanan kudapan industri setiap hari dan sebanyak 29.2% dari
mahasiswa yang mengonsumsi makanan kudapan industri tersebut mengonsumsi 3
jenis kudapan industri per harinya. Penelitian Puspadewi (2014) pada mahasiswa
gizi PPKU menunjukkan sebanyak 40.8% subjek suka memilih untuk
mengonsumsi minuman kemasan sedangkan prevalensi hipertensi di Indonesia usia
di atas 18 tahun tinggi. Melihat data tersebut, diduga tingkat konsumsi makanan
dan minuman instan mahasiswa PPKU tinggi dan berkaitan dengan asupan natrium
dan hipertensi mahasiswa. Oleh karena itu, penulis ingin menganalisis hubungan
mengonsumsi makanan dan minuman instan dengan asupan natrium dan hipertensi
pada mahasiswa PPKU.
Tujuan penelitian
Tujuan Umum
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kebiasaan konsumsi
makanan dan minuman instan pada mahasiswa PPKU dan hubungannya dengan
asupan natrium dan hipertensi.
Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi karakteristik mahasiswa PPKU berdasarkan suku, jenis
kelamin, uang saku, pendidikan orang tua, riwayat penyakit keluarga dan usia.
2. Menganalisis hubungan konsumsi sayur dan buah dengan hipertensi mahasiswa
PPKU.
3. Menganalisis hubungan aktivitas fisik dengan hipertensi mahasiswa PPKU.
4. Menganalisis hubungan status gizi dengan hipertensi mahasiswa PPKU.
5. Menganalisis hubungan kebiasaan konsumsi makanan dan minuman instan,
asupan natrium dengan hipertensi mahasiswa PPKU
Hipotesis
1.
2.
3.
4.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
masyarakat luas dan mahasiswa mengenai kebiasaan konsumsi makanan dan
minuman instan, besar asupan natrium per hari dan hubungannya terhadap
hipertensi, agar dapat lebih memperhatikan asupan natrium khususnya yang
bersumber dari makanan dan minuman instan. Selain itu, penelitian ini diharapkan
dapat memberikan masukan untuk melakukan evaluasi mengenai konsumsi
makanan dan minuman instan. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan
informasi kepada pemerintah mengenai asupan natrium untuk membuat kebijakankebijakan dalam menurunkan angka hipertensi dan meningkatkan pola makan
seimbang.
Institusi swasta dapat menggunakan penelitian ini sebagai bahan
pertimbangan dalam proses produksi makanan dan minuman instan terkait
kandungan natrium. Institusi kampus dapat menggunakan penelitian ini dalam
membuat kebijakan baru terkait penyelenggaraan makanan di asrama terutama
dalam mengontrol konsumsi makanan instan dan asupan natrium untuk kesehatan
mahasiswa. Bagi peneliti, hasil penelitian yang diperoleh dapat menjadi sumber
informasi baru dalam bidang gizi masyarakat dan menambah wawasan mengenai
makanan instan.
KERANGKA PEMIKIRAN
Hipertensi merupakan penyakit degeneratif yang berkaitan dengan tekanan
darah yang tinggi. Hipertensi diketahui melalui tekanan darah sistolik dan diastolik
dalam satuan milimeter air raksa (mmHg) yang diukur menggunakan alat
Sphygmomanometer. Hipertensi disebabkan oleh berbagai faktor yaaitu faktor yang
dapat diubah seperti kebiasaan makan, aktivitas fisik, statsu gizi dan faktor yang
tidak dapat diubah seperti genetik dan riwayat penyakit keluarga.
Kebiasaan makan individu dipengaruhi oleh karakteristik individu.
Karakteristik individu merupakan informasi dari subjek yang meliputi suku, usia,
jenis kelamin, pendidikan orang tua dan uang saku. Suku mempengaruhi kebiasaan
makan individu. Suku yang berbeda memiliki kebiasaan makan yang berbeda pula.
Usia mempengaruhi subjek dalam memilih jenis makanan dan minuman yang
dikonsumsi. Usia remaja cenderung menyukai makanan dan minuman industri yang
tinggi natrium. Pendidikan orang tua berpengaruh dalam membentuk kebiasaan
individu sejak kecil. Uang saku mempengarui individu dalam mengalokasikan uang
yang dimiliki untuk memilih makanan. Pemilihan jenis makanan yang salah dapat
meningatkn resiko terjadinya hipertensi.
Konsumsi makanan dan minuman tinggi natrium dapat mengakibatkan tekanan
darah naik dan menyebabkan hipertensi. Makanan dan minuman sumber natrium
terdiri dari makanan dan minuman instan dan makanan dan minuman bukan instan.
Makanan dan minuman instan di pasaran diolah dengan penambahan natrium.
Kebiasaan mengonsumsi makanan dan minuman instan yang berlebih berhubungan
dengan kenaikan tekanan darah dan dapat menyebabkan hipertensi. Selain
konsumsi makanan dan minuman tinggi natrium, resiko terjadinya hipertensi dapat
dipengaruhi oleh konsumsi sayur dan buah. Sayur dan buah dapat menurunkan
resiko terjadinya hipertensi.
Aktivitas fisik dapat mempengaruhi hipertensi. Aktivtas fisik yang kurang
seperti kurang olahraga meningkatkan resiko hipertensi. Aktivitas fisik dan
konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi individu. Status gizi diukur
dengan membandingkan berat badan dengan kuadrat tinggi badan (IMT). Individu
dengan IMT yang melebihi batas normal memiliki resiko terjadinya hipertensi yang
lebih besar. Resiko terjadinya hipertensi juga meningkat apabila seseorang
memiliki keluarga yang menderita hipertensi. Hubungan antar variabel dalam
penelitian secara lebih jelas digambarkan pada gambar 1 sebagai berikut.
Karakteristik subjek:
Jenis kelamin
Suku
Usia
Uang saku
Pendidikan orang
tua
Riwayat hipertensi
keluarga
Status Gizi
Hipertensi
Konsumsi pangan :
Makanan dan
minuman instan
Makanan dan
minuman noninstan
Asupan
natrium
Aktivitas
Fisik
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Hubungan Konsumsi Makanan Instan dengan
Asupan Natrium, dan Hipertensi
TINJAUAN PUSTAKA
Remaja dan Kebiasaan Makan Remaja
Remaja merupakan peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Masa remaja
dibagi menjadi 3 tahap yaitu remaja awal dengan rentang usia antara 10 sampai 14
tahun, remaja menengah dengan rentang 14 sampai 17 tahun dan remaja lanjut
dengan rentang usia 17 sampai 20 tahun. Terjadi perubahan fisik, kognitif dan
psikososial atau tingkah laku dengan sangat cepat pada masa tersebut. Perubahanperubahan yang terjadi mempengaruhi kebutuhan dan kualitas gizi remaja. Remaja
membutuhkan asupan gizi yang relatif besar karena pada masa ini remaja sedang
mengalami pertumbuhan dan aktivitas fisik yang tinggi dibanding usia lain. Remaja
membutuhkan asupan protein, vitamin dan mineral per unit dari setiap energi yang
lebih banyak dibandingkan anak yang belum mengalami pubertas. Konsumsi
makanan yang kurang maupun terlalu berlebih secara kuantitatif maupun kualitataif
pada masa remaja dapat menyebabkan gangguan metabolisme dan mengarah pada
timbulnya suatu penyakit. Asupan gizi remaja dapat diperoleh dengan
Uang Saku
Uang saku diartikan sebagai bagian dari pengalokasian pendapatan keluarga
yang diberikan pada anak untuk jangka waktu tertentu dan diberikan untuk
pemenuhan keperluan harian, mingguan atau bulanan (Napitu dalam Lusiana 2008).
Pemberian uang saku bertujuan sebagai sarana pembelajaran untuk mengelola dan
bertanggung jawab atas uang saku yang dimiliki. Alokasi uang saku berkaitan
dengan kebiasaan jajan. Semakin tinggi uang saku maka semakin tinggi jumlah
makanan yang dibeli (Syafitri et al. 2009). Kebiasaan jajan berpengaruh terhadap
status gizi. Semakin tinggi kebiasaan jajan maka semakin tinggi resiko memiliki
status gizi lebih (Mariza dan Kusumastuti 2013).
Makanan Instan
Makanan atau minuman instan adalah makanan atau minuman dalam bentuk
kering, biasa dalam bentuk bubuk dan dapat disajikan sangat cepat dengan
menambahkan air panas. Makanan dan minuman instan biasa dikemas dalam
sebuah kemasan untuk menjaga agar makanan tetap dalam kondisi baik dan
menarik. Selain itu kemasan makanan dikembangkan untuk menjaga makanan agar
tahan lama (Dobrucka dan Cierpiszewski 2014). Kemasan pangan adalah bahan
yang digunakan untuk mewadahi dan atau membungkus pangan, baik yang
bersentuhan langsung dengan pangan maupun tidak (BPOM 2007).
Menurut Schlenker (2007) sumber utama natrium adalah makanan olahan.
Makanan instan termasuk dalam makanan olahan. Makanan olahan diproses dengan
penambahan bahan-bahan tambahan seperti natrium. Adanya perubahan kebiasaan
makan karena faktor psikologi, sosial dan budaya meningkatkan kebiasaan
mengonsumsi makanan olahan. Kebiasaan tersebut menjadikan makanan olahan
yang tinggi natrium terutama dalam bentuk garam (Natrium Klorida) sebagai
sumber asupan natrium ( CTAC 2009). Menurut Dietary Guildelines for Americans
(2005) dalam Schlenker dan Long (2007), natrium yang berasal dari makanan
olahan menyumbang paling banyak asupan natrium dalam diet garam dibandingkan
natrium yang berasal dari garam meja, natrium alami dari bahan makanan dan
natrium yang ditambahkan ketika memasak.
Natrium
Natrium merupakan elektrolit dalam tubuh yang mempunyai peran penting
dalam menjaga keseimbangan elektrolit tubuh dan termasuk dalam kategori mineral
makro, yaitu mineral yang dikonsumsi 100 mg per hari untuk memenuhi
kebutuhan. Asupan natrium tinggi berpengaruh terhadap peningkatan tekanan
darah. Asupan natrium yang lebih tinggi berkaitan dengan risiko yang lebih tinggi
terhadap penyakit stroke dan penyakit jantung koroner.
Natrium di dalam tubuh berfungsi untuk menjaga keseimbangan elektrolit
dalam tubuh. Natrium merupakan ion positif utama dalam cairan ekstraselular yang
menimbulkan tekanan osmotik untuk menjaga agar air tidak keluar dari darah dan
masuk ke dalam sel. Apabila konsumsi natrium berlebihan dan ginjal sudah tidak
mampu mengeluarkan, kadar natrium dalam darah akan meningkat dan lebih
banyak cairan yang ditahan oleh darah. Volume darah yang beredar dalam
pembuluh darah meningkat sehingga menimbulkan hipertensi. Jika tubuh
kekurangan natrium, tubuh akan mengambil cadangan yang tersimpan sedikit pada
permukaan tulang untuk menjaga keseimbangan dalam darah (Muchtadi 2009).
Pembatasan asupan natrium sehari penting dilakukan untuk mencegah
dampak kesehatan yang terjadi. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
(Permenkes) No 30 tahun 2013 menyebutkan bahwa konsumsi natrium lebih dari
Jenis Makanan
Makanan jajanan, saus kedelai, campuran makanan,
roti, produk fermentasi, ikan asap
Makanan beku
Biskuit, kue
Biskuit, kue
Makanan olahan
Makanan olahan
Daging olah
Tekanan Darah
Tekanan darah terdiri dari tekanan darah sistol dan tekanan darah diastol.
Penulisan tekanan darah dengan mencantumkan nilai dua fase tersebut yaitu sistol
dan diastol. Fase dimana darah sedang dipompa oleh jantung disebut dengan sistol
sedangkan fase ketika darah kembali ke jantung disebut diastol. Nilai tekanan darah
sistol lebih tinggi dibanding nilai tekanan darah diastol (Harahap et al. 2008).
Tekanan darah dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu usia, riwayat keturunan
hipertensi, golongan darah dan Indeks Massa Tubuh (IMT). Semakin tinggi IMT
individu maka semakin tinggi tekanan sistol. Tekanan diastol wanita memiliki
kecenderungan lebih rendah dibanding pria. Pengaruh faktor usia terhadap tekanan
darah adalah semakin tua usia maka tekanan darah sistol dan diastol cenderung
semakin meningkat. Individu dengan riwayat keturunan hipertensi akan memiliki
tekanan sistol dan diastol lebih tinggi dibandingkan individu tanpa riwayat
keturunan hipertensi (Harahap et al. 2008). Faktor lain yang mempengaruhi
peningkatan tekanan darah adalah stres, alkohol, kelebihan asupan natrium,
peningkatan aktivitas fisik dan obat- obatan (Aronow et al. 2011).
Sistol (mmHg)
< 120
120-139
140-159
160
Diastol (mmHg)
dan <80
atau 80-89
atau 90-99
atau 100
Status Gizi
Status gizi adalah suatu kondisi tubuh yang disebabkan oleh adanya
keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan gizi yang digunakan tubh
untuk melakukan berbagai fungsi seperti pertumbuhan fisik, perkembangan,
aktivitas dan produktivitas, pemeliharaan kesehatan dan lain-lain (Depkes 2006).
Status gizi dapat dinilai melalui metode pengukuran antropometri, biokimia, klinis,
dan dietary (pengukuran konsumsi makanan). Pengukuran secara antropometri
merupakan pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tibuh dari berbagai usia dan
tingkat gizi (Depkes 2006). Aantropomeatri dapat menyediakan informasi
mengenai riwayat gizi pada masa lalu. Pengukuran statsu gizi dengan metode
antropometri memiliki keuntungan mudah dilakukan dan cepat (Gibson 2005).
Pengukuran antropometri meliputi tinggi badan, berat badan, Indeks masa
Tubuh (IMT), komposisi lemak tubuh, panjang lutut, panjang rentang lengan dan
lain- lain. Berat badan merupakan hasil penjumlahan seluruh jaringan tulang, otot
lemak, cairan tubuh dan lain-lain. Penimbangan berat badan disesuaikan dengan
golongan usia. Alat yang digunakn untuk penimbangan berat badan pada anak,
remaja dan dewasa dapat menggunakan timbangan injak, timbangan elektrik,
detecto standart, dan timbangan health smic (Adriyani dan Wirjatmadi 2012).
Kategori
Kekurangan berat badan tingkat berat
Kekurangan berat badan tingkat ringan
Normal
Gemuk
IMT
< 17.0
17.0 18.4
18.5 25.0
25.1 27.0
> 27.0
Penilaian status gizi melalui biokimia adalah penelitian status gizi dengan
melakukan uji laboratorium. Uji biokimia dilakukan dengan menguji cairan
biologis atau jaringan, urin, darah dalam laboratorium. Uji ini digunakan untuk
mengidentifikasi tahap kedua atau ketiga dalam perkembangan defisiensi zat gizi.
Penilaian status gizi dengan metode klinis digunakan untuk mengetahui tanda dan
gejala malnutrisi. Tahap selanjutnya berupa pengujian laboratorium diperlukan
untuk mendapatkan hasil penilaian status gizi yang lebih tepat. Penilaian status gizi
metode lainnya yaitu melalui pengukuran konsumsi makanan (Gibson 2005).
Kandungan kalium dalam buah dan sayur dapat menurunkan tekanan darah.
WHO dan Dietary Aproaches to Stop Hypertension (DASH) menganjurkan rasio
natrium dengan kalium 1 (Zhang et al. 2013). Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa kalium berperan sebagai agen diuretik yang dapat mengurangi volume
ccairan ekstraseluler dan mengakibatkan tekanan darah menurun. Mekanisme lain
yaitu kalium mengubah aktivitas sistem renin-angiotensin dan mengurangi
pengaruh angiotensin pada pembuluh darah, adrenal dan reseptor ginjal. Kalium
dapat memodifikasi mekanisme saraf perifer yang mengatur tekanan darah.
Konsumssi tinggi kalium dapat menyebabkan relaksasi otot polos pembuluh darah
dan mengurangi resistensi pembuluh darah sehingga dapat menurunkan tekanan
darah ( Treasure dan Ploth 1983).
Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik merupakan semua gerakan tubuh yang terdiri dari semua
gerakan santai maupun bukan gerakan santai yang menghasilkan peningkatan
pengeluaran enegi dibandingkan dengan pengeluaran energi dalam konsisi istirahat
(Warburton et al. 2006). Aktivitas fisik berkaitan dengan jumlah pengeluaran
energi, intensitas, durasi dan frekuensi kontraksi otot. Aktivitas fisik berpengaruh
terhadap kesehatan. Semakin sedikit aktivitas fisik dapat meningkatkan resiko
perkembangan penyakit kronis dan kematian dini. Aktivitas fisik yang dilakukan
secara teratur dapat mencegah terjadinya penyakit jantung, diabetes, kanker,
hipertensi, obesitas, depresi dan osteoporosis. Aktivitas fisik yang dilakukan secara
rutin dapat memperbaiki komposisi tubuh seperti lemak, kolesterol, lipoprotein, dan
mengontrol
berat badan, mencegah penggumpalan darah, memperbaiki
keseimbangan glukosa dan sensitivitas insulin, dan meningkatkan fungsi endotelial.
Aktivitas fisik meningkatkan kebugaran sehingga meningkatkan status kesehatan
(Warburton et al. 2006).
Aktivitas fisik digolongkan menjadi aktivitas ringan, aktivitas sedang dan
aktivitas berat. Aktivitas fisik sedang apabila aktivitas dilakukan minimal lima hari
atau lebih dengan total lama waktu aktivitas yaitu 150 menit dalam seminggu.
Aktivitas fisik tergolong berat apabila aktivitas dilakukan secara terus menerus
selama minimal 10 menit dan dilakukan hingga terjadi peningkatan denyut nadi,
peningkatan nafas selama tiga hari dalam seminggu. Aktivitas ringan apabila
aktivitas fisik dilakukan diluar dari dua kategori tersebut. Aktivitas fisik dapat
(Werner dan Sharon 2005).
METODE PENELITIAN
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan menggunakan desain survei melalui pendekatan
Cross- sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan pada suatu waktu untuk
meneliti variabel tertentu dan menentukan hubungan antar variabel tersebut.
Penelitian ini dilaksanakan di Asrama PPKU Institut Pertanian Bogor. Pemilihan
lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) dengan alasan pertimbangan
kemudahan akses. Pengumpulan data primer dilakukan pada bulan Maret 2016.
n = d2 (N1)+Z2p(1p)
1.96 0.285(10.285)3700
Sekunder
Variabel
Karakteristik Subjek:
Usia
Jenis Kelamin
Suku
Pendidikan orang tua
Uang saku
Riwayat
hipertensi
keluarga
Kebiasaan makan:
Makanan dan minuman
instan
Makanan dan minuman
non-instan
Sayur dan buah
Tekanan darah
Status Gizi:
Berat badan
Tinggi badan
Aktivitas Fisik
Jumlah mahasiswa PPKU
tahun ajaran 2015/2016
Cara Pengumpulan
Alat
Pengisian kuesioner
Kuesioner
Pengisian kuesioner
Kuesioner
Pengisian kuesioner
Pengisian kuesioner
Kuesioner SQFFQ
Kuesioner SQFFQ
Pengisian kuesioner
Pengukuran
langsung
Kuesioner SQFFQ
Sphygmomanometer
digital
Pengukuran
langsung
Pengisian Kuisioner
Timbangan injak
Microtuise
Kuisioner
Database mahasiswa
PPKU tahun ajaran
2015/2016
Variabel
Usia
Kategori Penelitian
Remaja (19-21 tahun)
Jenis
Kelamin
Suku
Perempuan
Laki-laki
Jawa
Luar Jawa
SD
SMP
SMA
Perguruan tinggi
Pendidikan
Orang tua
Uang saku
Kebiasaan
makan
Riwayat
hipertensi
keluarga
Jenis
Frekuensi
Asupan
natrium
Kebiasaan
Konsumsi
konsumsi
buah
dan
buah dan sayur sayur
Hipertensi
Tekanan
darah
Sumber
Sumber: Sarwono
(2003)
Sebaran subjek
Kriteria Peneliti
Kriteria Peneliti
Kriteria Peneliti
Ada
Tidak Ada
Kriteria Peneliti
Kriteria Peneliti
Kemenkes 2013
WHO (2005)
Keterangan :
PAL = Physical activity level (tingkat aktivitas fisik)
PAR = Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk jenis
aktivitas per satuan waktu tertentu)
Nilai PAL yang diperoleh selanjutnya dikategorikan untuk mengetahui jeni
aktivitas yang dilakukan termasuk dalam aktivitas ringan, sedang atau berat.
Kategori tingat aktivitas fisik yaitu : 1) Ringan dengan nilai PAL 1.40-1.69; 2)
Sedang dengan nilai PAL 1.70-1.99; 3) Berat dengan nilai PAL 2.00-2.40
(FAO/WHO/UNU 2001).
Setiap aktivitas fisik memeiliki nilai PAR yang berbeda-beda. Adapun nilai
PAR berbagai aktivitas fisik secara lebih rinci sebagai berikut.
Tabel 6 Physical Activity Ratio (PAR) berbagai aktivitas fisik
Aktivitas
Physical Activity Ratio (PAR)
Tidur (siang dan malam)
1
Tidur-tiduran, duduk diam, membaca
1.2
Duduk sambil menonton TV
1.72
Mandi dan berpakaian
2.3
Berdiri diam, beribadah, menunggu (berdiri), berhias
1.5
Berkendaraan di mobil/ bus/ angkutan
1.2
Makan minum
1.6
Jalan santai
2.5
Berbelanja (membawa beban)
5
Mengendarai kendaraan
2.4
Melakukan pekerjaan RT
2.75
Setrika pakaian (duduk)
1.7
Office worker (duduk di depan meja, menulis, mengetik)
1.3
Olahraga (badminton)
4.85
Olahraga (jogging, lari jarak jauh)
6.5
Olahraga (bersepeda)
3.6
Olahraga (aerobik, berenang, sepak bola dll)
7.5
Kegiatan dilakukan dengan duduk
1.5
Kegiatan ringan
1.4
Memasak
2.1
Sumber : FAO/WHO/UNU (2001)
Definisi Operasional
Subjek adalah mahasiswa PPKU IPB tahun ajaran 2015/2016 yang masih aktif,
berusia antara 19-20 tahun.
Karakteristik subjek meliputi jenis kelamin suku, uang saku, pendidikan orang
tua dan usia subjek.
Usia adalah usia subjek saat dilakukan penelitian dan dinyatakan dalam tahun.
Uang saku adalah jumlah uang dalam rupiah yang diterima mahasiswa untuk
memenuhi kebutuhan pangan dan non pangan selama 1 bulan yang diperoleh
subjek baik dari orang tua, keluarga beasiswa, maupun usahanya sendiri.
Pendidikan orang tua adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang ditempuh
orang tua subjek.
Makanan instan adalah makanan dan minuman kemasan industri skala besar yang
memiliki informasi nilai gizi pada label kemasan, dapat dikonsumsi secara
langsung atau hanya memerlukan proses pengolahan yang singkat.
Makanan non-instan adalah makanan dan minuman yang memiliki kandungan
natrium tinggi selain makanan dan minuman instan.
Konsumsi makanan non-instan adalah jenis, jumlah dan frekuensi makanan dan
minuman non-instan yang dikonsumsi subjek yang dihitung berdasarkan
frekuensinya dalam hari, minggu dan bulan menggunakan Semi Quantitative
Food Frequency Questionary.
Konsumsi makanan instan adalah jenis, jumlah dan frekuensi makanan dan
minuman instan yang dikonsumsi subjek yang dihitung berdasarkan
frekuensinya dalam hari, minggu dan bulan menggunakan Semi Quantitative
Food Frequency Questionary.
Konsumsi sayur dan buah adalah jenis, jumlah dan frekuensi buah dan sayur yang
dikonsumsi subjek yang dihitung berdasarkan frekuensinya dalam hari,
minggu dan bulan menggunakan Semi Quantitative Food Frequency
Questionary.
Riwayat penyakit keluarga adalah subjek dikatakan memiliki riwayat penyakit
keluarga berupa hipertensi yang berasal dari keturunan langsung (ayah/ibu)
atau keturunan tidak langsung (kakek/nenek).
Asupan natrium adalah jumlah total asupan natrium per hari dibandingkan dengan
batas maksimum konsumsi natrium yaitu 2000 mg/hari.
Status gizi adalah adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang
yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorpsi), dan utilisasi
(utilization) zat gizi makanan yang ditentukan berdasarkan indeks massa tubuh.
Hipertensi adalah kondisi dimana tekanan sistolik dan diastolik >140/90 mmHg.
Aktivitas Fisik adalah banyaknya waktu (jam) yang digunakan untuk melakukan
kegiatan sehari-hari yang menuntut pergerakan fisik tubuh seseorang
menggunakan PAL.
DAFTAR PUSTAKA
Adriani M dan Wirjatmadi B. 2012. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan. Jakarta
(ID) : Kencana Predana Media Grup.
Almatsier S, Soetardjo S, Soekatri M. 2011. Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan.
Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.
Arisman. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta (ID). EGC
Aronow WS, Fleg JL, Bakris G, Brown AS, Ferdinand KC, Forciea MA, Frishman
WH, Jaigobin C, Kostis JB, Mancia G, et al. 2011. ACCF/AHA 2011
Expert Consesnsus Document onn Hypertention in the Elderly. JACC.
57(20): 2037-2114. doi:10.1016/j.jacc.2011.01.008
[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. Peraturan Kepala Badan Pengawas
Obat Dan Makanan Republik Indonesia tentang Pengawasan Pemasukan
Bahan Kemasan Pangan Nomor Hk.00.05.1.55.1621
Casey A dan Benson H. 2006. Panduan Harvard Medical School : Menurunkan
Tekanan Darah. Jakarta (ID) : PT Buana Ilmu Popular.
Chan et al. 2013. Relation raw and cooked vegetable consumption to blood
pressure: the Intermap Study. J Hum Hypertens. 28: 353359.
doi:10.1038/jhh.2013.115
Chobanian AV et al. 2003. seventh report of the joint national committee on
prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood pressure.
Hypertention
AHA
Journal.
42:1206
1252
doi:
10.1161/01.hyp.0000107251.49515.c2
[CTAC] Conceil de la Transformation Agroalimentaire et des Produits de
Consommation. 2009. Reformulation of Products to Reduce Soium: Salt
Reduction Guide for the Food Energy. Canada (USA): Edikom.
[Depkes RI] Departemen kesehatan Republik Indonesia. 2006. Glosarium Data dan
Informasi Kesehatan. Jakarta (ID): Departemen Kesehatan Republik
Indonesia
Dobrucka R, Cierpiszewski R. 2014. Active and Intelligent Packaging Food
Research and Development A Review. Pol. J. Food Nutr.64(1) : 7-15.
DOI: 10.2478/v1022201200913
[FAO] Food and Nutrition Technical Report Series. 2001. Human Energy
Requirements. Rome: FAO/WHO/UNU.
Gibson, R. S. 2005. Principles of Nutritional Assessment. Second Edition. New
York (USA) : Oxford University Press Inc.
Giles TD, Materson BJ, Cohn JN, Costis BJ. 2009. Definition and Classification of
Hypertension: an Update. J Clin Hypertens. 11 : 611-614. doi:
10.1111/j.1751-7176.2009.00179.x
Harahap H, Hardinsyah, Setiawan B, Effendi I. 2008. Hubungan Indeks Massa
Tubuh, Jenis Kelamin, Usia, Golongan Darah dan Riwayat Keturunan
dengan Tekanan Darah pada Pegawai Negeri Sipil di Pekan Baru. PGM
2008,31(2): 51- 58
He FJ, Nowson CA, Lucas m, Macgregor GA. 2007. Increased consumption of fruit
and vegetables is related to reduced risk of coronary heart disesae: metaanalysis of cohort studies. J Hum Hypertens. 21 (7) :17-28
[Kemenkes] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman Praktis
Memantau Status Gizi Orang Dewasa. Jakarta (ID) : Kemenkes
________. 2013. Survei Diet Total: Survei Konsumsi makanan Individu Indonesia
2014. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembanagn Kesehatan.
________. 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta (ID) :
kemenkes
________. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 ahun
2013 Tentang Pencantuman Informasi kandungan Gula, Garam dan
Lemak serta Pesan Kesehatan Untuk Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji.
Jakarta (ID) : Kemenkes
_______2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41 Tahun
2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang.
Lusiana SA. 2008. Status gizi, konsumsi pangan, dan usia menarche anak
perempuan sekolah dasar di Bogor [skripsi]. Bogor (ID) : Jurusan Gizi
Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor
Mancia G. Fagard R, Narkiewicz K, Redon J, Zanchetti A, Bohm M, Christiaens T,
Cifkova R, Backer GD, Dominiczak A, et. Al. 2013. 2013 ESH/ESC
Guidelines for the Management of Arterial Hypertension. EurheartJ. 34:
2159-2219. doi:10.1093/eurheartj/eht151
Mariza YY, Kusumastuti AC. 2013. Hubungan antara kebiasaan sarapan dan
kebiasaan jajan dengan status gizi anak sekolah dasar di Kecamatan
Pedurungan Kota Semarang. Journal of Nutrition College. 2(1): 207-213.
Merita. 2011. Konsumsi Mie, Susu, dan Minuman Ringan terhadap Kecukupan
Gizi pada Mahasiswi dengan Status Gizi Normal dan Kegemukan.
[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Mozaffarian D, Fahimi S, Singh GM, Micha R, KhatibzadehS, Engell RE, Lim,
Danaei G, Ezzati M, Powles J. 2014. Global Sodium Consumption and
Death from Cardiovascular Causes. N Engl J Med 371 (7): 624- 634 doi:
10.1056/NEJMoa1304127
Muchtadi D. 2009. Pengantar Ilmu Gizi. Bandung (ID) : Alfabeta.
Park J, Lee js, Jang YA, Chung HR, Kim J. 2011. A Comparison of Food and
Nutrient Intake between Instant Noodle Consumers and Non-instant
Noodle Consumers in Korean Adults. Nutr Res Pract 5(5):443-449
doi.org/10.4162/nrp.2011.5.5.443
Puspadewi RH. 2014. Persepsi Tentang Pangan Sehat, Pemilihan Pangan Dan
Kebiasaan Makan Sehat Pada Mahasiswa [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut
Pertanian Bogor.
Sarwono SW. 2003. Psikologi Remaja. Jakarta (ID) : Rajawali Press.
Setiawan AP. 2006. Kebiasaan Konsumsi Makanan Kudapan dan Kontribusinya
Terhadaip Kecukupan Energi dan Protein pada Mahasiswa PPKU IPB
dengan Status Gizi Kurang. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.