Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Blok Tumbuh Kembang Dan Geriatri adalah blok XXI pada semester
VII dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Pada blok XXI ini,
mahasiswa akan mempelajari mengenai berbagai hal mengenai Tumbuh
Kembang Dan Geriatri yang termasuk diantaranya yaitu Pertumbuhan Anak di
Posyandu.
Malnutrisi di masyarakat secara langsung maupun tidak langsung
berpengaruh terhadap 60% dari 10,9 juta kematian anak dalam setiap tahunnya
dimana dampak jangka pendek gizi kurang/buruk pada masa batita adalah
gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak, otot, komposisi tubuh dan
metabolic programming glukosa, lemak dan protein (Agostoni et al., 2005).
Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yaitu peningkatan
ukuran dan struktur. Anak tidak saja menjadi besar secara fisik, tapi ukuran
dan struktur organ dalam tubuh dan otak meningkat. Akibatnya ada
pertumbuhan otak, anak tersebut memiliki kemampuan yang lebih besar untuk
belajar, mengingat dan berpikir (Hurlock, 2007).
Gangguan pertumbuhan merupakan suatu keadaan apabila pertumbuhan
anak secara bermakna lebih rendah atau pendek dibandingkan anak seusianya
yang berdasarkan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) berada dibawah
2 SD kurva pertumbuhan WHO (Depkes RI, 2010).
Penilaian gangguan pertumbuhan dapat dilakukan sedini mungkin sejak
anak dilahirkan. Melalui deteksi dini dapat diketahui penyimpangan
pertumbuhan anak secara dini, sehingga upaya pencegahan dapat diberikan
dengan indikasi yang jelas pada masa-masa kritis proses pertumbuhan sesuai
dengan umur anak, dengan demikian dapat tercapai kondisi pertumbuhan yang
optimal.

Penilaian

pertumbuhan

dapat

dilakukan

melalui

penilaian

pertumbuhan fisik salah satunya adalah melalui pemantauan tinggi badan


anak. Dengan mengukur tinggi badan anak, pertumbuhan anak dapat dinilai
dan dibandingkan dengan standar pertumbuhan yang bertujuan untuk
menentukan apakah anak tumbuh secara normal atau mempunyai masalah
pertumbuhan atau ada kecenderungan masalah pertumbuhan yang perlu
ditangani (Depkes RI, 2010).
Oleh karena pertumbuhan merupakan proses yang sangat penting dalam
kehidupan, maka salah satu strategi pembelajaran di Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang yaitu adanya tugas pengenalan
profesi (TPP) dengan judul pertumbuhan anak di posyandu puskesmas. Tugas
ini merupakan salah satu kegiatan pembelajaran dalam blok yang
mengarahkan mahasiswa secara kelompok untuk turun langsung ke
masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka kelompok TPP 6 dapat
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa saja faktor yang mempegaruhi pertumbuhan anak di posyandu
puskesmas?
2. Bagaimana cara mengevaluasi pertumbuhan anak di posyandu puskesmas?
3. Bagaimana pertumbuhan anak yang normal di posyandu puskesmas?
4. Bagaimana gangguan pertumbuhan pada anak di posyandu puskesmas?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan pelaksanaan TPP kali ini adalah:
Tujuan Umum:
Untuk mengetahui gambaran pertumbuhan anak di posyandu puskesmas.
Tujuan Khusus:
1.

Mengetahui faktor yang mempengaruhi pertumbuhan anak di posyandu


puskesmas.

2.

Mengetahui cara mengevaluasi pertumbuhan anak di posyandu


puskesmas.

3.

Mengetahui pertumbuhan normal anak di posyandu puskesmas.

4.

Mengetahui gangguan pertumbuhan pada anak di posyandu puskesmas.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang didapatkan dari pelaksanaan Tugas Pengenalan
Profesi kali ini adalah:
1. Untuk mahasiswa
a. Dapat menambah ilmu pengetahuan tentang pertumbuhan anak.
2. Untuk staff pengajar & profesi khususnya bidang kesehatan
a.

Dapat menambah ilmu pengetahuan tentang pertumbuhan anak.

b.

Dapat dijadikan sebagai literatur pembanding dalam pengajaran


mengenai pertumbuhan anak.

3. Untuk masyarakat
a. Dapat menambah wawasan terhadap pertumbuhan anak.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Anak
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan
masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia
bermain/oddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5), usia sekolah (5-11 tahun)
hingga remaja (11-18 tahun) (Azis, 2005).
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak, pasal 1 Ayat 1, Anak adalah seseorang yang
belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam
kandungan. Sedangkan menurut definisi WHO, batasan usia anak adalah
sejak anak di dalam kandungan sampai usia 19 tahun. Berdasarkan Konvensi
Hak-hak Anak yang disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsabangsa pada tanggal 20 Nopember 1989 dan diratifikasi Indonesia pada tahun
1990, Bagian 1 pasal 1, yang dimaksud Anak adalah setiap orang yang
berusia di bawah 18 tahun, kecuali berdasarkan undang-undang yang berlaku
bagi anak ditentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih awal (Kemenkes RI,
2014).
2.2 Pertumbuhan Anak
Pertumbuhan adalah peningkatan jumlah dan ukuran sel pada saat
membelah diri dan mensintesis protein baru mengahsilkan peningkatan
ukuran dan berat seluruh atau sebagian bagian sel (Wong, 2009).
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam
arti sebagian atau seluruhnya karena adanya multiflikasi sel-sel tubuh dan
juga karena bertambah besarnya sel. Adanya multiflikasi dan pertambahan
ukuran sel berarti ada pertambahan secara kuantitatif dan hal tersebut terjadi
sejak terjadinya konsepsi, yaitu bertemunya sel telur dan sperma hingga
dewasa. Jadi, pertumbuhan lebih ditekankan pada bertambahnya ukuran fisik

seseorang, yaitu menjadi lebih besar atau lebih matang bentuknya, seperti
bertambahnya ukuran berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala.
Pertumbuhan pada masa anak-anak mengalami perbedaan yang bervariasi
sesuai dengan bertambahnya usia anak. Secara umum, pertumbuhan fisik
dimulai dari arah kepala ke kaki. Kematangan pertumbuhan tubuh pada
bagian kepala berlangsung lebih dahulu, kemudian secara berangsur-angsur
diikuti oleh tubuh bagian bawah. Pada masa fetal pertumbuhan kepala lebih
cepat dibandingkan dengan masa setelah lahir, yaitu merupakan 50 % dari
total panjang badan. Selanjutnya, pertumbuhan bagian bawah akan bertambah
secara teratur. Pada usia dua tahun, besar kepala kurang dari seperempat
panjang badan keseluruhan, sedangkan ukuran ekstremitas bawah lebih dari
seperempatnya (Nelson, 2000).
2.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan Anak
Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan anak. Secara garis
besar faktor-faktor tersebut dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu faktor
dalam (internal) dan faktor luar (eksternal/lingkungan), pertumbuhan
merupakan kombinasi antara kedua faktor tersebut (Chamidah, 2009).
Faktor internal terdiri dari perbedaan ras/etnik atau bangsa, keluarga,
umur, jenis kelamin, kelainan genetik, dan kelainan kromosom. Anak yang
terlahir dari suatu ras tertentu, misalnya ras Eropa mempunyai ukuran tungkai
yang lebih panjang daripada ras Mongol. Wanita lebih cepat dewasa
dibanding laki-laki. Pada masa pubertas wanita umumnya tumbuh lebih cepat
daripada laki-laki, kemudian setelah melewati masa pubertas sebalinya lakilaki akan tumbuh lebih cepat. Adanya suatu kelainan genetik dan kromosom
dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, seperti yang
terlihat pada anak yang menderita Sindroma Down (Chamidah, 2009).
Selain faktor internal, faktor eksternal/lingkungan juga mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak. Contoh faktor lingkungan yang
banyak mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak adalah gizi,
stimulasi, dan sosial ekonomi (Chamidah, 2009).

Gizi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap proses


tumbuh kembang anak. Sebelum lahir, anak tergantung pada zat gizi yang
terdapat dalam darah ibu. Setelah lahir, anak tergantung pada tersedianya
bahan makanan dan kemampuan saluran cerna. Hasil penelitian tentang
pertumbuhan anak Indonesia (Sunawang, 2002) menunjukkan bahwa
kegagalan pertumbuhan paling gawat terjadi pada usia 6-18 bulan. Penyebab
gagal tumbuh tersebut adalah keadaan gizi ibu selama hamil, pola makan bayi
yang salah, dan penyakit infeksi (Chamidah, 2009).
Faktor lain yang tidak dapat dilepaskan dari pertumbuhan dan
perkembangan anak adalah faktor sosial ekonomi. Kemiskinan selalu
berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan lingkungan yang jelek,
serta kurangnya pengetahuan. (Tanuwijaya, 2003).
2.2.2 Pemantauan Pertumbuhan Anak
Pemantauan pertumbuhan adalah suatu kegiatan pengukuran anak yang
teratur, dicatat dan kemudian diinterprestasikan dengan maksud agar dapat
memberikan penyuluhan, berbuat sesuatu, serta melakukan follow up
selanjutnya. Pemantauan pertumbuhan merupakan strategi operasional untuk
membantu dalam memvisualkan pertumbuhan anaknya dan menerima
petunjuk yang khusus atau spesifik, relevan dan praktis sehingga ibu,
keluarga, dan masyarakat dapat berbuat guna mempertahankan kesehatan
serta pertumbuhan anak dengan optimal (Depkes, 2009).
Dasar utama dalam menilai pertumbuhan fisik anak adalah penilaian
menggunakan alat baku (standar). Untuk menjamin ketepatan dan keakuratan
penilaian harus dilakukan dengan teliti dan rinci. Pengukuran perlu dilakukan
dalam kurun waktu tertentu untuk menilai kecepatan pertumbuhan. Parameter
ukuran antropometrik yang dipakai dalam penilaian pertumbuhan fisik adalah
tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, lipatan kulit, lingkar lengan atas,
panjang lengan, proporsi tubuh, dan panjang tungkai. Menurut Pedoman
Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita (Tim Dirjen Pembinaan Kesmas,

1997) dan Narendra (2002) macam-macam penilaian pertumbuhan fisik yang


dapat digunakan adalah:
1. Pengukuran Berat Badan (BB)
Pengukuran ini dilakukan secara teratur untuk memantau
pertumbuhan dan keadaan gizi balita. Balita ditimbang setiap bulan
dan dicatat dalam Kartu Menuju Sehat Balita (KMS Balita)
sehingga dapat dilihat grafik pertumbuhannya dan dilakukan
interfensi jika terjadi penyimpangan.
2. Pengukuran Tinggi Badan (TB)
Pengukuran tinggi badan pada anak sampai usia 2 tahun dilakukan
dengan berbaring., sedangkan di atas umur 2 tahun dilakukan
dengan berdiri. Hasil pengukuran setiap bulan dapat dicatat pada
dalam KMS yang mempunyai grafik pertumbuhan tinggi badan.
3. Pengukuran Lingkar Kepala Anak (PLKA)
PLKA adalah cara yang biasa dipakai untuk mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan otak anak. Biasanya ukuran
pertumbuhan tengkorak mengikuti perkembangan otak, sehingga
bila

ada

hambatan

pada

pertumbuhan

tengkorak

maka

perkembangan otak anak juga terhambat. Pengukuran dilakukan


pada diameter occipitofrontal dengan mengambil rerata 3 kali
pengukuran sebagai standar.
Untuk memantau pertumbuhan fisik anak, sering digunakan ukuranukuran antropometrik yang dibedakan menjadi 2 kelompok:
1. Ukuran yang tergantung umur (age dependence)
a. Berat badan (BB) terhadap umur
b. Tinggi/ panjang badan (TB) terhadap umur
c. Lingkaran kepala (LK) terhadap umur

d. Lingkaran lengan atas (LLA) terhadap umur


Kesulitan penggunaan cara ini adalah menetapkan umur anak secara tepat,
karena tidak semua anak mempunyai catatan mengenai tanggal lahir.

2. Ukuran yang tidak tergantung umur


a. BB terhadap TB
b. LLA terhadap TB (QUAC Stick = Quacker Arm Circumference
Measuring Stick)
c. Lain-lain: LLA dibandingkan dengan standar/baku, lipatan
kulit pada trisep, subscapular, abdominal dibandingkan dengan
baku.
Selanjutnya hasil pengukuran antropometrik tersebut dibandingkan dengan
suatu baku tertentu, misalnya baku Harvard, NCHS (National Center for
Health Statistic), CDC (Communicable Disease Center), WHO, atau baku
nasional kalau ada. Pada saat ini dianjurkan untuk pemantauan ukuran
antopometri digunakan WHO Anthro 2005.
Pertumbuhan anak dapat diamati secara langsung dengan menggunakan
Kartu Menuju Sehat (KMS) Balita. Penggunaan KMS untuk memantau
keadaan kesehatan dan gizi melalui pertumbuhan atas dasar kenaikan berat
badan. Kartu ini merupakan gambar kurva berat badan anak usia 0-5 tahun
terhadap umurnya. Aktifitasnya tidak hanya menimbang dan mencatat saja,
tetapi harus menginterprestasikan tumbuh kembang anak terhadap ibunya,
sehingga memungkinkan pertumbuhan anak dapat diamati dengan cara
menimbang teratur tiap bulan. Program gizi terdapat slogan yaitu anak yang
sehat bertambah umur bertambah berat. Ibu ibu yang berhubungan dengan
kesehatan anak dari sejak lahir sampai berusia lima tahun perlu dicatat dalam

KMS. Selain itu KMS berisi pesan pesan penyuluhan tentang


penanggulangan diare, makanan anak, pemberian kapsul vitamin A, imunisasi
dan lain lain (Depkes, 2009).
Kartu Menuju Sehat (KMS) yang digunakan pada saat ini dengan
menggunakan buku KIA. KMS dibagi dua macam untuk laki-laki dan
perempuan, kenaikan berat badan baik laki- laki maupun perempuan dilihat
dari kenaikan berat badan minimal (KBM) dan umur anak. Apabila anak
umur 1 bulan kenaikan berat badan minimal 800 gr, 2 bulan (900 gr), 3 bulan
(800 gr), 4 bulan(600 gr), 5 bulan (500 gr), 6-7 bulan(400 gr), 8-11 bulan(300
gr), anak umur 1-5 tahun kenaikan berat badan minimal 200 gr (Depkes,

2009).

10

Gambar 2.1 Kartu Menuju Sehat untuk Laki laki dan perempuan.
Sumber: Depkes RI 2009

Apabila anak tumbuh sehat berat badan naik sesuai garis pertumbuhan
mengikuti pita hijau pada KMS atau naik ke pita warna diatasnya.Anak yang
tumbuh kurang sehat apabila berat badan anak tidak naik atau turun, garis di
KMS turun, datar, atau pindah ke pita warna dibawahnya, garis KMS
dibawah garis merah (Depkes, 2009).
2.2.3 Gangguan Pertumbuhan Anak
Gangguan pertumbuhan fisik meliputi gangguan pertumbuhan di atas
normal dan gangguan pertumbuhan di bawah normal. Pemantauan berat
badan menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat) dapat dilakukan secara
mudah untuk mengetahui pola pertumbuhan anak. Menurut Soetjiningsih
(2013) bila grafik berat badan anak lebih dari 120% kemungkinan anak
mengalami obesitas atau kelainan hormonal. Sedangkan, apabila grafik berat
badan di bawah normal kemungkinan anak mengalami kurang gizi, menderita
penyakit kronis, atau kelainan hormonal. Lingkar kepala juga menjadi salah
satu parameter yang penting dalam mendeteksi gangguan pertumbuhan dan
perkembangan anak. Ukuran lingkar kepala menggambarkan isi kepala
termasuk otak dan cairan serebrospinal. Lingkar kepala yang lebih dari
normal dapat dijumpai pada anak yang menderita hidrosefalus, megaensefali,
tumor otak ataupun hanya merupakan variasi normal. Sedangkan apabila
lingkar kepala kurang dari normal dapat diduga anak menderita retardasi
mental, malnutrisi kronis ataupun hanya merupakan variasi normal. Deteksi
dini gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran juga perlu dilakukan
untuk mengantisipasi terjadinya gangguan yang lebih berat. Jenis gangguan
penglihatan yang dapat diderita oleh anak antara lain adalah maturitas visual
yang terlambat, gangguan refraksi, juling, nistagmus, ambliopia, buta warna,
dan kebutaan akibat katarak, neuritis optik, glaukoma, dan lain sebagainya.
(Soetjiningsih, 2013). Sedangkan ketulian pada anak dapat dibedakan

11

menjadi tuli konduksi dan tuli sensorineural. Menurut Hendarmin (2006), tuli
pada anak dapat disebabkan karena faktor prenatal dan postnatal. Faktor
prenatal antara lain adalah genetik dan infeksi TORCH yang terjadi selama
kehamilan. Sedangkan faktor postnatal yang sering mengakibatkan ketulian
adalah infeksi bakteri atau virus yang terkait dengan otitis media (Chamidah,
2009).

2.3 Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk, dan bersama
masyarakat, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan
kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan bagi bagi ibu,
bayi dan anak balita. Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dimana
masyarakat dapat sekaligus memperoleh pelayanan Keluarga Berencana (KB)
dan kesehatan antara lain : gizi, imunisasi, Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
dan penanggulangan diare (Kemenkes RI, 2012).
2.3.1 Kegiatan Pelayanan di Posyandu
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2012) kegiatan yang terdapat di
posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan pengembangan/pilihan.
Kegiatan utama, mencakup:
1. Kesehatan ibu dan anak
a. Penimbangan berat badan dan pemberian tablet besi yang
dilakukan oleh kader kesehatan.
b. Bila ada petugas Puskesmas ditambah dengan pengukuran
tekanan darah, pemeriksaan hamil bila ada tempat atau ruang
periksa dan pemberian imunisasi Tetanus Toxoid. Bila ditemukan
kelainan maka segera dirujuk ke Puskesmas.
c. Bila dimungkinkan diselenggarakan kelompok ibu hamil pada
hari buka Posyandu yang kegiatannya antara lain : penyuluhan
tentang tanda bahaya kehamilan, persalinan, persiapan menyusui,

12

KB dan gizi ibu hamil, perawatan payudara dan pemberian ASI,


peragaan perawatan bayi baru lahir dan senam ibu hamil.
d. Ibu nifas dan menyusui Pelayanannya meliputi :
1. Penyuluhan kesehatan, KB, ASI, dan gizi, perawatan jalan
2.
3.
4.
5.

lahir.
Pemberian vitamin A dan tablet besi
Perawatan payudara
Senam ibu nifas
Bila ada petugas kesehatan dan tersedia ruangan maka dapat
dilakukan pemeriksaan payudara, tinggi fundus uteri, dan

pmeriksaan lochea.
e. Bayi dan anak balita
1. Jenis pelayanan untuk bayi dan balita mencakup :
2. Penimbangan
3. Penentuan status gizi
4. Penyuluhan tentang kesehatan bayi dan balita
5. Jika ada petugas kesehatan dapat ditambahkan pemeriksaan
kesehatan, imunisasi, dan deteksi dini tumbuh kembang. Bila
ditemukan adanya kelainanakan dirujuk ke Puskesmas.
2. Keluarga berencana
Pelayanan KB di Posyandu yang diselenggarakan oleh kader adalah
pemberian pil dan kondom. Bila ada petugas kesehatan maka dapat
dilayani KB suntik dan konseling KB.
3. Imunisasi
Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan bila ada
petugas kesehatan Puskesmas. Jenis pelayanan imunisasi yang
diberikan yang sesuai program, baik untuk bayi, balita maupun untuk
ibu hamil, yaitu : BCG, DPT, hepatitis B, campak, polio, dan tetanus
toxoid.
4. Gizi
Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader. Bentuk
pelayanannya meliputi penimbangan berat badan, deteksi dini
gangguan

pertumbuhan,

penyuluhan

gizi,

pemberian

PMT,

pemberian vitamin A dan pemberian sirup besi (Fe). Untuk ibu hamil
dan ibu nifas diberikan tablet besi dan yodium untuk daerah endemis
gondok.

13

5. Pencegahan dan penanggulangan diare.


Pelayanan diare di Posyandu dilakukan antara lain dengan
penyuluhan

Perilaku

Hidup

Bersih

dan

Sehat

(PHBS).

Penanggulangan diare antara lain dengan cara penyuluhan tentang


diare dan pemberian oralit atau larutan gula garam.
Kegiatan pengembangan/pilihan, masyarakat dapat menambah kegiatan
baru disamping lima kegiatan utama yang telah ditetapkan, dinamakan
Posyandu Terintegrasi. Kegiatan baru tersebut misalnya;
1. Bina Keluarga Balita (BKB);
2. Tanaman Obat Keluarga (TOGA);
3. Bina Keluarga Lansia (BKL);
4. Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD);
5. Berbagai program pembangunan masyarakat desa lainnya.
Semua anggota masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan dasar
yang ada di Posyandu terutama;
1. bayi dan anak balita;
2. ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui;
3. pasangan usia subur;
4. pengasuh anak.

2.3.2 Manfaat Posyandu


Manfaat yang akan di dapatkan masyarakat dengan adanya posyandu
yaitu (Kemenkes RI, 2012):
1. Memperoleh

kemudahan

untuk

mendapatkan

informasi

dan

pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi, dan anak balita.


2. Pertumbuhan anak balita terpantau sehingga tidak menderita gizi
kurang atau gizi buruk.
3. Bayi dan anak balita mendapatkan kapsul Vitamin A.
4. Bayi memperoleh imunisasi lengkap.

14

5. Ibu hamil akan terpantau berat badannya dan memperoleh tablet


tambah darah (Fe) serta imunisasi Tetanus Toksoid (TT).
6. Ibu nifas memperoleh kapsul Vitamin A dan tablet tambah darah
(Fe).
7. Memperoleh penyuluhan kesehatan terkait tentang kesehatan ibu dan
anak.
8. Apabila terdapat kelainan pada bayi, anak balita, ibu hamil, ibu nifas
dan ibu menyusui dapat segera diketahui dan dirujuk ke puskesmas.
9. Dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang kesehatan ibu,
bayi, dan anak balita.

15

BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 Tempat Pelaksanaan


Alamat

3.2 Waktu Pelaksanaan


Hari dan Tanggal :
Waktu

3.3 Alat-Alat yang Digunakan


Adapun alat-alat yang digunakan dalam Tugas Pengenalan Profesi antara lain
1.

Daftar pertanyaan

2.

Pena

3.

Buku tulis

4.

Kamera

3.4 Langkah Kerja


Tahapan kegiatan meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
a. Membuat proposal.
b. Melakukan konsultasi kepada pembimbing tugas pengenalan profesi.
c. Mendapatkan izin dari pembimbing tugas pengenalan profesi.
2. Tahap pelaksanaan
Mahasiswa:
a. Melakukan wawancara dengan pasien atau keluarga pasien.
b. Mengisi kuisioner yang digunakan sebagai panduan wawancara
tersebut sesuai dengan jawaban dari pasien atau keluarga pasien.

16

3. Tahap Penyelesaian
a. Mengumpulkan

semua

data,

mengolah,

menganalisa

dan

menyimpulkan.
b. Menyusun laporan hasil pengamatan dan pemeriksaan.
c. Mendapatkan ACC laporan hasil pengamatan dan pemeriksaan dari
pembimbing tugas pengenalan profesi.

17

DAFTAR PUSTAKA
Agostoni C, Axelson I, Colomb V, Goulet O, Koletzko B, Michaelsen KF, et al.
The need for nutrition support teams in pediatric units: A commentary by
the ESPGHAN committee on nutrition. J Pediatri Gastroenterol Nutr.
2005; 41:8-11.
Aziz, Hidayat Al. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta: Salemba
Medika.
Chamidah, A. N. 2009. Deteksi Dini Gangguan Pertumbuhan dan perkembangan
Anak. Jurnal Pendidikan Khusus. 5 (2): 85-89.
Depkes RI.(2010). Pedoman Nasional Tumbuh Kembang Anak . Jakarta:
Gramedia.
Hendarmin, H 2006, Pencegahan gangguan pendengaran dan ketulian di
Indonesia.

(http://www.thsc.com.sg/files/newsletter/thsc-edisi-4-pdf,

Diakses 19 Agustus 2016)


Hurlock, Elizabeth B. 2007. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Buku Saku Posyandu.
Kemenkes RI: Jakarta, Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Kondisi Pencapaian Program
Kesehatan Anak Indonesia. Jakarta: InfoDATIN.
Narendra, M.B.2002. Tumbuh Anak dan Remaja. CV Sagung Seto, Jakarta
Nelson WE. 2000. Ilmu kesehatan anak. 15th ed. Alih bahasa. Samik Wahab.
Jakarta: EGC.
Short JR, Gray OP, Dodge JA. 2009. Sinopsis Pediatri. Tanggerang: Binarupa
Aksara.
Soetjiningsih. (2013). Tumbuh Kembang Anak. Indonesia, Jakarta : EGC.
Tanuwijaya, S. 2003. Konsep Umum Tumbuh dan Kembang. EGC, Jakarta
Indonesia
Wong, L. Donna. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Vol. 1. Edisi 6. Jakarta
EGC.

18

19

Anda mungkin juga menyukai