Anda di halaman 1dari 36

BAB 1

LOGIKA MATEMATIKA
Logika adalah studi penalaran matematis. Secara singkat, logika didefinisikan sebagai cara berpikir dalam
mengembangkan sesuatu dengan akal. Logika difokuskan pada hubungan antara pernyataan-pernyataan
(statements). Lihat contoh dibawah:
Saya adalah seorang mahasiswa.
Setiap mahasiswa diwajibkan memiliki buku ajar.
Maka, saya diwajibkan memiliki buku ajar.
Logika tidak mementingkan benar-tidaknya setiap pernyataan, melainkan membantu kita membuat
kesimpulan atas pernyataan-pernyataan yang ada, seperti yang dicontohkan ke atas.
1.

Proporsi
Dalam logika kita hanya mengenal pernyataan-pernyataan yang memiliki nilai, entah benar
maupun salah, namun tidak keduanya. Hal disebut dinamakan proporsi.
Contoh-contoh proporsi:
1. 10 > 5. (benar)
2. Jakarta adalah ibukota Singapura. (salah)
3. Saya belum menikah. (bisa benar bisa salah)
Namun contoh berikut bukan proporsi:
1. x > 4 (kebenaran tergantung nilai x yang belum ditentukan)
2. Ambil buku itu! (kalimat perintah)
3. Kapan kamu pulang? (kalimat tanya)
Kita dapat menggunakan sebuah simbol untuk merepresentasikan sebuah proporsi. Misalnya:
p = 13 > 5
q = Saya besok sekolah.
r = Jakarta adalah ibukota Indonesia.

2.

Kombinasi Proporsi
Proporsi dapat juga berbentuk dari kombinasi proporsi-proporsi lain. Pengombinasian
proporsi dapat dilakukan dengan menggunakan operator logika. Operator logika dasar adalah
dan, atau, dan tidak. Namun ada juga operator logika lain seperti exclusive or yang akan
kita bahas kemudian. Proporsi yang terdiri dari beberapa proporsi yang lain dapat disebut juga
sebagai proporsi majemuk, sedangkan proporsi yang bukan terdiri atas beberapa proporsi
lain disebut proporsi atomik.
2.1. Operator dan (and)
Disebut juga konjungsi. Simbolnya adalah . Contoh penggunaan:

Cara membacanya adalah p dan q, bisa juga p tetapi q, dengan p dan q masingmasing merepresentasikan suatu proporsi.
Nilai kebenaran suatu konjungsi adalah benar jika kedua proporsi yang mengapit
bernilai benar, dan salah jika salah satu saja dari kedua proporsi yang mengapit bernilai
salah.

2.2.

Operator atau (or) dan exclusive or


Operator atau Disebut juga disjungsi. Simbolnya adalah . Contoh penggunaan:

Cara membacanya adalah p atau q, dengan p dan q masing-masing
merepresentasikan suatu proporsi.
Nilai kebenaran suatu disjungsi adalah benar jika paling tidak satu dari kedua proporsi
bernilai benar, dan salah jika kedua proporsi bernilai salah.
Sedangkan exclusive or atau disjungsi ekslusif simbolnya adalah . Contoh
penggunaan:

Nilai kebenaran disjungsi eksklusif adalah benar jika tepat salah satu dari kedua
proporsi adalah benar, dan salah jika kedua proporsi bernilai sama (entah benar atau
salah).

2.3.

Operator tidak (not)


Disebut juga ingkaran. Disimbolkan dengan . Contoh penggunaan:

Cermati bahwa operator not tidak memerlukan dua proporsi melainkan hanya satu.
Cara membacanya adalah tidak benar bahwa p. Nilai ingkaran adalah benar jika
proporsi bernilai salah dan nilai ingkaran adalah salah jika nilai proporsi adalah benar.

Contoh 1:
.
.
.
.
.
.
Jika dari kedua proporsi diatas ternyata saya memang seorang mahasiswa dan saya memang
harus mempunyai buku ajar, maka nilai p adalah benar dan q adalah benar. Maka konjungsi
bernilai benar dan disjungsi bernilai benar pula. Sedangkan nilai ingkaran akan
bernilai salah.
Contoh 2:
12 .
.
12 .
12 .
12 .
Dari kedua proporsi diatas jelas terlihat bahwa proporsi p bernilai benar dan proporsi q bernilai
salah. Maka bisa disimpulkan konjungsi bernilai salah dan disjungsi bernilai
benar.

Hal yang perlu diingat:


Perhatikan bahwa logika matematika tidak melihat kelogisan bahasa dari suatu
proporsi. Sebagai contoh proporsi majemuk 12 adalah bilangan genap atau bilangan
genap tidak bisa dibagi dua secara bahasa terdengar tidak logis dan kita sulit
menentukan kebenaran dari proporsi tersebut. Namun dalam logika matematika
proporsi ini tetap valid dan kita tetap dapat menilai kebenaran proporsi tersebut.
3.

Tabel Kebenaran
Tabel kebenaran adalah salah satu cara kita untuk menentukan kebenaran suatu proporsi
majemuk. Manfaat utama tabel kebenaran akan lebih terlihat jika kita menentukan kebenaran
dari proporsi majemuk yang kompleks. Pada tabel kebenaran biasanya nilai benar akan ditulis
sebagai T (True) sedangkan salah sebagai F (False).
Contoh jika kita ingin mengetes semua nilai kebenaran proporsi majemuk :



T
T
F
F
T
F
T
T
F
T
F
F
F
F
T
F
Dapat dilihat bahwa tabel kebenaran dapat digunakan untuk mengetes semua kemungkinan
nilai kebenaran dari sebuah proporsi majemuk. Jika nilai suatu proporsi majemuk adalah
benar untuk semua kasus (semua kemungkinan nilai-nilai proporsi atomik) maka akan disebut
sebagai tautologi, dan jika sebaliknya maka akan disebut sebagai kontradiksi.
Tabel kebenaran juga dapat digunakan untuk melihat ekuivalensi dua buah proporsi majemuk.
Dua buah proporsi majemuk dikatakan ekivalen jika mereka memiliki tabel kebenaran yang
persis sama. Ekivalen disimbolkan dengan . Contoh:

4.

Hukum-Hukum Logika Proposisi


Terdapat beberapa hukum yang penting dari proporsi yang dapat dilihat dibawah. Ada
beberapa hukum yang mirip dengan hukum di aljabar matematika, sehingga bisa
memudahkan dalam mengerjakan soal-soal logika yang rumit.
4.1. Hukum identitas


4.2. Hukum negasi
~
~
4.3. Hukum null

4.4.
4.5.

4.6.

4.7.

4.8.

4.9.

5.

Hukum involusi
Hukum komutatif

Hukum distributif

Hukum asosiatif

Hukum De Morgan

Hukum penyerapan

( )

( ) ( ) ( )
( ) ( ) ( )
( ) ( )
( ) ( )
( )
( )
( )
( )

Implikasi
Proporsi majemuk dapat berupa pernyataan seperti jika p, maka q. Hal seperti ini disebut
dengan proporsi bersyarat, atau implikasi. Contoh-contoh implikasi adalah sbb:
a. Jika aku besok sekolah, maka aku membawa buku.
b. Jika besok hujan, aku tidak sekolah.
c. Jika awan mendung, maka akan hujan.
Penulisan implikasi adalah dengan tabel kebenaran sbb:

Maka terlihat bahwa implikasi hanya akan bernilai salah jika proporsi awal (hipotesis) bernilai
benar dan proporsi akhir (konklusi) bernilai salah.
Contoh:
.
.
, .
Kondisi 1 : Jika saya memang pulang awal (p benar) dan saya memang mampir ke toko
ibu (q benar) maka implikasi benar. (logis)
Kondisi 2 : Jika saya memang pulang awal (p benar) namun saya tidak mampir ke toko ibu
(q salah) maka implikasi salah karena saya berbohong kepada ibu.
Kondisi 3 : Jika saya tidak bisa pulang awal (p salah) namun saya tetap mampir ke toko ibu
(q benar) implikasi tetap benar karena saya berhak-berhak saja untuk mampir
ke toko ibu walau saya tidak pulang awal (tidak dibahas di pernyataan implikasi).
Kondisi 4 : Jika saya tidak bisa pulang awal (p salah) dan saya juga tidak mampir ke toko
ibu (q salah) implikasi tetap benar karena saya juga tidak harus mampir ke toko
ibu jika saya tidak pulang awal (tidak dibahas di pernyataan implikasi).

Implikasi juga terkadang terdengar tidak lazim, seperti jika saya tua, maka 2 + 3 = 5. Namun
pernyataan ini tetap valid menurut logika matematika.
5.2. Kata-kata yang sering digunakan
Dalam olimpiade informatika, banyak penggunaan kata yang menandakan sebuah
implikasi, seperti:
(a) Jika p, maka q
(b) Jika p,q
(c) p mengakibatkan q
(d) q jika p
(e) p hanya jika q
(f) q saat p
5.3.

6.

7.

Ekivalensi
Jika dijabarkan, maka akan menjadi:



Bentuk seperti diatas dinamakan kontraposisi dari implikasi.

Biimplikasi
Selain implikasi ada juga proporsi bersyarat yang dinamakan biimplikasi. Biasanya dibaca
sebagai p jika dan hanya jika q dengan notasi . Sebenarnya biimplikasi adalah
kebalikan dari disjungsi eksklusif. Jika disjungsi eksklusif hanya akan bernilai benar jika nilai
kedua proporsi atomiknya tidak sama, maka pada biimplikasi nilainya akan benar jika nilai
kedua proporsi atomiknya sama.
Contoh: Saya akan lapar jika dan hanya jika saya belum makan.
6.1. Kata-kata yang sering digunakan
Ada beberapa cara untuk menyatakan biimplikasi, yaitu:
(a) p jika dan hanya jika q
(b) p syarat perlu dan cukup q
(c) Jika p maka q, dan sebaliknya
6.2. Ekivalensi
Biimplikasi jika dijabarkan akan menjadi:
( ) ( )
Sehingga dapat dibaca sebagai Jika p maka q dan jika q maka p

Inferensi
Inferensi adalah cara kita dapat mengambil kesimpulan dari beberapa proporsi.
7.1. Modus Ponen

Contoh:
Ada proporsi Jika saya makan maka saya kenyang. Jika benar bahwa saya makan,
maka dari Modus Ponen akan dapat disimpulkan bahwa saya kenyang.

7.2.

Modus Tollen

Contoh:
Ada proporsi Jika saya makan maka saya kenyang. Jika ternyata saya tidak kenyang,
maka dari Modus Tollen dapat disimpulkan bahwa saya tidak makan.
7.3.

Silogisme hipotesis

Contoh:
Ada dua proporsi, yaitu Jika saya makan maka saya kenyang. dan Jika saya kenyang
maka saya mengantuk. Maka, dengan aturan silogisme, akan dapat disimpulkan
menjadi sebuah proporsi Jika saya makan, maka saya mengantuk.
7.4.

Silogisme disjungtif

Contoh:
Saya belajar atau saya dimarahi orang tua. Jika ternyata saya tidak belajar, maka
kesimpulannya adalah saya dimarahi orang tua.
8.

Kuantor
Kuantor adalah pengukur kuantitas atau jumlah. Biasanya dinyatakan dalam kata-kata semua,
tidak ada, beberapa, kebanyakan, paling tidak satu, ada, dan lain-lain. Ada dua jenis kuantor,
yakni kuantor universal dan kuantor eksistensial.
8.1. Kuantor universal
Dinyatakan dengan semua, tiap-tiap. Disimbolkan dengan (). Jika ada sebuah fungsi
proporsi (), maka pernyataan ()() berarti untuk semua , maka berlaku ().
Contoh: Jika () = dengan misal = , maka ()() =
.
Perhatikan bahwa karena () adalah sebuah fungsi, maka () masih merupakan
kalimat terbuka yang belum memiliki nilai kebenaran. Namun ()() adalah sebuah
proporsi yang memiliki nilai kebenaran, entah benar maupun salah.
Lalu bagaimana cara mendefinisikan kata tidak ada? Caranya dengan menegasikan
(). Masih berhubungan dengan contoh di atas, untuk menyatakan tidak ada orang
berjenggot maka kita dapat menggunakan ()~() atau semua orang tidak
berjenggot yang berarti sama dengan tidak ada orang berjenggot.

8.2.

8.3.

Kuantor eksistensial
Dinyatakan dengan ada, beberapa, tidak semua, kebanyakan, paling tidak satu.
Disimbolkan dengan (). Sama seperti kuantor universal, ()() berarti untuk
beberapa berlaku ().

Menegasikan kuantor
Untuk kuantor universal, berlaku:
~()() ()~()
Sebagai contoh, negasi dari semua orang berjenggot adalah beberapa orang tidak
berjenggot.
Sebaliknya, untuk kuantor eksistensial, berlaku:
~()() ()~()
Sebagai contoh, negasi dari beberapa orang masuk kantor hari ini adalah semua orang
tidak masuk kantor hari ini.

Hal yang perlu diingat:


Perhatikan bahwa negasi dari semua bukanlah tidak ada, namun beberapa atau tidak
semua. Sehingga ~() (). Ingat lagi bahwa untuk menyatakan tidak ada kita
hanya menegasikan () saja.
9.

Teknik Umum
Umumnya hanya sedikit soal-soal olimpiade informatika berjenis logika matematika. Soal-soal
yang diujikan biasanya berbentuk proporsi-proporsi majemuk dimana kita harus mencari
proporsi majemuk lain yang ekivalen maupun yang tidak. Untuk mengerjakannya, kita harus
menguasai bagaimana menerjemahkan soal maupun jawaban menggunakan notasi logika.
Setelah itu, kita harus dapat memanipulasi proporsi tadi dengan teori-teori yang sudah
disampaikan di awal agar kita mendapat solusi yang tepat.

10. Contoh Soal

(OSK 2006)
Pembahasan: Andaikan kita membuat 3 buah proporsi:
=
=
=
Dari kalimat diatas, bisa dibuat implikasi seperti ini:

( )
Bisa dibaca sebagai: Jika Maya makan bakso dan pergi ke bioskop, maka hari itu hari Sabtu. Artinya,
pernyataan soal hanya akan bernilai salah jika Maya makan bakso dan pergi ke bioskop, namun hari itu
bukan hari Sabtu.
Perhatikan bahwa walaupun tidak benar bahwa Maya makan bakso dan pergi ke bioskop, namun hari itu
Sabtu pernyataaan tetap benar karena Maya tidak harus makan bakso dan pergi ke bioskop setiap hari
Sabtu.
Pernyataan (I) salah, karena jika dibuat notasi logika matematika akan menjadi seperti ini:
~ (~ ~)

( )
Sehingga tidak tautologi dengan pernyataan soal. Pernyataan (I) akan pasti benar jika pernyataannya
diganti Jika bukan Hari Sabtu, maka Maya tidak makan bakso atau tidak pergi ke bioskop.
Pernyataan (II) benar, karena jika dinotasikan maka akan sama dengan notasi soal.
Pernyataan (III) salah, karena jika dinotasikan akan menjadi:
( ~) ~
Sehingga tidak tautologi dengan pernyataan soal.
Jawaban: B.

(OSK 2008)
Pembahasan: Kita cari semua kemungkinan anak Bu Murni yang mungkin dan tuliskan inisial mereka
berurutan dari yang tertua ke yang termuda:
- ABK
- AKB
- BAK
- BKA
- KAB
- KBA
Lihat pernyataan Bu Murni Andi merupakan yang termuda... berarti kita mempunyai dua kandidat urutan:
BKA dan KBA. Namun, Bu Murni menyatakan ...kecuali jika Budi merupakan anaknya yang termuda dan
Kardi bukanlah anaknya yang termuda, maka Andi merupakan anaknya yang tertua.. Maka urutan anak
yang valid adalah AKB.
Opsi A salah, karena Andi tidak selalu tertua.
Opsi C salah, karena Budi tidak selalu paling muda.
Opsi D salah, karena pada AKB, Budi termuda sedangkan Kardi bukan yang tertua.
Opsi E salah, karena pada KBA, Andi termuda sedangkan Kardi bukan yang tertua.
Opsi B benar karena tidak ada kemungkinan dimana Kardi yang termuda, sehingga implikasi akan selalu
benar. Jawaban = B.

(OSK 2015)
Pembahasan: Soal ini terlihat seperti soal logika matematika, namun jika kita lihat lebih cermat kita bisa
mengerjakannya dengan bruteforce (dicoba opsi jawaban satu per satu). Awalnya kita membuat
kontraposisi dari kedua pernyataan (ingat lagi kontraposisi implikasi), sehingga kita mempunyai empat
pernyataan yaitu:
- Jika C tidak memiliki gaji terbesar, maka A yang memiliki gaji terbesar.
- Jika A tidak memiliki gaji terkecil, maka B yang memiliki gaji terbesar.
- Jika A tidak memiliki gaji terbesar, maka C yang memiliki gaji terbesar.
- Jika B tidak memiliki gaji terbesar, maka A yang memiliki gaji terkecil.
Lalu kita uji per opsi jawaban:
Pada opsi A, ada ketidakcocokan pada pernyataan Jika A tidak memiliki gaji terkecil, maka B yang memiliki
gaji terbesar.
Pada opsi B, ada ketidakcocokan pada pernyataan Jika C tidak memiliki gaji terbesar, maka A yang
memiliki gaji terbesar.
Pada opsi C, ada ketidakcocokan pada pernyataan Jika B tidak memiliki gaji terbesar, maka A yang
memiliki gaji terkecil.
Pada opsi D, semua pernyataan cocok, sehingga Jawaban = D.

BAB 2
ANALISIS
Kebanyakan soal di olimpiade informatika tingkat Kota maupun Provinsi bertipe analisis. Maksud analisis
disini adalah kita tidak menggunakan suatu rumus maupun teori matematika spesifik untuk mengerjakan
soal tersebut, namun hanya mengunakan kemampuan analisis kita saja. Tidak ada cara khusus untuk
meningkatkan kemampuan analisis kita, melainkan kita harus sering berlatih soal-soal. Semakin sering
kita berlatih, maka semakin terasah kemampuan analisis kita.
1.

Bentuk Soal
1.1. Soal Cerita
Kebanyakan bentuk dari soal bertipe analisis adalah soal cerita. Awalnya kita akan
diberi sebuah deskripsi skenario, lalu kita akan diberi beberapa pernyataan yang akan
berguna sebagai petunjuk. Di akhir, biasanya akan ditanyakan solusi maupun susunan
yang harus kita selesaikan berdasarkan petunjuk yang kita dapat.
Perhatikan bahwa terkadang sebuah pernyataan tidak hanya mengandung satu
petunjuk saja, dan terkadang satu pernyataan tidak berarti apa-apa. Selain itu, jangan
pernah mengasumsikan sesuatu yang tidak disebutkan di soal, walaupun di dunia nyata
mungkin masih logis jika kita mengasumsikan hal tersebut.
1.2.

2.

Permainan
Bentuk soal seperti ini biasanya adalah sebuah permainan matematis yang akan
dimainkan oleh satu atau beberapa orang dengan aturan tertentu. Kemudian biasanya
kita akan diharuskan untuk menebak pemenang permainan tersebut, dengan atau
tanpa skenario tambahan. Selain itu, bisa saja kita diharuskan menebak langkah
selanjutnya yang dilakukan oleh seorang pemain agar pemain tersebut pasti
memenangkan permainan.
Perhatikan bahwa kebanyakan soal seperti ini akan menambahkan keterangan bahwa
setiap pemain di permainan ini akan bermain seoptimal mungkin. Maksud keterangan
ini adalah bahwa jika seorang pemain melihat kesempatan melakukan suatu langkah
agar dapat menang, maka pemain itu pasti akan melakukan langkah tersebut, dan
nantinya pemain itu pasti menang. Dengan kata lain, jika kita berlaku sebagai seorang
pemain dan kita melakukan langkah yang tidak optimal, maka kita pasti kalah.
Biasanya dalam mengerjakan soal permainan ini kita diharuskan memahami operasioperasi matematika dasar seperti perkalian, pembagian, pengurangan, pertambahan,
atau modulo.

Teknik Mengerjakan
Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menjawab soal bertipe analisis. Untuk
dapat menggunakan teknik-teknik ini dengan baik, kita harus terbiasa mengerjakan soal-soal
analisis; sehingga nantinya saat kita mengerjakan soal kita sudah mampu menebak teknik
yang tepat untuk mengerjakan soal tersebut. Akan tetapi teknik-teknik dibawah tidak selalu
digunakan untuk menjawab setiap soal.
2.1. Bruteforce
Bruteforce artinya mencoba semua kemungkinan solusi dan melihat manakah yang
benar. Mengerjakan soal dengan cara bruteforce menjamin solusi yang kita dapat pasti
benar, namun bruteforce memakan waktu yang jauh lebih lama daripada cara lain. Akan
tetapi, ada kalanya juga bruteforce merupakan cara yang paling efektif untuk
mengerjakan soal tertentu.

2.2.

Mencari pola soal


Biasanya soal yang berbentuk permainan matematika bisa dikerjakan dengan teknik ini.
Kebanyakan skenario permainan menggunakan suatu pola yang tersembunyi. Dengan
mengetahui pola tersebut, kita akan dapat menebak apa langkah optimal untuk seorang
pemain agar bisa memenangkan permainan.

3.

Tips
Selain menggunakan teknik di atas, kita juga dapat menggunakan teknik-teknik sederhana
yang dapat mempermudah kita mengerjakan soal, seperti membuat skema atas petunjuk
yang kita dapat, menulis solusi sementara yang kita dapat di kertas, dan lain-lain. Hal yang
perlu diingat bahwa soal analisis seperti ini sangat mudah menjebak kita kedalam pemikiran
yang salah, jadi pastikan kita membaca soal dengan benar dan cermat.

4.

Contoh soal

(OSK 2006)
Pembahasan: Perhatikan data yang kita dapat bahwa semua angka pasti positif, dan F maupun T bukan
0.
Pada soal nomor 11, diketahui = 4. Maka = 8. Bisa kita lihat bahwa karena O genap, maka < 5,
karena jika > 5, maka hasil penjumlahan + akan menyisakan puluhan yang akan menyebabkan
O bernilai ganjil. Sehingga 8, karena nilai W terkecil yang mungkin adalah 4. Nilai F pasti 1, karena
untuk semua angka | < 10, berlaku 2 18. Sehingga nilai = 3, dan = 6. Maka kita simpulkan =
7. Sehingga + = 734 + 734 = 1468. Jawaban = A.

Pada soal nomor 12, diketahui = 0. Maka = 5. Karena O ganjil, maka > 5 agar menyisakan
puluhan. U pasti ganjil, karena mendapat sisa puluhan dari + . Karena = 1, maka = 7 agar
menyisakan puluhan. Maka nilai W yang mungkin adalah 6, sehingga = 3. Sehingga + =
765 + 765 = 1530. Jawaban = B.

(OSK 2006)
Pembahasan: Kita lihat dulu dari pernyataan A. Jika A ksatria, maka B adalah ksatria. Namun B berkata
Golongan kami berbeda, maka B bukanlah ksatria. Kontradiksi. Maka A pasti penipu. Kalau A penipu,
maka B adalah penipu. Jadi pernyataan B Golongan kami berbeda tidak benar, artinya memang A dan
B penipu. Jawaban = E

(OSK 2007)
Kita dapat mencatat info yang kita dapat dalam bentuk hubungan aktivitas seperti berikut:

,


(Tanda panah berarti aktivitas di kiri dikerjakan sebelum di kanan)
Setelah itu, kita dapat mengambil kesimpulan dan membuat hubungan baru yaitu:
/
Perhatikan bahwa aktivitas b dan c dapat dikerjakan berbarengan karena syarat mereka telah terpenuhi.
Soal nomor 18: Jawaban = D.
Soal nomor 19, Jawaban = B.
Soal nomor 20, Jawaban = E.

(OSK 2011)
Pembahasan: Soal permainan ini dapat kita kerjakan dengan menemukan pola soal. Didapat pola soal
ini adalah (. ) = ( ) ( ), dengan 0 (. ).
Soal nomor 10 didapat bom akan meledak pada no. pemain 825 5 = 0 5. Jawaban = B.
Soal nomor 11 didapat nilai bom yang akan meledakkan pemain no. 3 adalah:
5 = 3
= 5 + 3, 0.
sehingga nilai pada opsi jawaban yang mungkin adalah 5573. Jawaban = A.

(OSK 2015)
Pembahasan: Dari info-info yang didapat, kita bisa membuat hubungan nilai-nilai kelima siswa seperti
berikut:
< <
<
<
< <
Dari keempat hubungan tadi, kita bisa menggabungnya menjadi hubungan kelima nilai, seperti berikut:
< < < <
Soal nomor 21: Jawaban = D.
Soal nomor 22: Jawaban = E.

BAB III
ALJABAR DAN ARITMATIKA DASAR
Pada dasarnya, bahasan olimpiade informatika tidak jauh berbeda dengan olimpiade matematika.
Sehingga, ilmu matematika dasar tetap harus dikuasai oleh peserta olimpiade informatika. Dalam bagian
ini, kita akan membahas beberapa materi aritmatika dan aljabar yang sering keluar dalam olimpiade
informatika.
1.

Jenis Bilangan
Ingat kembali macam-macam istilah bilangan dalam matematika, karena banyak soal yang
akan menggunakan istilah-istilah tersebut.
1.1. Bilangan real
1.2.

Adalah semua bilangan rasional dan irrasional. Contoh: 1, 2, 3, , 6, dst.


4

Bilangan rasional

Semua bilangan yang dapat dinyatakan dalam pecahan . Contoh:


1.3.
1.4.

17

, 2, 5.6, dst.

Bilangan irrasional

Semua bilangan yang tidak dapat dinyatakan dalam pecahan . Contoh: 2.

Bilangan bulat (integer)


Semua bilangan bukan pecahan, positif maupun negatif. Yaitu , 2, 1, 0, 1, 2,
1.5. Bilangan cacah
Semua bilangan yang lebih besar atau sama dengan 0. Yaitu 0, 1, 2, 3,
1.6. Bilangan asli
Semua bilangan yang lebih besar atau sama dengan 1. Yaitu 1, 2, 3,
1.7. Bilangan prima
Semua bilangan positif yang hanya mempunyai dua faktor: 1 dan bilangan itu sendiri.
Contohnya 2, 3, 5, 7, 13, 47, dst. Perhatikan bahwa 1 bukan bilangan prima, karena 1
hanya mempunyai satu faktor, yaitu 1.
1.8. Bilangan komposit
Bilangan-bilangan selain prima (mempunyai lebih dari dua faktor).
Secara lengkap, ada sebuah pohon bilangan yang menjabarkan jenis-jenis dari bilangan
dibawah ini:

2.

Operasi Matematika
Mirip dengan kurikulum sekolah, dalam olimpiade informatika kita mengenal beberapa operasi
matematika dasar, seperti pertambahan (+), pengurangan (-), perkalian (x), dan pembagian
(/). Namun, ada juga operasi yang tidak masuk ke dalam kurikulum sekolah seperti berikut.
2.1. Modulo
2.2. Modulo adalah operasi untuk mencari sisa bagi dari pembagian suatu bilangan dengan
bilangan lain. Operasi modulo dapat ditulis sebagai yang artinya sisa dari
pembagian oleh .
Untuk lebih jelasnya, jika ada bilangan , , , dan , dan memenuhi persamaan berikut:
= +
Maka
=
Sebagai contoh, 5 2 = 1, karena 5 = 2 2 + 1. 9 3 = 0, karena 9 = 3 3 + 0.
2.3.

2.4.

Sifat-sifat modulo
1. ( + ) = ( + )
2. = ( )
3. = (( ) )

Teorema Euler
= () , atau
() = 1, dengan
, > 0, (, ) = 1 (saling prima), () = Euler Totient Function dari n.

*Dua bilangan dan dikatakan saling prima (coprime) jika dan hanya jika (, ) =
1.
*Euler Totient Function dari , () adalah fungsi untuk menghitung semua bilangan
positif , yang memenuhi (, ) = 1. Atau dengan kata lain, fungsi ini
menghitung semua bilangan , 1 yang saling prima dengan .

Cara menghitung (): Jika adalah sebuah bilangan positif yang memenuhi:
= 11 22 (faktorisasi prima dari n)

Maka () dapat dihitung dengan rumus:

Contoh:

1 1 2 1
1
() =

1
2

(180) = (22 32 5)
21 31 51

= 180
3
5
2
1 2 4
= 180
2 3 5
= 48

3.

Faktor Bilangan
Kita biasanya memakai faktorisasi prima untuk mencari faktor-faktor dari suatu bilangan.
Dengan faktorisasi prima, kita dapat mengubah suatu bilangan menjadi perkalian bilanganbilangan prima, sehingga suatu bilangan akan memenuhi persamaan:
= 11 22 33 , dengan bilangan prima ke- dan adalah pangkat ke-.

Dari persamaan tersebut, kita dapat menggunakannya untuk banyak hal, seperti yang akan
kita bahas di bawah ini.
3.1. Faktor Persekutuan Terbesar (FPB)
FPB dari dua bilangan bulat dan adalah sebuah bilangan terbesar yang sama-sama
dapat membagi habis dan .
Contoh, (20,15) = 5, karena 5 adalah bilangan terbesar yang dapat membagi habis
20 dan 15. Sedangkan (20,17) adalah 1, karena tidak ada bilangan lain yang bisa
membagi habis 20 dan 17.
FPB dihitung dengan cara mengalikan hanya faktor bersama dari kedua bilangan.
Faktor yang dipilih adalah yang memiliki pangkat terkecil.
Contoh: (20,50)
20 = 22 5
50 = 2 52
3.2.

Maka, (20,75) = 2 5 = 10.

Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK)


KPK dari dua bilangan bulat dan adalah bilangan terkecil yang sama-sama dapat
dibagi habis oleh dan .
Contoh, (20,15) = 60, karena 60 adalah bilangan terkecil yang dapat dibagi habis
oleh 20 dan 15.
KPK dihitung dengan cara mengalikan semua faktor-faktor dari kedua bilangan. Jika
ada sepasang faktor bersama, dipilih faktor yang memiliki pangkat terbesar.
Contoh: (20,75)

20 = 22 5
75 = 3 52

Maka (20,75) = 22 3 52 = 200.


Namun, ada cara yang ebih singkat untuk menghitung KPK, yaitu:
(, ) =
3.3.


(, )

Algoritma Euclidean
Ada sebuah cara yang lebih mudah dan efisien untuk menghitung FPB dari dua
bilangan. Cara ini menggunakan bantuan dari operasi modulo. Jika ada dua bilangan
bulat dan , (, ) dapat dihitung dengan urutan seperti berikut:
1. Hitung . Simpan hasilnya ke sebuah bilangan lain, misal .
2. Apakah = 0? Jika YA, maka (, ) = . Jika TIDAK, lanjut ke langkah 3.
3. Masukkan nilai menjadi nilai yang baru, lalu nilai menjadi nilai yang baru.
4. Ulangi langkah 1.

3.4.

Contoh:
(24,15) = 24, = 15
24 15 = 9
15 9 = 3
9 3 = 0
(24,15) = 3

Memanipulasi faktor bilangan


3.4.1 Mencari faktor-faktor bilangan
Dengan faktorisasi prima, kita dapat mencari semua faktor dari bilangan. Sebagai
contoh, bilangan 20 mempunyai 6 faktor, yaitu 1, 2, 4, 5, 10, dan 20. Kita dapat
mencari setiap faktor tersebut dengan faktorisasi prima.
20 = 22 5
Jika kita mengombinasikan perkalian setiap faktor, kita mendapat:
1. 20 50 = 1
2. 21 50 = 2
3. 20 51 = 5
4. 21 51 = 10
5. 22 50 = 4
6. 22 51 = 20

3.4.2 Menghitung banyak faktor bilangan


Dari bagian 3.4.1 kita sudah bisa mencari jumlah faktor dari 20, yaitu 6. Namun,
jika bilangan sangat besar maka akan sulit bagi kita untuk menghitung faktornya
satu per satu.
Dari bagian 3.4.1, kita mempunyai faktorisasi prima dari 20 yaitu 20 = 22 5 dan
penjabaran perkalian untuk mendapatkan setiap faktornya. Perhatikan bahwa
setiap faktor selalu digunakan sebanyak + 1 kali (misal untuk faktor 2, maka
akan ada perkalian 20 , 21 , 22 , begitu pula dengan faktor 5).
Sehingga, jika ada bilangan yang memenuhi:
= 11 22 33

Fungsi untuk menghitung banyak faktor dari , (), adalah:

() = (1 + 1)(2 + 1)(3 + 1) ( + 1)

3.4.3 Menghitung jumlah faktor bilangan


Dari bagian 3.4.1, jika semua faktor dari 20 kita jumlahkan, maka akan menjadi
1 + 2 + 4 + 5 + 10 + 20 = 42. Ada pula cara khusus untuk menghitung jumlah
dari semua faktor suatu bilangan.
Jika ada bilangan yang memenuhi:
= 11 22 33

Fungsi untuk menghitung jumlah faktor dari , (), adalah:

() = 10 + 11 + + 11 20 + 21 + + 22 (0 + 1 + + )

Contoh:

4.

(20) = (20 + 21 + 22 )(50 + 51 )


= (7)(6)
= 42

Perbandingan
4.1. Perbandingan senilai
Artinya jika ada variabel yang bertambah nilainya, maka nilai variabel lain akan ikut naik.
Contoh: Untuk menempuh jarak 12 km mobil Ayah menghabiskan 2 liter bensin. Jika
Ayah kemarin pergi sejauh 48 km, maka berapa liter bensinkah yang akan ia habiskan?
Pembahasan: Jika 2 liter bensin habis untuk 12 km, maka 1 liter bensin akan habis
untuk

12

adalah

4.2.

= 6 km. Maka jika Ayah pergi sejauh 48 km, maka jumlah bensin yang habis

2
48
6

1 = 8 liter.

Sehingga dalam perbandingan senilai, jika ada variabel dan , dan berubah menjadi
1 dan 1 , berlaku:
1
=
1
1 = 1

Perbandingan berkebalikan
Jika ada suatu variabel yang nilainya naik, maka nilai variabel yang lain justru turun.
Contoh: Suatu roket mempunyai 4 buah pendorong. Jika roket hanya menggunakan 3
pendorongnya saja, maka roket tersebut akan sampai di tujuan dalam 4 jam. Maka
berapakah waktu yang akan ditempuh jika roket menggunakan semua pendorongnya?
Pembahasan: Secara logika roket akan meluncur lebih cepat jika pendorong yang
digunakan semakin banyak. Maka waktu tempuh roket akan lebih pendek jika
pendorong yang digunakan semakin banyak. Kita bisa meninjau soal ini dari ilmu fisika.
Anggap jarak tempuh roket adalah , kecepatan sebuah pendorong adalah , dan waktu
tempuh dalam jam adalah . Maka kita dapat membuat sebuah persamaan:
= 3 4
Jika roket menggunakan 4 pendorong, maka persamaannya akan menjadi seperti
berikut:
= 4
Substitusikan nilai s dari persamaan kedua ke persamaan pertama, maka kita akan
mendapat:
4 = 3 4
= 3
Maka waktu tempuh roket akan menjadi 3 jam.
Sehingga dalam perbandingan berkebalikan, jika ada variabel awal dan lalu berubah
menjadi 1 dan 1 , maka berlaku:
= 1 1

1
=
1

Hal yang perlu diingat:


Untuk membedakan mana yang merupakan perbandingan senilai maupun berkebalikan
kita harus memakai logika untuk mengira-ngira. Tidak ada aturan khusus dalam
perbandingan senilai maupun berkebalikan.
5.

Eksponen
Secara umum materi eksponen yang dipelajari di olimpiade informatika sama dengan materi
yang ada di kurikulum sekolah. Beberapa aturan dari eksponen yang harus dipahami adalah
sebagai berikut. Jika ada 3 bilangan bulat , , , dan , dimana , dan , > 0, maka
berlaku:
1. = ( )
2. 0 = 1
3. =

4. =
5. = ()
6. = +
7.

= ,

8. ( ) =

9. = ( )

6.

Lain-lain
Sebenarnya masih ada beberapa materi lain yang perlu unuk dipelajari, seperti himpunan,
fungsi, bilangan faktorial, logaritma, persamaan & pertidaksamaan, persamaan garis, dll;
namun dikarenakan materi tersebut sudah masuk ke dalam kurikulum sekolah maka tidak
akan diulang disini.

7.

Contoh Soal dan Pembahasan


1. Jumlah 3 digit awal dari 22003 52005 adalah.... (OSK 2006)
Pembahasan: Perhatikan bahwa kita dapat mengubah perkalian tersebut menjadi,
22003 52005 = 22003 52003+2
= 22003 52003 52
= (2 5)2003 52
= 100000 25
= 250000 .
Maka jumlah 3 digit pertamanya adalah 2 + 5 + 0 = 7.

2. Berapakah 7450 100? (OSK 2007)


Pembahasan: Soal ini dapat dikerjakan dengan menggunakan prinsip-prinsip operasi
modulo.
7450 100 = 7450 (100) 100
1 4
(100) = 100 = 40
2 5
7450 100 = 7450 40 100
= 710 100

Dari sini kita hitung manual 710 100, namun perhatikan karena soal hanya meminta
dua digit terakhir, maka hanya lakukan perkalian sampai kita mendapat dua digit
terakhir. Jawaban = 49.
3. Jika a dan b adalah bilangan prima terbesar yang dapat membagi 7007, berapakah
a+b? (OSK 2007)
Pembahasan: Pertama-tama, kita faktorisasi 7007. Walau terlihat sedikit sulit, namun
kita bisa melihat bahwa 7007 = 1001 7. Lakukan faktorisasi sisanya.
7007 = 72 11 13

Maka, bilangan prima terbesar pembagi 7007 adalah 13 dan 11, 11 + 13 = 24.

BAB IV
TEORI BILANGAN
Teori bilangan adalah salah satu materi yang paling penting di olimpiade informatika. Banyak soal-soal
yang dapat dijawab dengan mudah menggunakan prinsip teori bilangan. Sebenarnya ada sangat banyak
teori bilangan, namun di bagian ini kita akan mempelajari teori bilangan yang paling sering digunakan saja.
1.

2.

Sifat-Sifat Penjumlahan dan Perkalian Dua Bilangan


1.1. =
1.2. = =
1.3. =
1.4. =
1.5. =
1.6. = =

Sifat-Sifat Keterbagian
Jika ada dua bilangan dan dimana = 0, maka dikatakan atau
| .
Jika ada bilangan bulat , , , , dan , maka:
1. |
2. | 0
3. 1 |
4. Jika | 1, maka = 1
5. Jika | maka |
6. Jika | dan | , maka |
7. Jika | dan | maka |
8. Jika | dan | maka | ( + )
9. Jika | maka |
10. Jika | dan 0 maka || ||
11. Jika | dan | maka =
12. Jika | dan (, ) = 1 maka |

1.2.

1.3.
1.4.
3.

Jika ada bilangan yang dapat diubah menjadi perkalian buah bilangan berurutan,
maka bilangan tersebut akan habis dibagi !. Contoh: 360 bisa diubah menjadi 3 4
5 6. Maka bilangan tersebut pasti habis dibagi 4! = 24.
( ) | ( ), , , > 0
( + ) | ( + ), , , > 0

Uji Habis Dibagi


1.1. Suatu bilangan habis dibagi 5 jika dan hanya jika digit terakhir 0 atau 5.
Contoh: baik 125 maupun 120 habis dibagi 5 karena digit terakhirnya 5 dan 0.
1.2. Suatu bilangan habis dibagi 2 jika dan hanya jika digit terakhir habis dibagi 2 .
Contoh: 8 | 1234567812345678128 karena 8 | 128.
1.3. Suatu bilangan habis dibagi 3 jika dan hanya jika jumlah digit bilangan tersebut habis
dibagi 3. Selanjutnya, suatu bilangan habis dibagi 9 jika dan hanya jika jumlah digit
bilangan tersebut habis dibagi 3, dan setelah dibagi sisanya masih habis dibagi 3 lagi,
karena 9 = 3 3.
Contoh: 3 | 12345678, karena 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 + 7 + 8 = 36, 3 | 36.

1.4.

4.

5.

Suatu bilangan habis dibagi 11 jika dan hanya jika selisih digit posisi genap dan ganjil
pada bilangan tersebut habis dibagi 11.

Faktor Persekutuan Terbesar dan Kelipatan Persekutuan Terkecil


1. (0,0) = 0
2. (, 0) = ||
3. (, ) = (||, ||)
4. (, ) = (, )
5. (, + 1) = 1, > 0
6. (, ) = (, )

7. (1 , 2 , 3 , , 1 , ) = 1 , 2 , 3 , , (1 , )

Fermats Little Theorem


Di Bab III bagian 2.4 sudah kita bahas tentang Teorema Euler. Fermats Little Theorem adalah
turunan yang lebih sederhana dari Teorema Euler. Fermats Little Theorem didefinisikan
sebagai berikut:
Jika ada dua bilangan bulat positif dan , dimana saling prima dengan , maka akan
berlaku:
1 = 1

6.

Formula ini diturunkan dari Teorema Euler dengan mengambil sifat Euler Totient Function
dimana () dengan bilangan prima akan selalu menghasilkan 1. Sehingga
() = 1 = 1.
Wilsons Theorem
Wilsons Theorem adalah sebuah teorema yang membahas pembagian modulo dari sebuah
bilangan faktorial. Wilsons Theorem didefinisikan sebagai berikut:
Sebuah bilangan , dimana > 1 adalah sebuah bilangan prima jika dan hanya jika:
atau,

7.

( 1)! = 1

( 1)! = 1

Pigeonhole Principle
Pigeonhole Principle atau Dirichlet's principle adalah sebuah teori yang menyelesaikan
masalah penempatan beberapa objek di beberapa tempat. Salah satu contoh masalah yang
bisa dipecahkan dengan Pigeonhole Principle adalah sebagai berikut. Ada buah bola yang
akan diletakkan di buah kotak. Jika > , maka menurut Pigeonhole Principle pasti ada
setidaknya satu buah kotak yang mempunyai > 1 bola.
Teori ini sebenarnya mudah, namun terkadang kita harus jeli melihat soal yang kita hadapi.
1.1. Contoh Soal
1. Seorang keluarga mempunyai 10 orang anak. Sang ayah menyatakan bahwa
hanya ada maksimal 3 anaknya yang lahir di hari yang sama. Berapa jumlah hari
maksimal dimana tidak ada anak yang lahir di hari tersebut?
Pembahasan: Karena dalam satu minggu terdapat 7 hari dimana setiap hari
jumlah anak yang lahir maksimal 3, maka kita bisa mengasumsikan pada setiap
hari dimana terdapat anak yang lahir, maka jumlah anak yang lahir pada hari
tersebut akan semaksimal mungkin. Maka, akan ada 3 hari dimana ada 3 anak

yang lahir pada hari-hari tersebut, dan 1 hari lain dimana ada 1 anak yang lahir
pada hari tersebut. Jadi, akan ada 3 hari dimana tidak ada anak yang lahir di hari
tersebut.
2. Enam ekor ayam masuk ke dalam 3 buah kandang yang semula kosong. Berapa
jumlah maksimum yang mungkin ayam-ayam dalam satu kandang? (OSK 2007)
Pembahasan: Karena soal menanyakan jumlah maksimum yang mungkin dan
tidak ada batasan berapa jumlah ayam maksimal dalam satu kandang, maka kita
asumsikan saja keenam ayam tersebut masuk dalam satu kandang. Jawaban = 6.
3. Enam ekor ayam masuk ke dalam 3 buah kandang yang semula kosong. Berapa
jumlah maksimum yang mungkin ayam-ayam dalam satu kandang jika setiap
kandang pasti ada ayam di dalamnya? (OSK 2007)
Pembahasan: Pertama-tama kita memenuhi syarat setiap kandang pasti terdapat
paling tidak satu ayam terlebih dahulu. Karena jumlah kandang ada 3, maka sisa
ayam yang belum dimasukkan kandang ada 6 3 = 3 ayam. Setelah itu, karena
ditanya jumlah maksimum maka kita masukkan ketiga sisa ayam tadi ke satu
kandang. Sehingga jumlah maksimal ayam dalam satu kandang adalah 1 + 3 = 4.

BAB V
POLA, BARISAN, DAN DERET BILANGAN
Dalam olimpiade informatika kita akan sering menemukan soal-soal sejenis ini. Sebenarnya materi ini
cukup mudah dan sudah masuk ke kurikulum sekolah, namun lebih baik jika kita mempelajarinya lagi,
terutama untuk mengerjakan soal-soal yang lebih membutuhkan kemampuan logika dan analisis daripada
soal-soal yang membutuhkan rumus-rumus baku.
1.

Pola Bilangan
Pola bilangan adalah sekumpulan bilangan berurutan yang memiliki suatu pola, sehingga jika
kita mengetahui pola tersebut, kita bisa melanjutkan deretan bilangan tersebut dengan pola
yang kita ketahui.
Contoh:
Barisan 1, 3, 5, 7, 9, adalah barisan bilangan dengan pola bilangan ganjil.
Barisan 1, 4, 9, 16, adalah barisan bilangan dengan pola bilangan kuadrat.
Barisan 1, 1, 2, 3, 5, 8, adalah barisan bilangan dengan pola bilangan ke- merupakan
penjumlahan bilangan ke- 1 dan bilangan ke- 2.

Dalam pola bilangan, penting bagi kita untuk melihat relasi antara bilangan-bilangan yang
berurutan maupun tidak berurutan agar kita dapat mengetahui pola dari barisan bilangan
tersebut.
Contoh:
1. 2, 5, 10, 17, 26, , , Berapa + ?
Pembahasan: Jika dilihat lebih seksama maka terlihat bahwa bilangan ke- adalah 2 + 1.
Maka = 62 + 1 = 37 dan = 72 + 1 = 50. Maka 37 + 50 = 87.

2.

2. 1, 1, 3, 3, 6, 6, 10, Berapakah suku ke-10 dan 11 di barisan bilangan ini?


Pembahasan: Pola yang kita dapatkan adalah pada semua suku ganjil ada penambahan
berurutan dari +2, +3, +4, ..., dan semua suku genap adalah lawan bilangan suku ganjil
didepannya. Maka jika kita urutkan hingga suku ke-11 akan menjadi
1, 1, 3, 3, 6, 6, 10, 10, 15, 15, 21, Maka suku ke-10 dan 11 adalah -15 dan 21.

Barisan dan Deret Bilangan


Perhatikan susunan bilangan di bawah ini dengan cermat:
1, 2, 3, 4, 5, adalah barisan aritmatika, dengan rumus suku ke- adalah .

1 + 2 + 3 + 4 + 5 + adalah deret aritmatika dengan jumlah semua suku adalah ( + 1).


2

1, 2, 4, 8, 16, adalah barisan geometri, dengan rumus suku ke- adalah 21


1 + 2 + 4 + 8 + 16 + adalah deret geometri, dengan jumlah semua suku adalah 2 1.
1.1.

Barisan dan Deret Aritmatika


Barisan aritmatika adalah susunan bilangan yang selisih antara dua suku berurutan
selalu tetap. Suku pertama dinotasikan sebagai , selisih dua suku dinoasikan sebagai
, sedangkan suku ke-, dinotasikan , dapat dicari dengan rumus + ( 1). Oleh
karena itu, setiap barisan matematika dapat kita tulis sebagai , + , + 2, +
3,
Jika suku-suku berurutan di barisan aritmatika tersebut kita jumlahkan, maka akan
terbentuk deret aritmatika. Secara singkat, jumlah suku pertama deret matematika

dapat kita hitung menggunakan rumus ( + ), atau (2 + ( 1)).


2

1.2.

Barisan dan Deret Geometri


Barisan geometri adalah susunan bilangan yang rasio/perbandingan dua buah suku
berurutan selalu sama. Suku pertama dinotasikan , rasio dinotasikan , dan suku ke, dinotasikan , dihitung dengan rumus 1.
Oleh karena itu, setiap barisan geometri dapat kita tulis sebagai , , 2 , 3 , 4 ,
Jika semua suku di barisan geometri kita jumlahkan, maka akan terbentuk deret
geometri. Secara singkat, jumlah suku pertama dari sebuah deret geometri adalah
( 1)

3.

untuk > 1, dan

(1 )
1

untuk < 1.

Contoh Soal dan Pembahasan


1. Dari hari ke hari Umar mengumpulkan buah-buahan yang akan dikirim ke pasar. Hari
pertama, terkumpul 150 kg, hari kedua terkumpul 165 kg, hari ketiga terkumpul 180 kg,
hari keempat terkumpul 195 kg. Demikian seterusnya sehingga hari berikutnya selalu
memperoleh 15 kg lebih berat daripada hari sebelumnya. Hari keberapakah ia
memperoleh buah 225 kg? Berapakah banyak buah selama 1 minggu?
Pembahasan: Dari soal kita dapat membuat sebuah barisan aritmatika yaitu:
150, 165, 180, 195,
Dari barisan tersebut kita sudah mendapatkan = 165 dan = 15. Sedangkan yang
ditanyakan adalah dimana = 225, dan 7.
Maka,
= 225
+ ( 1) = 225
165 + ( 1)15 = 225
= 5
Maka Umar mendapatkan 225 kg buah pada hari ke-5. Sedangkan,
7 = + (7 1)
= 165 + 6 15
= 255
Setelah seminggu, Umar mendapat 255 kg buah.
2. Diketahui adalah "usia anak ke-" dengan (1 2), (2 3), (3 4), (4 5),
adalah 2 tahun, 2,5 tahun, 3,5 tahun, 5 tahun. Jika usia ibu dari anak-anak ini pada waktu
melahirkan anak ke-1 adalah 22 tahun, maka pada saat anak ke-6 berusia 11 tahun usia
ibu tersebut adalah?
Pembahasan: Soal ini bertipe pola bilangan. Kita dapat membuat sebuah barisan
bilangan seperti ini:

Kita dapat melihat adanya pola pertambahan suku-suku dari barisan bilangan tersebut.
Maka kita dapat melanjutkan barisan tersebut sampai anak ke-6 yaitu:

Sehingga, secara kumulatif dapat diketahui selisih anak ke-1 dan anak ke-6 adalah,
2 + 2,5 + 3,5 + 5 + 7 = 20
Jika saat melahirkan anak pertama usia ibu 22 tahun, maka ketika anak ke-6 berumur 11
tahun, usia ibu akan menjadi 11 + 20 + 22 = 53 tahun.

3. Jumlah tiga bilangan berurutan dalam suatu barisan aritmatika menaik adalah 24. Jika
bilangan pertama dikurangi 1 dan bilangan kedua dikurangi 2, ketiga bilangan tersebut
membentuk barisan geometri. Carilah barisan aritmatika tersebut.
Pembahasan: Karena ketiga bilangan merupakan barisan aritmatika, maka kita dapat
menuliskan ketiga bilangan tersebut dengan , + , dan + 2, dengan:
+ ( + ) + ( + 2) = 24
3 + 3 = 24
+ = 8
= 8
Bilangan pertama lalu dikurangi 1 sedangkan bilangan kedua dikurangi 2, sehingga
mereka menjadi barisan geometri. Kita tahu bahwa rasio antar kedua suku pada barisan
geometri selalu sama, sehingga kita bisa menuliskannya sebagai:
2 3
=
1 2
+ 2
+ 2
=
1
+ 2
Kita substitusikan nilai b, menjadi:
+ (8 ) 2 + 2(8 )
=
1
+ (8 ) 2
16
6
=
6
1
36 = ( 1)(16 )
36 = 16 2 16 +
2 17 + 16 = 36
2 17 + 52 = 0
Sekarang kita mencari akar dari persamaan kuadrat tersebut. Karena kita tahu bahwa
( )( ) = ( + ) + , dengan mencari faktor dari 52 kita bisa
mendapatkan:
(1 1 )(2 2 ) = 0
( 4)( 13) = 0
2 = 13
1 = 4,
Sehingga kita mempunyai dua nilai yang mungkin, yaitu 4 dan 13. Substitusikan
kembali nilai a ke persamaan = 8 , maka didapatkan 1 = 4 dan 2 = 5.
Dengan menggunakan nilai 1 dan 1 kita memperoleh barisan aritmatika 4, 8, 12,
sedangkan jika menggunakan 2 dan 2 kita memperoleh 13, 8, 3. Karena soal meminta
barisan yang menaik, maka barisan aritmatika yang benar adalah 4, 8, 12.

BAB VI
KOMBINATORIKA DAN PELUANG
Kombinatorika adalah sebuah cabang ilmu yang mempelajari tentang banyaknya jumlah susunan objekobjek. Sedangkan peluang adalah cabang ilmu yang mempelajari probabilitas untuk mendapatkan suatu
objek spesifik. Permasalahan tentang kombinatorika dan peluang ini akan sangat banyak dijumpai di
olimpiade informatika. Salah satu permasalahan kombinatorika dan peluang adalah sebagai berikut:
1. Ada 50 orang yang menghadiri suatu pesta, terdiri dari 20 pasang suami istri dan 10 orang anakanak. Untuk menjalin silahturahmi, maka para hadirin akan saling berjabat tangan. Jika setiap
keluarga maksimal terdiri dari sepasang suami istri dan seorang anak, kemudian hadirin yang
berasal dari keluarga yang sama tidak saling berjabat tangan, maka berapa jabat tangan yang akan
terjadi?
2. Andi menyiapkan 10 kertas yang dituliskan angka-angka dari 0..9. Jika Andi kemudian mengambil
dua buah kertas secara acak, maka berapakah peluang Andi mendapat angka-angka berjumlah
kurang dari 8?
3. Ada berapa plat nomor sebuah motor yang mungkin jika plat nomor ini terdiri dari 5 karakter, dengan
karakter pertama dan terakhir berupa huruf, karakter sisanya berupa angka, dengan karakter ke-2
tidak boleh berupa angka 0?
Cara yang paling mudah untuk mengerjakan tipe soal seperti ini adalah dengan menghitung (counting),
atau bruteforce. Misal untuk soal nomor 3, kita bisa menulis semua kemungkinan plat nomor, seperti
A100A, A100B, A100C, dst. Walau cara tersebut pasti memberikan jawaban yang benar, namun metode
ini membutuhkan waktu yang sangat lama. Sehingga diperlukan cara yang lebih cepat untuk mengerjakan
soal seperti ini. Disinilah kombinatorika dipakai. Namun ada kalanya metode ini dapat dipakai dengan
efektif untuk menyelesaikan kasus yang tidak terlalu rumit.
1.
Kaidah Menghitung
1.1. Kaidah penjumlahan
Andaikan kita mendapat suatu persoalan dimana terdapat dua kasus: kasus A dan
kasus B. Kasus A mempunyai buah kemungkinan, sedangkan kasus B mempunyai
buah kemungkinan. Jika dalam persoalan tersebut kasus yang dipakai hanya kasus A
atau kasus B, maka jumlah total kemungkinannya adalah + .
Kaidah penjumlahan juga berlaku untuk persoalan dimana terjadi lebih dari dua kasus,
namun hanya salah satunya terjadi dalam satu waktu. Sehingga, jika terdapat kasus
dengan kemungkinan tiap kasus 1 , 2 , 3 , , maka kemungkinan totalnya adalah
1 + 2 + 3 + +
Contoh:
1. Dalam suatu senam terdapat 12 peserta perempuan dan 8 peserta laki-laki. Dari
semua peserta akan diambil satu orang untuk menjadi instruktur. Berapa
kemungkinan instruktur yang diambil?
Pembahasan: Karena hanya satu orang yang diambil untuk menjadi instruktur
senam, maka instruktur tersebut akan diambil dari peserta laki-laki atau perempuan.
Kemungkinan instruktur laki-laki yang diambil 8 sedangkan instruktur perempuan 12,
sehingga kemungkinan totalnya 12 + 8 = 20.
1.2.

Kaidah perkalian
Andaikan kita mendapat suatu persoalan dimana terdapat dua kasus: kasus A dan
kasus B. Kasus A mempunyai buah kemungkinan, sedangkan kasus B mempunyai
buah kemungkinan. Jika dalam persoalan tersebut kasus yang dipakai adalah kasus A
dan kasus B, maka jumlah total kemungkinannya adalah .

Kaidah perkalian juga berlaku untuk persoalan dimana terjadi lebih dari dua kasus
secara simultan/bersama-sama. Maka jika ada kasus dengan kemungkinan tiap
kasus 1 , 2 , 3 , , maka kemungkinan totalnya adalah 1 2 3 .
Contoh:
1. Dalam suatu senam terdapat 12 peserta perempuan dan 8 peserta laki-laki. Dari
semua peserta akan diambil satu instruktur laki-laki dan satu instruktur perempuan,
maka berapa kemungkinan pengambilan instruktur yang terjadi?
Pembahasan: Karena akan ada instruktur laki-laki dan perempuan, maka untuk
setiap pengambilan instruktur laki-laki (misalnya A), dia dapat berpasangan dengan
setiap peserta dari 12 peserta perempuan yang diambil sebagai instruktur.
Sehingga, jika ada 8 peserta laki-laki, kemungkinan total instruktur adalah 8 12 =
96.

Hal yang perlu diingat:


Perhatikan kata dan maupun atau yang dipakai sebagai contoh. Kita harus mengetahui
kapan suatu permasalahan terjadi dua atau lebih kasus secara simultan atau tidak. Pada
soal, biasanya tidak akan tertera secara eksplisit penggunaan kata dan maupun atau,
sehingga kita harus cermat dalam menyimpulkan penggunaan kaidah penjumlahan
pada soal yang kita hadapi.
2.

Permutasi
Anggap kita sekarang memiliki 3 buah bilangan, yaitu 1, 2, dan 3. Sekarang, kita ingin
mengubah urutan bilangan tersebut, dengan tetap menggunakan ketiga bilangan tadi. Maka,
semua urutan bilangan yang akan kita dapatkan adalah:
{1, 2, 3} {2, 3, 1}
{1, 3, 2} {3, 1, 2}
{2, 1, 3} {3, 2, 1}
Sekarang kita ingin membuat susunan yang mirip, namun kita hanya menggunakan dua dari
tiga bilangan tadi. Maka, kita akan mendapatkan:
{1, 2}
{2, 3}
{1, 3}
{3, 1}
{2, 1}
{3, 2}
Perhatikan bahwa dari kedua contoh di atas walaupun dalam dua buah susunan (solusi)
bilangan (elemen) yang dimiliki identik, misal {1, 2} dan {2, 1}, sedangkan urutan mereka
berbeda, kedua susunan tadi dianggap unik (berbeda). Hal ini dinamakan permutasi.
Sekarang, coba kita bahas permasalahan lain:
Aku memiliki 5 buah bola dengan warna yang berbeda-beda. Aku juga memiliki 3 buah lubang,
dimana setiap lubang hanya dapat diisi 1 bola. Maka, ada berapa cara aku bisa memasukkan
bola-bola tadi ke lubang?
Pembahasan: Perhatikan karena ada 3 lubang dan setiap lubang hanya dapat diisi 1 bola,
maka kita hanya akan menyusun 3 bola dan menaruhnya di lubang, seperti halnya kita
menyusun 2 bilangan dari 3 bilangan dari contoh di atas. Sekarang, anggap setiap bola
memiliki nomor, dari 1. .5. Maka susunan bola di lubang akan menjadi:
{1, 2, 3} {1, 3, 4}
{1, 2, 4} {1, 3, 5}
{1, 2, 5} {1, 4, 5}
dst., dengan bilangan pertama di susunan berarti nomor bola di lubang pertama, bilangan
kedua berarti nomor bola di lubang kedua, dan bilangan terakhir berarti nomor bola di lubang
ketiga.

Sekarang coba kita lihat dari kaidah perhitungan. Untuk kasus lubang pertama, kita tentu
memiliki 5 pilihan bola yang bisa dimasukkan. Sehingga banyak cara memasukkan lubang ke
lubang pertama, 1 = 5. Untuk kasus lubang kedua, karena 1 bola sudah dimasukkan lubang,
maka kita tinggal memiliki 4 bola. Sehingga 2 = 4. Untuk lubang ketiga, karena 2 bola sudah
dimasukkan lubang, hanya 3 bola tersisa yang kita miliki, sehingga 3 = 3.
Karena di soal ini kita memasukkan 3 bola ke 3 lubang secara simultan/bersama-sama, maka
kita menggunakan kaidah perkalian. Sehingga banyak cara total adalah:
1 2 3 = 5 4 3 = 60 cara.
2.1.

Formula permutasi umum


Dari pembahasan di atas, kita mendapat kata kunci, yaitu jika kita mempunyai buah
objek, lalu kita menyusun ulang/mempermutasikan buah objek diantaranya, jumlah
susunan berbeda yang kita dapat adalah:
( 1)( 2)( 3) ( + 1)

Hal ini disebut juga permutasi-, dinotasikan dengan (, ). Maka, dari rumus di atas,
kita akan mendapatkan formula baku, yaitu:
(, ) = ( 1)( 2)( 3) ( + 1) =

!
( )!

Dalam contoh di atas, untuk menyusun ulang 3 bilangan dari 3 bilangan, maka kita bisa
3!

2.2.

memakai rumus (3,3) = (33)! =

3!
0!

= 6. Ingat bahwa 0! = 1! = 1.

Kaidah perkalian dalam permutasi


Perhatikan soal dibawah ini.
Sebuah koper mempunyai kunci keamanan berupa password yang terdiri dari 5 digit
angka, dari 0..9. Jika si pemilik koper bebas mengatur setiap angka untuk setiap digit,
maka berapa banyak password yang bisa dibentuk?
Pembahasan: Sepintas kita bisa mengerjakan soal ini dengan menggunakan formula
10!

permutasi, yakni menggunakan rumus (10,5) = (105)! =

2.3.

10!
5!

= 30240. Namun cara ini

kurang tepat, karena pernyataan pemilik koper bebas mengatur setiap angka untuk
setiap digit berarti tiap angka yang sudah digunakan untuk suatu digit dapat digunakan
kembali untuk digit selanjutnya.
Oleh karena itu, kita menggunakan kaidah perkalian untuk mengerjakan soal seperti ini.
Diketahui password tersebut terdiri dari 5 digit, maka untuk digit pertama kita
mempunyai 10 pilihan, digit kedua kita juga mempunyai 10 pilihan, dan seterusnya.
Maka, banyak password yang terbentuk adalah 10 10 10 10 10 = 105 = 10000.
Jika digeneralisasi, permutasi elemen dari elemen dengan memperbolehkan
perulangan adalah .

Permutasi kelompok elemen


Perhatikan soal dibawah ini.
Andi memiliki 10 buku pelajaran yang berbeda-beda. 3 buku diantaranya adalah buku
Fisika, 2 lainnya adalah buku Biologi, dan sisanya buku Matematika. Andi ingin
meletakkan buku-buku tersebut ke dalam rak. Namun, Andi ingin buku-buku dengan
mata pelajaran yang sama diletakkan dalam satu kelompok agar Andi dapat

mencarinya dengan mudah. Berapa banyak cara Andi dapat meletakkan buku-bukunya
tersebut?
Pembahasan: Perhatikan kalimat buku-buku dengan mata pelajaran yang sama
diletakkan dalam satu kelompok. Oleh karena itu, kita tidak dapat mengerjakannya
dengan (10,10) = 10!. Awalnya, kita mempermutasikan jenis-jenis buku yang sama
terlebih dahulu. Sehingga:
-

Banyak permutasi buku Fisika = (3,3) =

3!

= 6,

0!
2!

Banyak permutasi buku Biologi = (2,2) =

0!

= 2,

Banyak permutasi buku Matematika = (5,5) =

5!
0!

= 120.

Setelah itu, kita masih dapat mempermutasikan grup buku tadi di dalam rak. Ada 3 grup
buku, sehingga jumlah permutasinya adalah (3,3) =

3!
0!

= 6. Karena semua permutasi

tadi berjalan simultan, maka menurut kaidah perkalian kita mendapatkan jumlah
permutasi totalnya 6 2 120 6 = 8640.
Perhatikan kata-kata kunci seperti grup, kelompok, bersebelahan, sejenis, tidak
terpisah, dsb., karena kata-kata tersebut mengindikasikan permutasi dengan kelompok.
2.4.

Permutasi melingkar
Perhatikan soal dibawah ini.
Pada sebuah meja makan berbentuk lingkaran, 6 orang duduk bersebelahan
mengelilingi meja makan tersebut. Karena bosan, mereka memutuskan untuk
mengacak ulang posisi duduk mereka. Ada berapa banyak susunan posisi yang
mungkin?
6!

Pembahasan: Rumus (6,6) = (66)! =

6!
0!

= 720 juga tidak dapat digunakan di soal ini.

Andaikan kelima orang tadi kita namai , , , , , dan F. Perhatikan representasi


permutasi {, , , , , }, {, , , , , }, {, , , , , } di bawah ini:

Walaupun mereka terlihat sebagai tiga susunan berbeda, namun nyatanya mereka
adalah susunan yang sama. Kita bisa melihat susunan kedua dan ketiga dari sudut
yang berbeda, sehingga mereka akan terlihat sama dengan susunan pertama. Oleh
karena itu, kita harus mengeksklusi susunan-susunan seperti ini.
Sehingga, cara kita untuk mendapatkan susunan yang pasti berbeda adalah dengan
mengunci salah satu elemen di tempat (fixed in place) kemudian mempermutasikan
seluruh elemen sisanya. Untuk susunan {, , , , , } kita bisa mengunci posisi dan
mempermutasikan , , , , , sehingga bisa didapatkan susunan seperti ini:

2.5.

Dengan solusi seperti ini kita pasti mendapatkan permutasi yang unik. Sehingga,
permutasi elemen dimana elemen-elemen disusun melingkar adalah ( 1)!.

Permutasi dengan elemen identik

Perhatikan soal dibawah ini.


Berapa susunan kata baru yang dapat dihasilkan dari kata mamalia?
Pembahasan: Perhatikan adanya huruf-huruf yang berulang di kata yaitu
dan . Huruf-huruf tersebut identik, sehingga andaikan kita memberi identitas pada
kedua huruf , menjadi 1 dan 2, maka permutasi {1 , , 2 , , , , } dan
{2 , , 1 , , , , } dianggap permutasi yang sama.
Oleh karena itu, saat kita mempermutasikan seluruh elemen dari kata , kita
harus menghilangkan permutasi elemen-elemen yang berulang. Karena huruf ada 2
buah sedangkan huruf ada 3 buah, maka kita bagi (7,7) dengan 2! dan 3!, menjadi
(7,7)
2!3!

7!

0!2!3!

= 420.

Secara umum, jika kita mempunyai elemen dengan beberapa elemen identik yang
berulang, misal:
- 1 buah elemen 1,
- 2 buah elemen 2,
- 3 buah elemen 3,
-
- buah elemen
dengan 1 + 2 + 3 + + = , maka permutasi semua elemen tersebut adalah:
(1 , 2 , 3 , , ) =

3.

!
1 ! 2 ! 3 ! !

Kombinasi
Berbeda dengan permutasi, kombinasi adalah banyaknya cara penyusunan elemen-elemen
tanpa memperhitungkan urutan. Sebagai pembanding dengan permutasi, jika kita mempunyai
3 bilangan lalu kita mengombinasikan ketiga bilangan tersebut, susunan yang valid adalah
{1, 2, 3} saja. {1, 3, 2}, {2, 1, 3}, {2, 3, 1}, {3, 1, 2}, dan {3, 2, 1} dianggap sama, karena sama-sama
mempunyai 3 elemen, yaitu 1, 2, dan 3.
Hal yang perlu diingat:
Dapat membedakan persoalan permutasi dan kombinasi adalah hal yang sangat penting.
Beberapa kata kunci untuk permutasi adalah menyusun, mengatur, mengambil dengan
urutan, atau menukar urutan/posisi. Sedangkan kata kunci untuk kombinasi adalah
mengambil, meletakkan (tanpa urutan), memilih, atau mengelompokkan. Selebihnya,
kita harus menggunakan logika kita untuk menentukan tipe permasalahan yang ada.

3.1.

Formula umum kombinasi


Jika kita mempunyai elemen dan kita mengombinasikan elemen diantaranya, atau
dengan kata lain kombinasi-, dinotasikan dengan (, ), maka berlaku rumus
dibawah ini:
(, ) =

3.2.

(, )
!
=
( )! !
!

Stars and Bars combinatorics


Kombinasi Stars and bars (bintang dan batang) adalah suatu teori kombinatorik yang
cukup unik. Teori ini membahas tentang kasus kombinatorik dimana, jika kita membuat
kelompok yang akan diisi dengan buah elemen, banyak elemen dalam setiap
kelompok bisa sama.
3.2.1 Teorema pertama

Teorema pertama Stars and Bars menyatakan bahwa jika kita membuat
kelompok dari elemen, dimana setiap kelompok berisi paling tidak satu elemen,
maka banyak cara pengelompokannya adalah,
( 1, 1) =

( 1)!
( 1)! ( )!

Perhatikan soal di bawah ini.


Berapa banyak bilangan positif , , sedemikian rupa sehingga + + = 10?
Pembahasan: Menurut stars and bars, soal ini bisa ditulis ulang sebagai:
dari = 10 satuan, buat = 3 kelompok bilangan, dimana kelompok-
mempunyai buah satuan, sehingga 1 + 2 + 3 = 10.
Untuk mengerjakannya, mari kita membuat = 10 buah bintang (stars), dimana
sebuah bintang merepresentasikan sebuah angka satuan,

Karena kita ingin membuat = 3 buah kelompok, maka andaikan kelompok itu
adalah 3 buah kamar yang dibatasi oleh 2 buah sekat. Lihat ilustrasi di bawah ini.
Simbol | adalah sekat (bars).
1 | 2 | 3

Tugas kita adalah mengelompokkan bintang tadi ke 3 kelompok ini. Kita bisa saja
meletakkan sekat ke sela-sela bintang, sehingga seakan-akan bintang-bintang
tadi terpisah menjadi 3 kelompok. Misal,
| |

Susunan seperti ini akan dibaca = 4, = 5, = 1, sehingga memenuhi + +


= 10. Dengan menggunakan pemikiran yang sama, maka susunan | |
akan dibaca = 1, = 1, = 8.
Sehingga, solusi dari soal ini adalah bagaimana cara kita menempatkan sekat
(bars) ke sela-sela bintang (stars). Karena kita mempunyai 1 buah sekat dan
1 ruang di antara bintang, dan semua sekat identik (tidak memperhatikan
urutan sekat), maka kita bisa menggunakan rumus kombinasi, yaitu ( 1,
1). Sehingga jawaban soal ini adalah (9,2) = 36.

3.2.2 Teorema kedua


Teorema kedua Stars and bars menyatakan bahwa, jika kita membuat
kelompok dari elemen, dengan tiap kelompok dibolehkan berisi lebih dari 1
elemen ataupun tidak terisi elemen sama sekali, maka banyak cara
pengelompokannya adalah,
( + 1, 1) = ( + 1, ) =
Perhatikan soal di bawah ini.

( + 1)!
( 1)! !

Iwan mempunyai 6 buah bola yang identik. Ia ingin meletakkan bola-bolanya ke


dalam 4 buah kotak yang berbeda, dimana setiap kotak dapat menampung lebih
dari 6 bola. Jika Iwan dapat meletakkan lebih dari satu bola pada suatu kotak,
dan Iwan juga bisa saja tidak meletakkan satu bola pun pada suatu kotak, ada
berapa cara dia dapat meletakkan bola-bolanya?
Pembahasan: Mirip dengan solusi pada contoh di teorema pertama, kita anggap
kita mempunyai 6 bintang (stars) seperti di bawah ini,

Kemudian kita mempunyai = 4 kotak, sehingga anggap kita mempunyai 4


kamar yang dibatasi 3 sekat (bars). Namun, karena suatu kotak dapat kosong,
sehingga bisa saja kita meletakkan lebih dari satu sekat ke sela bintang, atau
meletakkan sekat di luar bintang. Perhatikan contoh solusi di bawah ini:
-

| | |
| | |
| | |

(kotak 1 = 0, kotak 2 = 0, kotak 3 = 0, kotak 4 = 6)


(kotak 1 = 1, kotak 2 = 0, kotak 3 = 3, kotak 4 = 2)
(kotak 1 = 3, kotak 2 = 0, kotak 3 = 0, kotak 4 = 3)

Perhatikan bahwa di contoh solusi di atas, kita memiliki bintang dan 1 sekat.
Kita dapat melihat variasi contoh di atas sebagai perubahan posisi/urutan sekat
dan bintang, sehingga kita bisa mengerjakan soal tersebut dengan
mempermutasikan + ( 1) bintang dan sekat.
Kita ketahui bahwa baik bintang maupun sekat identik, sehingga kasus permutasi
ini adalah permutasi dengan elemen identik (lihat bagian 2.5). Karena jumlah total
elemen adalah + ( 1), rumus yang kita gunakan adalah,
(1 , 2 , , ) =
=

( + ( 1))!
! ( 1)!
( + 1)!

! + ( 1) !

= ( + 1, )
= ( + 1, 1)

Maka jawaban soal ini adalah (9,6) = 84.

BAB VII
PELUANG
Ilmu yang mempelajari peluang artinya ilmu yang mempelajari kecenderungan (likeliness) suatu kejadian
untuk terjadi. Jika ada suatu kejadian A, maka peluang A untuk terjadi dinotasikan sebagai (). Nilai dari
() adalah suatu bilangan real sedemikian sehingga memenuhi 0 () 1. Ketika () = 0, maka A
tidak mungkin terjadi; sebaliknya, ketika () = 1, maka A pasti terjadi.
1.
Ruang Sampel, Titik Sampel, dan Kejadian
Andaikan kita melempar sebuah koin bermata dua: kepala dan ekor. Karena kedua sisi sama,
1

maka peluang kita mendapat kepala sama dengan peluang kita mendapat ekor, yakni 2.
1

Perhatikan bahwa nilai ini karena kita hanya mengharapkan salah satu dari kedua mata koin.
2

Jika kita hanya mengharapkan untuk mendapat suatu mata koin, entah kepala maupun ekor,
1

peluang yang kita dapat adalah + = 1. Dengan kata lain, kita pasti akan mendapat suatu
2

2.

mata koin.
Disinilah peran himpunan di peluang. Di kurikulum sekolah kita tentu sudah mengenal
himpunan semesta. Himpunan semesta di peluang adalah himpunan semua hasil yang
mungkin terjadi, yang disebut dengan ruang sampel. Ruang sampel dinotasikan sebagai .
Setiap hasil yang berada di dalam ruang sampel dinamakan sebagai titik sampel. Sedangkan
kejadian, disimbolkan , adalah himpunan bagian dari , yang berisi titik-titik sampel yang kita
cari.
Sebagai contoh, jika kita melakukan pelemparan dadu, ruang sampelnya adalah himpunan
titik sampel, yaitu seluruh mata dadu yang mungkin keluar, sehingga kita bisa menuliskannya
sebagai = {1, 2, 3, 4, 5, 6}. Jika kita ingin menghitung peluang keluarnya mata dadu genap,
maka kejadian yang kita cari adalah = {2, 4, 6}.

Formula Umum Peluang


Peluang sebuah kejadian adalah proporsi jumlah titik sampel dari himpunan dibanding
jumlah titik sampel pada ruang contoh , atau dengan kata lain,
() =

()
()

Pada kasus pelemparan sebuah dadu, jika kita menghitung peluang keluarnya mata dadu
genap, maka kejadian keluarnya mata dadu genap, , adalah,
()
()
3
=
6
1
=
2

() =

Titik-titik sampel, baik pada himpunan kejadian maupun ruang sampel tidak pula selalu berupa
sebuah hasil, namun bisa terdiri dari sebuah grup yang terdiri dari beberapa hasil.
Misalnya, jika kita mengambil dua buah kartu dari satu set kartu bridge yang berjumlah 52
kartu, maka contoh titik sampel yang ada adalah kartu As spade dan kartu 3 heart. Cara kita
menentukan jumlah titik sampel juga akan berbeda. Untuk kasus pengambilan dua kartu dari
satu set kartu bridge, kita menggunakan rumus kombinasi, yaitu () = (52,2) =

52!

2!50!

3.

Konsep Peluang
Konsep-konsep pada peluang sejatinya diturunkan dari konsep-konsep pada himpunan yang
telah kita pelajari di kurikulum sekolah.
3.1. Kejadian independen
Kejadian independen adalah jika dalam suatu percobaan kejadian dan terjadi
secara simultan (bersama-sama). Artinya, himpunan kejadian yang terbentuk adalah
irisan kedua himpunan ( ). Maka peluang keduanya adalah,
( ) = ()()

Perhatikan soal dibawah ini.


Ani melempar sebuah koin dengan mata kepala dan ekor, dan sebuah dadu. Berapa
peluang Ani mendapat mata koin kepala dan angka ganjil?
Pembahasan: Pada pelemparan mata koin, = {, }, sehingga peluang
keluarnya mata koin kepala adalah

. Sedangkan pada pelemparan dadu, =

{1, 2, 3, 4, 5, 6}. Kejadian keluarnya angka ganjil, = {1,3,5}. Sehingga () = 6 = 2.


1

3.2.

Karena kedua kejadian tadi terjadi simultan, sehingga peluang totalnya adalah = .
2

Kejadian saling lepas tanpa bersinggungan


Artinya dalam suatu percobaan, dua kejadian dan tidak akan terjadi secara
simultan, dan tidak ada titik sampel yang sama di kejadian maupun . Dalam
himpunan, himpunan dan himpunan akan terpisah satu sama lain. Peluang
keduanya adalah,
( ) = () + ()

Perhatikan soal dibawah ini.


Budi memiliki 10 buah kartu yang ia nomori dari 1..10. Jika Budi mengambil sebuah
kartu, berapa peluang Budi mendapat nomor dibawah 4 atau diatas 8?
Pembahasan: Ingat konsep kejadian saling lepas adalah kejadian-kejadian yang tidak
akan terjadi simultan/dalam satu waktu. Ketika Budi mengambil suatu kartu, tidak
mungkin Budi mendapat nomor dibawah 4 dan nomor diatas 8 sekaligus. Sehingga, kita
akan menganggapnya sebagai dua kejadian terpisah. Peluang didapatnya nomor
dibawah 4 adalah

, sedangkan peluang didapatnya nomor diatas 8 adalah

10

sehingga peluang totalnya adalah


3.3.

10

10

10

= .
2

10

Kejadian saling lepas dengan singgungan


Mirip dengan kejadian saling lepas di bagian 3.2, namun bedanya, dalam dua kejadian
dan ada titik sampel yang sama. Dalam himpunan, kedua himpunan kejadian ini
akan mempunyai irisan. Maka peluang keduanya adalah,
( ) = () + () ( )

Mirip dengan konsep di himpunan, kita kurangi dengan ( ) karena didalam () +


() irisan himpunan akan dihitung dua kali, sedangkan kita hanya perlu
menghitungnya sekali.

Perhatikan soal dibawah ini.


Budi memiliki 10 buah kartu yang ia nomori 1..10. Dedi, teman Budi, meminjam kartukartu tersebut. Ia lalu mengambil satu kartu. Berapa peluang Dedi mendapat nomor
genap atau nomor prima?
Pembahasan: Perhatikan bahwa walaupun kedua kejadian saling lepas, namun dalam
kedua kejadian Dedi sama-sama dapat mendapat nomor 2, karena 2 adalah nomor
genap sekaligus prima. Sehingga, kita harus menghitung banyaknya singgungan
seperti ini. Kebetulan, bilangan yang genap dan prima hanya ada satu, yaitu 2. Maka,
5

peluang totalnya adalah () + () (2) = 10 + 10 10 = 10 = 5.

Hal yang perlu diingat:


Dalam contoh-contoh diatas, kata dan dan atau digarisbawahi. Hal ini dikarenakan
memang kata-kata itu sering menjadi kata kunci untuk menentukan apakah kejadian
peluang yang ditanyakan adalah kejadian independen atau saling lepas.

3.4.

Komplemen peluang
Jika () adalah peluang terjadinya , maka adalah peluang tidak terjadinya ,
yang didefinisikan sebagai,
= 1 ()

Komplemen peluang seperti ini terkadang sangat efektif digunakan untuk soal-soal
yang terlalu rumit jika kita menghitung langsung (). Sebagai contoh,
Saat upacara bendera di suatu sekolah, 6 orang siswa berprestasi dipanggil untuk
berdiri bersebelahan di depan barisan. Jika diantara 6 orang tersebut ada sepasang
sahabat karib, berapa peluang mereka untuk berdiri tidak bersebelahan (paling tidak
ada satu orang diantara mereka)?
Pembahasan: Kita bisa mengerjakannya dengan pertama-tama mencari peluang
kejadian mereka berdiri bersebelahan. Anggap kejadian tersebut sebagai . Jumlah
kemungkinan total susunan keenam orang itu adalah (6,6) =

6!
0!

= 720. Lalu kita hitung

banyak kemungkinan kedua sahabat itu bersebelahan. Dengan menggunakan


permutasi kelompok elemen (lihat Bab VII, Bagian 2.3), banyak kemungkinannya
2!

5!

adalah (2,2) (5,5) = 0! 0! = 240.

Sehingga, () =

240
720

= . Padahal kita ingin menghitung kejadian sahabat itu tidak


3

bersebelahan, sehingga kita mencari . Maka, = 1 () = 1 3 = 3.

Anda mungkin juga menyukai