Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Sistem keseimbangan pada manusia umumnya terbagi menjadi dua, yaitu sistem penglihatan
dan sistem pendengaran.

Mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya. Yang dilakukan mata yang paling
sederhana tak lain hanya mengetahui apakah lingkungan sekitarnya adalah terang atau gelap.
Mata yang lebih kompleks dipergunakan untuk memberikan pengertian visual.

Tatkala mengamati alam terbuka disekitar anda akan segera anda saksikan beragam benda
terjauh dan terdekat dari anda dengan segala bentuk, warna, dan ukuran mereka.
Pemandangan ini yang anda saksikan tanpa susah payah adalah hasil beragam reaksi rumit
dalam tubuh anda. Kini marilah kita amati secara lebih dekat. Mata manusia memiliki cara
kerja otomatis yang sempurna, mata dibentuk dengan 40 unsur utama yang berbeda dan
kesemua bagian ini memiliki fungsi penting dalam proses melihat kerusakan atau ketiadaan
salah satu fungsi bagiannya saja akan menjadikan mata mustahil dapat melihat.

Lapisan tembus cahaya di bagian depan mata adalah kornea, tepat dibelakangnya terdapat
iris, selain member warna pada mata iris juga dapat merubah ukurannya secara otomatis
sesuai kekuatan cahaya yang masuk, dengan bantuan otot yang melekat padanya. Misalnya
ketika berada di tempat gelap iris akan membesar untuk memasukkan cahaya sebanyak
mungkin. Ketika kekuatan cahaya bertambah, iris akan mengecil untuk mengurangi cahaya
yang masuk ke mata. System pengaturan otomatis yang berkeja pada mata bekerja
sebagaimana berikut.

Ketika cahaya mengenai mata sinyal saraf terbentuk dan dikrimkan ke otak, untuk

memberikan pesan tentang keberadaan cahaya, dan kekuatan cahaya. Lalu otak mengirim
balik sinyal dan memerintahkan sejauh mana otot disekitar iris harus mengerut. Bagian mata
lainnya yang bekerja bersamaan dengan struktur ini adalah lensa. Lensa bertugas
memfokuskan cahaya yang memasuki mata pada lapisan retina di bagian belakang mata.
Karena otot-otot disekeliling lensa cahaya yang datang ke mata dari berbagai sudut dan jarak
berbeda dapat selalu difokuskan ke retina. Semua system yang telah kami sebutkan tadi
berukuran lebih kecil, tapi jauh lebih unggul daripada peralatan mekanik yang dibuat untuk
meniru desain mata dengan menggunakan teknologi terbaru, bahkan system perekaman
gambar buatan paling modern di dunia ternyata masih terlalu sederhana jika dibandingkan
mata. Jika kita renungkan segala jerih payah dan pemikiran yang dicurahkan untuk membuat
alat perekaman gambar buatan ini kita akan memahami betapa jauh lebih unggulnya
teknologi penciptaan mata. Jika kita amati bagian-bagian lebih kecil dari sel sebuah mata
maka kehebatan penciptaan ini semakin terungkap. Anggaplah kita sedang melihat mangkuk
Kristal yang penuh dengan buah-buahan, cahaya yang datang dari mangkuk ini ke mata kita
menembus kornea dan iris kemudian difokuskan pada retina oleh lensa jadi apa yang terjadi
pada retina, sehinggasel-sel retina dapat merasakan adanya cahaya ketika partikel cahaya
yang disebut foton mengenai sel-sel retina mereka menghasilkan efek rantai layaknya
sederetan kartu domino yang tersusun dalam barisan rapi. Kartu domino pertama dalam sel
retina adalah sebuah molekul bernama 11-cis retinal. Ketika sebuah foton mengenainya
molekul ini berubah bentuk ini mendorong perubahan protein lain yang berikatan kuat
dengannya yakni rhodopsin. Kini rhodopsin berubah menjadi yang memungkinkannya
berikatan dengan protein lain yakni transdusin. Transdusin ini sebelumnya sudah ada dalam
sel namun belum dapat bergabung dengan rhodopsin karena ketidak sesuaian bentuk.
Penyatuan ini kemudian diikuti gabungan satu molekul lain yang bernama GTP kini dua
protein yakni rhodopsin dan transdusin serta 1 molekul kimia bernama GTP telah menyatu
tetapi proses sesungguhnya baru saja dimulai senyawa bernama GDP kini telah memiliki
bentuk sesuai untuk mengikat satu protein lain bernama phosphodiesterase yang senantiasa
ada dalam sel. Setelah berikatan bentuk molekul yang dihasilkan akan menggerakkan suatu
mekanisme yang akan memulai serangkaian reaksi kimia dalam sel. Mekanisme ini
menghasilkan reaksi ion dalam sel dan menghasilkan energy listrik energy ini merangsang
saraf-saraf yang terdapat tepat di belakang sel retina. Dengan demikian bayangan yang ketika
mengenai mata berwujud seperti foton cahaya ini meneruskan perjalanannya dalam bentuk
sinyal listrik. Sinyal ini berisi informasi visual objek di luar mata. Agar mata dapat melihat
sinyal listrik yang dihasilkan dalam retina harus diteruskan dalam pusat penglihatan di otak.

Namun sel-sel saraf tidak berhubungan langsung satu sama lain ada celah kecil yang
memisah titik-titik sambungan mereka lalu bagaimana sinyal listrik ini melanjutkan
perjalanannya disini serangkaian mekanisme rumit terjadi energy listrik diubah menjadi
energy kimia tanpa kehilangan informasi yang sedang dibawa dan dengan cara ini informasi
diteruskan dari satu sel saraf ke sel saraf berikutnya. Molekul kimia pengangkut ini yang
terletak pada titik sambungan sel-sel saraf berhasil membawa informasi yang datang dari
mata dari satu saraf ke saraf yang lain.

Ketika dipindahkan ke saraf berikutnya sinyal ini diubah lagi menjadi sinyal listrik dan
melanjutkan perjalanannya ke tempat titik sambungan lainnya dengan cara ini sinyal berhasil
mencapai pusat penglihatan pada otak disini sinyal tersebut dibandingkan informasi yang ada
di pusat memori dan bayangan tersebut ditafsirkan akhirnya kita dapat melihat mangkuk yang
penuh buah-buahan sebagaimana kita saksikan sebelumnya karena adanya system sempurna
yang terdiri atas ratusan kompenen kecil ini dan semua rentetan peristiwa yang menakjubkan
ini terjadi pada waktu kurang dari 1 detik.

Lokasi dan fungsi dari telinga, hidung dan tenggorokan berhubungan erat.
Kelainan pada organ-organ tersebut didiagnosis dan diobati oleh dokter spesialis yang disebut
otolaringologis.

Telinga merupakan organ untuk pendengaran dan keseimbangan, yang terdiri dari telinga
luar, telinga tengah dan telinga dalam.
Telinga luar menangkap gelombang suara yang dirubah menjadi energi mekanis oleh telinga
tengah. Telinga tengah merubah energi mekanis menjadi gelombang saraf, yang kemudian
dihantarkan ke otak. Telinga dalam juga membantu menjaga keseimbangan tubuh.
1.2. Tujuan Penulisan
a.
Tujuan Khusus
Untuk memenuhi tugas pada skil lab praktikum blok Sistem Persepsi Sensori.
b.

Tujuan Umum

Untuk menambah pengetahuan penulis itu sendiri maupun untuk siapa saja yang membaca
makalah ini.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Anatomi Sitem Penglihatan

Struktur dan fungsi mata sangat rumit dan mengagumkan. Secara konstan mata
menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada objek yang dekat dan
jauh serta menghasilkan gambaran yang kontinu yang dengan segera dihantarkan ke otak.
Bola mata berdiameter 2,5 cm dimana 5/6 bagiannya terbenam dalam rongga mata,
dan hanya 1/6 bagiannya saja yang tampak pada bagian luar.
Sklera : Melindungi bola mata dari kerusakan mekanis dan menjadi tempat melekatnya bola
mata
Otot-otot : Otot-otot yang melekat pada mata :
a.
b.

muskulus rektus superior : menggerakan mata ke atas.


muskulus rektus inferior : mengerakan mata ke bawah
Kornea : memungkinkan lewatnya cahaya dan merefraksikan cahaya
Badan Siliaris : Menyokong lensa dan mengandung otot yang memungkinkan lensa untuk
beroakomodasi, kemudian berfungsijuga untuk mengsekreskan aqueus humor
Iris : Mengendalikan cahaya yang masuk ke mata melalui pupil, mengandung pigmen.
Lensa : Memfokuskan pandangan dengan mengubah bentuk lensa

Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola mata; berfungsi
mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus ke otak.
Bintik kuning (Fovea) : Bagian retina yang mengandung sel kerucut
Bintik buta : Daerah syaraf optic meninggalkan bagian dalam bola mata
Vitreous humor : Menyokong lensa dan menjaga bentuk bola mata
Aquous humor : Menjaga bentuk kantong bola mata
Bola mata dibagi menjadi 3 lapisan, dari luar ke dalam yaitu tunica fibrosa, tunica vasculosa,
dan tunica nervosa.
1)

Tunica Vibrosa.
Tunica vibrosa terdiri dari sklera, sklera merupakan lapisan luar yang sangat kuat.
Sklera berwarna putih putih, kecuali di depan. Pada lapisan ini terdapatkornea, yaitu lapisan
yang berwarna bening dan berfungsi untuk menerima cahaya masuk kemudian
memfokuskannya. Untuk melindungi kornea ini, maka disekresikan air mata sehingga
keadaannya selalu basah dan dapat membersihkan dari debu. Pada batas cornea dan sclera
terdapat canalis schlemm yaitu suatu sinus venosus yang menyerap kembali cairan aquaus
humor bola mata.

2)

Tunica Vasculosa.
Tunica vasculosa merupakan bagian tengah bola mata, urutan dari depan ke belakang
terdiri dari iris, corpus ciliaris dan koroid. Koroid merupakan lapisan tengah yang kaya akan
pembuluh darah, lapisan ini juga kaya akan pigmen warna. Daerah ini disebut Iris. Coba
Anda perhatikan mata orang Indonesia dengan orang-orang dari Negara barat! Apakah
perbedaannya? Tentunya pada warna. Orang Indonesia biasanya bermata hitam atau coklat,
adapun orang barat biasanya berwarna biru atau hijau. Nah, di bagian irislah terdapatnya
perbedaan ini karena di tempat ini memiliki pigmen warna.
Bagian depan dari lapisan iris ini disebut Pupil yang terletak di belakang kornea
tengah. Pengaruh kerja ototnya yaitu melebar dan menyempitnya bagian ini. Coba Anda
masuk ke dalam suatu kamar yang gelap gulita, maka Anda akan berusaha melihat dengan
melebarkan mata agar cahaya yang masuk cukup. Pada kondisi ini disebut dengan dilatasi,
demikian sebaliknya jika Anda berada pada ruangan yang terlalu terang maka Anda akan
berusaha untuk menyempitkan mata karena silau untuk mengurangi cahaya yang masuk yang

disebut dengan konstriksi. Pada sebuah kamera, pupil ini diibaratkan seperti diafragma yang
dapat mengatur jumlah cahaya yang masuk.
Di sebelah dalam pupil terdapat lensa yang berbentuk cakram otot yang
disebutMusculus Siliaris. Otot ini sangat kuat dalam mendukung fungsi lensa mata, yang
selalu bekerja untuk memfokuskan penglihatan. Seseorang yang melihat benda dengan jarak
yang jauh tidak mengakibatkan otot lensa mata bekerja, tetapi apabila seseorang melihat
benda dengan jarak yang dekat maka akan memaksa otot lensa bekerja lebih berat karena otot
lensa harus menegang untuk membuat lensa mata lebih tebal sehingga dapat memfokuskan
penglihatan pada benda-benda tersebut.
Pada bagian depan dan belakang lensa ini terdapat rongga yang berisi caira bening
yang masing-masing disebut Aqueous Humor dan Vitreous Humor. Adanya cairan ini dapat
memperkokoh kedudukan bola mata
3)

Tunica Nervosa.
Tunica nervosa (retina) merupakan reseptor pada mata yang terletak pada bagian
belakang koroid. Bagian ini merupakan bagian terdalam dari mata. Lapisan ini lunak, namun
tipis, hampir menyerupai lapisan pada kulit bawang. Retina tersusun dari sekitar 103 juta selsel yang berfungsi untuk menerima cahaya. Di antara sel-sel tersebut sekitar 100 juta sel
merupakan sel-sel batang yang berbentuk seperti tongkat pendek dan 3 juta lainnya adalah sel
konus (kerucut). Sel-sel ini berfungsi untuk penglihatan hitam dan putih, dan sangat peka
pada sedikit cahaya.

a.

Sel Batang tidak dapat membedakan warna, tetapi lebih sensitif terhadap cahaya sehingga
sel ini lebih berfungsi pada saat melihat ditempat gelap. Sel batang ini mengandung suatu
pigmen yang fotosensitif disebut rhodopsin. Cahaya lemah seperti cahaya bulan pun dapat
mengenai rhodopsin. Sehingga sel batang ini diperlukan untuk penglihatan pada cahaya

b.

remang-remang.
Sel Kerucut atau cone cell mengandung jenis pigmen yang berbeda, yaituiodopsin yang
terdiri dari retinen. Terdapat 3 jenis iodopsin yang masing-masing sensitif terhadap cahaya
merah, hijau dan biru. Masing-masing disebut iodopsin merah, hijau dan biru. Segala warna
yang ada di dunia ini dapat dibentuk dengan mencamputkan ketiga warna tersebut. Sel
kerucut diperlukan untuk penglihatan ketika cahaya terang.
Signal listrik dari sel batang dan sel kerucut ini akan di teruskan melalui sinap ke
neuron bipolar, kemudian ke neuron ganglion yang akan membentuk satu bundel syaraf yaitu
syaraf otak ke II yang menembus coroid dan sclera menuju otak. Bagian yang menembus ini

disebut dengan discus opticus, dimana discus opticus ini tidak mengandung sel batang dan sel
kerucut, maka cahaya yang jatuh ke discus opticus tidak akan terlihat apa-apa sehingga
disebut dengan bintik buta.
Beberapa otot bekerja sama menggerakkan mata. Setiap otot dirangsang oleh saraf
kranial tertentu. Tulang orbita yang melindungi mata juga mengandung berbagai saraf
lainnya.
a.
b.
c.

Saraf optikus membawa gelombang saraf yang dihasilkan di dalam retina ke otak.
Saraf lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air mata.
Saraf lainnya menghantarkan sensasi ke bagian mata yang lain dan merangsang otot pada
tulang orbita.
Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan mata kanan,
sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena oftalmika dan vena retinalis. Pembuluh darah
ini masuk dan keluar melalui mata bagian belakang.
Alat-alat Tambahan Mata
Alat-alat tambahan mata terdiri dari alis mata, kelopak mata, bulu mata dan aparatus
lakrimalis.

a.

Alis : terdiri dari rambut kasar yang terletak melintang di atas mata, fungsinya untuk

melindungi mata dari cahaya dan keringat juga untuk kecantikan.


b.
Kelopak mata : ada 2, yaitu atas dan bawah. Kelopak mata atas lebih banyak bergerak dari
kelopak yang bawah dan mengandung musculus levator pepebrae untuk menarik kelopak
mata ke atas (membuka mata). Untuk menutup mata dilakukan oleh otot otot yang lain yang
melingkari kelopak mata atas dan bawah yaitu musculus orbicularis oculi. Ruang antara ke-2
kelopak disebut celah mata (fissura pelpebrae), celah ini menentukan melotot atau sipit
nya seseorang. Pada sudut dalam mata terdapat tonjolan disebut caruncula lakrimalis yang
c.

mengandung kelenjar sebacea (minyak) dan sudorifera (keringat).


Bulu mata : ialah barisan bulu-bulu terletak di sebelah anterior dari kelenjar Meibow.
Kelenjar sroacea yang terletak pada akar bulu-bulu mata disebut kelenjar Zeis. Infeksi

d.

kelenjar ini disebut Lordholum (bintit).


Apparatus lacrimalis : terdiri dari kelenjar lacrimal, ductus lacrimalis, canalis lacrimalis,
dan ductus nassolacrimalis.

2.2. Fisiologi Sistem Penglihatan

Cahaya merupakan salah satu dari suatu spektrum gelombang elektromagnetik.


Panjang gelombang cahaya adalah 400-700nm yang dapat merangsang sel batang (rod cell)
dan kerucut (cone cell) sehingga dapat terlihat oleh kita. Gelombang cahaya antara 400700nm ini akan terlihat sebagai suatu spectrum.
Apabila ada rangsang cahaya masuk ke mata maka rangsang tersebut akan
diteruskan mulai

dari kornea,

aqueous

humor,

pupil,

lensa,

vitreous

humor dan

terakhir retina. Kemudian akan diteruskan ke bagian saraf penglihat atau saraf optik yang
berlanjut dengan lobus osipital sebagai pusat penglihatan pada otak besar. Bagian lobus
osipital kanan akan menerima rangsang dari mata kiri dan sebaliknya lobus osipital kiri akan
menerima rangsang mata kanan. Di dalam lobus osipital ini rangsang akan diolah kemudian
diinterpretasikan. Sehingga apabila seseorang mengalami kecelakaan dan mengalami
kerusakan lobus osipital ini maka dia akan mengalami buta permanen, walaupun bola
matanya sehat.
Pembiasan cahaya dari suatu benda akan membentuk bayangan benda jika cahaya
tersebut jatuh di bagian bintik kuning pada retina, karena cahaya yang jatuh pada bagian ini
akan mengenai sel-sel batang dan kerucut yang meneruskannya ke saraf optik dan saraf optik
meneruskannya ke otak sehingga terjadi kesan melihat. Sebaliknya, bayangan suatu benda
akan tidak nampak, jika pembiasan cahaya dari suatu benda tersebut jatuh di bagian bintik
buta pada retina
2.3. Anatomi Sistem Pendengaran

Telinga merupakan organ pendengaran sekaligus juga organ keseimbangan. Telinga


terdiri atas tiga bagian yaitu telinga luar, tengah dan dalam .Gelombang suara yang diterima
oleh telinga luar di ubah menjadi getaran mekanis oleh membran timpani. Getaran ini
kemudian di perkuat oleh tulang-tulang padat di ruang telinga tengah (tympanic cavity) dan
diteruskan ke telinga dalam. Telinga dalam merupakan ruangan labirin tulang yang diisi oleh
cairan perilimf yang berakhir pada rumah siput / koklea (cochlea). Di dalam labirin tulang
terdapat labirin membran tempat terjadinya mekanisme vestibular yang bertanggung jawab
untuk pendengaran dan pemeliharaan keseimbangan. Rangsang sensorik yang masuk ke
dalam seluruh alat-alat vestibular diteruskan ke dalam otak oleh saraf akustik (N.VIII).
Secara umum telingan terbagi menjadi tiga bagian, yaitu telinga bagian luar, telinga bagian
tengah dan telinga bagian dalam.
1.

Telinga Bagian Luar


Telinga luar terdiri atas daun telinga (auricle/pinna), liang telinga luar (meatus accus-ticus
externus) dan gendang telinga (membran timpani).

a.

Daun telinga /aurikula disusun oleh tulang rawan elastin yang ditutupi oleh kulit tipis yang
melekat erat pada tulang rawan. Dalam lapisan subkutis terdapat beberapa lembar otot lurik
yang pada manusia rudimenter (sisa perkembangan), akan tetapi pada binatang yang lebih
rendah yang mampu menggerakan daun telinganya, otot lurik ini lebih menonjol.

b.

Liang telinga luar merupakan suatu saluran yang terbentang dari daun telinga melintasi
tulang timpani hingga permukaan luar membran timpani. Bagian permukaannya mengandung
tulang rawan elastin dan ditutupi oleh kulit yang mengandung folikel rambut, kelenjar
sebasea dan modifikasi kelenjar keringat yang dikenal sebagai kelenjar serumen. Sekret
kelenjar sebacea bersama sekret kelenjar serumen merupakan komponen penyusun serumen.
Serumen merupakan materi bewarna coklat seperti lilin dengan rasa pahit dan berfungsi
sebagai pelindung.

2.

Telinga Bagian Tengah


Membran timpani menutup ujung dalam meatus akustiskus eksterna. Permukaan
luarnya ditutupi oleh lapisan tipis epidermis yang berasal dari ectoderm, sedangkan lapisan
sebelah dalam disusun oleh epitel selapis gepeng atau kuboid rendah turunan dari endoderm.
Di antara keduanya terdapat serat-serat kolagen, elastis dan fibroblas. Gendang telinga
menerima gelombang suara yang di sampaikan lewat udara lewat liang telinga luar.

Gelombang suara ini akan menggetarkan membran timpani. Gelombang suara lalu diubah
menjadi energi mekanik yang diteruskan ke tulang-tulang pendengaran di telinga tengah.
Telinga tengah atau rongga telinga adalah suatu ruang yang terisi udara yang terletak
di bagian petrosum tulang pendengaran. Ruang ini berbatasan di sebelah posterior dengan
ruang-ruang udara mastoid dan disebelah anterior dengan faring melalui saluran (tuba
auditiva) Eustachius.
Epitel yang melapisi rongga timpani dan setiap bangunan di dalamnya merupakan
epitel selapis gepeng atau kuboid rendah, tetapi di bagian anterior pada pada celah tuba
auditiva (tuba Eustachius) epitelnya selapis silindris bersilia. Lamina propria tipis dan
menyatu dengan periosteum.
Di bagian dalam rongga ini terdapat 3 jenis tulang pendengaran yaitu tulang maleus,
inkus dan stapes. Ketiga tulang ini merupakan tulang kompak tanpa rongga sumsum tulang.
Tulang maleus melekat pada membran timpani. Tulang maleus dan inkus tergantung pada
ligamen tipis di atap ruang timpani. Lempeng dasar stapes melekat pada tingkap celah oval
(fenestra ovalis) pada dinding dalam. Ada dua otot kecil yang berhubungan dengan ketiga
tulang pendengaran. Otot tensor timpani terletak dalam saluran di atas tuba auditiva,
tendonya berjalan mula-mula ke arah posterior kemudian mengait sekeliling sebuah tonjol
tulang kecil untuk melintasi rongga timpani dari dinding medial ke lateral untuk berinsersi ke
dalam gagang maleus. Tendo otot stapedius berjalan dari tonjolan tulang berbentuk piramid
dalam dinding posterior dan berjalan anterior untuk berinsersi ke dalam leher stapes. Otototot ini berfungsi protektif dengan cara meredam getaran-getaran berfrekuensi tinggi.
Tingkap oval pada dinding medial ditutupi oleh lempeng dasar stapes, memisahkan
rongga timpani dari perilimf dalam skal vestibuli koklea. Oleh karenanya getaran-getaran
membrana timpani diteruskan oleh rangkaian tulang-tulang pendengaran ke perilimf telinga
dalam. Untuk menjaga keseimbangan tekanan di rongga-rongga perilimf terdapat suatu katup
pengaman yang terletak dalam dinding medial rongga timpani di bawah dan belakang tingkap
oval dan diliputi oleh suatu membran elastis yang dikenal sebagai tingkap bulat (fenestra
rotundum). Membran ini memisahkan rongga timpani dari perilimf dalam skala timpani
koklea.
Tuba auditiva (Eustachius) menghubungkan rongga timpani dengan nasofarings
lumennya gepeng, dengan dinding medial dan lateral bagian tulang rawan biasanya saling
berhadapan menutup lumen. Epitelnya bervariasi dari epitel bertingkat, selapis silindris
bersilia dengan sel goblet dekat farings. Dengan menelan dinding tuba saling terpisah

sehingga lumen terbuka dan udara dapat masuk ke rongga telinga tengah. Dengan demikian
tekanan udara pada kedua sisi membran timpani menjadi seimbang.
3.

Telinga Bagian Dalam


Telinga dalam adalah suatu sistem saluran dan rongga di dalam pars petrosum tulang

temporalis. Telinga tengah di bentuk oleh labirin tulang (labirin oseosa) yang di da-lamnya
terdapat labirin membranasea. Labirin tulang berisi cairan perilimf sedangkan labirin
membranasea berisi cairan endolimf.
a.

Labirin Tulang
Labirin tulang terdiri atas tiga komponen yaitu kanalis semisirkularis, vestibulum, dan

koklea tulang. Labirin tulang ini di sebelah luar berbatasan dengan endosteum, sedangkan di
bagian dalam dipisahkan dari labirin membranasea yang terdapat di dalam labirin tulang oleh
ruang perilimf yang berisi cairan endolimf.
Vestibulum merupakan bagian tengah labirin tulang, yang berhubungan dengan
rongga timpani melalui suatu membran yang dikenal sebagai tingkap oval (fenestra ovale).
Ke dalam vestibulum bermuara 3 buah kanalis semisirkularis yaitu kanalis semisirkularis
anterior, posterior dan lateral yang masing-masing saling tegak lurus. Setiap saluran
semisirkularis mempunyai pelebaran atau ampula. Walaupun ada 3 saluran tetapi muaranya
hanya lima dan bukan enam, karena ujung posterior saluran posterior yang tidak berampula
menyatu dengan ujung medial saluran anterior yang tidak bermapula dan bermuara ke dalam
bagian medial vestibulum oleh krus kommune. Ke arah anterior rongga vestibulum
berhubungan dengan koklea tulang dan tingkap bulat (fenestra rotundum).
Koklea merupakan tabung berpilin mirip rumah siput. Bentuk keseluruhannya mirip
kerucut dengan dua tiga-perempat putaran. Sumbu koklea tulang di sebut mediolus. Tonjolan
tulang yang terjulur dari modiolus membentuk rabung spiral dengan suatu tumpukan tulang
yang disebut lamina spiralis. Lamina spiralis ini terdapat pembuluh darah dan ganglion
spiralis, yang merupakan bagian koklear nervus akustikus.
b.

Labirin Membranasea.
Labirin membransea terletak di dalam labirin tulang, merupakan suatu sistem saluran
yang saling berhubungan dilapisi epitel dan mengandung endolimf. Labirin ini dipisahkan
dari labirin tulang oleh ruang perilimf yang berisi cairan perilimf. Pada beberapa tempat

terdapat lembaran-lembaran jaringan ikat yang mengandung pembuluh darah melintasi ruang
perilimf untuk menggantung labirin membranasea.
Labirin membranasea terdiri atas:
1.

Kanalis semisirkularis membranasea

2.

Ultrikulus

3.

Sakulus

4.

Duktus endolimfatikus merupakan gabungan duktus ultrikularis dan duktus sakularis.

5.

Sakus endolimfatikus merupakan ujung buntu duktus endolimfatikus.

6.

Duktus reuniens, saluran kecil penghubung antara sakulus dengan duktus koklearis.

7.

Duktus koklearis mengandung organ Corti yang merupakan organ pendengaran.


Terdapat badan-badan akhir saraf sensorik dalam ampula saluran semisirkularis (krista
ampularis) dan dalam ultrikulus dan sakulus (makula sakuli dan ultrikuli) yang berfungsi
sebagai indera statik dan kinetik.

c.

Sakulus dan Ultrikulus


Dinding sakulus dan ultrikulus dibentuk oleh lapisan jaringan ikat tebal yang
mengandung pembuluh darah, sedangkan lapisan dalamnya dilapisi epitel selapis gepeng
sampai selapis kuboid rendah. Pada sakulus dan ultrikulus terdapat reseptor sensorik yang
disebut makula sakuli dan makula ultrikuli. Makula sakuli terletak paling banyak pada
dinding sehingga berfungsi untuk mendeteksi percepatan vertikal lurus sementara makula
ultrikuli terletak kebanyakan di lantai /dasar sehingga berfungsi untuk mendeteksi percepatan
horizontal lurus.
Makula disusun oleh 2 jenis sel neuroepitel (disebut sel rambut) yaitu tipe I dan II
serta sel penyokong yang duduk di lamina basal.Serat-serat saraf dari bagian vestibular
nervus vestibulo-akustikus (N.VIII) akan mempersarafi sel-sel neuroepitel ini.
Sel rambut I berbentuk seperti kerucut dengan bagian dasar yang membulat berisi inti
dan leher yang pendek. Sel ini dikelilingi suatu jala terdiri atas badan akhir saraf dengan
beberapa serat saraf eferen, mungkin bersifat penghambat/ inhibitorik. Sel rambut tipe II
berbentuk silindris dengan badan akhir saraf aferen maupun eferen menempel pada bagian
bawahnya. Kedua sel ini mengandung stereosilia pada apikal, sedangkan pada bagian tepi
stereosilia terdapat kinosilia. Sel penyokong (sustentakular) merupakan sel berbentuk
silindris tinggi, terletak pada lamina basal dan mempunyai mikrovili pada permukaan apikal
dengan beberapa granul sekretoris.

Pada permukaan makula terdapat suatu lapisan gelatin dengan ketebalan 22


mikrometer yang dikenal sebagai membran otolitik. Membran ini mengandung banyak
badan-badan kristal yang kecil yang disebut otokonia atau otolit yang mengandung kalsium
karbonat dan suatu protein. Mikrovili pada sel penyokong dan stereosilia serta kinosilia sel
rambut terbenam dalam membran otolitik. Perubahan posisi kepala mengakibatkan perubahan
dalam tekanan atau tegangan dalam membran otolitik dengan akibat terjadi rangsangan pada
sel rambut. Rangsangan ini diterima oleh badan akhir saraf yang terletak di antara sel-sel
rambut.
d.

Kanalis Semilunaris
Kanalis semisirkularis membranasea mempunyai penampang yang oval. Pada

permukaan luarnya terdapat suatu ruang perilimf yang lebar dilalui oleh trabekula. Pada
setiap kanalis semisirkularis ditemukan sebuah krista ampularis, yaitu badan akhir saraf
sensorik yang terdapat di dalam ampula (bagian yang melebar) kanalis. Tiap krista ampularis
di bentuk oleh sel-sel penyokong dan dua tipe sel rambut yang serupa dengan sel rambut pada
makula. Mikrovili, stereosilia dan kinosilianya terbenam dalam suatu massa gelatinosa yang
disebut kupula serupa dengan membran otolitik tetapi tanpa otokonia.
Dalam krista ampularis, sel-sel rambutnya di rangsang oleh gerakan endolimf akibat
percepatan sudut kepala. Gerakan endolimf ini mengakibatkan tergeraknya stereosilia dan
kinosilia. Dalam makula sel-sel rambut juga terangsang tetapi perubahan posisi kepala dalam
ruang mengakibatkan suatu peningkatan atau penurunan tekanan pada sel-sel rambut oleh
membran otolitik.
e.

Koklea (Rumah Siput)


Koklea tulang berjalan spiral dengan 23/4 putaran sekiitar modiolus yang juga
merupakan tempat keluarnya lamina spiralis. Dari lamina spiralis menjulur ke dinding luar
koklea suatu membran basilaris. Pada tempat perlekatan membran basilaris ke dinding luar
koklea terdapat penebalan periosteum yang dikenal sebagai ligamentum spiralis. Di samping
itu juga terdapat membran vestibularis (Reissner) yang membentang sepanjang koklea dari
lamina spiralis ke dinding luar. Kedua membran ini akan membagi saluran koklea tulang
menjadi tiga bagian yaitu :

1.

Ruangan atas (skala vestibuli)

2.

Ruangan tengah (duktus koklearis)

3.

Ruang bawah (skala timpani).

Antara skala vestibuli dengan duktus koklearis dipisahkan oleh membran vestibularis
(Reissner). Antara duktus koklearis dengan skala timpani dipisahkan oleh membran basilaris.
Skala vesibularis dan skala timpani mengandung perilimf dan di dindingnya terdiri atas
jaringan ikat yang dilapisi oleh selapis sel gepeng yaitu sel mesenkim, yang menyatu dengan
periosteum disebelah luarnya. Skala vestibularis berhubungan dengan ruang perilimf
vestibularis dan akan mencapai permukaan dalam fenestra ovalis. Skala timpani menjulur ke
lateral fenestra rotundum yang memisahkannya dengan ruang timpani. Pada apeks koklea
skala vestibuli dan timpani akan bertemu melalui suatu saluran sempit yang disebut
helikotrema. Duktus koklearis berhubungan dengan sakulus melalui duktus reuniens tetapi
berakhir buntu dekat helikotrema pada sekum kupulare.
Pada pertemuan antara lamina spiralis tulang dengan modiolus terdapat ganglion
spiralis yang sebagian diliputi tulang. Dari ganglion keluar berkas-berkas serat saraf yang
menembus tulang lamina spiralis untuk mencapai organ Corti. Periosteum di atas lamina
spiralis menebal dan menonjol ke dalam duktus koklearis sebagai limbus spiralis. Pada
bagian bawahnya menyatu dengan membran basilaris.
Membran basilaris yang merupakan landasan organ Corti dibentuk oleh serat-serat
kolagen. Permukaan bawah yang menghadap ke skala timpani diliputi oleh jaringan ikat
fibrosa yang mengandung pembuluh darah dan sel mesotel.

Membran vestibularis

merupakan suatu lembaran jaringan ikat tipis yang diliputi oleh epitel selapis gepeng pada
bagian yang menghadap skala vestibuli.
f.

Duktus Koklearis
Epitel yang melapisi duktus koklearis beragam jenisnya tergantung pada lokasinya,
diatas membran vestibularis epitelnya gepeng dan mungkin mengandung pigmen, di atas
limbus epitelnya lebih tinggi dan tak beraturan. Di lateral epitelnya selapis silindris rendah
dan di bawahnya mengandung jaringan ikat yang banyak mengandung kapiler. Daerah ini
disebut stria vaskularis dan diduga tempat sekresi endolimf.
g.

Organ Corti

Organ Corti terdiri atas sel-sel penyokong dan sel-sel rambut. Sel-sel yang terdapat di organ
Corti adalah :
1. Sel tiang dalam merupakan sel berbentuk kerucut yang ramping dengan bagian basal yang
lebar mengandung inti, berdiri di atas membran basilaris serta bagian leher yang sempit dan
agak melebar di bagian apeks.

2.

Sel tiang luar mempunyai bentuk yang serupa dengan sel tiang dalam hanya lebih panjang.

Di antara sel tiang dalam dan luar terdapat terowongan dalam.


3. Sel falangs luar merupakan sel berbentuk silindris yang melekat pada membrana basilaris.
Bagian puncaknya berbentuk mangkuk untuk menopang bagaian basal sel rambut luar yang
mengandung serat-serat saraf aferen dan eferen pada bagian basalnya yang melintas di antara
sel-sel falangs dalam untuk menuju ke sel-sel rambut luar. Sel-sel falangs luar dan sel rambut
luar terdapat dalam suatu ruang yaitu terowongan Nuel. Ruang ini akan berhubungan dengan
4.

terowongan dalam.
Sel falangs dalam terletak berdampingan dengan sel tiang dalam. Seperti sel falangs luar sel

ini juga menyanggah sel rambut dalam.


5. Sel batas membatasi sisi dalam organ corti.
6. Sel Hansen membatasi sisi luar organ Corti. Sel ini berbentuk silindris terletak antara sel
falangs luar dengan sel-sel Claudius yang berbentuk kuboid. Sel-sel Claudius terletak di atas
sel-sel Boettcher yang berbentuk kuboid rendah.
Permukaan organ Corti diliputi oleh suatu membran yaitu membrana tektoria yang
merupakan suatu lembaran pita materi gelatinosa. Dalam keadaan hidup membran ini
menyandar di atas stereosilia sel-sel rambut.
h.

Ganglion Spiralis
Ganglion spiralis merupakan neuron bipolar dengan akson yang bermielin dan
berjalan bersama membentuk nervus akustikus. Dendrit yang bermielin berjalan dalam
saluran-saluran dalam tulang yang mengitari ganglion, kehilangan mielinnya dan berakhir
dengan memasuki organ Corti untuk selanjutnya berada di antara sel rambut. Bagian
vestibular N VIII memberi persarafan bagian lain labirin. Ganglionnya terletak dalam meatus
akustikus internus tulang temporal dan aksonnya berjalan bersama dengan akson dari yang
berasal dari ganglion spiralis. Dendrit-dendritnya berjalan ke ketiga kanalikulus
semisirkularis dan ke makula sakuli dan ultrikuli.
Telinga luar menangkap gelombang bunyi yang akan diubah menjadi getaran-getaran
oleh membran timpani. Getaran-getaran ini kemudian diteruskan oleh rangkaian tulang
tulang pendengaran dalam telinga tengah ke perilimf dalam vestibulum, menimbulkan
gelombang tekanan dalam perilimf dengan pergerakan cairan dalam skala vestibuli dan skala
timpani. Membran timpani kedua pada tingkap bundar (fenestra rotundum) bergerak bebas
sebagai katup pengaman dalam pergerakan cairan ini, yang juga agak menggerakan duktus
koklearis dengan membran basilarisnya. Pergerakan ini kemudian menyebabkan tenaga
penggunting terjadi antara stereosilia sel-sel rambut dengan membran tektoria, sehingga

terjadi stimulasi sel-sel rambut. Tampaknya membran basilaris pada basis koklea peka
terhadap bunyi berfrekuensi tinggi , sedangkan bunyi berfrekuensi rendah lebih diterima pada
bagian lain duktus koklearis.
2.4. Fisiologi Sistem Pendengaran
Getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang diteruskan ke liang telinga dan
mengenai membran timpani sehingga membran timpani bergetar. Getaran ini diteruskan ke
tulang-tulang pendengaran yang berhubungan satu sama lain.

Selanjutnya stapes

menggerakkan foramen ovale yang juga menggerakkan perilimfe dalam skala vestibuli.
Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong endolimfe dan membran
basalis ke arah bawah dan perilimfe dalam skala timpani akan bergerak sehingga foramen
rotundum terdorong ke arah luar.
Pada waktu istirahat, ujung sel rambut Corti berkelok, dan dengan terdorongnya
membran basal, ujung sel rambut itu menjadi lurus. Rangsangan fisik ini berubah menjadi
rangsangan listrik akibat adanya perbedaan ion Natrium dan Kalium yang diteruskan ke
cabang-cabang N. VIII, kemudian meneruskan rangsangan itu ke pusat sensorik pendengaran
di otak melalui saraf pusat yang ada di lobus temporalis.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pada sistem penglihatan apabila ada rangsang cahaya masuk ke mata maka rangsang
tersebut akan diteruskan mulai dari kornea, aqueous humor, pupil, lensa, vitreous humor dan
terakhir retina. Kemudian akan diteruskan ke bagian saraf penglihat atau saraf optik yang
berlanjut dengan lobus osipital sebagai pusat penglihatan pada otak besar. Bagian lobus
osipital kanan akan menerima rangsang dari mata kiri dan sebaliknya lobus osipital kiri akan
menerima rangsang mata kanan. Di dalam lobus osipital ini rangsang akan diolah kemudian
diinterpretasikan.
Pembiasan cahaya dari suatu benda akan membentuk bayangan benda jika cahaya
tersebut jatuh di bagian bintik kuning pada retina, karena cahaya yang jatuh pada bagian ini
akan mengenai sel-sel batang dan kerucut yang meneruskannya ke saraf optik dan saraf optik
meneruskannya ke otak sehingga terjadi kesan melihat.

Pada sistem pendengaran apabila ada getaran suara ditangkap oleh daun telinga maka
akan diteruskan ke liang telinga dan mengenai membran timpani sehingga membran timpani
bergetar. Getaran ini diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang berhubungan satu sama
lain. Selanjutnya stapes menggerakkan foramen ovale yang juga menggerakkan perilimfe
dalam skala vestibuli. Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong
endolimfe dan membran basalis ke arah bawah dan perilimfe dalam skala timpani akan
bergerak sehingga foramen rotundum terdorong ke arah luar.
Pada waktu istirahat, ujung sel rambut Corti berkelok, dan dengan terdorongnya
membran basal, ujung sel rambut itu menjadi lurus. Rangsangan fisik ini berubah menjadi
rangsangan listrik akibat adanya perbedaan ion Natrium dan Kalium yang diteruskan ke
cabang-cabang N. VIII, kemudian meneruskan rangsangan itu ke pusat sensorik pendengaran
di otak melalui saraf pusat yang ada di lobus temporalis.
3.2. Saran
Penulis berpesan kepada diri sendiri pada khususnya dan kepada pembaca pada umumnya,
jagalah baik-baik anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Bersyukurlah kita
diberi mata agar kita bisa melihat dan diberi telinga agar kita bisa mendengar apa yang ada di
sekeliling kita. Maka oleh sebab itu pergunakanlah anugerah itu dengan hal-hal yang positif.
Penulis juga sadar akan kekurangan dari makalah ini, penulis sangat menunggu kritik serta
saran yang bersifat membangun demi kebaikan kita bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Wonodirekso, S dan Tambajong J (editor) (1990), Organ-Organ Indera Khusus dalam Buku Ajar
Histologi Leeson and Leeson (terjemahan), Edisi V, EGC, Jakarta, Indonesia Hal.574-583.
Fawcett, D.W (1994), The Ear in: A Textbook of Histology (Bloom and Fawcett), 12th edition,
Chapman and Hall, New York, USA, pp. 919-941diFiore,
MSH (1981), Organs of Special Sense and Associated Structures, in Atlas of Human Histology, 5 th
edition, Lea and Febiger, Philadelphia, USA, pp.256-257.
Young, B and Heath, J.W. (2000), Special Sense Organs in Wheaters Functional Histology, 4th
edition, Churchill Livingstone, London, UK, pp 380-405
Gartner, LP and Hiatt, J.L. (1997), Special Senses in: Color Textbook of Histology, W.B. Saunder
Company, USA, pp. 422-442

Anda mungkin juga menyukai