Laporan Praktikum Fix
Laporan Praktikum Fix
ECOTOURISM
KELOMPOK 1
Bening Kahuripan
Sila Kartika S.
Aldhian T.
Rosyid Mursaddad
Nisa Auliya
Lutfiana Fatma D.
Ika Ayuningtyas
Dyah Wijaya
Cintya Pramesthi D.
Muhammad Irfan C.P.
Ganang Wibisono
26020110141001
26020111130075
26020111130067
26020111130055
26020111130023
26020112130037
26020112120004
26020112140073
26020112130042
26020112130074
26020112130040
Kelompok
Tgl Praktikum
Tgl Pengumpulan
:1
: 15 Juni 2015
: 26 Juni 2015
LEMBAR PENILAIAN
PRAKTIKUM ECOTOURISM
NO.
KETERANGAN
1.
Pendahuluan
2.
Tinjauan Pustaka
3.
4.
5.
Penutup
6.
Daftar Pustaka
NILAI
TOTAL
Asisten
Ridwan Ibnu A
NIM. 26020111140106
Ridwan Ibnu A
NIM. 26020111140106
I.
I.1. Latar Belakang
PENDAHULUAN
I.2. Tujuan
I.2.1. Menilai kesesuaian wisata tracking mangrove, Desa Morosari, Kab.
Demak.
penghidupan
penduduk
lokal.
Berdasarkan
definisi
tersebut,
Saat ini timbul kekhawatiran baru ketika istilah ekowisata digunakan hanya
sebagai label dalam memasarkan produk wisata yang berbasis alam untuk
memanfaatkan peluang emas dan kecenderungan pasar yang ada. Dalam hal ini
tidak saja terjadi kesalahpahaman tentang istilah ekowisata, tetapi lebih dalam lagi
telah terjadi "pemanfaatan" istilah tersebut. Istilah ekowisata bahari berbeda
dengan istilah wisata bahari. Wisata bahari dapat diartikan sebagai bentuk
kegiatan wisata, misalnya wisata selam (diving), wisata snorkling, wisata pantai,
wisata mancing, dan beberapa kegiatan lain yang berhubungan dengan
pemanfaatan sumberdaya kelautan. Diantara jenis kegiatan wisata tersebut,
kegiatan diving merupakan salah satu olah raga yang mengalami pertumbuhan
yang cepat (Dignam, 1990).
Ekowisata mempunyai dua pengertian, yakni sebagai perilaku dan industri.
Sebagai perilaku, pengertian ekowisata dapat diartikan sebagai kunjungan ke
daerah-daerah yang masih bersifat alami dimana kegiatan wisata bahari yang
dilakukan mengahargai potensi sumberdaya dan budaya masyarakat lokal.
Pengertian ini menumbuhkan istilah ekowisata yang sering kita dengar yaitu
wisata alam. Pengertian ekowisata sebagai suatu industri telah mengembangkan
pemahaman bahwa kegiatan wisata di wilayah yang masih alami harus dilakukan
dengan membangun kerjasama antara seluruh pelakunya, pemerintah, swasta dan
masyarakat dan manfaat yang diperoleh selayaknya kembali tidak hanya kepada
para pelakunya namun terutama kepada usaha-usaha untuk melestarikan wilayah
tersebut dan mensejahterakan masyarakatnya (Fandeli dan Mukhlison, 2000).
2.2. Ecotourism
Ekowisata menurut The Ecotourism Society (1990) sebagai berikut:
Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan
dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan
kesejahteraan penduduk setempat.
Ekowisata lebih populer dan banyak dipergunakan dibanding dengan
terjemahan yang seharusnya dari istilah ecotourism, yaitu ekoturisme. Terjemahan
yang seharusnya dari ecotourism adalah wisata ekologis. Yayasan Alam Mitra
Indonesia (1995) membuat terjemahan ecotourism dengan ekoturisme. Di dalam
tulisan ini dipergunakan istilah ekowisata yang banyak digunakan oleh para
rimbawan. Hal ini diambil misalnya dalam salah satu seminar dalam Reuni
Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (Fandeli, 1998). Kemudian
Nasikun (1999), mempergunakan istilah ekowisata untuk menggambarkan adanya
bentuk wisata yang baru muncul pada dekade delapan puluhan.
Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke
waktu. Namun, pada hakekatnva, pengertian ekowisata adalah suatu bentuk wisata
yang bertanggungjawab terhadap kelestarian area yang masih alami (natural aren),
memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budava bagi
masyarakat setempat. Atas dasar pengertian ini, bentuk ekowisata pada dasarnya
merupakan bentuk gerakan konservasi yang dilakukan oleh penduduk dunia. Ecotraveler ini pada hakekatnya konservasionis (Anonim, 2009).
Definisi ekowisata yang pertama diperkenalkan oleh organisasi The
Ecotourism Society (1990) sebagai berikut: Ekowisata adalah suatu bentuk
perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi
lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat.
Semula ekowisata dilakukan oleh wisatawan pecinta alam yang menginginkan di
daerah tujuan wisata tetap utuh dan lestari, di samping budaya dan kesejahteraan
masyarakatnya tetap terjaga.
Namun dalam perkembangannya ternyata bentuk ekowisata ini berkembang
karena banyak digemari oleh wisatawan. Wisatawan ingin berkunjung ke area
alami, yang dapat menciptakan kegiatan bisnis. Ekowisata kemudian didefinisikan
sebagai berikut: Ekowisata adalah bentuk baru dari perjalanan bertanggungjawab
ke area alami dan berpetualang yang dapat menciptakan industri pariwisata
(Eplerwood, 1999). Dari kedua definisi ini dapat dimengerti bahwa ekowisata
dunia telah berkembang sangat pesat. Ternyata beberapa destinasi dari taman
nasional berhasil dalam mengembangkan ekowisata ini.
Bahkan di beberapa wilayah berkembang suatu pemikiran baru yang berkait
dengan pengertian ekowisata. Fenomena pendidikan diperlukan dalam bentuk
wisata ini. Hal ini seperti yang didefinisikan oleh Australian Department of
Tourism (Black, 1999) yang mendefinisikan ekowisata adalah wisata berbasis
pada alam dengan mengikutkan aspek pendidikan dan interpretasi terhadap
suatu
daerah/tempat tertentu. Daya tarik yang tidak atau belum dikembangkan semata
-mata hanya merupakan sumberdaya potensial dan belum dapat disebut sebagai
daya tarik wisata sampai adanya suatu jenis pengembangan tertentu.
2.3.1. Jenis-jenis ODTWA
Wiwoho (1990) menyatakan bahwa dalam dunia kepariwisataan istilah
obyek wisata mempunyai pengertian sebagai sesuatu yang dapat menjadi daya
tarik bagi seseorang atau calon wisatawan untuk mau berkunjung ke suatu daerah
tujuan wisata. Daya tarik tersebut antara lain dapat berupa :
a) Sumber-sumber
daya
tarik
yang
bersifat
alamiah
seperti
iklim,
tidak harus berasal dari dalam lokasi tetapi bisa dari luar, seperti adanya
PDAM.
10) Hubungan dengan objek wisata disekitarnya : diberi bobot 1, karena ini
merupakan
penunjang
dalam
pengembangan
objek
wisata.
Perlu
dengan
No Alat
Gambar
Fungsi
1.
Alat Tulis
Untuk
menulis
hasil
pengamatan
2.
Kamera
3.
Kuisioner
3.2. Metode
Metode yang dipergunakan dalam praktikum ekowisata kali ini adalah
metode deskriptif. Menurut Nazir (2003), metode survey atau metode deskriptif
adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dan gejalagejala yang ada serta mencari keterangan-keterangan secara faktual. Metode
survey
membedah
dan
mengenal
masalah-masalah
serta
mendapatkan
[ Nmaks
] x 100
Keterangan :
IKW = Indeks Kesesuaian Wisata
Ni = Nilai parameter ke-i (Bobot x Skor)
Nmaks = Nilai maksimum dari suatu kategori wisata
Kelas kesesuaian kawasan ekowisata dibagi dalam 4 kelas kesesuaian yaitu:
Kategori S1 : Sangat Sesuai, pada kelas ini tidak memiliki faktor pembatas yang
berat untuk suatu penggunaan tertentu secara lestari atau hanya
mempunyai pembatas yang kurang berarti dan tidak berpengaruh
nyata.
Kategori S2 : Sesuai, pada kelas ini mempunyai faktor pembatas yang sedikit
berat untuk penggunaan kegiatan tertentu secara lestari.
Kategori S3 : Sesuai bersyarat, pada kelas ini mempunyai faktor pembatas yang
lebih banyak untuk dipenuhi.
Kategori TS : Tidak sesuai, pada kelas ini mempunyai faktor pembatas berat atau
permanen, sehingga tidak mungkin untuk mengembangkan
kegiatan ekowisata tidak mungkin untuk mengembangkan kegiatan
ekowisata secara baik dan lestari.
Yulianda (2007) dalam Aziz et al. (2012), menyatakan bahwa setiap
parameter memiliki bobot dan skor dimana pemberian bobot berdasarkan tingkat
V. PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. http:// tulisanterkini.com / artikel / pendidikan / 3046-modul identifikasi - objek-wisata-alam.html diakses pada tanggal 25 Juni 2015
pukul 23.42 WIB
Anonim. 2009. http://wisatadanbudaya.blogspot.com/2009/09/pengertian-dankonsep-dasar-ekowisata.html. diakses pada tanggal 25 Juni 2015 pukul
22.55 WIB
Fandeli, C dan Mukhlison. 2000. Pengusahaan Ekowisata. UGM. Yogyakarta.
Marpaung, H. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Ed Revisi. Alfabeta. Bandung.
Nawawi, H. 1993. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada University
Press. Yogyakarta.
Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Anggota IKAPI. Jakarta.
Nugroho, Iwan. 2011. Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Pustaka
Pelajar.Yogyakarta
Nurisyah. 1998. Agenda 21 Sektoral : Agenda Pariwisata untuk
Pengembangan Kualitas Hidup Secara Berkelanjutan. UNDIP Kantor
Menteri Negara Lingkungan Hidup. Jakarta.
Pender, L. and R. Sharpley. 2005. The management of tourism. SAGE
Publications Ltd. London.
Pengusahaan Ekowisata (2000), Chafid Fandeli., Mukhlison., Fakultas Kehutanan
Univ. Gadjah Mada Yogyakarta
Poerwandari, E, Kristi. 1998. Metode Penelitian Sosial. Universitas Terbuka.
Jakarta.
Rajab, Muhammad Arhan, Achmad Fahruddin, Isdradjad Setyobudiandi. 2013.
Daya Dukung Perairan Pulau Liukang Loe untuk Aktivitas Ekowisata
Bahari. Depik, 2(3) : 114 125. ISSN 2089-7790
Riduwan. 2004. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Alfabeta. Bandung.
Saparinto, C. 2007. Pendayagunaan ekosistem mangrove. Dahara Prize.
Semarang. 236 hal.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta. Bandung.
LAMPIRAN