Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah AWT, yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan Laporan Uji Daya
Kecambah Benih Padi dalam memenuhi tugas Mata Kuliah Agribisnis Tanaman
Pangan.
Biji merupakan salah satu bagian tanaman yang berfungsi sebagai unit
penyebaran (dispersal unit) perbanyakan tanaman secara alamiah. Sedangkan
benih adalah biji tanaman yang telah mengalami perlakuan sehingga dapat
dijadikan sarana dalam memperbanyak tanaman. Untuk mengetahui jumlah benih
yang dibutuhkan dalam suatu rencana usaha tani, maka perlu dilakukannya uji
daya kecambah benih.
Maka dari itu penulis menuliskan laporan ini bertujuan untuk sedikit
memandu pembaca dalam melakukan uji daya kecambah benih, khususnya benih
padi.
Harapan penulis, tulisan ini dapat bermanfaat umunya bagi pembaca dan
khususnya bagi penuls.

Bogor,

Maret 2016

PENULIS

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
PENDAHULUAN...................................................................................................1
Latar Belakang.....................................................................................................1
Tujuan..................................................................................................................1
Manfaat................................................................................................................1
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................2
Perkecambahan....................................................................................................2
Teknik Pengujian Perkecambahan.......................................................................2
Perkembangan Kecambah....................................................................................4
Evaluasi Perkecambahan......................................................................................4
PELAKSANAAN...................................................................................................6
Waktu dan Tempat................................................................................................6
Pelaksanaan..........................................................................................................6
HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................7
KESIMPULAN.......................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................9

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Biji merupakan hasil dari reproduksi bunga yang iasanya digunakan untuk
perbanyakan tanaman secara generatif. Benih merupakan biji-biji yang telah
mengalami seleksi dan termasuk pada benih yang siap ditanam. Sedangkan bibit
adalah benih yang telah mengalami perkecambahan.
Benih yang telah diseleksi dari biji-biji belum tentu dapat berkecambah
semua. Hal ini bisa terjadi karena beberapa faktor, yaitu: cuaca di sekitar yang
tidak mendukukng, benih yang belum masak, atau bahkan benih yang pecah.
Faktor-faktor ini biasa muncul dari faktor eksternal ataupun internal benih.
Daya

perkecambahan

perlu

diakukan,

karena

agar

kita

mampu

memperhitungkan benih yang kita butuhkan dengan luasan tertentu. Sehingga


biaya input pertanaman tidak ada yang terbuang. Singkatnya perehitungan input
dapat tepat ketika direalisasikan.
Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum menghitung daya perkecambahan benih,
yaitu:
1. Agar mahasiswa mampu membedakan antara benih yang hidup dan
berkecambah.
2. Agar mahasiswa mampu menghitung potensi/ daya hidup benih.
3. Agar mahasiswa mampu menghitung daya perkecambahan benih.
Manfaat
Manfaatnya dilakukan praktikum ini adalah mahasiswa mampu mengetahui
cara menghitung potensi/daya hidup benih dan daya perkecambahan benih.

TINJAUAN PUSTAKA
Perkecambahan
Menurut seorang ahli fisiologi tanaman, yang dimaksud dengan
perkecambahan benih adalah pertumbuhan aktif embrio yang berakibat pecahnya
kulit benih (Direktorat Jendral Tanaman Pangan, 2005).
Perkecambahan benih dalam skala laboratorium adalah muncul dan
berkembangnya kecambah sampai ketingkat dimana kecambah tersebut dapat
berkembang menjadi semai sehat pada kondisi yang optimal dalam periode waktu
tertentu (Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan, 2002).
Biji akan berkecambah setelah mengalami masa dormanyang dapat
disebabkan oleh berbagai faktor internal seperti embrio masi berbentuk rudiment
atau belum masak (dari segi fisiologis), kulit biji yang tahan atau impermeable,
atau adanya penghambat tumbuh (Pedoman Praktikum Balai Pembenihan
Tanaman Sumatera Selatan).
Hidayat (1995), menambahkan perkecambahan sesunggunya adalah
pertumbuhan embrio yang dimulai kembali setelah penyerapan air atau imbibisi.
Pada waktu imbibisi kandungan air meningkat, mula mula cepat. Kemudian
lebih lambat. Jaringan bermetabolisme secara aktif. Enzim yang telah ada
diaktifkan kembali dan protein baru dengan kegiatan enzim baru disintesis untuk
mencerna dan mengunakan berbagai bahan cadangan yang tersimpan. Pembelahan
dan perluasan sel dimulai dan berjalan menurut pola yang telah diprogramkan.
Program tersebut memerlukan air dan zat gizi secara terus menerus. Sebelum
embrio menjadi kecambah mandiri, ia menggunakan makanan tersimpan dalam
endosperm dan dalam selnya sendiri.
Teknik Pengujian Perkecambahan
Menurut Ance (2003), teknik pengujiaan daya kecambah dapat dilakukan
dengan beberapa metode diantarnya ialah sebagai berikut :
1. Pengujian Pada Kertas Digulung Dalam Plastik ( PKDp )
Dalam pengujian ini digunakan beberapa lembar kertas substratum yang
dibasahi secukupnya, misalnya, 5 lembar kertas subtrtum, yang selanjutnya

dihamparkan diatas alas plastik, benih benih yang akan diuji, misalnya 100
biji benih, ditata dan ditanam secaraa teratur pada kertas kertas tersebut.
Bisanya dari 8 lembar substratum tersebut diambil 3 lembar yang berisi benih,
yang selanjutnya diguluh beserta alasnya dan dimasukan kedalam bak bagi
perkecmbahan. Dalam keadaan demikian kelembaban tetap harus terjaga
selama pengujian berlangsung.
2. Pengujian Antar Kertas (AK)
Pengujian ini digunakan kertas substratum seperti diatas, selanjutnya biji benih
yang akan diuji (jika ukurannya sebesar benih padi sebanyak 100 butir, tetapi
jika ukuran benihnya sebesar biji jagung cukup 50 butir saja) ditata dan
ditanam setengah bagian kertas substratum, kemudian dilipat dengan baik agar
biji bijian benih tidak keluar masukkan kedalam bak bagi perkecambahan
dengan diperhatikan agar substratum tetap terpelihara.
3. Pengujian Pada Kertas (PK)
Dalam pengujian ini kertas kertas dibuat seukuran cawan Petri (sebanyak 5
lembar) dibasahi dan diletakkan pada cawan Petri tersebut. Selanjutnya biji
biji benih yang akan diuji ditempatkan diatasnya . Selanjutnya tutup cawan
Petri dengan pasangannya dan masukkan kedalam bak bagi perkecambahan
dengan kelembaban yang terpelihara.
4. Pengujian Pada Pasir (PPP)
Bak kayu atau kotak diisi dengan pasir yang telah dibebaskan dari segalah
kotoran, kemudian dinbasakan secukupnya. Tanam sekitar 400 butir benih
dalam 4 kali ulangan, selanjutnyaa disusun pada rak rak yang tersedia,
kelembaban substratum agar terpelihara selama pengujian.
5. Pengujian Dalam Pasir (PDP )
Perlakuan perlakuan seperti pada pengujian PPP sama dilakukan dalam
pengujian ini perbedaan terletak pada penutupan benih. Pengujian PDP ini
benih benih setelah ditanam harus ditutup dengan pasir setebal 1 2 cm.
Kelembaban substratum tetap harus di pelihara dengan baik.

Perkembangan Kecambah
Peristiwa penting dalam diferensiasi embrio selama perkecambahan ialah :
Dimulai dari perkembangan sel pengangkut dalam pro cambium. Waktu
perkembangan jaringan pembuluh berkaitan dengan berbagai peristiwa fisiologi.
Dalam keping biji, metabolisme diaktifkan dan dikendalikan oleh rangsangan diri
sumbu embrio. Gerakan rangsangan tersebut nanpaknya jatu bersamaan dengan
terjadinya hubungan vascular antara sumbuh dengan keping biji tambah Tortora
(1987).
Menurut

Heddy

(1990),

baik

pada

monokotil

maupun

dikotil,

Perkecambahan dapat berjenis hypogeal, dengan keping atau kedua keping biji
terbungkus oleh kulit biji dan tetap berada di dalam tanah. Pada jenis
perkecambahan epigeal keping biji terangkat keatas permukan tanah oleh sumbuh
embrio yang memanjang. Pada perkecambahan hypogeal biji serta skulentum
tetap berada dibawah permukaan tanah. Pada awal perkecambahan, koleoriza
memanjang dan menembus perikarp dan kemudian akan menembus koleoriza. Di
ujung lain pada biji pucuk yang diselubungi oleh koleoptil muncul. Kesatuan itu
di dorong keatas oleh ruas (internodus) pertama, namun pada gandum pucuk
terangkat hanya dengan pertumbuhan ruas (internodus), kedua, ruas diatas nodus
koleoptil (Hidayat, 1995).
Evaluasi Perkecambahan
Direktur jendral tanaman pangan (2005), menyatakan jika kecambah telah
mencapai fase perkembangan tertentu, benih yang di uji akan di evaluasi
berdasarkan struktur penting dan dikatagorikan sebagai kecambaah normal atau
abnormal. Terkadang di perlukan dua atau lebih perhitungan ulang secara berturut
turut, sebelum semua benih berkecaambah dan mencapai fase perkembangan
yang dikehendaki. Kecambah yang tidak cukup berkembang, lemah, tidak
seimbang, cacat dan rusak., tetap ditinggalkan sampai perhitungan terakhir.
Apabila terdapat keraguan atau sejumlah besar kecambah belum normal,
peraturan ISTA memperkenankan periode pengujian untuk diperpanjang.
Kecambah yang busuk atau bercendawan dikeluarkan pada pengamatan dan

perhitungan

antara,

agar

mengurangi

resiko

infeksi

sekunder.

Untuk evaluasi perkecambahan dapat dibagi menjadi 4 kategori yang harus


diperhatikan (Direktorat Jendral Tanaman Hortikultur Departemen Pertanian,
2006), antara lain adalah sebagai berikut :
1. Kecambah normal, kecambah yang memiliki semua struktur kecambah penting
yang berkembang dengan baik, seperti akar semi primer dan semi skunder
terlihat jelas.
2. Kecambah abnormal, kecambah yang tidak memperlihatkan potensi untuk
berkembang menjadi kecambah normal. Yang tergolong kecambah tidak
normal seperti, kecambah rusak, kecanbah cacat atau tidak seimbang,
kecambah busuk dan kecambah lambat.
3. Benih mati, benih yang sampai akhir pengujian tidak keras, tidak segar dan
tidak berkecambah.
4. Benih segar tidak tumbuh, benih selain benih keras, yang gagal berkecambah
namun tetap baik dan sehat mempunyai potensi tumbuh menjadi kecambah
normal.

PELAKSANAAN
Waktu dan Tempat
Kegiatan uji daya kecambah dilaksanakan pada tanggal 11 Maret 2016, di
tempat perkumpulan lahan praktikum STPP (Sekolah Tinggi Penyuluhan
Pertanian) Bogor.
Pelaksanaan
Dalam hal ini, mahasiswa melakukan praktik untuk mengetahui daya
perkecambahan dari suatu benih. Benih yang digunakan adalah benih padi.
Pelaksanaannya sebagai berikut:
Alat

: Baskom

Bahan

: 2 lembar plastik bening, 5 lembar kertas buram, 100 butir benih

gggggggggggggpadi, dan air.


Langkah kerja:
1. Siapkan alat dan bahan, isi baskom dengan air.
2. Potong plastik pada ujung dan satu sisinya, sehingga mendapatkan hasil satu
lembar plastik. Simpan di atas lantai.
3. Ambil 3 lembar kertas buram, kemudian rendam dalam air secara bersamaan
lalu tiriskan dan simpan diatas plastik.
4. Susun benih padi dengan kertas yang sudah dibasahi, dengan aturan sepuluh
baris sepuluh kolom, jarak disesuaikan.
5. Basahi dua lembar kertas buram sisanya, lalu tiriskan kembali. Dan letakkan
diatas benih.
6. Gulung memanjang searah panjang kertas. Simpan di tempat perkecambahan
selama 7 hari.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Untuk mengetahui hasil dari perkecambahan, maka dilakukan pengamatan
pada hari ke-5 dan perhitungan pada hari ke-7. Hasil pengamatan hari ke-5 di
dapatkan benih yang telah hidup sebanyak 88 benih. Kemudian dilakukan kembali
pengamatan pada hari ke-7 dan didapat benih yang tumbuh bertambah satu,
sehingga dapat diartikan bahwa benih yang hidup 89 dan yang tidak tumbuh
sebanyak 11.
Untuk mengetahui potensi atau daya tumbuh (A) maka dapat diketahui
dengan rumus:
A=

Benih Yang Tumbuh


Benih yang Ditanam

A=

89
100

x 100%

x 100% = 89%

Dari hasil perhitungan maka dapat diartikan bahwa potensi atau daya hidup
benih tersebut adalah 89%.
Benih yang sudah hidup belum tentu termasuk benih yang dapat
berkecambah (B). Karena, benih yang berkecambah dibagi dua yaitu, normal dan
abnormal. Namun, untuk praktikum ini penulis belum bisa mendapatkan hasil
karena ada kesalahn teknis. Jika kita ingin menghitungnya dapat menggunakan
rumus:
B=

Benih yang Berkecambah Normal


Benih yang Ditanam

x 100%

10

KESIMPULAN
Berdasarkan praktik yang telah dilakukan mahasiswa, maka dapat
disimpulkan bahwa presentasi potensi/daya hidup benih padi adalah 89%.

11

DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jendral Tanaman Hortikultur Departemen Pertanian. 2006. Pedoman
Laboratorium Tanaman Pangan dan Hortikultura.
Direktorat Jendral Tanaman Pangan. 2005. Evaluasi Kecambah Pengujian Daya
Kecambah. Depok . Jawa Barat
Direktorat pembenihan tanaman hutan. 2002. Petunjuk Teknis Pengujian Mutu
FisikFisiologi Benih. Jakarta
Heddy, G. 1990. BIologi Pertanian. Rajawali Press. Jakarta.
Hidayat, E. B. 1995. Anatomi tumbuhan berbiji. ITB. Bandung
http://www.emailcashpro.com/?r=ghozian (diunduh pada tanggal 25 Maret
2016 pada pukul 21.00)
Kartasapoetra, A. G. 2003. Teknologi Benih Pengelolaan Benih dan Tuntunan
Praktikum. Rineka Cipta. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai