Mrizkijbal 23288 1 15 M.ri)
Mrizkijbal 23288 1 15 M.ri)
DISUSUN OLEH:
M. RIZKI. J. BALFAS
D 121 09 263
Abstrak
Limbah domestik secara umum terbagi dalam dua bagian, yaitu buangan dari kloset
dan peturasan, yang disebut black water, dan buangan dari bak mandi, bak cuci tangan, dan
bak dapur, yang disebut grey water. Limbah grey water memberikan pengaruh besar terhadap
pencemaran di badan air berupa eutrofikasi (pertumbuhan algae yang tinggi). Faktor penentu
terjadinya eutrofikasi tersebut ialah senyawa fosfat yang terkandung cukup banyak di dalam
limbah grey water. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengolahan limbah greywater secara
spesifik menggunakan dua macam media adsorben. Media yang akan diuji untuk menyisihkan
senyawa fosfat ini ialah media tanah lempung modofikasi (campuran tanah, CaCO3, dan
serbuk kayu) dan media karbon aktif. Ketiga komponen ini dicampurkan dan dibakar pada
0
suhu 105 C. Selanjutnya sampel limbah dialirkan melalui media adsorben dengan menggunakan
reaktor buatan. Pada menit ke-30,jam ke-1,ke-2, ke-3, ke-4, ke-5, ke-6,ke-12, ke-24, ke-30, ke-36,
ke-40, ke-46 dan jam ke-48 konsentrasi fosfat dalam larutan diukur. Dari hasil analisa data,
didapatkan bahwa media adsorben tanah lempung modifikasi memiliki rata- rata efesiensi
penurunan senyawa fosfat tertinggi, yakni 91,31 %. Sedangkan komponen yang paling
berpengaruh dari ketiga komponen (tanah, CaCO3, dan serbuk kayu) ialah tanah. Media adsorben
tersebut juga dibandingkan dengan tanah Lapangan Teknik Unhas tanpa adanya modifikasi
(pencampuran), menghasilkan
perbedaan yang tidak signifikan dalam menyisihkan
senyawa fosfat.
Kata kunci: grey water, fosfat, eutrofikasi, tanah lempung,
Abstract
Domestic waste is generally divided into two parts, namely the discharge of toilet and , the
so-called black water, and discharges from bathtubs, sinks, and tubs kitchen, which is called gray
water. Waste gray water provides a major influence on the form of pollution in the water body
eutrophication (high algae growth). Determinants of the occurrence of eutrophication is phosphate
compounds contained in the waste quite a lot of gray water. This study aims to conduct specific
greywater wastewater treatment using two kinds of adsorbent media. Media to be tested for phosphate
compound set aside this modification is the medium of clay soil (a mixture of soil, CaCO3, and
sawdust) and activated carbon media. These three components are mixed and burned at a temperature
of 1050C. Further samples of sewage flowed through the adsorbent media using artificial reactor. In
the 30th minute, hour 1st, the 2nd, 3rd, 4th, 5th, 6th, 12th, 24th, 30th, 36th, 40th , 46th and 48th hour
concentration of phosphate in solution was measured. From the data analysis, it was found that the
adsorbent media modified clays have an average efficiency of the highest decline in phosphate
compounds, ie 91.31%. While most influential component of the three components (soil, CaCO3, and
sawdust) is ground. The adsorbent media also compared to ground Unhas Engineering Courses
without modification (mixing), resulting in a significant difference in the phosphate compound set
aside.
Keywords: gray water, phosphates, eutrophication, clay,
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir yang berjudul Penurunan Senyawa Fosfat Pada Limbah
Greywater Melalui Dua Macam Media Adsorbsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Program
Studi Teknik Lingkungan Universitas Hasanuddin.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selesainya tugas akhir ini berkat
bantuan dari berbagai pihak atas keikhlasannya meluangkan waktu, memberikan
petunjuk, saran, tenaga dan pemikirannya sejak awal perencanaan penelitian
hingga selesainya penyusunan tugas akhir ini.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih serta
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1.
Bapak Dr. Ing Ir. Wahyu H. Piarah, MSME., selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin.
2.
Bapak Dr. Ir. Muhammad Ramli, MT., selaku Wakil Dekan dan Pembantu
Dekan I Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
3.
Bapak Dr. Ir. Muhammad Arsyad Thaha, M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin dan Bapak Ir. H. Achmad
Bakri Muhiddin, , MSc Ph,D, selaku Sekretaris Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Hasanuddin.
4.
Ibu Dr. Ir. Hj. Sumarny Hamid Aly M.T, selaku Ketua Program Studi Teknik
Lingkungan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
iii
5.
Ibu Prof. Dr. Ir, Mary Selintung, M.Sc., selaku Pembimbing I dan Bapak Ir.
Achmad Zubair, MSc., selaku Pembimbing II, yang telah dengan sabar, tulus
dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran memberikan bimbingan,
motivasi, arahan, dan saran-saran yang sangat berharga kepada penulis
selama menyusun skripsi.
6.
7.
8.
9.
Seluruh staf dan karyawan Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas
Hasanuddin.
10. Kedua orang tua penulis, Ayahanda H.M. Djamil Balfas, dan Ibunda Hj. Siti
Murliani Amir Gau, atas setiap kasih sayang, doa, pengorbanan dan
perhatiannya selama ini.
11. Teman-teman Teknik Lingkungan dan Sipil angkatan 2009, yang senantiasa
memberikan bantuan, semangat dan dorongan dalam penyelesaian tugas akhir
ini.
iv
M. RIZKI BALFAS
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK. i
ABSTRACT..
ii
iii
DAFTAR ISI........................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL................................................................................................
ix
BAB 1
BAB 2
PENDAHULUAN
A.
I-1
B.
Rumusan Masalah...................................................................
I-3
C.
I-3
D.
E.
I-4
TINJAUAN PUSTAKA
A.
II-1
B.
II-2
C.
Eutrofikasi...........................................................
II-4
D.
II-5
E.
II-6
II-8
2. Pertukaran Ion.............................................
II-10
II-12
II-14
II-17
F.
II-18
G.
Analisis Fosfat.
II-19
vi
BAB 3
METODE PENELITIAN
A.
III-1
B.
III-1
C.
III-3
D.
III-5
E.
F.
G.
H.
BAB 4
B.
C.
IV-1
IV-5
IV-6
IV-7
Pembahasan..
IV-25
IV-25
BAB 5
PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................
V-1
B. Saran ............................................................................................
V-2
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 2.3
Tabel 2.4
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Tabel 4.8
Tabel 4.9
Tabel 4.10
Tabel 4.11
Tabel 4.12
Tabel 4.13
Tabel 4.14
Tabel 4.15
ix
Tabel 4.16
Tabel 4.17
Tabel 4.18
Tabel 4.19
Tabel 4.20
Tabel 4.21
Tabel 4.22
Tabel 4.23
Tabel 4.24
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1
Gambar 3.1
Gambar 3.2
Gambar 3.3
Gambar 3.4
Gambar 3.5
Gambar 3.6
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Gambar 4.4
Gambar 4.5
Gambar 4.6
Gambar 4.7
Gambar 4.8
xii
Gambar 4.9
Gambar 4.10 Grafik Konsentrasi dan Persentase Penurunan Kadar Fosfat Karbon
Aktif. IV-13
Gambar 4.11 Grafik Konsentrasi dan Persentase Penurunan Kadar Fosfat Karbon
Aktif. IV-14
Gambar 4.12 Grafik Konsentrasi dan Persentase Penurunan Kadar Fosfat Oleh
Karbon Aktif IV-15
Gambar 4.13
Gambar 4.14
Gambar 4.15
IV-18
Gambar 4.16
IV-18
Gambar 4.16
IV-17
IV-18
Gambar 4.17
xiii
Gambar 4.18
Gambar 4.19 Grafik Perbandingan Persentase Penurunan Kadar Fosfat Antara Media
Adsorben (Pengulanagan 1). IV-32
Gambar 4.20 Grafik Perbandingan Persentase Penurunan Kadar Fosfat Antara Media
Adsorben (Pengulanagan 2). IV- 33
Gambar 4.21 Grafik Perbandingan Persentase Penurunan Kadar Fosfat Antara Media
Adsorben (Pengulanagan 3). IV- 34
Gambar 4.22 Grafik Perbandingan Persentase Penurunan Kadar Fosfat Antara Media
Adsorben (Pengulanagan 4). IV- 34
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu limbah yang terdapat pada beberapa industri dikota Makassar,
utamanya industri perhotelan adalah limbah greywater yang keluar dari outlet dari
bagian pencucian (laundry) industri. Bila tidak ditangani dengan benar dan baik, maka
limbah greywater ini dapat menyebabkan berbagai macam masalah baik pada drainase
sekitar ataupun pada sungai disekitar industri. Penanganan grey water di Indonesia saat
ini adalah langsung dibuang ke saluran drainase tanpa pengolahan sebelumnya. Saluran
drainase penyalur greywater dan air hujan ini akan berujung di badan air permukaan
atau di IPAL (Instalasi Pengolah Air Limbah). Kebanyakan masyarakat hanya
mengolah limbah black water mereka dengan membuat septic tank, tetapi tidak
mengolah limbah grey water yang mereka timbulkan, sehingga hampir seluruh grey
water yang ditimbulkan di kota Makassar mengalir ke badan air permukaan.
Pada aktivitas domestik atau rumah tangga, kegiatan pencucian atau
pembersihan merupakan kegiatan yang memiliki intensitas dan frekuensi yang cukup
tinggi. Sehingga limbah grey water pada skala domestik memiliki debit pengeluaran
yang tinggi setiap harinya. Jenis pembersih yang sering digunakan untuk aktivitas
domestik tersebut adalah Trisodium Phosphate Dodecahydrate atau Sodium
Tripolyphosphate. Contoh produk pembersih tersebut ialah deterjen. Sekitar 30%- 50%
I-1
senyawa fosfor dalam limbah domestik adalah buangan yang saniter, sedangkan 30%70% lainnya merupakan builder fosfat dari deterjen (Hammer, 1986).
Penggunaan deterjen ini yang pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya
pencemaran fosfat di badan air (Hammer, 1986). Tanaman-tanaman (algae) yang
berada di dalamnya akan tumbuh sangat cepat karena mendapatkan banyak nutrisi dari
pencemar sehingga menyebabkan permukaan badan air akan tertutupi oleh algae ini.
Akibatnya, makhluk hidup di dalam badan air seperti ikan, tidak mendapatkan sinar
matahari. Padahal, mereka hidup dengan menggunakan sinar matahari tersebut. Jika
ada
tanaman
atau
ikan
yang
mati,
maka
dibutuhkan
oksigen
untuk
untuk menyisihkan senyawa fosfat yang berada pada limbah grey water di domestik.
Penggunaan tanah lempung sebagai media penyisih fosfat didasarkan pada sifat
lempung yang memiliki sifat fisik dan kimia yang mendukung adanya reaksi
permukaan, dan keberadaannya yang banyak di alam. Media yang dibuat dibentuk
kecil-kecil dan dibakar pada suhu tinggi sehingga strukturnya kuat (mengeras). Tanah
Lempung tanpa modifikasi sendiri sudah cukup popular digunakan sebagai media
pengolahan greywater dan penyerap fosfat, tapi dalam penelitian ini, tanah lempung
diberikan modifikasi khusus, yaitu dengan mencampurkannya dengan kapur dan
serbuk kayu. Sedangkan penggunaan Karbon aktif adalah karena karbon aktif diketahui
menyerap senyawa apapun yang dialirkan melewatinya. Karbon aktif atau kadang
disebut arang aktif adalah arang yang dimurnikan yaitu konfigurasi atom karbonnya
dibebaskan dari ikatan dengan unsur lain serta pori-porinya dibersihkan dari unsur lain,
sehingga permukaan karbon aktif menjadi bersih dan lebih luas, keluasan area pusat
aktif ini yang menentukan efektifitas kegunannya sebagai adsorben (penyerap) cairan
atau gas (R. Sudrajat, Gustan Pari, 2011
B. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.
Berapa besarkah reaksi sorpsi pada media adsorben yang dibuat terhadap
senyawa fosfat,
I-4
3. Manakah yang lebih besar tingkat efisiensi penurunan kadar fosfat antara
media adsorben dengan tanah lempung tanpa perlakuan.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari Tugas Akhir ini adalah :
1.
2.
3.
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Menghasilkan produk media adsorben yang dapat menyisihkan senyawa
fosfat.
2. Bahan masukan berupa informasi baru dan teknologi alternatif dalam
menurunkan kadar fosfat pada limbah grey water.
3. Dapat menjadi bahan informan bagi pelaksana penelitian yang berkaitan
dengan grey water
E. Sistematika penulisan
Laporan penelitian ini disusun berdasarkan sistematika pembahasan sebagai
berikut:
BAB I Pendahuluan
I-5
I-6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pencemaran dan Air Limbah
Pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi
dan/ atau komponen lain ke dalam air atau udara. Pencemaran juga bisa berarti
berubahnya tatanan (komposisi) air atau udara oleh kegiatan manusia dan proses
alam, sehingga kualitas air/ udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi
sesuai
dengan
peruntukkannya
(Undang-undang
Pokok
Pengelolaan
II - 1
baik
yang
mengandung
kotoran
manusia,
hewan,
bekas
Black water : air buangan dari kloset, peturasan, bidet, dan air buangan yang
mengandung kotoran manusia;
Grey water : air buangan dari alat plambing seperti bak mandi, bak cuci tangan,
bak dapur, dan sebagainya;
Air hujan : air buangan yang bersumber dari atap, halaman dan lainlain;
II - 2
Air khusus : air ini mengandung gas, racun, atau B3 (bahan berbahaya dan
beracun), pabrik, laboratorium, pengobatan, rumah sakit, pemotongan hewan,
radioaktif, buangan lemak (mengandung hexane) yang banyak ditemukan di
restoranrestoran.
Pada skala rumah tangga jenis air buangan yang banyak dihasilkan dan
harus ditangani limbahnya ialah grey water dan black water saja. Perbedaan
kandungan kedua jenis limbah ini digambarkan pada Gambar 2.1. Limbah grey
water memiliki kandungan nitrogen yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan
black water. Kandungan nitrogen dari limbah domestik 9/10 diantaranya dari
buangan toilet. Selain itu, kecepatan dekomposisi limbah grey water lebih cepat
daripada black water.
Pada rumah tangga, unit pengolahan yang sering digunakan ialah tangki
septik. Pada unit ini, kedua limbah, baik black water maupun grey water,
seringkali diolah secara bersamaan. Seharusnya hanya limbah black water saja
yang diolah pada tangki septik. Hal ini dikarenakan kandungan yang berada pada
limbah grey water, seperti shampoo anti ketombe, mengandung racun yang pada
II - 3
II - 4
H2PO4-,CaH2PO4+,
dan
Ca10(OH)2(PO4)6.
Beberapa
polifosfat
anorganik yang ditemukan dalam air buangan misalnya P2O74-, dan CaP2O72(Sitompul, 1994). Polifosfat secara berangsur-angsur akan mengalami hidrolisis
dalam air ke dalam bentuk orto yang larut. Disamping itu, dekomposisi bakteri
terhadap senyawa-senyawa organik juga akan melepaskan ortofosfat (Hammer,
II - 5
1986) Jenis-jenis senyawa ortofosfat dan polifosfat dalam air dapat dilihat pada
Tabel 2.1
Tabel 2.1 Senyawa-senyawa ortofosfat dan polyphosphate dalam air
Senyawa
Orthophosphate
Trisodium phosphate
Disodium phosphate
Monosodium phosphate
Diamonium phosphate
Na3PO4
Na2HPO4
NaH2PO4
(NH4)2HPO4
Polyphosphate
Sodium hexametaphosphate
Sodium trypolyphosphate
Tetrasodium pyrophosphate
Na3(PO3)6
Na5P3O10
Na4P2O7
Formula
E. Tanah Lempung
Tanah memiliki keberagaman menurut jenis dan komposisinya. Sebagai
suatu sistem, tanah terbagi menjadi tiga komponen, yaitu komponen padat,
komponen cair, dan komponen gas. Tanah secara wujud fisik sendiri merupakan
komponen padatan (solid matrix), seperti tanah liat, pasir, dan debu. Komponen
padatan ini terbentuk dari dua komponen besar, yaitu komponen organik dan
komponen anorganik. Tanah liat termasuk ke dalam komponen anorganik.
Komponen anorganik tanah terdiri atas fragmen batuan dan mineral menurut
ukuran dan komposisinya. Menurut ukuran, komponen anorganik terbagi
menjadi (Tan, 1992):
1. Fraksi kasar (ukuran 2 0.05mm), disebut pasir;
2. Fraksi halus (ukuran 0.05 - 0.002 mm), disebut lanau atau debu;
3. Fraksi sangat halus (ukuran kurang dari 0.002 mm), disebut liat atau
II - 6
lempung (clay).
Selain itu, tanah liat juga sangat penting dalam menunjang terjadinya
proses antara komponen tanah dengan zat pencemar. Tanah liat memiliki luas
permukaan yang berbeda dengan mineral atau komposisi tanah yang lain. Luas
permukaan spesifik tanah liat, yaitu luas permukaan butir per satuan berat,
memiliki nilai luas yang tinggi. Selain itu, permukaan tanah liat juga mempunyai
karakteristik yang berbeda. Tanah liat yang terbentuk dari lembaran-lembaran
(sheet) akan membentuk suatu struktur yang disebut ped. Kumpulan ped inilah
yang akan membentuk agregat atau butiran tanah. Hal tersebut akan menunjang
terjadinya reaksi permukaan tanah liat dengan zat pencemar yang ada (adsorpsi).
Selain membentuk butiran tanah, struktur tersebut juga akan membentuk pori
makro, yaitu pori besar antar-ped (unit tanah); dan pori mikro, yaitu pori kecil
antarpartikel liat. Dengan struktur fisik tersebut, adanya reaksi permukaan akan
semakin sering terjadi karena luas permukaan menjadi sangat besar.
1. Sifat Fisik
Tekstur tanah merupakan karakter fisik tanah yang secara langsung dapat
dilihat, walaupun pengukurannya tidak semudah itu. Informasi tekstur ini
menjadi penting karena akan diketahui selanjutnya sifat fisik dan kimia tanah
tersebut. International society of soil science dalam Notodarmojo (2005)
mengusulkan bahwa klasifikasi tanah dapat ditentukan berdasarkan kandungan
atau fraksi dari komponen pasir (sand), lanau (silt), dan liat (clay).
II - 7
Montmorilonit
Mika-smektit
Kaolinit
Illite
300 - 800
57
17
80
Vermikulit
Klorit
Alofan
100-700
80
484
Ukuran butir dari agregat atau partikel tanah akan menentukan luas
permukaan per satuan berat dari tanah (luas permukaan spesifik). Tabel 2.2
menyajikan nilai luas permukaan spesifik yang mewakili kelompok atau jenis
tanah.
Luas permukaan spesifik ini penting karena reaksi permukaan seperti
adsorpsi bergantung antara lain dari luas permukaan spesifik. Selain itu, semakin
tinggi nilai luas permukaan spesifik, konduktivitas hidrolis dari tanah tersebut
umumnya akan semakin kecil. Hal ini disebabkan banyaknya bidang geser antara
air dengan permukaan padatan atau partikel.
Selain luas permukaan spesifik, porositas tanah juga berpengaruh
terhadap reaksi yang terjadi di permukaan tanah. Partikel tanah cenderung saling
bergabung membentuk agregat karena adanya proses penyusutan dan
pengembangan tanah karena berubahnya kadar air atau adanya pengaruh
biologis. Kondisi ini akan mempengaruhi porositas tanah yang kemudian akan
mempengaruhi mobilitas atau transportasi zat pencemar.
II - 8
Sifat fisik tanah yang lain ialah konduktivitas hidrolis atau bisa juga
disebut sebagai kecepatan spesifik aliran yang melalui media berbutir.
Konduktivitas Hidrolis (K) suatu jenis tanah bergantung oleh ukuran diameter
butir dan pori. Jika diameter butirnya sangat halus, walalupun porositasnya
tinggi, maka harga K akan rendah. Semakin kecil ukuran diameter dan porinya,
luas permukaan per satuan berat partikel (luas permukan spesifik) akan semakin
tinggi nilainya. Ini berarti hambatan akibat gesekan antara air dengan permukan
padatan akan semakin besar, yang berarti nilai K akan semakin rendah. Di bawah
ini adalah kisaran harga K untuk beberapa jenis tanah (Tabel 2.3).
Tabel 2.3 Kisaran harga K untuk beberapa jenis tanah
Jenis Tanah
Harga K (m/hari)
Liat (permukaan)
0,01 0,2
10-8 10-2
0,1 1,0
1,0 5,0
5,0 20
20 100
100 1000
5,0 100
0,001 0,1
2. Pertukaran Ion
Reaksi permukaan atau adsorpsi pada tanah tidak hanya dipengaruhi
oleh luas permukaan spesifik, tapi juga oleh pertukaran ion. Reaksi pertukaran
ion merupakan reaksi yang cukup dominan antara zat pencemar dengan butir
II - 9
tanah, terutama antara kation yang teradsorpsi pada permukaan partikel tanah.
Dalam kondisi tertentu ion akan tertarik dan menempel pada permukaan butir
atau partikel tanah dan mengganti ion lain yang telah menempel atau berada pada
permukaan partikel tanah. Karena muatan tanah bisa negatif ataupun positif,
maka reaksi pertukaran ion yang mungkin terjadi pada suatu padatan tanah ialah
pertukaran kation dan pertukaran anion.
1. Pertukaran kation
Pertukaran kation umumnya terjadi pada tanah liat. Tanah liat dalam
keadaan normal umumnya bermuatan negatif. Sehingga kation-kation
tertarik pada permukaan tanah liat secara elektrostatik. Sebagian besar dari
kationkation tersebut bebas menyebar dalam fasa larutan dengan difusi.
Diantara kation-kation tersebut dikenal adanya deret untuk mengetahui
afinitas suatu ion, yang dikenal sebagai deret liotrop (Gast dalam
Notodarmojo, 2005):
Cs+ > Rb+ > K+ > Na+ > Li+
Ba2+ > Sr2+ > Ca2+ > Mg2+
Dalam pertukaran ion ini, untuk partikel liat pada umumnya, ion dengan
jari-jari hidrasi yang lebih besar cenderung digantikan oleh ion dengan jarijari hidrasi yang lebih kecil. Kation Na+ yang mempunyai jari-jari terhidrasi
lebih besar daripada K+, akan lebih kecil afinitasnya dibandingkan K+,
sehingga Na+ lebih mudah dipertukarkan atau dengan kata lain, Na+ lebih
mobile dibandingkan K+. Untuk unsur atau ion dalam golongan yang
II - 10
berbeda, umumnya ion dengan valensi lebih tinggi akan menggantikan ion
dengan valensi yang lebih rendah.
Kapasitas tanah untuk menyerap dan mempertukarkan kation pada
suatu pH tertentu disebut dengan Kapasitas Tukar Kation (KTK). Nilai KTK
ini bergantung pada jenis tanah. Sedangkan jumlah kationnya sendiri tidak
hanya bergantung pada jenis tanah, tapi juga pada konsentrasi. Bila tanah
liat yang mengandung Na+ dicampur dengan larutan yang mengandung
Ca2+, maka akan terjadi reaksi pertukaran kation hingga kondisi
kesetimbangan terjadi. Umumnya tanah dengan kandungan organik dan liat
yang tinggi akan memiliki nilai KTK yang tinggi (Notodarmojo, 2005).
2. Pertukaran anion
Pertukaran anion umumnya terjadi pada partikel tanah dengan muatan
positif. Hal ini khususnya terjadi untuk mineral-mineral oksida Fe dan Al
dan koloid tanah amorf (tidak beraturan). Muatan positif juga bisa terjadi
pada tepi-tepi mineral lempung. Pertukaran terjadi akibat kation tertarik
pada tanah yang bermuatan negatif sehingga anion ditolak dari lapisan
rangkap yang dibentuk pada permukaan tersebut. Selain itu, pertukaran
anion juga bisa terjadi ketika sejumlah anion yang terserap pada tepi-tepi
koloid tanah.
Seperti halnya kation, anion juga memiliki seri liotrop. Hal ini
ditunjukkan oleh Bolt dalam Tan (1992) sebagai berikut:
SiO4 4- > PO4 3- >> SO4 2- > NO3- = Cl-
II - 11
Seri liotrop tersebut menunjukkan bahwa ion-ion SiO44- dan PO43diserap lebih kuat. Sedangkan ion-ion SO42- dan NO3- diadsorp dalam
konsentrasi yang lebih rendah atau sering tidak diadsorp sama sekali. Ion
fosfat lebih terikat pada permukaan positif atau tepi-tepi mineral lempung:
Al-OH (lempung) + H2PO4 - Al-H2PO4 + OHReaksi tersebut banyak terjadi pada tanah-tanah masam. Hasilnya
adalah ikatan yang sangat kuat antara ion fosfat dan Al oktahedral.
Seringkali hanya sebagian dari fosfat tersebut dapat terlepaskan kembali
dengan analisis desorpsi.
3. Penyematan dan Retensi Fosfat.
Penyematan ataupun retensi merupakan bagian dari jenis pertukaran
anion. Akan tetapi, pada bahasannya, kedua istilah ini digunakan untuk anion
fosfat. Anion fosfat dapat tertarik pada bidang permukaan tanah dengan suatu
ikatan yang mengakibatkannya menjadi tidak larut (Tan, 1992). Kedua istilah ini
pada akhirnya memiliki dua pengertian yang berbeda. Istilah penyematan lebih
dikhususkan untuk bagian fosfor tanah yang tidak dapat diekstrak dengan asam
encer setelah adanya ikatan. Sedangkan retensi didefinisikan sebagai fosfor yang
masih bisa diekstrak kembali dengan asam encer.
Retensi fosfat
Tanah-tanah masam biasanya mengandung ion-ion Al3+, Fe3+, dan
II - 12
Penyematan fosfat
Berbeda dengan retensi, selain menyebabkan fosfat tidak larut
II - 13
Kelompok kaolinite
II - 14
Tukar
Kation)
yang
juga
rendah,
1-10
Kelompok illite
Kelompok illite mempunyai struktur mineral lapis yang terdiri dari
3 lembar untuk setiap lapisnya, sama seperti kelompok montmorilonite,
tetapi jenis tanah ini tidak mengembang. Hal ini dikarenakan pada tanah
II - 15
Kelompok chlorite
Kelompok ini mempunyai struktur lapisan yang terbentuk dari
tiga lembar (T-O-T), tetapi lapisan tengahnya terdiri dari lembar O
(brucit, Mg(OH)2). Pada umumnya liat dari kelompok ini mempunyai
sifat mengembang yang kecil. Liat kelompok ini juga mempunyai nilai
KTK yang rendah. Kelompok kelompok liat ini juga sangat jarang
ditemukan di alam (Notodarmojo, 2005).
Pemeriksaan mineral lempung dalam suatu tanah dapat diuji
dengan menggunakan tes difraksi sinar-x, differential thermal analysis
(DTA), atau electron microscopy. Akan tetapi, ada pendekatan yang
disarankan oleh Prof. Casagrande (Holtz et al, 1981). Pendekatan ini
menggunakan data Limit Liquid (LL) dan Plastic Index (PI) suatu tanah.
Nilai LL berada pada sumbu-x sedangkan PI di sumbu-y. Nilai-nilai
tersebut ditarik pada setiap sumbunya dan titik potong garis keduanya
merupakan daerah mineral lempung yang berada pada tanah tersebut.
Dari mineral lempung yang telah didapat, juga dapat ditentukan tipikal
diameter dan luas permukaan spesifik tanah tersebut (Tabel 2.4)
II - 16
Tabel 2.4 Nilai ukuran, ketebalan, dan luas permukaan spesifik mineral tanah
Mineral Tanah
Ketebalan Diameter
(nm)
(nm)
Montmorillonite
100-1000
0,8
Illite
30
10000
0,08
Chlorite
30
10000
0,08
Kaolinite
50-2000
300-4000
0,015
Al2Si2O7 +2H2O
2Al2O3.3SiO2 + SiO2
Silikon spinel
2Al2O3.3SiO2 1100C
2[Al2O3.3SiO2] + SiO2
II - 17
Silikon spinel
Pseudo mullit
3[Al2O3.2SiO2] 1400C
3Al2O3.2SiO2 + SiO2
Silikon spinel
Pseudo mullit
Kristobalit
Montmorillonit
mullit
kristobalit
F. Karbon Aktif
Karbon Aktif atau kadang disebut arang aktif adalah arang yang
dimurnikan, yaitu konfigurasi atom karbonnya dibebaskan dari ikatan dengan
unsur lain serta pori-porinya dibersihkan dari unsur lain atau kotoran, sehingga
permukaan karbon atau pusat aktif menjadi bersih dan lebih luas (R. Sudrajat,
Gustan Pari, 2011). Keluasan area aktif ini yang menentukan efektifitas
kegunaanya sebagai penyerap cairan atau gas. Sesuai dengan kegunaanya
sebagai adsorben, maka arang aktif didalam perdaganga diklasifikasikan sebagai
bahan kimia, bukan sebagai bahan energy seperti halnya arang atau arang briket
sebagai bahan bakar. Dampak dari olah lanjut arang menjadi arang aktif
memberi nilai tambah yang cukup besar terhadap produk yang dihasilkan.
Apabila harga arang dipasar lokal sekitar Rp.1.000 Rp.1500/kg, maka arang
aktif berkisar sekitar Rp. 8000 Rp. 15.000/kg tergantung kualitasnya.
II - 18
II - 19
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen yang
dilanjutkan dengan analisis sampel di Laboratorium untuk mengetahui
penurunan kadar fosfat oleh dua macam media adsorben pada limbah grey
water.
B. Waktu dan Lokasi Penilitian
Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan mulai bulan Desember 2014
sampai bulan Maret tahun 2015, yang meliputi pengambilan tanah lempung
pada lapangan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin yang akan
digunakan sebagai media adsorben analisis sifat fisik tanah lempung yang
digunakan dalam percobaan, pembuatan media adsorben di Laboratorium
Mekanika Tanah Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin,
persiapan pembuatan alat pengolahan yang dilakukan di Laboratorium
Penyehatan Lingkungan Jurusan Sipil FT-UH. Penelitian akan dilakukan di
Laboratorium Penyehatan Lingkungan Jurusan Sipil Fakultas Teknik Unhas
sedangkan analisis sampel akan dilakukan di Laboratorium Kualitas Air
Jurusan Perikanan Universitas Hasanuddin. Sedangkan sampel limbah grey
water akan diambil di hotel Quality Plaza, dengan pertimbangan bahwa
hotel ini salah satu hotel ternama dikota Makassar dengan jumlah
III - 1
III - 2
D. Kerangka Pikir
Penyaringan dengan
Media Adsorben
III - 4
F. Definisi Operasional
1. Senyawa ortofosfat berasal dari mineral-mineral seperti PO43-, HPO43-,
H2PO4-,CaH2PO4+, dan Ca10(OH)2(PO4)6. Beberapa polifosfat anorganik
yang ditemukan dalam air buangan misalnya P2O74-, CaP2O72-, P3O105CaP3O103-, P3O93-, dan CaP3O9 -.
2. Media adsorben dalam penelitian ini adalah campuran tanah lempung,
serbuk kayu dan kapur, yang dipanaskan pada suhu 105o selama 24 jam.
3. Tanah lempung termasuk ke dalam komponen anorganik. Komponen
anorganik tanah terdiri atas fragmen batuan dan mineral menurut ukuran
dan komposisinya
4. Karbon Aktif atau kadang disebut arang aktif adalah arang yang
dimurnikan, yaitu konfigurasi atom karbonnya dibebaskan dari ikatan
dengan unsur lain serta pori-porinya dibersihkan dari unsur lain atau
kotoran, sehingga permukaan karbon atau pusat aktif menjadi bersih dan
lebih luas.
5. pH adalah derajat keasaman dari air limbah tekstil yang di ukur dengan
menggunakan komparator pH.
6. Suhu adalah derajat panas air limbah tekstil, yang di ukur dengan
thermometer dalam derajat celsius.
7. Media ini dikatakan efektif dalam menurunkan kadar fosfat bila efesiensi
penurunannya mencapai 50%.
III - 5
G. Metode Pemeriksaan
1. Alat dan Bahan
Bahan dan alat dalam penelitian ini ada dua yaitu yang digunakan di
lapangan sebagai alat eksperimen yaitu alat untuk filtrasi dan yang
digunakan di Laboratorium untuk analisa kualitas air limbah yaitu
pemeriksaan Kadar fosfat.
a. Peralatan dan bahan untuk filtrasi
1) Alat :
a) Pipa PVC diameter 4 inci
b) Kran Air 0,5 inci
c) Ember Plastik
d) Meteran
e) Balok Kayu
2) Bahan :
a) Media Adsorben
b) Tanah Lempung Tanpa Modifikasi
c) Karbon Aktif/Arang Aktif
d) Air Limbah Grey Water
b. Peralatan dan bahan di Laboratorium
1) Pemeriksaan fosfat
Alat :
-
Spektrofotometer
III - 6
Bahan:
-
Fenolftalin
H2SO4 5N
bak media adsorben, bak control dan bak penampungan dapat dilihat
pada gambar dibawah :
III - 7
I
III
IV
II
Keterangan :
I = Bak Penampungan
II = Bak Kontrol
III - 8
Tinggi
Volume = 14 liter
V=14 L
= 110 cm
T = 110 cm
D = 11 cm
inci
Diameter = 76,2 cm
Tinggi
Volume = 60 liter
V = 60 liter
= 80 cm
T = 80 cm
D = 76,2 cm
Gambar 3.6 Dimensi Bak Penampung, Bak Media Adsorben dan Bak Kontrol
b. Tahap Pelaksanaan Penelitian
-
Sampel yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah limbah greywater
yang diambil dari outlet Hotel Quality Plaza Makassar
III - 9
Penelitian ini diulang sebanyak 4 kali. Setiap pengulangan, air limbah dan
media adsorben yang berada dalam pipa diganti dengan media adsorben
baru yang telah diaktivasi sebelumnya.
III - 10
3. Analisis Laboratorium
Pengukuran Ortofosfat
H. Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium diolah
secara manual dengan menggunakan kalkulator dan disajikan dalam bentuk
tabel dan dianalisa secara deskriptif yaitu untuk mengetahui besarnya
perbedaan penurunan kadar fosfat dari air limbah setelah di lakukan
perlakuan filtrasi dengan menggunakan media adsorben (campuran tanah
lempung, serbuk kayu dan kapur), media adsorben karbon aktif, dan sebagai
pembanding, media tanah lempung (tanpa modifikasi).
III - 11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV - 1
tanah lempung modifikasi tanah lempung normal, dan 40 jam untuk media adsorben
karbon aktif setelah proses berjalan, oleh karena itu digunakan waktu operasi
selama 48 jam sehingga dapat diketahui besarnya tingkat penurunan yang efektif
dengan kedua jenis media adsorben tersebut. Untuk mendapatkan kecepatan aliran
yang diinginkan pada masing-masing bak perlu dilakukan perhitungan porositas
media adsorben (terlampir).
Karakteristik media serta karakteristik pipa yang digunakan ditampilkan
pada table - tabel di bawah ini.
Tabel 4.1. Karakteristik Tanah Yang Digunakan Untuk Media Adsorben
No
Karakteristik
Nilai
Specific Gravity
2,438
Liquid Limit
76,09 %
Plastic Limit
24,17 %
Plastic Index
48,97 %
Permeability
0,00000075 cm/det
Water Content
35,02 %
D10
0,0014 mm
D30
0,0089 mm
D60
0,0317 mm
Karakteristik
Nilai
Specific Gravity
2,436
IV - 2
Liquid Limit
75,81 %
Plastic Limit
24,37 %
Plastic Index
47,73 %
Permeability
0,00000075 cm/det
Water Content
35,02 %
D10
0,0014 mm
D30
0,0089 mm
D60
0,0317 mm
Element
Persentase (%)
AI2O3
0,05
Fe2O3
0,09
Cr2O3
0,01
Free Water
1,11
K2O
0,01
CaCO3
98.65
CaO
55,29
MgCO3
0,54
MgO
0,26
10
MnO2
0,01
11
Na2O
0,01
12
SiO2
0,52
IV - 3
Tabel 4.4. Karakteristik Karbon Aktif Yang Digunakan Untuk Media Adsorben
No
Element
Persentase (%)
C (karbon)
95,71
Ca (Kalsium)
1,77
NaOH
0,55
Na2SO4
1,20
Zn (Zinc)
0,77
Tabel 4.4. Karakteristik Serbuk Kayu Yang Digunakan Untuk Media Adsorben
No
Element
Persentase (%)
Si (silicon)
31,06
Fe (Besi)
30,08
Ca (Kalsium)
27,41
K (Kalium)
9,97
Zn (Zinc)
1,92
Karakteristik
1.
Diameter Pipa
4 inci
2.
Tinggi Pipa
100 cm
3.
Volume Pipa
8,1 liter
IV - 4
Proses pengisian media adsorben dan gambar alat pengolahan dapat dilihat pada
gambar dibawah ini :
Plaza Makassar. Di bawah ini adalah hasil analisis air limbah greywater
sebelum proses pengolahan.
Tabel 4.6. Limbah Greywater Sebelum Proses Pengolahan
No
Limbah
Pengulangan
Parameter
Satuan
Hasil
Anaisis
Peraturan
Pemerintah
Greywater
Fosfat
Mg/l
1,592
0,2
Greywater
II
Fosfat
Mg/l
1,551
0,2
Greywater
III
Fosfat
Mg/l
1,557
0,2
Greywater
IV
Fosfat
Mg/l
1,573
0,2
IV - 6
Media
0
0,5
1
2
3
4
5
6
12
24
Tanah lempung
Modifikasi
Kadar Fosfat
(mg/l)
Selisih
n (%)
sebelum sesudah
1,592
1,166
1,592
0,607
1,592
0,533
1,592
0,518
1,592
0,516
1,592
0,514
1,592
0,511
1,592
0,566
1,592
0,179
1,592
0,426
0,985
1,059
1,074
1,076
1,078
1,081
1,026
1,413
26,76
61,87
66,52
67,46
67,59
67,71
67,90
64,45
91,94
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
1.8
1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 0,5 1
12 24
Waktu (jam)
Sumber : Hasil Analisa Data, 2015
IV - 7
(%)
Persentase
Penurunan
Konsentrasi
Penurunan
Media
Tanah
Lempung
Modifikasi
Waktu
Tinggal
(Jam)
0
0,5
1
2
3
4
5
6
12
24
Kadar Fosfat
(mg/l)
Selisih
n (%)
sebelum sesudah
1.551
1.183
1.551
0.819
1.551
0.633
1.551
0.497
1.551
0.494
1.551
0.491
1.551
0.499
1.551
0.512
1.551
0.181
1.551
0.368
0.732
0.918
1.054
1.057
1.060
1.052
1.039
1.370
23.73
47.20
59.19
67.96
68.15
68.34
67.83
66.99
90.86
IV - 8
1.800
1.600
1.400
1.200
1.000
0.800
0.600
0.400
0.200
0.000
0
0,5
12 24
(%)
Persentase
Penurunan
Konsentrasi
Penurunan
Waktu (jam)
Sumber : Hasil Analisa Data, 2015
Media
Waktu
Tinggal
(Jam)
Tanah
Lempung
Modifikasi
0
0,5
1
2
3
4
5
6
12
24
Kadar Fosfat
(mg/l)
Selisih
n (%)
sebelum sesudah
1.557
1.169
1.557
0.519
1.557
0.339
1.557
0.297
1.557
0.296
1.557
0.295
1.557
0.293
1.557
0.582
1.557
0.311
1.557
0.388
1.038
1.218
1.260
1.261
1.262
1.264
0.975
1.246
24.92
66.67
78.23
80.92
80.99
81.05
81.18
62.62
89.80
IV - 9
Dari hasil analisis terlihat bahwa pada percobaan dengan menggunakan media
tanah lempung modifikasi persentase penurunan tertinggi terjadi pada jam ke6 yakni atau sebesar 81.18 % dan terendah terjadi pada jam ke-24 yaitu atau
sebesar 15.80 %. Dari angka diatas dapat dilihat bahwa media tanah lempung
modifikasi memiliki efektifitas yang sangat tinggi dalam menurunkan kadar
fosfat pada limbah greywater dikarenakan tingkat efektifitasnya yang
mencapai lebih dari 80 persen Sedangkan untuk grafik penurunan dan
persentase penurunan sebelum dan sesudah pengolahan dengan menggunakan
media tanah lempung modifikasi ditunjukkan pada gambar :
90
1.800
80
1.600
70
1.400
60
1.200
50
1.000
40
0.800
30
0.600
20
0.400
10
0.200
(%)
Persentase
Penurunan
Konsentrasi
Penurunan
0.000
0
0,5
12
24
Waktu (jam)
IV - 10
Media
Waktu
Tinggal (Jam)
Tanah Lempung
modifikasi
0
0,5
1
2
3
4
5
6
12
24
30
36
40
46
48
Kadar Fosfat
(mg/l)
Selisih
n (%)
sebelum sesudah
1.573
1.573
1.573
1.337
1.573
0.691
1.573
0.533
1.573
0.509
1.573
0.485
1.573
0.407
1.573
0.319
1.573
0.297
1.573
0.116
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
0
0.236
0.882
1.040
1.064
1.088
1.166
1.254
1.276
1.457
0
0
0
0
0
0
15.35
56.07
66.11
67.64
69.16
74.12
79.72
81.11
92.62
0
0
0
0
0
penurunan
konsentrasi
fosfat
sudah
sangat
baik
dan
IV - 11
1.800
1.600
1.400
1.200
1.000
0.800
0.600
0.400
0.200
0.000
Konsentrasi Fosfat
(%)
Persentase
Penurunan
Konsentrasi
Penurunan
0 0,5 1 2 3 4 5 6 12 24 30 36 40 46 48
Waktu (jam)
Sumber : Hasil Analisa Data, 2015
Gambar 4.8. Grafik Konsentrasi dan Persentase Penurunan Kadar Fosfat Oleh
Tanah Lempung Modifikasi
Karbon aktif
Waktu
Tinggal
(Jam)
0
0,5
1
2
3
4
5
6
12
24
Kadar Fosfat
(mg/l)
Selisih
n (%)
sebelum sesudah
1.592
1.592
1.269
1.592
0.922
1.592
0.905
1.592
0.891
1.592
0.888
1.592
0.875
1.592
0.873
1.592
0.791
1.592
0.366
0.323
0.670
0.687
0.701
0.704
0.717
0.719
0.801
1.226
20.29
42.09
43.15
44.03
44.22
45.04
45.16
50.31
69.20
IV - 12
90
1.800
80
1.600
70
1.400
60
1.200
50
1.000
40
0.800
30
0.600
20
0.400
10
0.200
(%)
Persentase
Penurunan
Konsentrasi
Penurunan
0.000
0
0,5
12 24
Waktu (jam)
Sumber : Hasil Analisa Data, 2015
IV - 13
Media
Karbon Aktif
Waktu
Tinggal
(Jam)
0
0,5
1
2
3
4
5
6
12
24
Kadar Fosfat
(mg/l)
Selisih
n (%)
sebelum sesudah
1.551
1.319
1.551
1.222
1.551
0.961
1.551
0.891
1.551
0.871
1.551
0.719
1.551
0.693
1.551
0.677
1.551
0.231
1.551
0.232
0.329
0.590
0.660
0.680
0.832
0.858
0.874
1.320
14.96
21.21
38.04
42.55
43.84
53.64
55.32
56.35
70.63
IV - 14
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
1.800
1.600
1.400
1.200
1.000
0.800
0.600
0.400
0.200
0.000
1
(%)
Persentase
Penurunan
Konsentrasi
Penurunan
10
Waktu (jam)
Sumber : Hasil Analisa Data, 2015
Media
Waktu
Tinggal
(Jam)
Karbon Aktif
0
0,5
1
2
3
4
5
6
12
24
Kadar Fosfat
(mg/l)
Selisih
n (%)
sebelum sesudah
1.557
1.322
1.557
1.302
1.557
0.854
1.557
0.851
1.557
0.841
1.557
0.788
1.557
0.677
1.557
0.597
1.557
1.281
1.557
0.235
0.255
0.703
0.706
0.716
0.769
0.880
0.960
0.276
15.09
16.38
45.15
45.34
45.99
49.39
56.52
61.66
70.73
atau sebesar 80,03 % dan terendah terjadi pada jam menit ke-30 yakni atau
sebesar 9,38 %, Sedangkan untuk grafik penurunan dan persentase penurunan
sebelum dan sesudah pengolahan dengan menggunakan media karbon aktif
ditunjukkan pada gambar :
90
1.800
80
1.600
70
1.400
60
1.200
50
1.000
40
0.800
30
0.600
20
0.400
10
0.200
(%)
Persentase
Penurunan
Konsentrasi
Penurunan
0.000
0
0,5
12
24
Waktu (jam)
Sumber : Hasil Analisa Data, 2015
IV - 16
Media
Karbon
Aktif
0
0,5
1
2
3
4
5
6
12
24
30
36
40
46
48
sesudah
1.573
1.277
1.113
0.966
0.897
0.881
0.869
0.833
0.662
0.462
0.331
0.307
0.291
1.573
1.573
1.573
1.573
Selisih
n (%)
0
0.296
0.460
0.607
0.676
0.692
0.704
0.740
0.911
1.111
1.242
1.266
1.282
0
0
0
18.81
29.24
38.58
42.97
43.99
44.75
47.04
57.91
70.62
78.95
80.48
81.5
0
0
IV - 17
1.800
1.600
1.400
1.200
1.000
0.800
0.600
0.400
0.200
0.000
Konsentrasi Fosfat
(%)
Persentase
Penurunan
Konsentrasi
Penurunan
0 0,5 1 2 3 4 5 6 12 24 30 36 40 46 48
Waktu (jam)
Sumber : Hasil Analisa Data, 2015
Media
Waktu
Tinggal
(Jam)
Tanah Lempung
Normal
0
0,5
1
2
3
4
5
6
12
24
Kadar Fosfat
(mg/l)
Selisih
n (%)
sebelum sesudah
1.592
1.592
1.121
1.592
0.627
1.592
0.510
1.592
0.557
1.592
0.555
1.592
0.551
1.592
0.559
1.592
0.592
1.592
0.223
0.471
0.965
1.082
1.035
1.037
1.041
1.033
1.000
1.369
29.59
60.62
67.96
65.01
65.14
65.39
64.89
62.81
85.18
IV - 18
100
1.8
90
1.6
80
1.4
(%)
70
1.2
60
50
0.8
40
0.6
30
20
0.4
10
0.2
Persentase
Penurunan
Konsentrasi
Penurunan
0
0
0,5
12
24
Waktu (jam)
Sumber : Hasil Analisa Data, 2015
IV - 19
Media
0
0,5
1
2
3
4
5
6
12
24
Tanah Lempung
Normal
1.551
1.551
1.551
1.551
1.551
1.551
1.551
1.551
1.551
1.551
Selisih
n (%)
0.220
0.877
1.048
1.214
1.217
1.220
1.215
0.970
0.354
14.18
56.54
67.57
78.27
78.47
78.66
78.34
62.54
86.82
sesudah
1.331
0.674
0.503
0.337
0.334
0.331
0.336
0.581
0.197
lempung normal
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
1.800
1.600
1.400
1.200
1.000
0.800
0.600
0.400
0.200
(%)
Persentase
Penurunan
Konsentrasi
Penurunan
0.000
0
0,5
12 24
Waktu (jam)
Sumber : Hasil Analisa Data, 2015
Media
Tanah
Lempung
Normal
Waktu
Tinggal
(Jam)
0
0,5
1
2
3
4
5
6
12
24
Selisih
n (%)
0.146
0.883
1.024
1.240
1.243
1.246
1.241
1.076
1.260
9.38
56.71
65.77
79.64
79.83
80.03
79.70
69.11
86.70
sesudah
1.411
0.674
0.533
0.317
0.314
0.311
0.316
0.481
0.297
IV - 21
lempung normal
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
1.800
1.600
1.400
1.200
1.000
0.800
0.600
0.400
0.200
0.000
0
0,5
12
(%)
Persentase
Penurunan
Konsentrasi
Penurunan
24
Waktu (jam)
Sumber : Hasil Analisa Data, 2015
Media
Tanah
Lempung
Normal
IV - 22
Selisih
n (%)
0
0.254
0.868
1.032
1.056
1.096
1.162
1.246
1.260
1.372
0
0
0
0
0
0
16.14
55.18
65.60
67.13
69.67
73.87
79.21
80.10
87.22
0
0
0
0
0
sesudah
1.319
0.705
0.541
0.517
0.477
0.411
0.327
0.313
0.201
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
gambar :
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
1.800
1.600
1.400
1.200
1.000
0.800
0.600
0.400
Konsentrasi Fosfat
(%)
Persentase
Penurunan
Konsentrasi
Penurunan
0.200
0.000
0 0,5 1 2 3 4 5 6 12 24 30 36 40 46 48
Waktu (jam)
Sumber : Hasil Analisa Data, 2015
C. Pembahasan
1. Analisis Penurunan Kadar Fosfat
Kadar fosfat merupakan parameter yang hanya dapat diketahui
dengan pemeriksaan laboratorium air limbah. Pada keputusan gubernur No.
69 Tahun 2010 tentang standar baku mutu air limbah kadar warna diatur
dengan batas maksimal sebesar 0,2 mg/l. Dan berdasarkan kondisi
IV - 23
IV - 24
Tabel.4.19.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Media
Waktu
Tinggal
Pengulangan
1 (mg/l)
Tanah
Lempung
Modifikasi
0
0,5
1
2
3
4
5
6
12
24
30
36
40
46
48
1.592
1.166
0.607
0.533
0.518
0.516
0.514
0.511
0.566
0.179
-
1.557
1.169
0.519
0.339
0.297
0.296
0.295
0.293
0.582
0.311
-
1.573
1.337
0.691
0.533
0.509
0.485
0.407
0.319
0.297
0.116
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
rata-rata
penurunan
fosfat (mg/l)
1.568
1.214
0.659
0.510
0.455
0.448
0.427
0.406
0.489
0.197
1.568
1.568
1.568
1.568
1.568
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Media
Tanah
Lempung
Modifikasi
rata-rata
penurunan
fosfat (%)
-
26.76
23.73
19.38
15.35
21.31
61.87
47.2
56.71
56.07
55.46
66.52
59.19
65.77
66.11
64.40
67.46
67.96
79.64
67.64
70.68
67.59
68.15
79.83
69.16
71.18
67.71
68.34
80.03
74.12
72.55
67.9
67.83
79.7
79.72
73.79
64.45
66.99
69.11
81.11
70.42
91.94
90.86
89.8
92.62
91.31
IV - 25
1.8
1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
(%)
Konsentrasi
Persentase
0 0,5 1 2 3 4 5 6 12 24 30 36 40 46 48
Waktu (Jam)
Sumber : Hasil Analisa Data, 2015
IV - 26
Tabel.4.21.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Media
Waktu
Tinggal
Karbon
Aktif
0
0,5
1
2
3
4
5
6
12
24
30
36
40
46
48
1.551
1.319
1.222
0.961
0.891
0.871
0.719
0.693
0.677
0.231
-
1.557
1.411
0.674
0.533
0.317
0.314
0.311
0.316
0.481
0.297
-
1.573
1.277
1.113
0.966
0.897
0.881
0.869
0.833
0.662
0.462
0.331
0.307
0.291
rata-rata
penurunan
fosfat (mg/l)
1.568
1.319
0.983
0.841
0.749
1.573
1.573
0.739
0.694
0.679
0.653
0.339
0.331
0.307
0.291
1.568
1.568
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Media
Karbon
Aktif
IV - 27
rata-rata n
(%)
17.29
27.23
41.23
43.72
44.51
48.21
51.01
56.56
70.30
78.95
80.48
81.50
-
1.8
1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
(%)
Konsentrasi
Persentase
0 0,5 1 2 3 4 5 6 12 24 30 36 40 46 48
Waktu (Jam)
Sumber : Hasil Analisa Data, 2015
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
IV - 28
rata-rata n
(mg/l)
1.564
1.296
0.670
0.522
0.432
0.420
0.401
0.385
0.492
0.230
1.564
1.564
1.564
1.564
1.564
Tabel.4.24.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
rata-rata
penurunan
fosfat (%)
-
29.59
60.62
67.96
65.01
65.14
65.39
14.18
56.54
67.57
78.27
78.47
78.66
29.38
56.71
65.77
79.64
79.83
80.03
16.14
55.18
65.6
67.13
69.67
73.87
22.32
57.26
66.73
72.51
73.28
74.49
64.89
62.81
85.18
78.34
62.54
86.82
79.7
69.11
86.7
79.21
80.1
87.22
-
75.54
68.64
86.48
-
Media
Tanah
Lempung
Normal
0,5
1
2
3
4
5
6
12
24
30
36
40
46
48
1.8
1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
(%)
Konsentrasi
Persentase
0 0,5 1 2 3 4 5 6 12 24 30 36 40 46 48
Waktu (Jam)
Sumber : Hasil Analisa Data, 2015
IV - 30
IV - 31
IV - 32
(%)
Persentase Penurunan
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Tanah Lempung
Modifikasi
Karbon Aktif
Tanah Lempung
Normal
30
12 24
Waktu (jam)
Sumber : Hasil Analisa Data, 2015
(%)
Persentase Penurunan
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Tanah Lempung
Modifikasi
Karbon Aktif
Tanah Lempung
Normal
0,5
12 24
Waktu (jam)
Sumber : Hasil Analisa Data, 2015
persentase
Media
IV - 34
(%)
Persentase Penurunan
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Tanah Lempung
Modifikasi
Karbon Aktif
Tanah Lempung
Normal
0,5
12 24
Waktu (jam)
Sumber : Hasil Analisa Data, 2015
IV - 35
n (%)
Persentase Penurunan
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Tanah Lempung
Modifikasi
Tanah Lempung
Normal
Karbon Aktif
0 0.5 1 2 3 4 5 6 12 24 30 36
Waktu (Jam)
Sumber : Hasil Analisa Data, 2015
IV - 36
seperti yang dijelaskan pada table 4.4, serta sifat sifat tanah lempung
yang mempunyai diameter partikel liat yang kecil (0,0014 0,005 mm)
dan luas permukaan spesifik memberikan ruang yang relative besar untuk
terjadinya reaksi permukaan antara tanah dengan senyawa fosfat. Selain
itu, tanah yang digunakan juga termasuk kelompok mineral liat illite yang
mempunyai Kapasitas Tukar Kation 30 mek/100 g lempung dan harga
Konduktivitas Hidrolis sebesar 0,001 0,2 m/hari.
Dari grafik diatas pun dapat diambil kesimpulan bahwa material
campuran yang ditambahkan dalam tanah lempung modifikasi mempunyai
peranan masing masing dalam membantu menurunkan kadar fosfat
dimana. kapur merupakan komponen yang secara langsung memiliki
reaksi dengan fosfat, sedangkan serbuk kayu hanya memperluas
permukaan reaksinya.
IV - 37
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari Hasil Penelitian diketahui bahwa media adsorben mempunyai
efektifitas yang cukup tinggi sehingga dapat dikatakan berhasil dalam
menurunkan konsentrasi fosfat dimana ke- tiga media mencapai efektifitas
penurunan lebih dari 50 persen
2. Dari hasil penelitian terlihat bahwa ada perbedaan kemampuan adsorbsi
kadar fosfat antara media adsorben yang diujikan dimana media adsorben
tanah lempung modifikasi mempunyai efektifitas penurunan yang lebih
tinggi daripada media adsorben karbon aktif dan tanah lempung normal,.
Hal ini mengindikasikan bahwa media tanah lempung modifikasi adalah
yang efektif dalam menurunkan kadar fosfat pada limbah greywater.
3. Dari hasil penelitian juga didapatkan fakta bahwa material campuran yang
dicampurkan pada media adsorben tanah lempung modifkasi mempunyai
peranan dalam menurunkan kadar fosfat pada limbah greywater. Hal ini
mengindikasikan bahwa media tanah lempung modifikasi yang memiliki
tambahan material campuran berupa serbuk kayu dan kapur (CaCO3)
membuat kemampuan adsorbsinya lebih efektif dalam menurunkan kadar
fosfat pada limbah greywater.
V-1
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka disarankan
beberapa hal sebagai berikut
1. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan dan pengamatan lain untuk menguji
kemampuan media adsorben dalam menguraikan beberapa senyawasenyawa kimia lain.
2. Sebaiknya pemeriksaan inlet dilakukan setiap kali pengambilan sampel air
hasil olahan sehingga data yang diperoleh lebih akurat.
3. Sebaiknya peneliti selanjutnya mencoba menggunakan variasi waktu
tinggal untuk mengetahui waktu tinggal yang paling efektif dengan
menggunakan media adsorben.
4. Sebaiknya para pengusaha industri yang memproduksi limbah greywater
dalam skala kecil maupun besar memiliki instalasi sendiri untuk mengolah
air limbah buangan sebelum dilepaskan ke saluran drainase di sekitar lokasi
industri.
V-2
77
DAFTAR PUSTAKA
Adamson, A.W.,1990. Physical Chemistry of Surface. California: John Wiley &
Sons, Inc.
Widianti, Dini. 2012,Studi Karakteristik Greywater Untuk Melihat Potensi
Pemanfaatan Greywater Di Kota Bandung, Institut Teknologi Bandung
Wijono, Sigit. 2012, Grey Water Dan Black Water. Universitas Tarumanegara,
Jakarta
Yazid Rahmiyati, Fauzia, Samudro, Ganjar. Pengaruh Variasi Konsentrasi Dan
Debit Pada Pengolahan Air Artifisial (Campuran Grey Water Dan Black
Water) Menggunakan Reaktor Uasb, Universitas Diponegoro, Semarang.
Valentina, Cahyadi. 2011, Penurunan Organic Pada Plug Flow Reactor Dengan
System Resirkulasi (Studi Kasus Grey Water), Universitas Indonesia,
Jakarta
Resche, Erin, 2012, Greywater Systems- Benefits, Drawbacks and Uses of
greywater, UCD, California
Darwin, Hendri, 2012, Using Gray Water at Home, Arizona Department Of
Environmental Culture, Arizona
Yuanita, Inas, 2013, Pengolahan Limbah Rumah Tangga Grey Water Dan
Blackwater, Universitas Indonesia, Jakarta
D, Endriani, 2012, Karakterisitik Fisik tanah Lempung, Universitas Sumatera
Utara, Sumatera
Anggraeni, Sri, 2011, Mineral Tanah Lempung Dan Struktur Tanah, Universitas
Pendidikan Indonesia, Bandung
Tarigan, R, 2012, Karakteristik Tanah Lempung, Universitas Sumatera Utara,
Sumatera
Masduqi, Ali, 2004, Penurunan Senyawa Fosfat Dalam Air Limbah Buatan Dengan
proses Adsorbsi Tanah Haloisit, Institut Teknologi Sepuluh November,
Surabaya
77
Media
Waktu
Tinggal (Jam)
Tanah Lempung
modifikasi
0
0,5
1
2
3
4
5
6
12
24
30
36
40
46
48
Kadar Fosfat
(mg/l)
Selisih
n (%)
sebelum sesudah
1.573
1.573
1.573
1.337
1.573
0.691
1.573
0.533
1.573
0.509
1.573
0.485
1.573
0.407
1.573
0.319
1.573
0.297
1.573
0.116
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
0
0.236
0.882
1.040
1.064
1.088
1.166
1.254
1.276
1.457
0
0
0
0
0
0
15.35
56.07
66.11
67.64
69.16
74.12
79.72
81.11
92.62
0
0
0
0
0
Lampiran 11. Tabel 4.14. Konsentrasi Kadar fosfat Sebelum dan Sesudah
Pengolahan Dengan Menggunakan Media Adsorben
Media
Waktu
Tinggal
(Jam)
Karbon
Aktif
0
0,5
1
2
3
4
5
sesudah
1.573
1.277
1.113
0.966
0.897
0.881
0.869
Selisih
n (%)
0
0.296
0.460
0.607
0.676
0.692
0.704
0
18.81
29.24
38.58
42.97
43.99
44.75
6
12
24
30
36
40
46
48
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
0.833
0.662
0.462
0.331
0.307
0.291
1.573
1.573
1.573
1.573
0.740
0.911
1.111
1.242
1.266
1.282
0
0
47.04
57.91
70.62
78.95
80.48
81.5
0
0
Media
Waktu
Tinggal
(Jam)
Tanah
Lempung
Normal
0
0,5
1
2
3
4
5
6
12
24
30
36
40
46
48
Selisih
n (%)
0
0.254
0.868
1.032
1.056
1.096
1.162
1.246
1.260
1.372
0
0
0
0
0
0
16.14
55.18
65.60
67.13
69.67
73.87
79.21
80.10
87.22
0
0
0
0
0
sesudah
1.319
0.705
0.541
0.517
0.477
0.411
0.327
0.313
0.201
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
Lampiran 20. Proses pengambilan sampel hasil olahan pada outlet alat