Anda di halaman 1dari 98

Tugas Akhir

PENURUNAN SENYAWA FOSFAT PADA LIMBAH


GREYWATER MELALUI DUA MACAM MEDIA
ADSORBSI

DISUSUN OLEH:
M. RIZKI. J. BALFAS
D 121 09 263

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2015

PENURUNAN SENYAWA FOSFAT PADA LIMBAH GREYWATER


MELALUI DUA MACAM MEDIA ADSORBSI
M. Rizki J Balfas[1]
Prof. Dr. Ir, Mary Selintung, M.Sc [2]
Ir. Achmad Zubair, MSc
[1]
Mahasiswa S1 Program Studi Teknik Lingkungan Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin Makassar
[2]
Staf Pengajar Jurusan Sipil Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin Makassar

Abstrak
Limbah domestik secara umum terbagi dalam dua bagian, yaitu buangan dari kloset
dan peturasan, yang disebut black water, dan buangan dari bak mandi, bak cuci tangan, dan
bak dapur, yang disebut grey water. Limbah grey water memberikan pengaruh besar terhadap
pencemaran di badan air berupa eutrofikasi (pertumbuhan algae yang tinggi). Faktor penentu
terjadinya eutrofikasi tersebut ialah senyawa fosfat yang terkandung cukup banyak di dalam
limbah grey water. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengolahan limbah greywater secara
spesifik menggunakan dua macam media adsorben. Media yang akan diuji untuk menyisihkan
senyawa fosfat ini ialah media tanah lempung modofikasi (campuran tanah, CaCO3, dan
serbuk kayu) dan media karbon aktif. Ketiga komponen ini dicampurkan dan dibakar pada
0
suhu 105 C. Selanjutnya sampel limbah dialirkan melalui media adsorben dengan menggunakan
reaktor buatan. Pada menit ke-30,jam ke-1,ke-2, ke-3, ke-4, ke-5, ke-6,ke-12, ke-24, ke-30, ke-36,
ke-40, ke-46 dan jam ke-48 konsentrasi fosfat dalam larutan diukur. Dari hasil analisa data,
didapatkan bahwa media adsorben tanah lempung modifikasi memiliki rata- rata efesiensi
penurunan senyawa fosfat tertinggi, yakni 91,31 %. Sedangkan komponen yang paling
berpengaruh dari ketiga komponen (tanah, CaCO3, dan serbuk kayu) ialah tanah. Media adsorben
tersebut juga dibandingkan dengan tanah Lapangan Teknik Unhas tanpa adanya modifikasi
(pencampuran), menghasilkan
perbedaan yang tidak signifikan dalam menyisihkan
senyawa fosfat.
Kata kunci: grey water, fosfat, eutrofikasi, tanah lempung,

Abstract
Domestic waste is generally divided into two parts, namely the discharge of toilet and , the
so-called black water, and discharges from bathtubs, sinks, and tubs kitchen, which is called gray
water. Waste gray water provides a major influence on the form of pollution in the water body
eutrophication (high algae growth). Determinants of the occurrence of eutrophication is phosphate
compounds contained in the waste quite a lot of gray water. This study aims to conduct specific
greywater wastewater treatment using two kinds of adsorbent media. Media to be tested for phosphate
compound set aside this modification is the medium of clay soil (a mixture of soil, CaCO3, and
sawdust) and activated carbon media. These three components are mixed and burned at a temperature
of 1050C. Further samples of sewage flowed through the adsorbent media using artificial reactor. In
the 30th minute, hour 1st, the 2nd, 3rd, 4th, 5th, 6th, 12th, 24th, 30th, 36th, 40th , 46th and 48th hour
concentration of phosphate in solution was measured. From the data analysis, it was found that the
adsorbent media modified clays have an average efficiency of the highest decline in phosphate
compounds, ie 91.31%. While most influential component of the three components (soil, CaCO3, and
sawdust) is ground. The adsorbent media also compared to ground Unhas Engineering Courses
without modification (mixing), resulting in a significant difference in the phosphate compound set
aside.
Keywords: gray water, phosphates, eutrophication, clay,

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir yang berjudul Penurunan Senyawa Fosfat Pada Limbah
Greywater Melalui Dua Macam Media Adsorbsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Program
Studi Teknik Lingkungan Universitas Hasanuddin.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selesainya tugas akhir ini berkat
bantuan dari berbagai pihak atas keikhlasannya meluangkan waktu, memberikan
petunjuk, saran, tenaga dan pemikirannya sejak awal perencanaan penelitian
hingga selesainya penyusunan tugas akhir ini.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih serta
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1.

Bapak Dr. Ing Ir. Wahyu H. Piarah, MSME., selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin.

2.

Bapak Dr. Ir. Muhammad Ramli, MT., selaku Wakil Dekan dan Pembantu
Dekan I Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.

3.

Bapak Dr. Ir. Muhammad Arsyad Thaha, M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin dan Bapak Ir. H. Achmad
Bakri Muhiddin, , MSc Ph,D, selaku Sekretaris Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Hasanuddin.

4.

Ibu Dr. Ir. Hj. Sumarny Hamid Aly M.T, selaku Ketua Program Studi Teknik
Lingkungan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
iii

5.

Ibu Prof. Dr. Ir, Mary Selintung, M.Sc., selaku Pembimbing I dan Bapak Ir.
Achmad Zubair, MSc., selaku Pembimbing II, yang telah dengan sabar, tulus
dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran memberikan bimbingan,
motivasi, arahan, dan saran-saran yang sangat berharga kepada penulis
selama menyusun skripsi.

6.

Bapak Dr.Ir. Muhammad Arsyad Thaha.,Bapak Dr.Eng Bambang Bakri., dan


Bapak Riswal K, ST. MT., selaku dosen penguji, yang telah berbaik hati
dalam memberikan masukan dan saran untuk penyempurnaan skripsi ini.

7.

Bapak Prof.Dr.Ir. Lawalenna Samang,MS,MT, selaku Penasehat Akademik


atas segala perhatian, nasehat dan bantuannya selama penulis duduk di
bangku kuliah.

8.

Bapak/Ibu Dosen Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas


Hasanuddin yang dengan ikhlas membagikan ilmunya kepada penulis selama
duduk di bangku kuliah.

9.

Seluruh staf dan karyawan Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas
Hasanuddin.

10. Kedua orang tua penulis, Ayahanda H.M. Djamil Balfas, dan Ibunda Hj. Siti
Murliani Amir Gau, atas setiap kasih sayang, doa, pengorbanan dan
perhatiannya selama ini.
11. Teman-teman Teknik Lingkungan dan Sipil angkatan 2009, yang senantiasa
memberikan bantuan, semangat dan dorongan dalam penyelesaian tugas akhir
ini.

iv

Tugas Akhir ini disusun dengan segala kemampuan dan keterbatasan


penulis, karena itu saran dan kritik sangat diperlukan demi kesempurnaan dalam
penulisannya.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih banyak kekurangan dan
kelemahan, namun besar harapan kiranya dapat bermanfaat bagi pengembangan
ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang teknik lingkungan.

Makassar,26 Mei 2015


Penulis,

M. RIZKI BALFAS

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK. i
ABSTRACT..

ii

KATA PENGANTAR .........................................................................................

iii

DAFTAR ISI........................................................................................................

vi

DAFTAR TABEL................................................................................................

ix

DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................

BAB 1

BAB 2

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang ........................................................................

I-1

B.

Rumusan Masalah...................................................................

I-3

C.

Tujuan Penelitian.......... ..........................................................

I-3

D.

Manfaat Penelitian I-3

E.

Sistematika Penulisan........................................ .....................

I-4

TINJAUAN PUSTAKA
A.

Pengertian Dan Pencemran Air Limbah .................................

II-1

B.

Limbah Greywater................................... ...............................

II-2

C.

Eutrofikasi...........................................................

II-4

D.

Senyawa Fosfor Dalam Air Buangan......................................

II-5

E.

Tanah Lempung .........

II-6

1. Sifat Fisik .......................

II-8

2. Pertukaran Ion.............................................

II-10

3. Penyematan dan Retensi Fosfat .

II-12

4. Kelompok Mineral Tanah ..

II-14

5. Pengaruh Pemanasan Pada Tanah Liat

II-17

F.

Karbon Aktif ..................................................... .....................

II-18

G.

Analisis Fosfat.

II-19
vi

BAB 3

METODE PENELITIAN
A.

Jenis Penelitian .......................................................................

III-1

B.

Waktu dan Lokasi Penelitian ..................................................

III-1

C.

Gambaran Umum Industri Perhotelan Yang Dijadikan Objek


Penelitian........ ........................................................................

III-3

D.

Kerangka Pikir................................... .....................................

III-5

E.

Populasi Dan Sampel. III-5

F.

Definisi Operasional.. III-6

G.

Metode Pemeriksaan.. III-7


1. Alat Dan Bahan.. III-7
2. Cara Pelaksanaan eksperimen III-8
3. Analisi Laboratorium. III-12

H.

BAB 4

Analisis Data... III-12

HASIL DAN PEMBAHASAN


A.

B.

C.

Gambaran Umum Dan Karakterisitik Media Adsorben Yang


digunakan ...................................................................................

IV-1

Analisis Hasil Penelitian .........................................................

IV-5

1. Limbah Sebelum Pengolahan ..................................................

IV-6

2. Hasil Pengolahan Pada Limbah Greywater.

IV-7

Pembahasan..

IV-25

1. Analisis Penurunan Kadar Fosfat.

IV-25

2. Perbandingan Efektifitas Masing-Masing Kadar Fosfat. IV-32

BAB 5

PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................

V-1

B. Saran ............................................................................................

V-2

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1

Tabel Senyawa Ortofosfat Dan Polyphosphate Dalam Air II-6

Tabel 2.2

Luas Permukaan Spesifik beberapa Tanah.. II-8

Tabel 2.3

Kisaran Harga K untuk Beberapa Jenis Tanah................................ II-9

Tabel 2.4

Nilai Ukuran,Ketebaln, Dan Luas Perrmukaan Spesifik Mineral


Tanah........................................................................... II-17

Tabel 4.1

Karakteristik Tanah Yang Digunakan Sebagai Media


Adsorben.................................... . IV-2

Tabel 4.2

Karakteristik Tanah Yang Digunakan Sebagai Media Adsorben


(Modifikasi).............................................. IV-3

Tabel 4.3

Karakteristik Kapur Yang Digunakan Sebagai Media


Adsorben.................................................................... .. IV-3

Tabel 4.4

Karakteristik Karbon Aktif Yang Digunakan Sebagai Media


Adsorben........................................................................................... IV-4

Tabel 4.5

Karakteristik Pipa Filtrasi................................................................. IV-5

Tabel 4.6

Limbah Greywater Sebelum Proses Pengolahan. IV-6

Tabel 4.7

Konsenrasi Kadar Fosfat Sebelum dan Sesudah Pengolahan Dengan


Menggunakan Media Adsorben Tanah Lempung Modifikasi
(pengulangan 1) .......................................................... . IV-7

Tabel 4.8

Konsenrasi Kadar Fosfat Sebelum dan Sesudah Pengolahan Dengan


Menggunakan Media Adsorben Tanah Lempung Modifikasi
(pengulangan 2) IV-8
viii

Tabel 4.9

Konsenrasi Kadar Fosfat Sebelum dan Sesudah Pengolahan Dengan


Menggunakan Media Adsorben Tanah Lempung Modifikasi
(pengulangan 3). IV-9

Tabel 4.10

Konsenrasi Kadar Fosfat Sebelum dan Sesudah Pengolahan Dengan


Menggunakan Media Adsorben Tanah Lempung Modifikasi
(pengulangan 4). IV-10

Tabel 4.11

Konsenrasi Kadar Fosfat Sebelum dan Sesudah Pengolahan Dengan


Menggunakan Media Adsorben Karbon Aktif (pengulangan
1) IV-11

Tabel 4.12

Konsenrasi Kadar Fosfat Sebelum dan Sesudah Pengolahan Dengan


Menggunakan Media Adsorben Karbon Aktif (pengulangan
2).IV-12

Tabel 4.13

Konsenrasi Kadar Fosfat Sebelum dan Sesudah Pengolahan Dengan


Menggunakan Media Adsorben Karbon Aktif (pengulangan
3).IV-13

Tabel 4.14

Konsenrasi Kadar Fosfat Sebelum dan Sesudah Pengolahan Dengan


Menggunakan Media Adsorben Karbon Aktif (pengulangan
4).IV-15

Tabel 4.15

Konsenrasi Kadar Fosfat Sebelum dan Sesudah Pengolahan Dengan


Menggunakan Media Adsorben Tanah Lempung Normal (pengulangan
1) IV-16

ix

Tabel 4.16

Konsenrasi Kadar Fosfat Sebelum dan Sesudah Pengolahan Dengan


Menggunakan Media Adsorben Tanah Lempung Normal (pengulangan
2)IV-17.

Tabel 4.17

Konsenrasi Kadar Fosfat Sebelum dan Sesudah Pengolahan Dengan


Menggunakan Media Adsorben Tanah Lempung Normal (pengulangan
3).IV-18

Tabel 4.18

Konsenrasi Kadar Fosfat Sebelum dan Sesudah Pengolahan Dengan


Menggunakan Media Adsorben Tanah Lempung Normal (pengulangan
4).IV-19

Tabel 4.19

Rata-Rata ke-4 Pengulangan Konsentrasi Kadar Fosfat sesudah


Pengolahan Media Adsorben Tanah lempung
Modifikasi.... IV-23

Tabel 4.20

Rata-Rata ke-4 Pengulangan Persentase Penurunan Kadar Fosfat sesudah


Pengolahan Media Adsorben Karbon
Aktif..... IV-24

Tabel 4.21

Rata-Rata ke-4 Pengulangan Konsentrasi Kadar Fosfat sesudah


Pengolahan Media Adsorben Tanah lempung
Modifikasi....IV-25

Tabel 4.22

Rata-Rata ke-4 Pengulangan Persentase Penurunan Kadar Fosfat sesudah


Pengolahan Media Adsorben Tanah lempung
Modifikasi....IV-26

Tabel 4.23

Rata-Rata ke-4 Pengulangan Konsentrasi Kadar Fosfat sesudah


Pengolahan Media Adsorben Tanah lempung
Modifikasi....IV-27

Tabel 4.24

Rata-Rata ke-4 Pengulangan Persentasi Penurunan Kadar Fosfat sesudah


Pengolahan Media Adsorben Tanah lempung
Modifikasi....IV-27

xi

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1

Komposisi Limbah Blackwater dan


Greywater.. II-3

Gambar 3.1

Peta Lokasi Pengambilan Sampel..................................................... III-2

Gambar 3.2

Peta Lokasi Penelitian...................................................................... III-2

Gambar 3.3

Peta Lokasi Hotel Quality Plaza Makassar........................................III-3

Gambar 3.4

Skema Kerangka Pikir Penelitian.. III-4

Gambar 3.5

Alat Filtrasi Media Pengolah Greywater.......................................... III-8

Gambar 3.6

Dimensi Bak Alat ................................................................... III-9

Gambar 4.1

Proses Pembuatan Media Adsorben................................................. IV-1

Gambar 4.2

Proses Aktivasi Media Adsorben..................................................... IV-1

Gambar 4.3

Proses Pengisian Media... IV-5

Gambar 4.4

Dokumentasi Alat Pengolahan................................................ IV-3

Gambar 4.5

Grafik Konsentrasi dan Persentase Penurunan Kadar Fosfat Tanah


Lempung Modifikas IV-7

Gambar 4.6

Grafik Konsentrasi dan Persentase Penurunan Kadar Fosfat Tanah


Lempung Modifikas IV-8

Gambar 4.7

Grafik Konsentrasi dan Persentase Penurunan Kadar Fosfat Tanah


Lempung Modifikas IV-9

Gambar 4.8

Grafik Konsentrasi dan Persentase Penurunan Kadar Fosfat Tanah


Lempung Modifikas IV-10

xii

Gambar 4.9

Grafik Konsentrasi dan Persentase Penurunan Kadar Fosfat Karbon


Aktif. IV-12

Gambar 4.10 Grafik Konsentrasi dan Persentase Penurunan Kadar Fosfat Karbon
Aktif. IV-13
Gambar 4.11 Grafik Konsentrasi dan Persentase Penurunan Kadar Fosfat Karbon
Aktif. IV-14
Gambar 4.12 Grafik Konsentrasi dan Persentase Penurunan Kadar Fosfat Oleh
Karbon Aktif IV-15
Gambar 4.13

Grafik Konsentrasi dan Persentase Penurunan Kadar Fosfat Tanah


Lempung Normal

Gambar 4.14

Grafik Konsentrasi dan Persentase Penurunan Kadar Fosfat Tanah


Lempung Normal

Gambar 4.15

IV-18

Grafik Konsentrasi dan Persentase Penurunan Kadar Fosfat Tanah


Lempung Normal

Gambar 4.16

IV-18

Grafik Konsentrasi dan Persentase Penurunan Kadar Fosfat Tanah


Lempung Normal

Gambar 4.16

IV-17

IV-18

Grafik Ke-4 Pengulangan Konsentrasi dan Persentase Penurunan Kadar


Fosfat Tanah Lempung
Normal.. IV-25

Gambar 4.17

Grafik Ke-4 Pengulangan Konsentrasi dan Persentase Penurunan Kadar


Fosfat Tanah Lempung
Normal.. IV-26

xiii

Gambar 4.18

Grafik Ke-4 Pengulangan Konsentrasi dan Persentase Penurunan Kadar


Fosfat Tanah Lempung
Normal.. IV-28

Gambar 4.19 Grafik Perbandingan Persentase Penurunan Kadar Fosfat Antara Media
Adsorben (Pengulanagan 1). IV-32
Gambar 4.20 Grafik Perbandingan Persentase Penurunan Kadar Fosfat Antara Media
Adsorben (Pengulanagan 2). IV- 33
Gambar 4.21 Grafik Perbandingan Persentase Penurunan Kadar Fosfat Antara Media
Adsorben (Pengulanagan 3). IV- 34
Gambar 4.22 Grafik Perbandingan Persentase Penurunan Kadar Fosfat Antara Media
Adsorben (Pengulanagan 4). IV- 34

xiv

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu limbah yang terdapat pada beberapa industri dikota Makassar,
utamanya industri perhotelan adalah limbah greywater yang keluar dari outlet dari
bagian pencucian (laundry) industri. Bila tidak ditangani dengan benar dan baik, maka
limbah greywater ini dapat menyebabkan berbagai macam masalah baik pada drainase
sekitar ataupun pada sungai disekitar industri. Penanganan grey water di Indonesia saat
ini adalah langsung dibuang ke saluran drainase tanpa pengolahan sebelumnya. Saluran
drainase penyalur greywater dan air hujan ini akan berujung di badan air permukaan
atau di IPAL (Instalasi Pengolah Air Limbah). Kebanyakan masyarakat hanya
mengolah limbah black water mereka dengan membuat septic tank, tetapi tidak
mengolah limbah grey water yang mereka timbulkan, sehingga hampir seluruh grey
water yang ditimbulkan di kota Makassar mengalir ke badan air permukaan.
Pada aktivitas domestik atau rumah tangga, kegiatan pencucian atau
pembersihan merupakan kegiatan yang memiliki intensitas dan frekuensi yang cukup
tinggi. Sehingga limbah grey water pada skala domestik memiliki debit pengeluaran
yang tinggi setiap harinya. Jenis pembersih yang sering digunakan untuk aktivitas
domestik tersebut adalah Trisodium Phosphate Dodecahydrate atau Sodium
Tripolyphosphate. Contoh produk pembersih tersebut ialah deterjen. Sekitar 30%- 50%

I-1

senyawa fosfor dalam limbah domestik adalah buangan yang saniter, sedangkan 30%70% lainnya merupakan builder fosfat dari deterjen (Hammer, 1986).
Penggunaan deterjen ini yang pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya
pencemaran fosfat di badan air (Hammer, 1986). Tanaman-tanaman (algae) yang
berada di dalamnya akan tumbuh sangat cepat karena mendapatkan banyak nutrisi dari
pencemar sehingga menyebabkan permukaan badan air akan tertutupi oleh algae ini.
Akibatnya, makhluk hidup di dalam badan air seperti ikan, tidak mendapatkan sinar
matahari. Padahal, mereka hidup dengan menggunakan sinar matahari tersebut. Jika
ada

tanaman

atau

ikan

yang

mati,

maka

dibutuhkan

oksigen

untuk

mendekomposisinya. Hal ini akan menyebabkan kandungan oksigen terlarut di dalam


badan air tersebut menjadi terus berkurang sehingga akan terus memicu tingkat
kematian makhluk hidup di dalam badan air tersebut, yang pada akhirnya akan
membuat badan air tersebut menjadi anoksik sehingga pendangkalan badan airpun
terjadi dan bau busuk dari badan air itu tidak dapat dihindarkan.
Jenis nutrisi yang memberikan kontribusi peningkatan laju pertumbuhan
tanaman air (algae) tersebut sebenarnya adalah nitrogen, karbon, dan fosfor. Akan
tetapi, nutrisi yang sangat berpengaruh pada proses metabolisme adalah fosfor
(Sitompul, 1994). Hal ini dikarenakan beberapa jenis algae (chynophicaea) dapat
melakukan fiksasi C (karbon) dan N (nitrogen) langsung dari gas CO2 dan N2 di udara.
Dan walaupun pengolahan air buangan mampu menghilangkan senyawa C organik dan
N secara memuaskan, pertumbuhan algae masih dapat berlangsung apabila kandungan
senyawa P (fosfor) dalam air cukup besar. Konsentrasi total P serendah 37,5 mg/L
I-2

cukup menunjang terjadinya eutrofikasi dalam perairan terbuka. Karena sifatnya


sebagai nutrien pembatas, maka keberadaan P dalam tanah dan air tanah dapat
berakibat buruk. Bila konsentrasinya berlebihan, P yang dilepaskan (desorpsi) oleh
tanah, atau tidak lagi diserap oleh tanah, akan keluar ke air permukaan bersama dengan
aliran dasar dan menyebabkan eutrofikasi pada aliran terbuka (Notodarmojo, 2005).
Pengolahan limbah grey water dalam skala domestik sendiri tidak begitu
populer dilakukan. Banyak dari masyarakat yang membuang limbah bekas cuciannya
ke tanah atau ke drainase perkotaannya. Bahkan, seringkali limbah greywater dan
blackwater diolah dalam satu unit pengolahan yang sama, yaitu dengan menggunakan
tangki septik. Padahal, kedua jenis limbah ini memiliki karakteristik kandungan yang
berbeda sehingga memerlukan treatment yang berbeda pula agar pengolahan lebih
efektif. Unit pengolah setempat untuk limbah grey water yang dikenal ialah drainfield,
yaitu suatu bidang tanah yang diisi bebatuan tertentu dan limbah dilewatkan di atasnya.
Ada juga metode soil spreading, yaitu menyebarkan limbah ke sebidang tanah
(Porcella et al, 1975). Kedua metode tersebut membutuhkan luas tanah atau pekarangan
yang besar jika diaplikasikan secara setempat (on-site) pada setiap rumah. Hal ini
merupakan kendala pada perumahan yang tidak memiliki lahan pekarangan yang
cukup luas, khususnya di perkotaan.
Oleh karena itu peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian tentang
Penurunan Kadar Fosfat Pada Limbah Greywater Melalui Dua Macam Media
Adsorbsi. Pada percobaan kali ini, diujicobakan dua buah media adsorben yang terbuat
dari tanah lempung dan campuran kapur serta serbuk kayu dan media karbon aktif
I-3

untuk menyisihkan senyawa fosfat yang berada pada limbah grey water di domestik.
Penggunaan tanah lempung sebagai media penyisih fosfat didasarkan pada sifat
lempung yang memiliki sifat fisik dan kimia yang mendukung adanya reaksi
permukaan, dan keberadaannya yang banyak di alam. Media yang dibuat dibentuk
kecil-kecil dan dibakar pada suhu tinggi sehingga strukturnya kuat (mengeras). Tanah
Lempung tanpa modifikasi sendiri sudah cukup popular digunakan sebagai media
pengolahan greywater dan penyerap fosfat, tapi dalam penelitian ini, tanah lempung
diberikan modifikasi khusus, yaitu dengan mencampurkannya dengan kapur dan
serbuk kayu. Sedangkan penggunaan Karbon aktif adalah karena karbon aktif diketahui
menyerap senyawa apapun yang dialirkan melewatinya. Karbon aktif atau kadang
disebut arang aktif adalah arang yang dimurnikan yaitu konfigurasi atom karbonnya
dibebaskan dari ikatan dengan unsur lain serta pori-porinya dibersihkan dari unsur lain,
sehingga permukaan karbon aktif menjadi bersih dan lebih luas, keluasan area pusat
aktif ini yang menentukan efektifitas kegunannya sebagai adsorben (penyerap) cairan
atau gas (R. Sudrajat, Gustan Pari, 2011
B. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.

Berapa besarkah reaksi sorpsi pada media adsorben yang dibuat terhadap
senyawa fosfat,

2. Manakah yang lebih besar tingkat efisiensi penurunan antara media


adsorben tanah lempung modifikasi dengan karbon aktif

I-4

3. Manakah yang lebih besar tingkat efisiensi penurunan kadar fosfat antara
media adsorben dengan tanah lempung tanpa perlakuan.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari Tugas Akhir ini adalah :
1.

Menganalisis adanya reaksi sorpsi pada media adsorben yang dibuat


terhadap senyawa fosfat,

2.

Menganalisis efisiensi penyisihan antara media adsorben tanah lempung


modifikasi dengan karbon aktif

3.

Menganalisis perbandingan efisiensi penyisihan antara media yang dibuat


dengan tanah tanpa adanya modifikasi (normal).

D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Menghasilkan produk media adsorben yang dapat menyisihkan senyawa
fosfat.
2. Bahan masukan berupa informasi baru dan teknologi alternatif dalam
menurunkan kadar fosfat pada limbah grey water.
3. Dapat menjadi bahan informan bagi pelaksana penelitian yang berkaitan
dengan grey water
E. Sistematika penulisan
Laporan penelitian ini disusun berdasarkan sistematika pembahasan sebagai
berikut:
BAB I Pendahuluan
I-5

Menguraikan latar belakang masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup


penelitian, metodologi penelitian dan sistematika pembahasan.
BAB II Tinjauan Pustaka
Menguraikan teori-teori yang mendukung penelitian.
BAB III Metodologi Penelitian
Menerangkan prosedur pelaksanaan penelitian.
BAB IV Hasil dan Pembahasan
Berisi uraian mengenai hasil penelitian yang diperoleh dilengkapi dengan
analisisnya.
BAB V Kesimpulan dan Saran
Berisi kesimpulan dan saran yang mendukung penelitian selanjutnya.

I-6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pencemaran dan Air Limbah
Pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi
dan/ atau komponen lain ke dalam air atau udara. Pencemaran juga bisa berarti
berubahnya tatanan (komposisi) air atau udara oleh kegiatan manusia dan proses
alam, sehingga kualitas air/ udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi
sesuai

dengan

peruntukkannya

(Undang-undang

Pokok

Pengelolaan

Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982).


Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh
berbagai aktivitas industri dan aktivitas manusia, maka diperlukan pengendalian
terhadap pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan.
Pencemaran terhadap lingkungan dapat terjadi dimana saja dengan laju
yang sangat cepat, dan beban pencemaran yang semakin berat akibat limbah
industri dari berbagai bahan kimia termasuk logam berat.
Peristiwa pencemaran lingkungan disebut polusi. Zat atau bahan yang
dapat mengakibatkan pencemaran disebut polutan. Syarat-syarat suatu zat
disebut polutan bila keberadaannya dapat menyebabkan kerugian terhadap
makhluk hidup. Contohnya, karbon dioksida dengan kadar 0,033% di udara
berfaedah bagi tumbuhan, tetapi bila lebih tinggi dari 0,033% dapat rnemberikan
efek merusak.
Karena kegiatan manusia, pencermaran lingkungan pasti terjadi.
Pencemaran lingkungan tersebut tidak dapat dihindari. Yang dapat dilakukan

II - 1

adalah mengurangi pencemaran, mengendalikan pencemaran, dan meningkatkan


kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungannya agar tidak
mencemari lingkungan.
Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang berwujud
cair yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas
lingkungan. Pengertian lain mengenai limbah cair adalah kotoran dari
masyarakat, rumah tangga dan juga bereasal dari industri, air tanah air
permukaan, serta buangan lainnya.
Limbah cair merupakan masalah utama dalam pengendalian dampak
lingkungan industri tekstil karena memberikan dampak paling luas yang
disebabkan oleh karakteristik fisik maupun karakteristik kimianya yang
memberikan dampak negatif pada lingkungan.
B. Limbah Grey Water
Secara terminologi air buangan atau air limbah ialah semua cairan yang
dibuang

baik

yang

mengandung

kotoran

manusia,

hewan,

bekas

tumbuhtumbuhan, maupun sisa proses industri (Sitompul, 1994). Jenis air


buangan dapat dibagi menjadi 4 bagian umum:

Black water : air buangan dari kloset, peturasan, bidet, dan air buangan yang
mengandung kotoran manusia;

Grey water : air buangan dari alat plambing seperti bak mandi, bak cuci tangan,
bak dapur, dan sebagainya;

Air hujan : air buangan yang bersumber dari atap, halaman dan lainlain;

II - 2

Air khusus : air ini mengandung gas, racun, atau B3 (bahan berbahaya dan
beracun), pabrik, laboratorium, pengobatan, rumah sakit, pemotongan hewan,
radioaktif, buangan lemak (mengandung hexane) yang banyak ditemukan di
restoranrestoran.
Pada skala rumah tangga jenis air buangan yang banyak dihasilkan dan
harus ditangani limbahnya ialah grey water dan black water saja. Perbedaan
kandungan kedua jenis limbah ini digambarkan pada Gambar 2.1. Limbah grey
water memiliki kandungan nitrogen yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan
black water. Kandungan nitrogen dari limbah domestik 9/10 diantaranya dari
buangan toilet. Selain itu, kecepatan dekomposisi limbah grey water lebih cepat
daripada black water.

Gambar 2.1 Komposisi limbah black water dan grey water

Pada rumah tangga, unit pengolahan yang sering digunakan ialah tangki
septik. Pada unit ini, kedua limbah, baik black water maupun grey water,
seringkali diolah secara bersamaan. Seharusnya hanya limbah black water saja
yang diolah pada tangki septik. Hal ini dikarenakan kandungan yang berada pada
limbah grey water, seperti shampoo anti ketombe, mengandung racun yang pada

II - 3

akhirnya akan mengganggu proses dekomposisi di dalam tangki septik. Lagi


pula, kandungan limbah grey water yang banyak mengandung nutrisi seperti
fosfor, nitrogen, dan karbon dapat digunakan sebagai pupuk bagi tanaman.
Limbah grey water bisa berbahaya jika dibuang langsung ke badan
air,seperti sungai atau danau. Limbah organik yang dibuang baik dari industri,
drainase kota, pertanian, dan rumah tangga akan terdekomposisi di dalam badan
air dengan mengkonsumsi oksigen yang berada di dalamnya. Sehingga
kandungan oksigen terlarut (dissolved oxygen) dalam badan air tersebut menjadi
berkurang. Pencemaran selanjutnya ialah petumbuhan tanaman air seperti algae.
Pertumbuhan algae ini terjadi karena banyaknya nutrisi yang masuk ke badan
air tersebut. Sesuai dengan kandungan limbah grey water pada Gambar 2.1 di
atas, unsur P (fosfor), N (nitrogen), dan C (karbon) merupakan unsur yang cukup
banyak ditemukan pada limbah grey water. Pertumbuhan algae yang terjadi
karena nutrisi dari limbah ini disebut eutrofikasi.
C. Eutrofikasi
Eutrofikasi terjadi ketika sejumlah besar nutrisi, seperti nitrat dan fosfat,
masuk ke dalam perairan. Sumber dari nutrisi tersebut ialah buangan dari hewan,
limpasan limbah pertanian, drainase, atau limbah rumah tangga. Ekosistem di
perairan akan menunjukkan pertumbuhan yang cepat pada tanaman air dan algae
karena kehadiran nutrisi tersebut. Pertumbuhan algae yang pesat ini menjadikan
permukaan perairan akan tertutupi oleh algae sehingga menghalangi sinar
matahari yang seharusnya masuk ke dalam perairan. Padahal, ikan atau hewan
air lainnya tidak dapat bertahan hidup tanpa sinar matahari. Akan tetapi,

II - 4

permasalahan eutrofikasi ini terletak ketika algae yang berada di permukaan


mulai mati. Hal ini menjadikan oksigen yang dibutuhkan bakteri untuk
mendekomposisi biomass tersebut semakin banyak. Semakin banyak biomassa
yang harus didekomposisi, menyebabkan jumlah bakteri di dalam perairan juga
akan semakin banyak sehingga nilai biological oxygen demand (BOD) pada
perairan akan meningkat. BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk
mendekomposisi senyawa organik oleh mikroorganisme. Semakin banyak
jumlah BOD di perairan menjadikan kandungan oksigen terlarutnya akan
semakin sedikit. Jumlah oksigen terlarut yang sedikit akan menyebabkan ikan
dan hewan air lainnya akan mati, yang pada akhirnya akan membutuhkan
oksigen lagi untuk mendekomposisinya.
D. Senyawa Fosfor Dalam Air Buangan
Dalam air buangan senyawa fosfor berada dalam 3 bentuk, yaitu sebagai
ortofosfat, polifosfat, dan organofosfat. Kandungan senyawa organofosfat atau
fosfat organik di dalam air pada umumnya rendah, sehingga yang perlu
mendapat perhatian hanyalah ortofosfat dan polifosfat saja (Sawyer & Mc.
Carty, 1978). Senyawa ortofosfat berasal dari mineral-mineral seperti PO43-,
HPO43-,

H2PO4-,CaH2PO4+,

dan

Ca10(OH)2(PO4)6.

Beberapa

polifosfat

anorganik yang ditemukan dalam air buangan misalnya P2O74-, dan CaP2O72(Sitompul, 1994). Polifosfat secara berangsur-angsur akan mengalami hidrolisis
dalam air ke dalam bentuk orto yang larut. Disamping itu, dekomposisi bakteri
terhadap senyawa-senyawa organik juga akan melepaskan ortofosfat (Hammer,

II - 5

1986) Jenis-jenis senyawa ortofosfat dan polifosfat dalam air dapat dilihat pada
Tabel 2.1
Tabel 2.1 Senyawa-senyawa ortofosfat dan polyphosphate dalam air
Senyawa
Orthophosphate
Trisodium phosphate
Disodium phosphate
Monosodium phosphate
Diamonium phosphate

Na3PO4
Na2HPO4
NaH2PO4
(NH4)2HPO4

Polyphosphate
Sodium hexametaphosphate
Sodium trypolyphosphate
Tetrasodium pyrophosphate

Na3(PO3)6
Na5P3O10
Na4P2O7

Formula

Sumber : Sawyer & Mc Carty (1978)

E. Tanah Lempung
Tanah memiliki keberagaman menurut jenis dan komposisinya. Sebagai
suatu sistem, tanah terbagi menjadi tiga komponen, yaitu komponen padat,
komponen cair, dan komponen gas. Tanah secara wujud fisik sendiri merupakan
komponen padatan (solid matrix), seperti tanah liat, pasir, dan debu. Komponen
padatan ini terbentuk dari dua komponen besar, yaitu komponen organik dan
komponen anorganik. Tanah liat termasuk ke dalam komponen anorganik.
Komponen anorganik tanah terdiri atas fragmen batuan dan mineral menurut
ukuran dan komposisinya. Menurut ukuran, komponen anorganik terbagi
menjadi (Tan, 1992):
1. Fraksi kasar (ukuran 2 0.05mm), disebut pasir;
2. Fraksi halus (ukuran 0.05 - 0.002 mm), disebut lanau atau debu;
3. Fraksi sangat halus (ukuran kurang dari 0.002 mm), disebut liat atau

II - 6

lempung (clay).
Selain itu, tanah liat juga sangat penting dalam menunjang terjadinya
proses antara komponen tanah dengan zat pencemar. Tanah liat memiliki luas
permukaan yang berbeda dengan mineral atau komposisi tanah yang lain. Luas
permukaan spesifik tanah liat, yaitu luas permukaan butir per satuan berat,
memiliki nilai luas yang tinggi. Selain itu, permukaan tanah liat juga mempunyai
karakteristik yang berbeda. Tanah liat yang terbentuk dari lembaran-lembaran
(sheet) akan membentuk suatu struktur yang disebut ped. Kumpulan ped inilah
yang akan membentuk agregat atau butiran tanah. Hal tersebut akan menunjang
terjadinya reaksi permukaan tanah liat dengan zat pencemar yang ada (adsorpsi).
Selain membentuk butiran tanah, struktur tersebut juga akan membentuk pori
makro, yaitu pori besar antar-ped (unit tanah); dan pori mikro, yaitu pori kecil
antarpartikel liat. Dengan struktur fisik tersebut, adanya reaksi permukaan akan
semakin sering terjadi karena luas permukaan menjadi sangat besar.
1. Sifat Fisik
Tekstur tanah merupakan karakter fisik tanah yang secara langsung dapat
dilihat, walaupun pengukurannya tidak semudah itu. Informasi tekstur ini
menjadi penting karena akan diketahui selanjutnya sifat fisik dan kimia tanah
tersebut. International society of soil science dalam Notodarmojo (2005)
mengusulkan bahwa klasifikasi tanah dapat ditentukan berdasarkan kandungan
atau fraksi dari komponen pasir (sand), lanau (silt), dan liat (clay).

II - 7

Tabel 2.2 Luas permukaan spesifik beberapa mineral tanah


Nama Mineral

Luas Permukaan Spesifik (m2/g)

Montmorilonit
Mika-smektit
Kaolinit
Illite

300 - 800
57
17
80

Vermikulit
Klorit
Alofan

100-700
80
484

Sumber : Tan (1992) dan Notodarmojo (2005)

Ukuran butir dari agregat atau partikel tanah akan menentukan luas
permukaan per satuan berat dari tanah (luas permukaan spesifik). Tabel 2.2
menyajikan nilai luas permukaan spesifik yang mewakili kelompok atau jenis
tanah.
Luas permukaan spesifik ini penting karena reaksi permukaan seperti
adsorpsi bergantung antara lain dari luas permukaan spesifik. Selain itu, semakin
tinggi nilai luas permukaan spesifik, konduktivitas hidrolis dari tanah tersebut
umumnya akan semakin kecil. Hal ini disebabkan banyaknya bidang geser antara
air dengan permukaan padatan atau partikel.
Selain luas permukaan spesifik, porositas tanah juga berpengaruh
terhadap reaksi yang terjadi di permukaan tanah. Partikel tanah cenderung saling
bergabung membentuk agregat karena adanya proses penyusutan dan
pengembangan tanah karena berubahnya kadar air atau adanya pengaruh
biologis. Kondisi ini akan mempengaruhi porositas tanah yang kemudian akan
mempengaruhi mobilitas atau transportasi zat pencemar.

II - 8

Sifat fisik tanah yang lain ialah konduktivitas hidrolis atau bisa juga
disebut sebagai kecepatan spesifik aliran yang melalui media berbutir.
Konduktivitas Hidrolis (K) suatu jenis tanah bergantung oleh ukuran diameter
butir dan pori. Jika diameter butirnya sangat halus, walalupun porositasnya
tinggi, maka harga K akan rendah. Semakin kecil ukuran diameter dan porinya,
luas permukaan per satuan berat partikel (luas permukan spesifik) akan semakin
tinggi nilainya. Ini berarti hambatan akibat gesekan antara air dengan permukan
padatan akan semakin besar, yang berarti nilai K akan semakin rendah. Di bawah
ini adalah kisaran harga K untuk beberapa jenis tanah (Tabel 2.3).
Tabel 2.3 Kisaran harga K untuk beberapa jenis tanah
Jenis Tanah

Harga K (m/hari)

Liat (permukaan)

0,01 0,2

Liat bagian dalam (deep clay


beds)
Lempung permukaan
(surface)
Pasir halus
Pasir sedang
Pasir kasar
Kerikil (gravel)
Pasir berkerikil

10-8 10-2
0,1 1,0
1,0 5,0
5,0 20
20 100
100 1000
5,0 100

Campuran liat, pasir, dan


kerikil

0,001 0,1

Sumber : Bouwer dalam Notodarmojo (2005)

2. Pertukaran Ion
Reaksi permukaan atau adsorpsi pada tanah tidak hanya dipengaruhi
oleh luas permukaan spesifik, tapi juga oleh pertukaran ion. Reaksi pertukaran
ion merupakan reaksi yang cukup dominan antara zat pencemar dengan butir

II - 9

tanah, terutama antara kation yang teradsorpsi pada permukaan partikel tanah.
Dalam kondisi tertentu ion akan tertarik dan menempel pada permukaan butir
atau partikel tanah dan mengganti ion lain yang telah menempel atau berada pada
permukaan partikel tanah. Karena muatan tanah bisa negatif ataupun positif,
maka reaksi pertukaran ion yang mungkin terjadi pada suatu padatan tanah ialah
pertukaran kation dan pertukaran anion.
1. Pertukaran kation
Pertukaran kation umumnya terjadi pada tanah liat. Tanah liat dalam
keadaan normal umumnya bermuatan negatif. Sehingga kation-kation
tertarik pada permukaan tanah liat secara elektrostatik. Sebagian besar dari
kationkation tersebut bebas menyebar dalam fasa larutan dengan difusi.
Diantara kation-kation tersebut dikenal adanya deret untuk mengetahui
afinitas suatu ion, yang dikenal sebagai deret liotrop (Gast dalam
Notodarmojo, 2005):
Cs+ > Rb+ > K+ > Na+ > Li+
Ba2+ > Sr2+ > Ca2+ > Mg2+
Dalam pertukaran ion ini, untuk partikel liat pada umumnya, ion dengan
jari-jari hidrasi yang lebih besar cenderung digantikan oleh ion dengan jarijari hidrasi yang lebih kecil. Kation Na+ yang mempunyai jari-jari terhidrasi
lebih besar daripada K+, akan lebih kecil afinitasnya dibandingkan K+,
sehingga Na+ lebih mudah dipertukarkan atau dengan kata lain, Na+ lebih
mobile dibandingkan K+. Untuk unsur atau ion dalam golongan yang

II - 10

berbeda, umumnya ion dengan valensi lebih tinggi akan menggantikan ion
dengan valensi yang lebih rendah.
Kapasitas tanah untuk menyerap dan mempertukarkan kation pada
suatu pH tertentu disebut dengan Kapasitas Tukar Kation (KTK). Nilai KTK
ini bergantung pada jenis tanah. Sedangkan jumlah kationnya sendiri tidak
hanya bergantung pada jenis tanah, tapi juga pada konsentrasi. Bila tanah
liat yang mengandung Na+ dicampur dengan larutan yang mengandung
Ca2+, maka akan terjadi reaksi pertukaran kation hingga kondisi
kesetimbangan terjadi. Umumnya tanah dengan kandungan organik dan liat
yang tinggi akan memiliki nilai KTK yang tinggi (Notodarmojo, 2005).
2. Pertukaran anion
Pertukaran anion umumnya terjadi pada partikel tanah dengan muatan
positif. Hal ini khususnya terjadi untuk mineral-mineral oksida Fe dan Al
dan koloid tanah amorf (tidak beraturan). Muatan positif juga bisa terjadi
pada tepi-tepi mineral lempung. Pertukaran terjadi akibat kation tertarik
pada tanah yang bermuatan negatif sehingga anion ditolak dari lapisan
rangkap yang dibentuk pada permukaan tersebut. Selain itu, pertukaran
anion juga bisa terjadi ketika sejumlah anion yang terserap pada tepi-tepi
koloid tanah.
Seperti halnya kation, anion juga memiliki seri liotrop. Hal ini
ditunjukkan oleh Bolt dalam Tan (1992) sebagai berikut:
SiO4 4- > PO4 3- >> SO4 2- > NO3- = Cl-

II - 11

Seri liotrop tersebut menunjukkan bahwa ion-ion SiO44- dan PO43diserap lebih kuat. Sedangkan ion-ion SO42- dan NO3- diadsorp dalam
konsentrasi yang lebih rendah atau sering tidak diadsorp sama sekali. Ion
fosfat lebih terikat pada permukaan positif atau tepi-tepi mineral lempung:
Al-OH (lempung) + H2PO4 - Al-H2PO4 + OHReaksi tersebut banyak terjadi pada tanah-tanah masam. Hasilnya
adalah ikatan yang sangat kuat antara ion fosfat dan Al oktahedral.
Seringkali hanya sebagian dari fosfat tersebut dapat terlepaskan kembali
dengan analisis desorpsi.
3. Penyematan dan Retensi Fosfat.
Penyematan ataupun retensi merupakan bagian dari jenis pertukaran
anion. Akan tetapi, pada bahasannya, kedua istilah ini digunakan untuk anion
fosfat. Anion fosfat dapat tertarik pada bidang permukaan tanah dengan suatu
ikatan yang mengakibatkannya menjadi tidak larut (Tan, 1992). Kedua istilah ini
pada akhirnya memiliki dua pengertian yang berbeda. Istilah penyematan lebih
dikhususkan untuk bagian fosfor tanah yang tidak dapat diekstrak dengan asam
encer setelah adanya ikatan. Sedangkan retensi didefinisikan sebagai fosfor yang
masih bisa diekstrak kembali dengan asam encer.

Retensi fosfat
Tanah-tanah masam biasanya mengandung ion-ion Al3+, Fe3+, dan

Mn3+ terlarut dan tertukarkan dalam jumlah yang sukup signifikan.


Fosfat dapat terikat pada tanah diantaranya dengan bantuan ion-ion
tersebut sebagai penghubung (jembatan). Gejala ini biasa disebut dengan

II - 12

koadsorpsi. Reaksi semacam ini juga dapat terjadi dengan lempung


jenuh-Ca. Tan (1992) menyebutkan bahwa lempung-Ca dapat menyerap
(adsorp) fosfat dalam jumlah yang lebih besar. Ion Ca2+ ini membentuk
sambungan antara lempung dengan ion fosfat:
Lempung Ca H2PO4

Penyematan fosfat
Berbeda dengan retensi, selain menyebabkan fosfat tidak larut

dalam air, penyematan mengakibatkan fosfat relatif tidak tersedia lagi.


Reaksi penyematan dapat terjadi antara fosfat dan oksida hidrus Al atau
Fe atau antara fosfat dengan mineral silikat.
Banyak tanah mengandung lempung oksida hidrus Fe dan Al dalam
jumlah yang tinggi, khususnya tanah-tanah berpelapukan lanjut.
Lempung tersebut bereaksi cepat dengan fosfat membentuk sederet fosfat
hidroksi yang sukar larut.
Al(OH)3 +H2PO4 Al(OH)2H2PO4- (tidak larut)
Salah satu tipe penyematan fosfat lainnya aalah reaksi antara fosfat
dan lempung silikat. Secara khusus, lempung tanah yang mengandung
gugus OH terbuka seperti gugus kaolinitik, mempunyai afinitas yang
kuat terhadap ionfosfat. Ion fosfat bereaksi dengan cepat dengan Al
oktahedral denganmenggantikan gugus OH yang terletak pada bidang
permukaan mineral. Reaksi tipe ini banyak terjadi pada tanah kondisi
masam.

II - 13

Penyematan fosfat sebenarnya tidak hanya terjadi pada kondisi


masam, tetapi juga pada tanah alkalin. Banyak tanah alkalin yang
mengandung Ca2+ terlarut dan tertukarkan dalam jumlah tinggi, dan
kadang-kadang CaCO3. Menurut Tan (1992), fosfat bereaksi dengan
kedua bentuk Ca, yaitu dalam bentuk ion dan karbonat. Contoh reaksi
fosfat dengan karbonat adalah sebagai berikut:
3 Ca2+ + 2 PO43-

Ca3(PO4)2 (tidak larut)

4. Kelompok Mineral Tanah


Terdapat dua macam struktur yang membentuk fraksi liat, yaitu
tetrahedral dan oktahedral. Lapisan tetrahedral (T) merupakan susunan di mana
atom silicon dikelilingi oleh empat atom oksigen. Sedangkan lapisan oktahedral
(O) terdiri dari dua lembar yang terbentuk dari atom oksigen atau hidroksil
dalam susunan heksagonal dengan atom alumnium atau magnesium pada lokasi
oktahedral atau bidang diagonalnya.
Lapisan liat tersusun dari lembaran-lembaran struktur (lapisan) tadi yang
saling melekat membentuk dua atau tiga lembar (T-O atau T-O-T). Pada susunan
tersebut atom oksigen menjadi pengikat antara masing-masing struktur Kristal
yang digunakan bersama antara dua lembar. Atom oksigen dalam lembar O yang
bebas, artinya tidak digunakan oleh dua atau kebih sisi kristal akan menjadi grup
hidroksil, yang nantinya akan berperan penting dalam penentuan sifat-sifat
elektrokimia liat. Berikut adalah beberapa jenis liat yang penting dan sifat-sifat
pentingnya:

Kelompok kaolinite

II - 14

Kelompok ini mempunyai lembar dua lapis, masing-masing


lapisnya ialah lembar T dan O. Liat dari kelompok ini mempuyai sifat
mengembang atau mengerut (plastisitas) yang kecil dan sulit dihancurkan
(stabil). Luas permukaan spesifik tanah ini rendah, sekitar 7-30 m2/g,
dengan nilai KTK
(Kapasitas

Tukar

Kation)

yang

juga

rendah,

1-10

miliekivalen/100 g liat. Kelompok kaolinite juga mempunyai sifat


substitusi isomorfik yang rendah. Substitusi isomorfik artinya substitusi
atom dalam struktur kristal oleh atom lain tanpa mengubah struktur
kristal tersebut. Kondisi ini mendukung sifat kestabilan dari struktur
mineral.

Kelompok montmorilonite (smektit)


Kelompok ini mempunyai strukutr 3 lembar, T-O-T. Ukuran
butiran tanah ini sangat halus dengan luas permukaan spesifik 400-800
m2/g. Tingginya luas permukaan dan lemahnya ikatan antara lembar
penyusunnya menyebabkan smektit mudah mengembang bila kontak
dengan air. Nilai KTK tanah ini cukup besar, yaitu sekitar 70-100
mek/100 g liat. Tanah ini juga tergolong jenis yang mempunyai kapasitas
substitusi isomorfik yang cukup baik.

Kelompok illite
Kelompok illite mempunyai struktur mineral lapis yang terdiri dari
3 lembar untuk setiap lapisnya, sama seperti kelompok montmorilonite,
tetapi jenis tanah ini tidak mengembang. Hal ini dikarenakan pada tanah

II - 15

ini terkadung unsur Kalium (K) yang menyebabkan ikatan antar


lembarnya menjadi kuat. Kapasitas tukar ion kelompok tanah ini berkisar
antara 30 mek/100 g liat. Walaupun strukturnya lebih dekat ke dalam
kelompok montrimorilonite, tetapi sifat-sifat fisiknya lebih condong ke
kaolinite.

Kelompok chlorite
Kelompok ini mempunyai struktur lapisan yang terbentuk dari
tiga lembar (T-O-T), tetapi lapisan tengahnya terdiri dari lembar O
(brucit, Mg(OH)2). Pada umumnya liat dari kelompok ini mempunyai
sifat mengembang yang kecil. Liat kelompok ini juga mempunyai nilai
KTK yang rendah. Kelompok kelompok liat ini juga sangat jarang
ditemukan di alam (Notodarmojo, 2005).
Pemeriksaan mineral lempung dalam suatu tanah dapat diuji
dengan menggunakan tes difraksi sinar-x, differential thermal analysis
(DTA), atau electron microscopy. Akan tetapi, ada pendekatan yang
disarankan oleh Prof. Casagrande (Holtz et al, 1981). Pendekatan ini
menggunakan data Limit Liquid (LL) dan Plastic Index (PI) suatu tanah.
Nilai LL berada pada sumbu-x sedangkan PI di sumbu-y. Nilai-nilai
tersebut ditarik pada setiap sumbunya dan titik potong garis keduanya
merupakan daerah mineral lempung yang berada pada tanah tersebut.
Dari mineral lempung yang telah didapat, juga dapat ditentukan tipikal
diameter dan luas permukaan spesifik tanah tersebut (Tabel 2.4)

II - 16

Tabel 2.4 Nilai ukuran, ketebalan, dan luas permukaan spesifik mineral tanah

Mineral Tanah

Ketebalan Diameter
(nm)
(nm)

Luas Permukaan Spesifik


(km2/kg)

Montmorillonite

100-1000

0,8

Illite

30

10000

0,08

Chlorite

30

10000

0,08

Kaolinite

50-2000

300-4000

0,015

Sumber : adaptasi dari Holtz et al (1981


5. Pengaruh Pemanasan Pada Tanah Liat
Pemanasan berpengaruh terhadap struktur tanah lempung (Masduqi,
2000). Pemanasan kaolin murni pada temperatur di atas 150 C menyebabkan
dehidrasi dengan hilangnya gugus OH sebagai air dan menghasilkan produk
metakaolin:
Al2Si2O5(OH)4 (450C)

Al2Si2O7 +2H2O

Pada pemanasan dengan temperatur yang lebih tinggi, metakaolin akan


berubah menjadi senyawa kristal dan akhirnya menghasilkan produk akhir silica
bebas (kristobalit) dan mullit. Persamaan reaksi kimianya sebagai berikut:
2[Al2O3.2SiO2] 925C
Metakaolin

2Al2O3.3SiO2 + SiO2
Silikon spinel

2Al2O3.3SiO2 1100C

2[Al2O3.3SiO2] + SiO2

II - 17

Silikon spinel

Pseudo mullit

3[Al2O3.2SiO2] 1400C

3Al2O3.2SiO2 + SiO2

Silikon spinel

Pseudo mullit

Kristobalit

Pada mineral montmorillonit, pemanasan 1050C akan menghilangkan air


pada permukaan luar, sedangkan untuk menghilangkan air pada di antar lapisan
diperlukan temperatur yang sama pula. Produk awal dehidrasi ini adalah alumnia
dan silika amorf. Produk aktif akan terbentuk berupa mullit dan kristobalit.
3[Al2Si4O10(OH)2]

3Al2O3.2SiO2 + 10SiO2 + 3H2O

Montmorillonit

mullit

kristobalit

F. Karbon Aktif
Karbon Aktif atau kadang disebut arang aktif adalah arang yang
dimurnikan, yaitu konfigurasi atom karbonnya dibebaskan dari ikatan dengan
unsur lain serta pori-porinya dibersihkan dari unsur lain atau kotoran, sehingga
permukaan karbon atau pusat aktif menjadi bersih dan lebih luas (R. Sudrajat,
Gustan Pari, 2011). Keluasan area aktif ini yang menentukan efektifitas
kegunaanya sebagai penyerap cairan atau gas. Sesuai dengan kegunaanya
sebagai adsorben, maka arang aktif didalam perdaganga diklasifikasikan sebagai
bahan kimia, bukan sebagai bahan energy seperti halnya arang atau arang briket
sebagai bahan bakar. Dampak dari olah lanjut arang menjadi arang aktif
memberi nilai tambah yang cukup besar terhadap produk yang dihasilkan.
Apabila harga arang dipasar lokal sekitar Rp.1.000 Rp.1500/kg, maka arang
aktif berkisar sekitar Rp. 8000 Rp. 15.000/kg tergantung kualitasnya.

II - 18

Sedikit mengenal karakteristik arang aktif dapat digambarkan konfigurasi


elektronnya berbentuk amorf yang didominasi atom karbon. Konfigurasi
berbentuk pelat pelat yang atom C nya terikat dengan ikatan kovalen pada sisi
sisi heksagonal. Pelat pelat ini bergabung satu sama lain tersusun mebentuk
konfigurasi kristalit. Namun demikian susunan pelat ini acak dan jaraknya tidak
beraturan. Berat jenis arang aktif berkisar antara 0,20 0,55 g/cm3. Ukuran
partikel arang aktif yang diperdagangkan adalah 230 mesh untuk arang aktif
serbuk dan 30 mesh untuk arang aktif granular, luas permukaan antara antara
1.000-2.000 m2/g. Arang aktif memiliki poro-pori mikro dan makro yang
jumlah, bentuk, dan ukurannya bervariasi. Bentuk pori bias berupa silinder,
persegi panjang atau tidak beraturan dengan ukuran diameter antara 10-100.000
Angstrom.
G. Analisis Fosfat
Pengukuran Ortofosfat

Metode: Stannous Chlorida Spectrofotometri

Prinsip: Ortofosfat dengan Ammonium Molibdat membentuk senyawa


kompleks berwarna kuning. Dengan penambahan reduktor SnCl2 akan
tereduksi membentuk senyawa kompleks berwarna biru. Intensitas warna
biru yang terjadi diukur dengan alat spektrofotometer pada panjang
gelombang 660 nm.

II - 19

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen yang
dilanjutkan dengan analisis sampel di Laboratorium untuk mengetahui
penurunan kadar fosfat oleh dua macam media adsorben pada limbah grey
water.
B. Waktu dan Lokasi Penilitian
Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan mulai bulan Desember 2014
sampai bulan Maret tahun 2015, yang meliputi pengambilan tanah lempung
pada lapangan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin yang akan
digunakan sebagai media adsorben analisis sifat fisik tanah lempung yang
digunakan dalam percobaan, pembuatan media adsorben di Laboratorium
Mekanika Tanah Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin,
persiapan pembuatan alat pengolahan yang dilakukan di Laboratorium
Penyehatan Lingkungan Jurusan Sipil FT-UH. Penelitian akan dilakukan di
Laboratorium Penyehatan Lingkungan Jurusan Sipil Fakultas Teknik Unhas
sedangkan analisis sampel akan dilakukan di Laboratorium Kualitas Air
Jurusan Perikanan Universitas Hasanuddin. Sedangkan sampel limbah grey
water akan diambil di hotel Quality Plaza, dengan pertimbangan bahwa
hotel ini salah satu hotel ternama dikota Makassar dengan jumlah

III - 1

pengunjung yang dapat dikategorikan banyak, dan belum mempunyai suatu


metode pengolahan grey water yang spesifik.
Selain itu, pada hotel ini juga aktivitas yang menghasilkan limbah
grey water juga lebih sering sehingga diharapkan kuantitas limbah grey
water yang dihasilkan juga lebih banyak perharinya.

Sumber : Citra Satelit (Google Earth)

Gambar 3.1. Peta Lokasi Pengambilan Sampel


Tanah Lempung

Sumber : Citra Satelit (Google Earth)

Gambar 3.2. Peta Lokasi Penelitian

III - 2

C. Gambaran Umum Industri Perhotelan Yang Dijadikan Objek Penelitian


Hotel Quality Plaza adalah salah satu hotel bintang 3 yang cukup
terkenal dimakassar, berdiri sejak tahun 2001, hotel ini terletak diJalan
Somba Opu no.235 dan berada pada kawasan padat penduduk . Hotel inilah
yang dijadikan oleh penulis untuk mengambil sampel air limbah yang akan
diolah. Sektor yang menghasilkan limbah greywater yang paling banyak
adalah dari bagian pencucian binatu / laundry, seperti yang diketahui bagian
laundry memakai deterjen dengan kuantitas yang banyak oleh karena itu
kemungkinan fosfat yang terkandung didalam limbahnya sangat tinggi.
Hotel ini mempunyai 155 kamar tidur, dengan berbagai macam
fasilitas seperti fitness centre, Jacuzzi, club dll. Setiap harinya hotel ini juga
menerima jasa laundry, tapi hal ini bergantung pada jumlah pengunjung
yang mereservasi kamar. Hotel ini menghasilkan limbah greywater sekitar
50-200 liter perharinya, dan pencucian binatu dan pembuangan limbahnya
pun dilaksanakan setiap jam 8 pagi dan jam 2 siang setiap harinya.

Sumber : Citra Satelit (Google Earth)

Gambar 3.3. Peta Lokasi Hotel Quality Plaza Makassar


III - 3

D. Kerangka Pikir

Air Limbah Grey Water

Uji Kadar Fosfat.

Penyaringan dengan
Media Adsorben

Uji Kadar Fosfat

Kualitas Air Limbah

Gambar 3.4. Skema Kerangka Pikir Penelitian


E. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah air limbah yang
dihasilkan oleh hotel Quality Plaza Makassar.
b. Sampel
Sampel dari penelitian ini adalah sebagian dari populasi. Sedangkan metode
pengmbilan sampel adalah secara grab sample yang diambil pada outlet
Hotel Quality Plaza Makassar.

III - 4

F. Definisi Operasional
1. Senyawa ortofosfat berasal dari mineral-mineral seperti PO43-, HPO43-,
H2PO4-,CaH2PO4+, dan Ca10(OH)2(PO4)6. Beberapa polifosfat anorganik
yang ditemukan dalam air buangan misalnya P2O74-, CaP2O72-, P3O105CaP3O103-, P3O93-, dan CaP3O9 -.
2. Media adsorben dalam penelitian ini adalah campuran tanah lempung,
serbuk kayu dan kapur, yang dipanaskan pada suhu 105o selama 24 jam.
3. Tanah lempung termasuk ke dalam komponen anorganik. Komponen
anorganik tanah terdiri atas fragmen batuan dan mineral menurut ukuran
dan komposisinya
4. Karbon Aktif atau kadang disebut arang aktif adalah arang yang
dimurnikan, yaitu konfigurasi atom karbonnya dibebaskan dari ikatan
dengan unsur lain serta pori-porinya dibersihkan dari unsur lain atau
kotoran, sehingga permukaan karbon atau pusat aktif menjadi bersih dan
lebih luas.
5. pH adalah derajat keasaman dari air limbah tekstil yang di ukur dengan
menggunakan komparator pH.
6. Suhu adalah derajat panas air limbah tekstil, yang di ukur dengan
thermometer dalam derajat celsius.
7. Media ini dikatakan efektif dalam menurunkan kadar fosfat bila efesiensi
penurunannya mencapai 50%.

III - 5

G. Metode Pemeriksaan
1. Alat dan Bahan
Bahan dan alat dalam penelitian ini ada dua yaitu yang digunakan di
lapangan sebagai alat eksperimen yaitu alat untuk filtrasi dan yang
digunakan di Laboratorium untuk analisa kualitas air limbah yaitu
pemeriksaan Kadar fosfat.
a. Peralatan dan bahan untuk filtrasi
1) Alat :
a) Pipa PVC diameter 4 inci
b) Kran Air 0,5 inci
c) Ember Plastik
d) Meteran
e) Balok Kayu
2) Bahan :
a) Media Adsorben
b) Tanah Lempung Tanpa Modifikasi
c) Karbon Aktif/Arang Aktif
d) Air Limbah Grey Water
b. Peralatan dan bahan di Laboratorium
1) Pemeriksaan fosfat
Alat :
-

Spektrofotometer

Pipet Ukur 100 ml

III - 6

Labu ukur 100 dan 1000 ml

Labu mikro kjeldahl 250 ml

Gelas Ukur 100 ml

Bahan:
-

Fenolftalin

H2SO4 5N

Larutan Uji Fosfat

2. Cara Pelaksanaan Eksperimen


a. Tahap Persiapan Perencanaan Bak Pengolahan
Bak Pengolahan terbuat dari pipa PVC dengan diameter 4 inci.
Bak Pengolahan terdiri dari 5 bak, yang terdiri atas:
-

Bak penampungan air limbah sebelum proses pengolahan dengan


kapasitas 60 liter.

Bak kontrol dengan volume efektif 8,1 liter

Bak berisi media adsorben (campuran tanah lempung, kapur, dan


serbuk kayu. )

Bak berisi tanah lempung tanpa modifikasi.

Bak berisi media adsorben karbon aktif


Untuk desain media filtrasi berikut dengan dimensi masing-masing

bak media adsorben, bak control dan bak penampungan dapat dilihat
pada gambar dibawah :

III - 7

I
III

IV

II

Keterangan :

= Media karbon aktif

= Media Tanah Lempung


= Media Tanah Lempung modifikasi

I = Bak Penampungan

III = Bak Tanah

II = Bak Kontrol

IV = Bak Media Adsorben

V = Media Karbon Aktif

Gambar 3.5 Alat filtrasi media pengolah grey water

III - 8

Dimensi bak media adsorben dan kontrol :

Diameter = 4 inci (11 cm)

Tinggi

Volume = 14 liter

V=14 L

= 110 cm

T = 110 cm

D = 11 cm
inci

Dimensi bak penampungan :

Diameter = 76,2 cm

Tinggi

Volume = 60 liter

V = 60 liter

= 80 cm

T = 80 cm

D = 76,2 cm
Gambar 3.6 Dimensi Bak Penampung, Bak Media Adsorben dan Bak Kontrol
b. Tahap Pelaksanaan Penelitian
-

Sampel yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah limbah greywater
yang diambil dari outlet Hotel Quality Plaza Makassar

III - 9

Sebelum sampel difiltrasi, terlebih terlebih dahulu diperiksa kadar fosfat di


Laboratorium.

Untuk tanah lempung campuran media adsorben, terlebih dahulu dianalisis


fisik, yaitu analisi ukuran partikel dan jenis plastisitas tanah

Media adsorben dibuat dengan mencampur ketiga komponen secara merata,


dengan komposisi 80% tanah lempung, 10% Kapur dan 10% serbuk kayu
dalam setiap 1 kg berat media lalu dipanaskan/dibakar pada oven dengan
suhu 105o C selama 24 jam sehingga serbuk kayu yang terbakar didalamnya
memperluas permukaan tanah dan membentuk pori, dan memperkeras
struktur tanah sehingga lebih mudah diaplikasikan

Masukkan sampel air ke dalam bak penampungan dengan ukuran 60 liter,


kemudian krannya dibuka sesuai dengan kecepatan aliran yang diinginkan
(terlampir) dan dilewatkan melalui media adsorben, media karbon aktif, dan
media tanah lempung (tanpa modifikasi). Berdasarkan hasil dalam
percobaan alat, diketahui bahwa media adsorben tanah lempung modifikasi
dan tenah lempung cenderung jenuh pada jam ke-30, sedangkan karbon
aktif cenderung jenuh pada jam ke-46. Sehingga untuk kedua media
adsorben digunakan waktu operasi selama 48 jam untuk mendapatkan hasil
yang maksimal sehingga penurunan fosfat dapat efektif.

Penelitian ini diulang sebanyak 4 kali. Setiap pengulangan, air limbah dan
media adsorben yang berada dalam pipa diganti dengan media adsorben
baru yang telah diaktivasi sebelumnya.

III - 10

3. Analisis Laboratorium
Pengukuran Ortofosfat

Metode: Stannous Chlorida Spectrofotometri

Prinsip: Ortofosfat dengan Ammonium Molibdat membentuk senyawa


kompleks berwarna kuning. Dengan penambahan reduktor SnCl2 akan
tereduksi membentuk senyawa kompleks berwarna biru. Intensitas warna
biru yang terjadi diukur dengan alat spektrofotometer pada panjang
gelombang 660 nm.

H. Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium diolah
secara manual dengan menggunakan kalkulator dan disajikan dalam bentuk
tabel dan dianalisa secara deskriptif yaitu untuk mengetahui besarnya
perbedaan penurunan kadar fosfat dari air limbah setelah di lakukan
perlakuan filtrasi dengan menggunakan media adsorben (campuran tanah
lempung, serbuk kayu dan kapur), media adsorben karbon aktif, dan sebagai
pembanding, media tanah lempung (tanpa modifikasi).

III - 11

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum dan Karakteristik Media Adsorben Yang Digunakan


Penelitian ini menggunakan sistem filtrasi menggunakan media adsorben
dengan jenis media adsorben yang berbeda untuk mengetahui pengaruh kedua
jenis media adsorben yaitu Tanah lempung (Modifikasi dan tanpa modifikasi)
dan media karbon aktif terhadap penurunan kadar fosfat.
Setelah itu media adsorben diaktivasi dengan cara dipanaskan di dalam
oven bersuhu 105o C selama 24 jam untuk menghilangkan air yang terdapat di
dalam media tanah sehingga membuat pori-pori semakin besar yang membuat
efektifitas adsorpsi semakin efektif. Proses Pembuatan dan aktivasi media
adsorben terlihat pada gambar dibawah

Gambar 4.1. Proses Pembuatan media adsorben

Gambar 4.2. Proses aktivasi media adsorben

Berdasarkan pada hasil pengulangan dari percobaan ini, mengatakan bahwa


media adsorben akan mulai jenuh pada waktu sekitar 30 jam pada media adsorben

IV - 1

tanah lempung modifikasi tanah lempung normal, dan 40 jam untuk media adsorben
karbon aktif setelah proses berjalan, oleh karena itu digunakan waktu operasi
selama 48 jam sehingga dapat diketahui besarnya tingkat penurunan yang efektif
dengan kedua jenis media adsorben tersebut. Untuk mendapatkan kecepatan aliran
yang diinginkan pada masing-masing bak perlu dilakukan perhitungan porositas
media adsorben (terlampir).
Karakteristik media serta karakteristik pipa yang digunakan ditampilkan
pada table - tabel di bawah ini.
Tabel 4.1. Karakteristik Tanah Yang Digunakan Untuk Media Adsorben
No

Karakteristik

Nilai

Specific Gravity

2,438

Liquid Limit

76,09 %

Plastic Limit

24,17 %

Plastic Index

48,97 %

Permeability

0,00000075 cm/det

Water Content

35,02 %

D10

0,0014 mm

D30

0,0089 mm

D60

0,0317 mm

Sumber: Hasil Pemeriksaan di Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik Universitas


Hasanuddin, 2015

Tabel 4.2. Karakteristik Tanah Yang Digunakan Untuk Media Adsorben


(Modifikasi)
No

Karakteristik

Nilai

Specific Gravity

2,436

IV - 2

Lanjutan Tabel 4.2


2

Liquid Limit

75,81 %

Plastic Limit

24,37 %

Plastic Index

47,73 %

Permeability

0,00000075 cm/det

Water Content

35,02 %

D10

0,0014 mm

D30

0,0089 mm

D60

0,0317 mm

Sumber: Hasil Pemeriksaan di Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik Universitas


Hasanuddin, 2015

Tabel 4.3. Karakteristik Kapur Yang Digunakan Untuk Media Adsorben


No

Element

Persentase (%)

AI2O3

0,05

Fe2O3

0,09

Cr2O3

0,01

Free Water

1,11

K2O

0,01

CaCO3

98.65

CaO

55,29

MgCO3

0,54

MgO

0,26

10

MnO2

0,01

11

Na2O

0,01

12

SiO2

0,52

Sumber: Hasil Pemeriksaan di Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik Universitas


Hasanuddin, 2015

IV - 3

Tabel 4.4. Karakteristik Karbon Aktif Yang Digunakan Untuk Media Adsorben
No

Element

Persentase (%)

C (karbon)

95,71

Ca (Kalsium)

1,77

NaOH

0,55

Na2SO4

1,20

Zn (Zinc)

0,77

Sumber: Hasil Pemeriksaan di Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik Universitas


Hasanuddin, 2015

Tabel 4.4. Karakteristik Serbuk Kayu Yang Digunakan Untuk Media Adsorben
No

Element

Persentase (%)

Si (silicon)

31,06

Fe (Besi)

30,08

Ca (Kalsium)

27,41

K (Kalium)

9,97

Zn (Zinc)

1,92

Sumber: Hasil Pemeriksaan di Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik Universitas


Hasanuddin, 2015

Tabel 4.5. Karakteristik Pipa Filtrasi


No

Karakteristik

1.

Diameter Pipa

4 inci

2.

Tinggi Pipa

100 cm

3.

Volume Pipa

8,1 liter

Sumber: Hasil Pemeriksaan di Laboratorium Penyehatan Lingkungan Jurusan Sipil Universitas


Hasanuddin, 2015

IV - 4

Proses pengisian media adsorben dan gambar alat pengolahan dapat dilihat pada
gambar dibawah ini :

Gambar 4.3 Proses Pengisian Media

Gambar 4.4. Dokumentasi Alat


Pengolahan

B. Analisis Hasil Penelitian


Air Limbah yang dianalisis dalam penelitian ini adalah air limbah
greywater yang berasal Hotel Quality Plaza Makassar Jln. Somba Opu No.
235. Pengolahan limbah ini menggunakan sistem filtrasi menggunakan 2 media
adsorben yaitu media Tanah Lempung Modifikasi dan Media karbon aktif, serta
sebagai pembanding ditambahkan media adsorben tanah lempung tanpa
modifikasi.
Dalam proses pengolahan ini dilakukan pengulangan 4 kali, dimana pada
pengulangan 1-3 diambil sampel untuk semua bak media adsorben sebanyak 9
kali pada 30 menit, jam ke-1, 2, 3, 4, 5, 6, 12, dan 24. Sedangkan untuk
pengulangan ke-4 diambil sampel untuk semua bak media adsorben sebanyak
14 kali pada 30 menit, jam ke-1, 2, 3, 4, 5, 6, 12, 24, 30, 36, 40, 46, 48 .
1. Limbah Sebelum Pengolahan
Dalam penelitian ini air limbah yang dianalisis adalah air limbah
greywater yang diambil langsung dari outlet pembuangan limbah Hotel Quality
IV - 5

Plaza Makassar. Di bawah ini adalah hasil analisis air limbah greywater
sebelum proses pengolahan.
Tabel 4.6. Limbah Greywater Sebelum Proses Pengolahan
No

Limbah

Pengulangan

Parameter

Satuan

Hasil
Anaisis

Peraturan
Pemerintah

Greywater

Fosfat

Mg/l

1,592

0,2

Greywater

II

Fosfat

Mg/l

1,551

0,2

Greywater

III

Fosfat

Mg/l

1,557

0,2

Greywater

IV

Fosfat

Mg/l

1,573

0,2

Sumber : Hasil Pemeriksaan Laboratorium 2015

Dari hasil pemeriksaan sampel awal air limbah greywater diperoleh


konsentrasi fosfat sebesar 1,592 mg/l untuk pengulangan I, 1,551 untuk
pengulangan II, 1,557 untuk pengulangan III, dan 1,573 untuk pengulangan ke
IV. Hal ini memberikan gambaran bahwa air limbah greywater telah melampui
standar baku mutu yang diatur dalam SK Gub. Sul-Sel No. 69 Tahun 2010
yakni 0,2 mg/l, yang menunjukkan kadar fosfat limbah sangat tinggi sehingga
berpotensi mencemari lingkungan. Oleh karena itu perlu dilakukan pengolahan
untuk menurunkan konsentrasi pencemar dari parameter tersebut.
2. Hasil Pengolahan Pada Limbah Greywater
a. Media Adsorben Tanah Lempung Modifikasi
Hasil analisis terhadap 4 pengulangan terhadap konsentrasi kadar warna
pada air limbah greywater sebelum dan sesudah pengolahan yang dilakukan
setiap jam waktu operasi, serta persentase penyisihan kadar fosfat ditampilkan
pada tabel dan gambar dibawah.

IV - 6

Tabel 4.7. Konsentrasi Kadar fosfat Sebelum dan Sesudah Pengolahan


Dengan Menggunakan Media Adsorben (Pengulangan ke-1)
Waktu
Tinggal
(Jam)

Media

0
0,5
1
2
3
4
5
6
12
24

Tanah lempung
Modifikasi

Kadar Fosfat
(mg/l)

Selisih

n (%)

sebelum sesudah
1,592
1,166
1,592
0,607
1,592
0,533
1,592
0,518
1,592
0,516
1,592
0,514
1,592
0,511
1,592
0,566
1,592
0,179
1,592

0,426
0,985
1,059
1,074
1,076
1,078
1,081
1,026
1,413

26,76
61,87
66,52
67,46
67,59
67,71
67,90
64,45
91,94

Sumber : Hasil Analisa Data

Dari hasil analisis terlihat bahwa pada percobaan pengulangan


pertama dengan menggunakan media tanah lempung modifikasi persentase
penurunan tertinggi terjadi pada jam ke-6 yakni atau sebesar 67,90 % dan
terendah terjadi pada jam ke-24 yaitu atau sebesar 25,94 %, Sedangkan untuk
grafik penurunan dan persentase penurunan sebelum dan sesudah pengolahan
dengan menggunakan media tanah lempung modifikasi ditunjukkan pada
gambar :

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

1.8
1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 0,5 1

12 24

Waktu (jam)
Sumber : Hasil Analisa Data, 2015

IV - 7

Konsentrasi Fosfat (mg/l)

(%)

Konsentrasi dan Persentase Penurunan Fosfat

Persentase
Penurunan
Konsentrasi
Penurunan

Gambar 4.5. Grafik Konsentrasi dan Persentase Penurunan Kadar Fosfat


Oleh Tanah Lempung Modifikasi
Sedangkan Untuk Pengulangan ke-2 ditampilkan pada table dan gambar
dibawah :
Tabel 4.8. Konsentrasi Kadar fosfat Dengan Menggunakan Media
Adsorben Tanah Lempung Modifikasi (Pengulangan ke-2)

Media

Tanah
Lempung
Modifikasi

Waktu
Tinggal
(Jam)
0
0,5
1
2
3
4
5
6
12
24

Kadar Fosfat
(mg/l)

Selisih

n (%)

sebelum sesudah
1.551
1.183
1.551
0.819
1.551
0.633
1.551
0.497
1.551
0.494
1.551
0.491
1.551
0.499
1.551
0.512
1.551
0.181
1.551

0.368
0.732
0.918
1.054
1.057
1.060
1.052
1.039
1.370

23.73
47.20
59.19
67.96
68.15
68.34
67.83
66.99
90.86

Sumber : Hasil Analisa data

Dari hasil analisis terlihat bahwa pada percobaan dengan menggunakan


media tanah lempung modifikasi persentase penurunan tertinggi terjadi pada
jam ke-5 yakni atau sebesar 68.34 % dan terendah terjadi pada menit ke-30
yaitu atau sebesar 23.73%, Sedangkan untuk grafik penurunan dan persentase
penurunan sebelum dan sesudah pengolahan dengan menggunakan media
tanah lempung modifikasi ditunjukkan pada gambar :

IV - 8

1.800
1.600
1.400
1.200
1.000
0.800
0.600
0.400
0.200
0.000
0

0,5

12 24

Konsentrasi Penurunan (mg/l)

(%)

Konsentrasi dan Persentase Penurunan


100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

Persentase
Penurunan
Konsentrasi
Penurunan

Waktu (jam)
Sumber : Hasil Analisa Data, 2015

Gambar 4.6. Grafik Grafik Konsentrasi dan Persentase Penurunan Kadar


Fosfat Oleh Tanah Lempung Modifikasi
Sedangkan Untuk Pengulangan ke-3 ditampilkan pada table dan gambar
dibawah :
Tabel 4.9. Konsentrasi Kadar fosfat Dengan Menggunakan Media
Adsorben Tanah Lempung Modifikasi(Pengulangan ke-3)

Media

Waktu
Tinggal
(Jam)

Tanah
Lempung
Modifikasi

0
0,5
1
2
3
4
5
6
12
24

Kadar Fosfat
(mg/l)

Selisih

n (%)

sebelum sesudah
1.557
1.169
1.557
0.519
1.557
0.339
1.557
0.297
1.557
0.296
1.557
0.295
1.557
0.293
1.557
0.582
1.557
0.311
1.557

0.388
1.038
1.218
1.260
1.261
1.262
1.264
0.975
1.246

24.92
66.67
78.23
80.92
80.99
81.05
81.18
62.62
89.80

Sumber : Hasil Analisa Data

Dari hasil analisis terlihat bahwa pada percobaan dengan menggunakan


media tanah lempung modifikasi persentase penurunan tertinggi terjadi pada
jam ke-6 yakni atau sebesar 81.18 % dan terendah terjadi pada jam ke-24 yaitu

IV - 9

Dari hasil analisis terlihat bahwa pada percobaan dengan menggunakan media
tanah lempung modifikasi persentase penurunan tertinggi terjadi pada jam ke6 yakni atau sebesar 81.18 % dan terendah terjadi pada jam ke-24 yaitu atau
sebesar 15.80 %. Dari angka diatas dapat dilihat bahwa media tanah lempung
modifikasi memiliki efektifitas yang sangat tinggi dalam menurunkan kadar
fosfat pada limbah greywater dikarenakan tingkat efektifitasnya yang
mencapai lebih dari 80 persen Sedangkan untuk grafik penurunan dan
persentase penurunan sebelum dan sesudah pengolahan dengan menggunakan
media tanah lempung modifikasi ditunjukkan pada gambar :

90

1.800

80

1.600

70

1.400

60

1.200

50

1.000

40

0.800

30

0.600

20

0.400

10

0.200

Konsentrasi Fosfat (mg/l)

(%)

Konsentrasi dan Persentase Penurunan

Persentase
Penurunan
Konsentrasi
Penurunan

0.000
0

0,5

12

24

Waktu (jam)

Sumber : Hasil Analisa Data, 2015

Gambar 4.7. Grafik Konsentrasi dan Persentase Penurunan Kadar Fosfat


Oleh Tanah Lempung Modifikasi

Sedangkan Untuk Pengulangan ke-4 konsentrasi dan persentase penurunan


kadar fosfat oleh media tanah lempung modifikasi pada limbah greywater
ditampilkan pada table dan gambar dibawah :

IV - 10

Tabel 4.10. Konsentrasi Kadar fosfat Sebelum dan Sesudah


Pengolahan Dengan Menggunakan Media Adsorben
(Pengulangan ke-4)

Media

Waktu
Tinggal (Jam)

Tanah Lempung
modifikasi

0
0,5
1
2
3
4
5
6
12
24
30
36
40
46
48

Kadar Fosfat
(mg/l)

Selisih

n (%)

sebelum sesudah
1.573
1.573
1.573
1.337
1.573
0.691
1.573
0.533
1.573
0.509
1.573
0.485
1.573
0.407
1.573
0.319
1.573
0.297
1.573
0.116
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573

0
0.236
0.882
1.040
1.064
1.088
1.166
1.254
1.276
1.457
0
0
0
0
0

0
15.35
56.07
66.11
67.64
69.16
74.12
79.72
81.11
92.62
0
0
0
0
0

Sumber : Hasil Analisa Data

Dari hasil analisis terlihat bahwa pada percobaan dengan menggunakan


media tanah lempung modifikasi persentase penurunan tertinggi terjadi pada
jam ke-6 yakni atau sebesar 81.18 % dan terendah terjadi pada jam ke-24 yaitu
atau sebesar 15.80 %, dari hasil analisis diatas terlihat bahwa penurunan dan
persentase

penurunan

konsentrasi

fosfat

sudah

sangat

baik

dan

efektifitasnyapun telah mencapai lebih dari 50 persen sehingga dapat dikatakan


berhasil. Sedangkan untuk grafik penurunan dan persentase penurunan
sebelum dan sesudah pengolahan dengan menggunakan media tanah lempung
modifikasi ditunjukkan pada gambar :

IV - 11

1.800
1.600
1.400
1.200
1.000
0.800
0.600
0.400
0.200
0.000

Konsentrasi Fosfat

(%)

Konsentrasi dan Persentase Penurunan


100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

Persentase
Penurunan
Konsentrasi
Penurunan

0 0,5 1 2 3 4 5 6 12 24 30 36 40 46 48

Waktu (jam)
Sumber : Hasil Analisa Data, 2015

Gambar 4.8. Grafik Konsentrasi dan Persentase Penurunan Kadar Fosfat Oleh
Tanah Lempung Modifikasi

b. Media Adsorben Karbon Aktif


Pada pengulangan pertama untuk Hasil analisis terhadap konsentrasi
kadar fosfat pada air limbah greywater dengan media adsorben karbon aktif,
serta persentase penyisihan kadar fosfat ditampilkan pada tabel dan gambar
berikut :
Tabel 4.11. Konsentrasi Kadar fosfat Sebelum dan Sesudah Pengolahan
Dengan Menggunakan Media Adsorben (Pengulangan ke-1)
Media

Karbon aktif

Waktu
Tinggal
(Jam)
0
0,5
1
2
3
4
5
6
12
24

Kadar Fosfat
(mg/l)

Selisih

n (%)

sebelum sesudah
1.592
1.592
1.269
1.592
0.922
1.592
0.905
1.592
0.891
1.592
0.888
1.592
0.875
1.592
0.873
1.592
0.791
1.592
0.366

0.323
0.670
0.687
0.701
0.704
0.717
0.719
0.801
1.226

20.29
42.09
43.15
44.03
44.22
45.04
45.16
50.31
69.20

Sumber : Hasil Analisa Data

IV - 12

Dari hasil analisis terlihat bahwa pada percobaan dengan menggunakan


media karbon aktif persentase penurunan tertinggi terjadi pada jam ke-12 yakni
atau sebesar 50,31 % dan terendah terjadi pada jam ke-12 yakni atau sebesar
14.20 %, Sedangkan untuk grafik penurunan dan persentase penurunan sebelum

dan sesudah pengolahan dengan menggunakan media karbon aktif ditunjukkan


pada gambar :

90

1.800

80

1.600

70

1.400

60

1.200

50

1.000

40

0.800

30

0.600

20

0.400

10

0.200

Konsentrasi Fosfat (mg/l)

(%)

Konsentrasi dan Persentase Penurunan Fosfat

Persentase
Penurunan
Konsentrasi
Penurunan

0.000
0

0,5

12 24

Waktu (jam)
Sumber : Hasil Analisa Data, 2015

Gambar 4.9. Grafik Konsentrasi dan Persentase Penurunan Kadar Fosfat


Oleh Karbon Aktif
Sedangkan Untuk Pengulangan ke-2 konsentrasi dan persentase
penurunan kadar fosfat oleh media tanah karbon aktif pada limbah greywater
ditampilkan pada table dan gambar dibawah :

IV - 13

Tabel 4.12.Konsentrasi Kadar fosfat Sebelum dan Sesudah Pengolahan


Dengan Menggunakan Media Adsorben (Pengulangan ke-2)

Media

Karbon Aktif

Waktu
Tinggal
(Jam)
0
0,5
1
2
3
4
5
6
12
24

Kadar Fosfat
(mg/l)

Selisih

n (%)

sebelum sesudah
1.551
1.319
1.551
1.222
1.551
0.961
1.551
0.891
1.551
0.871
1.551
0.719
1.551
0.693
1.551
0.677
1.551
0.231
1.551

0.232
0.329
0.590
0.660
0.680
0.832
0.858
0.874
1.320

14.96
21.21
38.04
42.55
43.84
53.64
55.32
56.35
70.63

Sumber : Hasil Analisa Data

Dari hasil analisis terlihat bahwa pada percobaan dengan menggunakan


media karbon aktif persentase penurunan tertinggi terjadi pada jam ke-12
yakni atau sebesar 56,35 % dan terendah terjadi pada jam menit ke-30 yakni
atau sebesar 14.96 % dari hasil analisis diatas terlihat bahwa penurunan dan
persentase penurunan konsentrasi fosfat sudah sangat baik dan efektifitasnya
pun telah mencapai lebih dari 50 persen sehingga dapat dikatakan berhasil dari
hasil analisis diatas terlihat bahwa penurunan dan persentase penurunan
konsentrasi fosfat sudah sangat baik dan efektifitasnya pun telah mencapai
lebih dari 50 persen sehingga dapat dikatakan berhasil Sedangkan untuk grafik
penurunan dan persentase penurunan sebelum dan sesudah pengolahan dengan
menggunakan media karbon aktif ditunjukkan pada gambar :

IV - 14

90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

1.800
1.600
1.400
1.200
1.000
0.800
0.600
0.400
0.200
0.000
1

Konsentrasi Fosfat (mg/l)

(%)

Konsentrasi dan Persentase Penurunan Fosfat

Persentase
Penurunan
Konsentrasi
Penurunan

10

Waktu (jam)
Sumber : Hasil Analisa Data, 2015

Gambar 4.10. Grafik Konsentrasi dan Persentase Penurunan Kadar


Fosfat Oleh Karbon Aktif
Sedangkan Untuk Pengulangan ke-3 ditampilkan pada table dan gambar
dibawah :
Tabel 4.13.Konsentrasi Kadar fosfat Sebelum dan Sesudah Pengolahan
Dengan Menggunakan Media Adsorben (Pengulangan ke-3)

Media

Waktu
Tinggal
(Jam)

Karbon Aktif

0
0,5
1
2
3
4
5
6
12
24

Kadar Fosfat
(mg/l)

Selisih

n (%)

sebelum sesudah
1.557
1.322
1.557
1.302
1.557
0.854
1.557
0.851
1.557
0.841
1.557
0.788
1.557
0.677
1.557
0.597
1.557
1.281
1.557

0.235
0.255
0.703
0.706
0.716
0.769
0.880
0.960
0.276

15.09
16.38
45.15
45.34
45.99
49.39
56.52
61.66
70.73

Sumber : Hasil analisa data

Dari hasil analisis terlihat bahwa pada percobaan dengan menggunakan


media karbon aktif persentase penurunan tertinggi terjadi pada jam ke-5 yakni
IV - 15

atau sebesar 80,03 % dan terendah terjadi pada jam menit ke-30 yakni atau
sebesar 9,38 %, Sedangkan untuk grafik penurunan dan persentase penurunan
sebelum dan sesudah pengolahan dengan menggunakan media karbon aktif
ditunjukkan pada gambar :

90

1.800

80

1.600

70

1.400

60

1.200

50

1.000

40

0.800

30

0.600

20

0.400

10

0.200

Konsentrasi Penurunan (mg/l)

(%)

Konsentrasi dan Persentase Penurunan

Persentase
Penurunan
Konsentrasi
Penurunan

0.000
0

0,5

12

24

Waktu (jam)
Sumber : Hasil Analisa Data, 2015

Gambar 4.11. Grafik Konsentrasi dan Persentase Penurunan Kadar Fosfat


Oleh Karbon Aktif

Sedangkan Untuk Pengulangan ke-4 konsentrasi dan persentase


penurunan kadar fosfat oleh media tanah karbon aktif pada limbah greywater
ditampilkan pada table dan gambar dibawah ditampilkan pada table dan
gambar dibawah :

IV - 16

Tabel 4.14. Konsentrasi Kadar fosfat Sebelum dan Sesudah Pengolahan


Dengan Menggunakan Media Adsorben (Pengulangan ke-4)
Waktu
Tinggal
(Jam)

Media

Karbon
Aktif

0
0,5
1
2
3
4
5
6
12
24
30
36
40
46
48

Kadar Fosfat (mg/l)


sebelum
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573

sesudah
1.573
1.277
1.113
0.966
0.897
0.881
0.869
0.833
0.662
0.462
0.331
0.307
0.291

1.573
1.573

1.573
1.573

Selisih

n (%)

0
0.296
0.460
0.607
0.676
0.692
0.704
0.740
0.911
1.111
1.242
1.266
1.282
0
0

0
18.81
29.24
38.58
42.97
43.99
44.75
47.04
57.91
70.62
78.95
80.48
81.5
0
0

Sumber : Hasil analisa data

Dari hasil analisis terlihat bahwa pada percobaan dengan menggunakan


media Karbon Aktif persentase penurunan tertinggi terjadi pada jam ke-40
yakni atau sebesar 81,51 % dan terendah terjadi pada menit ke-30 yaitu sebesar
18,85 %, dari hasil analisis diatas terlihat bahwa penurunan dan persentase
penurunan konsentrasi fosfat sudah sangat baik dan efektifitasnyapun telah
mencapai lebih dari 50 persen sehingga dapat dikatakan berhasil.
Sedangkan untuk grafik penurunan sebelum dan sesudah pengolahan
dengan menggunakan media karbon aktif ditunjukkan pada gambar :

IV - 17

1.800
1.600
1.400
1.200
1.000
0.800
0.600
0.400
0.200
0.000

Konsentrasi Fosfat

(%)

Konsentrasi dan Persentase Penurunan


90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

Persentase
Penurunan
Konsentrasi
Penurunan

0 0,5 1 2 3 4 5 6 12 24 30 36 40 46 48

Waktu (jam)
Sumber : Hasil Analisa Data, 2015

Gambar 4.12. Grafik Konsentrasi dan Persentase Penurunan Kadar Fosfat


Oleh Karbon Aktif
C. Media Adsorben Tanah Lempung Normal
Untuk hasil analisis terhadap konsentrasi fosfat pada air limbah
greywater dengan media adsorben tanah lempung normal, serta persentase
penyisihan kadar fosfat ditampilkan pada tabel dan gambar.
Tabel.4.15. Konsentrasi Kadar fosfat Sebelum dan Sesudah Pengolahan
Dengan Menggunakan Media Adsorben (Pengulangan 1)

Media

Waktu
Tinggal
(Jam)

Tanah Lempung
Normal

0
0,5
1
2
3
4
5
6
12
24

Kadar Fosfat
(mg/l)

Selisih

n (%)

sebelum sesudah
1.592
1.592
1.121
1.592
0.627
1.592
0.510
1.592
0.557
1.592
0.555
1.592
0.551
1.592
0.559
1.592
0.592
1.592
0.223

0.471
0.965
1.082
1.035
1.037
1.041
1.033
1.000
1.369

29.59
60.62
67.96
65.01
65.14
65.39
64.89
62.81
85.18

Sumber : Hasil Analisa data

IV - 18

Dari hasil analisis terlihat bahwa pada percobaan dengan


menggunakan media tanah lempung normal persentase penurunan tertinggi
terjadi pada jam ke-2 sebesar 67,96 % dan terendah terjadi pada jam menit24 sebesar 23,18 %, . Sedangkan untuk grafik penurunan sebelum dan
sesudah pengolahan dengan menggunakan media tanah lempung normal
ditunjukkan pada gambar :

100

1.8

90

1.6

80

1.4

(%)

70

1.2

60

50

0.8

40

0.6

30
20

0.4

10

0.2

Konsentrasi Fosfat (mg/l)

Konsentrasi dan Persentase Penurunan Fosfat

Persentase
Penurunan
Konsentrasi
Penurunan

0
0

0,5

12

24

Waktu (jam)
Sumber : Hasil Analisa Data, 2015

Gambar 4.13. Grafik Konsentrasi dan Persentase Penurunan Kadar Fosfat


Oleh Tanah Lempung Normal
Sedangkan Untuk Pengulangan ke-2 konsentrasi dan persentase
penurunan kadar fosfat oleh media adsorben tanah lempung normal pada
limbah greywater ditampilkan pada table dan gambar dibawah ditampilkan
pada table dan gambar dibawah :

IV - 19

Tabel.4.16. Konsentrasi Kadar fosfat Sebelum dan Sesudah Pengolahan


Dengan Menggunakan Media Adsorben (Pengulangan 2)
Waktu
Tinggal
(Jam)

Media

Kadar Fosfat (mg/l)


sebelum

0
0,5
1
2
3
4
5
6
12
24

Tanah Lempung
Normal

1.551
1.551
1.551
1.551
1.551
1.551
1.551
1.551
1.551
1.551

Selisih

n (%)

0.220
0.877
1.048
1.214
1.217
1.220
1.215
0.970
0.354

14.18
56.54
67.57
78.27
78.47
78.66
78.34
62.54
86.82

sesudah

1.331
0.674
0.503
0.337
0.334
0.331
0.336
0.581
0.197

Sumber : Hasil analisa data

Dari hasil analisis terlihat bahwa pada percobaan dengan


menggunakan media tanah lempung normal persentase penurunan tertinggi
terjadi pada jam ke-5 sebesar 78,66 % dan terendah terjadi pada menit-30
sebesar 14,18 %, . Sedangkan untuk grafik penurunan sebelum dan sesudah
pengolahan dengan menggunakan media tanah

lempung normal

ditunjukkan pada gambar :

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

1.800
1.600
1.400
1.200
1.000
0.800
0.600
0.400
0.200

Konsentrasi Fosfat (mg/l)

(%)

Konsentrasi dan Persentase Penurunan

Persentase
Penurunan
Konsentrasi
Penurunan

0.000
0

0,5

12 24

Waktu (jam)
Sumber : Hasil Analisa Data, 2015

Gambar 4.14. Grafik Konsentrasi dan Persentase Penurunan Kadar Fosfat


Oleh Tanah Lempung Normal
IV - 20

Sedangkan Untuk Pengulangan ke-3 konsentrasi kadar fosfat sebelum


dan sesudah pengolahan dengan menggunakan media adsorben tanah lempung
normal ditampilkan pada table dan gambar dibawah :

Tabel.4.17. Konsentrasi Kadar fosfat Sebelum dan Sesudah


Pengolahan Dengan Menggunakan Media Adsorben
(Pengulangan 3)

Media

Tanah
Lempung
Normal

Waktu
Tinggal
(Jam)
0
0,5
1
2
3
4
5
6
12
24

Kadar Fosfat (mg/l)


sebelum
1.557
1.557
1.557
1.557
1.557
1.557
1.557
1.557
1.557
1.557

Selisih

n (%)

0.146
0.883
1.024
1.240
1.243
1.246
1.241
1.076
1.260

9.38
56.71
65.77
79.64
79.83
80.03
79.70
69.11
86.70

sesudah
1.411
0.674
0.533
0.317
0.314
0.311
0.316
0.481
0.297

Sumber : Hasil analisa data

Dari hasil analisis terlihat bahwa pada percobaan dengan


menggunakan media tanah lempung normal persentase penurunan tertinggi
terjadi pada jam ke-5 sebesar 78,66 % dan terendah terjadi pada menit-30
sebesar 14,18 %, . Sedangkan untuk grafik penurunan sebelum dan sesudah
pengolahan dengan menggunakan media tanah
ditunjukkan pada gambar :

IV - 21

lempung normal

90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

1.800
1.600
1.400
1.200
1.000
0.800
0.600
0.400
0.200
0.000
0

0,5

12

Konsentrasi Fosfat (mg/l)

(%)

Konsentrasi dan Persentase Penurunan

Persentase
Penurunan
Konsentrasi
Penurunan

24

Waktu (jam)
Sumber : Hasil Analisa Data, 2015

Gambar 4.15. Grafik Konsentrasi Dan Persentase Penurunan Fosfat


Oleh Tanah Lempung Normal

Sedangkan Untuk Pengulangan ke-4 ditampilkan pada table dan


gambar dibawah :
Tabel.4.18.

Media

Tanah
Lempung
Normal

Konsentrasi Kadar fosfat Sebelum dan Sesudah Pengolahan


Dengan Menggunakan Media Adsorben (Pengulangan 4)
Waktu
Tinggal
(Jam)
0
0,5
1
2
3
4
5
6
12
24
30
36
40
46
48

Kadar Fosfat (mg/l)


sebelum
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573

Sumber : Hasil analisa data

IV - 22

Selisih

n (%)

0
0.254
0.868
1.032
1.056
1.096
1.162
1.246
1.260
1.372
0
0
0
0
0

0
16.14
55.18
65.60
67.13
69.67
73.87
79.21
80.10
87.22
0
0
0
0
0

sesudah
1.319
0.705
0.541
0.517
0.477
0.411
0.327
0.313
0.201
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573

Dari hasil analisis terlihat bahwa pada percobaan dengan


menggunakan media tanah lempung normal persentase penurunan tertinggi
terjadi pada jam ke-24 sebesar 87,22 % dan terendah terjadi pada menit-30
sebesar 16,14 %, .
Sedangkan untuk grafik penurunan sebelum dan sesudah pengolahan
dengan menggunakan media tanah

lempung normal ditunjukkan pada

gambar :

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

1.800
1.600
1.400
1.200
1.000
0.800
0.600
0.400

Konsentrasi Fosfat

(%)

Konsentrasi dan Persentase Penurunan Fosfat

Persentase
Penurunan
Konsentrasi
Penurunan

0.200
0.000
0 0,5 1 2 3 4 5 6 12 24 30 36 40 46 48

Waktu (jam)
Sumber : Hasil Analisa Data, 2015

Gambar 4.16. Grafik Konsentrasi dan Persentase Penurunan Kadar Fosfat


Oleh Tanah Lempung Normal

C. Pembahasan
1. Analisis Penurunan Kadar Fosfat
Kadar fosfat merupakan parameter yang hanya dapat diketahui
dengan pemeriksaan laboratorium air limbah. Pada keputusan gubernur No.
69 Tahun 2010 tentang standar baku mutu air limbah kadar warna diatur
dengan batas maksimal sebesar 0,2 mg/l. Dan berdasarkan kondisi

IV - 23

sebenarnya di lapangan selama ini masalah yang paling sering dialami


adalah kadar fosfat yang masih tinggi, serta tidak adanya perlakuan spesifik
terhadap limbah yang memiliki kadar fosfat tinggi sehingga kadar fosfat
yang tinggi ini dapat merusak lingkungan karena bercampur dengan air
sehingga dapat membuat air atau sungai mengkonsumsi oksigen yang
berada di dalamnya, sehingga kandungan oksigen terlarut (dissolved
oxygen) dalam badan air tersebut menjadi berkurang. Rata-rata konsentrasi
kadar fosfat sampel sebelum masuk pengolahan adalah 1,573 mg/l, hal ini
menggambarkan tingginya kadar fosfat yang terkandung dalam air limbah.
Hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa dalam 4 kali
pengulangan dengan waktu pengaliran selama 24 jam untuk pengulangan 13, serta 48 jam untuk pengulangan 4, bak berisi media adsorben tanah
lempung modifikasi lebih efektif dalam menurunkan kadar fosfat lebih baik
dibanding dengan media adsorben karbon aktif dan tanah lempung normal.
Hal ini ditunjukkan pada grafik hasil rata-rata persentase dn
konsentrasi penurunan tiap pengulangan pada masing-masing media
adsorben, yang dimana pada table analisa data diatas, nilai rata-rata
persentase dn konsentrasi penurunan semua semua pengulangan dirataratakan, dan setelah itu dibandingkan antara media adsorben tanah lempung
modifikasi, dan karbon aktif seperti yang terlihat pada table dan grafik
dibawah :

IV - 24

Tabel.4.19.

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Rata-Rata ke-4 pengulangan Konsentrasi Kadar fosfat Dengan


Menggunakan Media Adsorben Tanah Lempung Modifikasi

Media

Waktu
Tinggal

Pengulangan
1 (mg/l)

Tanah
Lempung
Modifikasi

0
0,5
1
2
3
4
5
6
12
24
30
36
40
46
48

1.592
1.166
0.607
0.533
0.518
0.516
0.514
0.511
0.566
0.179
-

Pengulangan Pengulangan Pengulangan


2 (mg/l)
3 (mg/l)
4 (mg/l)
1.551
1.183
0.819
0.633
0.497
0.494
0.491
0.499
0.512
0.181
-

1.557
1.169
0.519
0.339
0.297
0.296
0.295
0.293
0.582
0.311
-

1.573
1.337
0.691
0.533
0.509
0.485
0.407
0.319
0.297
0.116
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573

rata-rata
penurunan
fosfat (mg/l)
1.568
1.214
0.659
0.510
0.455
0.448
0.427
0.406
0.489
0.197
1.568
1.568
1.568
1.568
1.568

Sumber : Hasil Analisa Data, 2015


Tabel.4.20.

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Media

Tanah
Lempung
Modifikasi

Rata-Rata ke-4 pengulangan persentase penurunan Kadar


fosfat Dengan Menggunakan Media Adsorben Tanah Lempung
Modifikasi

rata-rata
penurunan
fosfat (%)
-

26.76

23.73

19.38

15.35

21.31

61.87

47.2

56.71

56.07

55.46

66.52

59.19

65.77

66.11

64.40

67.46

67.96

79.64

67.64

70.68

67.59

68.15

79.83

69.16

71.18

67.71

68.34

80.03

74.12

72.55

67.9

67.83

79.7

79.72

73.79

64.45

66.99

69.11

81.11

70.42

91.94

90.86

89.8

92.62

91.31

Waktu Pengulangan Pengulangan Pengulangan Pengulangan


Tinggal
1 (%)
2 (%)
3 (%)
4 (%)
0
0,5
1
2
3
4
5
6
12
24
30
36
40
46
48

Sumber : Hasil Analisa Data, 2015

IV - 25

Untuk grafik rata-rata konsentrasi dan persentase penurunan ke-4 pengulangan


media adsorben tanah lempung modfikasi Untuk grafik rata-rata konsentrasi dan
persentase penurunan ke-4 pengulangan media adsorben tanah lempung modfikasi,
dapat dilihat pada grafik dibawah berikut :

1.8
1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

(%)

Kadar Fosfat (mg/l)

Rata-Rata Konsentrasi Penurunan dan Persentase Kadar


fosfat

Konsentrasi
Persentase

0 0,5 1 2 3 4 5 6 12 24 30 36 40 46 48

Waktu (Jam)
Sumber : Hasil Analisa Data, 2015

Gambar 4.16. Grafik Konsentrasi dan Persentase Penurunan Kadar Fosfat


Oleh Tanah Lempung Modifikasi

Sedangkan untuk media adsorben karbon aktif Rata-Rata ke-4


pengulangan Konsentrasi Kadar fosfat Sebelum dan Sesudah Pengolahan Dengan
Menggunakan Media Adsorben Karbon Aktif dapat dilihat pada table dan grafik
dibawah berikut:

IV - 26

Tabel.4.21.

Rata-Rata ke-4 pengulangan Konsentrasi Kadar fosfat


Dengan Menggunakan Media Adsorben Karbon Aktif

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Media

Waktu
Tinggal

Karbon
Aktif

0
0,5
1
2
3
4
5
6
12
24
30
36
40
46
48

Pengulangan Pengulangan Pengulangan Pengulangan


1 (mg/l)
2 (mg/l)
3 (mg/l)
4 (mg/l)
1.592
1.269
0.922
0.905
0.891
0.888
0.875
0.873
0.791
0.366
-

1.551
1.319
1.222
0.961
0.891
0.871
0.719
0.693
0.677
0.231
-

1.557
1.411
0.674
0.533
0.317
0.314
0.311
0.316
0.481
0.297
-

1.573
1.277
1.113
0.966
0.897
0.881
0.869
0.833
0.662
0.462
0.331
0.307
0.291

rata-rata
penurunan
fosfat (mg/l)
1.568
1.319
0.983
0.841
0.749

1.573
1.573

0.739
0.694
0.679
0.653
0.339
0.331
0.307
0.291
1.568
1.568

Sumber : Hasil Analisa Data, 2015


Tabel.4.22.

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Media

Karbon
Aktif

Rata-Rata ke-4 pengulangan persentase penurunan Kadar


fosfat Dengan Menggunakan Media Adsorben Karbon Aktif

Waktu Pengulangan Pengulangan Pengulangan Pengulangan


Tinggal
1 (%)
2 (%)
3 (%)
4 (%)
0
20.29
14.96
15.09
18.81
0,5
42.09
21.21
16.38
29.24
1
43.15
38.04
45.15
38.58
2
44.03
42.55
45.34
42.97
3
44.22
43.84
45.99
43.99
4
45.04
53.64
49.39
44.75
5
45.16
55.32
56.52
47.04
6
50.31
56.35
61.66
57.91
12
69.2
70.63
70.73
70.62
24
78.95
30
80.48
36
81.5
40
46
48
-

Sumber : Hasil Analisa Data, 2015

IV - 27

rata-rata n

(%)
17.29
27.23
41.23
43.72
44.51
48.21
51.01
56.56
70.30
78.95
80.48
81.50
-

1.8
1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0

90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

(%)

Kadar Fosfat (mg/l)

Rata-Rata Konsentrasi Penurunan dan Persentase Kadar


fosfat

Konsentrasi
Persentase

0 0,5 1 2 3 4 5 6 12 24 30 36 40 46 48

Waktu (Jam)
Sumber : Hasil Analisa Data, 2015

Gambar 4.17. Grafik Konsentrasi dan Persentase Penurunan Kadar Fosfat


Oleh Karbon Aktif
Sedangkan untuk media adsorben tanah lempung normal dapat
dilihat pada table dan grafik dibawah berikut:
Tabel.4.23.

Rata-Rata ke-4 pengulangan Konsentrasi Kadar fosfat


Sebelum dan Sesudah Pengolahan Dengan Menggunakan Media
Adsorben Tanah Lempung Normal

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Waktu Pengulangan Pengulangan Pengulangan Pengulangan


Tinggal
1 (mg/l)
2 (mg/l)
3 (mg/l)
4 (mg/l)
1.592
1.551
1.557
1.557
0
1.121
1.331
1.411
1.319
0,5
0.627
0.674
0.674
0.705
1
0.510
0.503
0.533
0.541
2
0.557
0.337
0.317
0.517
3
0.555
0.334
0.314
0.477
4
0.551
0.331
0.311
0.411
5
Tanah
0.559
0.336
0.316
0.327
lempung
6
Normal
0.592
0.581
0.481
0.313
12
0.223
0.197
0.297
0.201
24
1.573
30
1.573
36
1.573
40
1.573
46
1.573
48
Media

Sumber : Hasil Analisa Data, 2015

IV - 28

rata-rata n

(mg/l)
1.564
1.296
0.670
0.522
0.432
0.420
0.401
0.385
0.492
0.230
1.564
1.564
1.564
1.564
1.564

Tabel.4.24.

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Rata-Rata ke-4 pengulangan persentase penurunan Kadar


fosfat Sebelum dan Sesudah Pengolahan Dengan
Menggunakan Media Adsorben Karbon Aktif

rata-rata
penurunan
fosfat (%)
-

29.59
60.62
67.96
65.01
65.14
65.39

14.18
56.54
67.57
78.27
78.47
78.66

29.38
56.71
65.77
79.64
79.83
80.03

16.14
55.18
65.6
67.13
69.67
73.87

22.32
57.26
66.73
72.51
73.28
74.49

64.89
62.81
85.18

78.34
62.54
86.82

79.7
69.11
86.7

79.21
80.1
87.22
-

75.54
68.64
86.48
-

Waktu Pengulangan Pengulangan Pengulangan Pengulangan


Tinggal
1 (%)
2 (%)
3 (%)
4 (%)

Media

Tanah
Lempung
Normal

0,5
1
2
3
4
5
6
12
24
30
36
40
46
48

Sumber : Hasil Analisa Data, 2015

1.8
1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

(%)

Kadar Fosfat (mg/l)

Rata-Rata Konsentrasi Penurunan dan Persentase Kadar


fosfat

Konsentrasi
Persentase

0 0,5 1 2 3 4 5 6 12 24 30 36 40 46 48

Waktu (Jam)
Sumber : Hasil Analisa Data, 2015

Gambar 4.18. Grafik Konsentrasi dan Persentase Penurunan Kadar Fosfat


Oleh Tanah Lempung Normal
IV - 29

Pada table dan grafik di atas dapat dilihat bahwa masing-masing


media adsorben dapat menurunkan kadar fosfat, namun dari grafik di atas
dapat pula dilihat bahwa jika dibandingkan, media adsorben tanah lempung
modifikasi dan karbon aktif memiliki efektifitas yang berbeda,dimana tanah
lempung modifikasi mempunyai efektifitas lebih tinggi daripada karbon
aktif, tetapi karbon aktif memiliki waktu jenuh yang lebih lama sehingga
dapat digunakan lebih lama. Sedangkan dapat pula dibandingkan media
adsorben tanah lempung modifikasi dan tanah lempung normal juga
memiliki efektifitas yang berbeda,dimana tanah lempung modifikasi
mempunyai efektifitas sedikit lebih tinggi daripada tanah lempung normal,
namun tidak terlalu signifikan, tetapi memiliki waktu jenuh yang sama,
membuktikan bahwa campuran serbuk kayu dan kapur (CaCo3) mempunyai
sedikit perbedaan efektifitas dalam proses adsorbsi, namun tidak memiliki
pengaruh dalam waktu jenuh.
Dikarenakan oleh pencampuran material lain pada media adsorben
tanah lempung modifikasi, media tersebut mengadsorbsi fosfat lebih efektif
dibanding kedua media lain. Jadi media adsorben yang paling efektif yang
digunakan dalam penelitian ini adalah media tanah lempung modifikasi. Hal
ini menunjukkan bahwa komponen pembentuk media adsorben tanah
lempung modifikasi, yaitu tanah lempung, serbuk kayu dan kapur
mempunyai kontribusi masing-masing dalam menysihkan fosfat. Tanah dan
kapur merupakan dua komponen yang secara langsung memiliki reaksi

IV - 30

dengan fosfat, sedangkan serbuk kayu hanya memperluas permukaan


reaksinya. Karakteristik dan jenis mineral liat dari tanah yang digunakan
memberikan pengaruhnya dalam penyisihan fosfat seperti yang terlihat pada
Tabel 4.4. Diameter partikel liat yang kecil (0,0014 0,005 mm) dan luas
permukaan spesifik sebesar 80 ml/g memberikan ruang yang relative besar
untuk terjadinya reaksi permukaan antara tanah dengan senyawa fosfat.
Selain itu, tanah yang digunakan juga termasuk kelompok mineral liat illite
yang mempunyai Kapasitas Tukar Kation 30 mek/100 g lempung dan harga
Konduktivitas Hidrolis sebesar 0,001 0,2 m/hari. Sifat-sifat inilah yang
menjadikan media adsorben yang terdiri dari tanah lempung tersebut dapat
menyisihkan fosfat dengan tingkat penyisihan yang cukup signifikan tinggi
Sedangkan komponen kapur mempengaruhi adanya reaksi elektrostatik
antara mineral Ca yang berada di dalam tanah dengan senyawa fosfat. Hal
ini dikarenakan CaCO3 yang ditambahkan akan bereaksi menjadi kalisum
karbonat dan selanjutnya Ca2+ tersebut akan ditukarkan dengan Al3+ yang
berada di tanah sehingga tanah bermuatan Ca.
CaCO3 + H2CO3 Ca(HCO3)2
3/2 Ca(HCO3)2 + tanah-Al Ca(3/2)-tanah + Al(OH)3+ 3 CO3
Lebih spesifiknya ada dua reaksi kimia yang terjadi pada proses ini
yaitu :
1. Retensi fosfat
Tanah-tanah masam biasanya mengandung ion-ion Al3+, Fe3+, dan
Mn3+ terlarut dan tertukarkan dalam jumlah yang sukup signifikan. Fosfat

IV - 31

dapat terikat pada tanah diantaranya dengan bantuan ion-ion tersebut


sebagai penghubung (jembatan). Gejala ini biasa disebut dengan
koadsorpsi. Reaksi semacam ini juga dapat terjadi dengan lempung jenuhCa. Tan (1992) menyebutkan bahwa lempung-Ca dapat menyerap (adsorp)
fosfat dalam jumlah yang lebih besar. Ion Ca2+ ini membentuk sambungan
antara lempung dengan ion fosfat:
Lempung Ca H2PO4
2. Penyematan fosfat
Berbeda dengan retensi, selain menyebabkan fosfat tidak
larut dalam air, penyematan mengakibatkan fosfat relatif tidak tersedia
lagi. Reaksi penyematan dapat terjadi antara fosfat dan oksida hidrus Al
atau Fe atau antara fosfat dengan mineral silikat.
Banyak tanah mengandung lempung oksida hidrus Fe dan Al dalam
jumlah yang tinggi, khususnya tanah-tanah berpelapukan lanjut. Lempung
tersebut bereaksi cepat dengan fosfat membentuk sederet fosfat hidroksi
yang sukar larut.
Al(OH)3 + H2PO4 Al(OH)2H2PO4 (tidak larut)
Salah satu tipe penyematan fosfat lainnya aalah reaksi antara
fosfat dan lempung silikat. Secara khusus, lempung tanah yang
mengandung gugus OH terbuka seperti gugus kaolinitik, mempunyai
afinitas yang kuat terhadap ionfosfat. Ion fosfat bereaksi dengan cepat
dengan Al oktahedral denganmenggantikan gugus OH yang terletak pada
bidang permukaan mineral.

IV - 32

Pada penelitian ini, waktu operasi dapat dilaksanakan dengan


durasi yang cukup lama, sehingga manfaatnya sebagai pengadsorbsi fosfat
bukan hanya baik dalam segi efektifitas, namun durasi yang lama membuat
ketiga media ini cukup praktis digunakan.

2. Perbandingan efektifitas Antara Masing-Masing Media Adsorben


Dalam pengolahan ini media adsorben ternyata mampu menurunkan
kadar fosfat secara signifikan, namun dalam proses pengolahan penurunan
yang terjadi dapat diamati bahwa tiap media adsorben mempunyai
persentase penurunan kadar fosfat yang berbeda beda. dalam percobaan
inipun diketahui dari semua media adsorben yaitu tanah lempung modifikasi
,karbon aktif, dan tanah lempung normal, yang mempunyai efektifitas
paling tinggi yaitu media adsorben tanah lempung modifikasi. Hal ini dapat
dilihat pada grafik media adsorben dalam menurunkan senyawa fosfat di
bawah ini :

(%)

Persentase Penurunan
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

Tanah Lempung
Modifikasi
Karbon Aktif
Tanah Lempung
Normal
30

12 24

Waktu (jam)
Sumber : Hasil Analisa Data, 2015

Gambar 4.19. Grafik Perbandingan


persentase
penurunan kadar fosfat Antara Media Adsorben
(Pengulangan 1)
IV - 33

Dari grafik persentase di atas terlihat bahwa pada media adsorben


tanah lempung modifikasi, persentase penurunan tertinggi terjadi pada jam
ke-6 sebesar 67,90 % ,karbon aktif persentase penurunan tertinggi terjadi
pada jam ke 40 sebesar 50,31 %, sedangkan tanah lempung normal
persentase penurunan tertinggi terjadi pada sedangkan tanah lempung
normal persentase penurunan tertinggi terjadi pada jam ke 2 sebesar 67,96
%.
Sedangkan untuk Pengulangan ke-2, perbandingan persentase
penurunannya dapat dilihat pada grafik dibawah :

(%)

Persentase Penurunan
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

Tanah Lempung
Modifikasi
Karbon Aktif
Tanah Lempung
Normal
0,5

12 24

Waktu (jam)
Sumber : Hasil Analisa Data, 2015

Gambar 4.20. Grafik Perbandingan


penurunan kadar fosfat Antara
Adsorben(Pengulangan 2)

persentase
Media

Dari grafik persentase di atas terlihat bahwa pada media adsorben


tanah lempung modifikasi, persentase penurunan tertinggi terjadi pada jam
ke-5 sebesar 68,34 % ,karbon aktif persentase penurunan tertinggi terjadi

IV - 34

pada jam ke 40 sebesar 56,35 %, Sedangkan tanah lempung normal


persentase penurunan tertinggi terjadi pada jam ke 6 sebesar 78,66 %.
Sedangkan untuk Pengulangan ke-3, perbandingan persentase
penurunannya dapat dilihat pada grafik dibawah :

(%)

Persentase Penurunan
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

Tanah Lempung
Modifikasi
Karbon Aktif
Tanah Lempung
Normal
0,5

12 24

Waktu (jam)
Sumber : Hasil Analisa Data, 2015

Gambar 4.21. Grafik Perbandingan persentase


penurunan kadar fosfat Antara Media Adsorben
(Pengulangan 3)
Dari grafik persentase di atas terlihat bahwa pada media adsorben
tanah lempung modifikasi, persentase penurunan tertinggi terjadi pada
jam ke-24 sebesar 81,18 %, karbon aktif persentase penurunan tertinggi
terjadi pada jam ke 40 sebesar 61,66 % ,sedangkan tanah lempung normal
persentase penurunan tertinggi terjadi pada jam ke 5 sebesar 80,03 %.
Sedangkan untuk Pengulangan ke-4, perbandingan persentase
penurunannya dapat dilihat pada grafik dibawah :

IV - 35

n (%)

Persentase Penurunan
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

Tanah Lempung
Modifikasi
Tanah Lempung
Normal
Karbon Aktif

0 0.5 1 2 3 4 5 6 12 24 30 36

Waktu (Jam)
Sumber : Hasil Analisa Data, 2015

Gambar 4.22. Grafik Perbandingan persentase penurunan


kadar fosfat Antara Media Adsorben (Pengulangan 4)

Dari grafik persentase di atas terlihat bahwa pada media adsorben


tanah lempung modifikasi, persentase penurunan tertinggi terjadi pada jam
ke-24 sebesar 92,62 % karbon aktif persentase penurunan tertinggi terjadi
pada jam ke 40 sebesar 81,51 %, sedangkan tanah lempung normal
persentase penurunan tertinggi terjadi pada jam ke 40 sebesar 87,22 %.
Dari grafik di atas, kita dapat mengetahui bahwa dari ke-4
pengulangan, media tanah lempung modifikasi mempunyai persentase
penurunan yang lebih tinggi daripada karbon aktif dan tanah lempung
normal, tapi waktu operasi karbon aktif lebih lama daripada tanah lempung
yang mengindikasikan waktu jenuh karbon aktif lebih lama daripada tanah
lempung modifikasi dan normal.
Hal ini disebabkan oleh tanah lempung mempunyai kemampuan
yang lebih baik sebagai pengadsorbsi fosfat, dikarenakan karakteristiknya

IV - 36

seperti yang dijelaskan pada table 4.4, serta sifat sifat tanah lempung
yang mempunyai diameter partikel liat yang kecil (0,0014 0,005 mm)
dan luas permukaan spesifik memberikan ruang yang relative besar untuk
terjadinya reaksi permukaan antara tanah dengan senyawa fosfat. Selain
itu, tanah yang digunakan juga termasuk kelompok mineral liat illite yang
mempunyai Kapasitas Tukar Kation 30 mek/100 g lempung dan harga
Konduktivitas Hidrolis sebesar 0,001 0,2 m/hari.
Dari grafik diatas pun dapat diambil kesimpulan bahwa material
campuran yang ditambahkan dalam tanah lempung modifikasi mempunyai
peranan masing masing dalam membantu menurunkan kadar fosfat
dimana. kapur merupakan komponen yang secara langsung memiliki
reaksi dengan fosfat, sedangkan serbuk kayu hanya memperluas
permukaan reaksinya.

IV - 37

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari Hasil Penelitian diketahui bahwa media adsorben mempunyai
efektifitas yang cukup tinggi sehingga dapat dikatakan berhasil dalam
menurunkan konsentrasi fosfat dimana ke- tiga media mencapai efektifitas
penurunan lebih dari 50 persen
2. Dari hasil penelitian terlihat bahwa ada perbedaan kemampuan adsorbsi
kadar fosfat antara media adsorben yang diujikan dimana media adsorben
tanah lempung modifikasi mempunyai efektifitas penurunan yang lebih
tinggi daripada media adsorben karbon aktif dan tanah lempung normal,.
Hal ini mengindikasikan bahwa media tanah lempung modifikasi adalah
yang efektif dalam menurunkan kadar fosfat pada limbah greywater.
3. Dari hasil penelitian juga didapatkan fakta bahwa material campuran yang
dicampurkan pada media adsorben tanah lempung modifkasi mempunyai
peranan dalam menurunkan kadar fosfat pada limbah greywater. Hal ini
mengindikasikan bahwa media tanah lempung modifikasi yang memiliki
tambahan material campuran berupa serbuk kayu dan kapur (CaCO3)
membuat kemampuan adsorbsinya lebih efektif dalam menurunkan kadar
fosfat pada limbah greywater.

V-1

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka disarankan
beberapa hal sebagai berikut
1. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan dan pengamatan lain untuk menguji
kemampuan media adsorben dalam menguraikan beberapa senyawasenyawa kimia lain.
2. Sebaiknya pemeriksaan inlet dilakukan setiap kali pengambilan sampel air
hasil olahan sehingga data yang diperoleh lebih akurat.
3. Sebaiknya peneliti selanjutnya mencoba menggunakan variasi waktu
tinggal untuk mengetahui waktu tinggal yang paling efektif dengan
menggunakan media adsorben.
4. Sebaiknya para pengusaha industri yang memproduksi limbah greywater
dalam skala kecil maupun besar memiliki instalasi sendiri untuk mengolah
air limbah buangan sebelum dilepaskan ke saluran drainase di sekitar lokasi
industri.

V-2

77

DAFTAR PUSTAKA
Adamson, A.W.,1990. Physical Chemistry of Surface. California: John Wiley &
Sons, Inc.
Widianti, Dini. 2012,Studi Karakteristik Greywater Untuk Melihat Potensi
Pemanfaatan Greywater Di Kota Bandung, Institut Teknologi Bandung
Wijono, Sigit. 2012, Grey Water Dan Black Water. Universitas Tarumanegara,
Jakarta
Yazid Rahmiyati, Fauzia, Samudro, Ganjar. Pengaruh Variasi Konsentrasi Dan
Debit Pada Pengolahan Air Artifisial (Campuran Grey Water Dan Black
Water) Menggunakan Reaktor Uasb, Universitas Diponegoro, Semarang.
Valentina, Cahyadi. 2011, Penurunan Organic Pada Plug Flow Reactor Dengan
System Resirkulasi (Studi Kasus Grey Water), Universitas Indonesia,
Jakarta
Resche, Erin, 2012, Greywater Systems- Benefits, Drawbacks and Uses of
greywater, UCD, California
Darwin, Hendri, 2012, Using Gray Water at Home, Arizona Department Of
Environmental Culture, Arizona
Yuanita, Inas, 2013, Pengolahan Limbah Rumah Tangga Grey Water Dan
Blackwater, Universitas Indonesia, Jakarta
D, Endriani, 2012, Karakterisitik Fisik tanah Lempung, Universitas Sumatera
Utara, Sumatera
Anggraeni, Sri, 2011, Mineral Tanah Lempung Dan Struktur Tanah, Universitas
Pendidikan Indonesia, Bandung
Tarigan, R, 2012, Karakteristik Tanah Lempung, Universitas Sumatera Utara,
Sumatera
Masduqi, Ali, 2004, Penurunan Senyawa Fosfat Dalam Air Limbah Buatan Dengan
proses Adsorbsi Tanah Haloisit, Institut Teknologi Sepuluh November,
Surabaya

77

Lampiran 1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium


Lampiran 2. Tabel Hasil Pengolahan Data
Lampiran 3. Foto Penelitian

Lampiran 10 Tabel 4.10. Konsentrasi Kadar fosfat Sebelum dan


Sesudah Pengolahan Dengan Menggunakan Media Adsorben

Media

Waktu
Tinggal (Jam)

Tanah Lempung
modifikasi

0
0,5
1
2
3
4
5
6
12
24
30
36
40
46
48

Kadar Fosfat
(mg/l)

Selisih

n (%)

sebelum sesudah
1.573
1.573
1.573
1.337
1.573
0.691
1.573
0.533
1.573
0.509
1.573
0.485
1.573
0.407
1.573
0.319
1.573
0.297
1.573
0.116
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573

0
0.236
0.882
1.040
1.064
1.088
1.166
1.254
1.276
1.457
0
0
0
0
0

0
15.35
56.07
66.11
67.64
69.16
74.12
79.72
81.11
92.62
0
0
0
0
0

Lampiran 11. Tabel 4.14. Konsentrasi Kadar fosfat Sebelum dan Sesudah
Pengolahan Dengan Menggunakan Media Adsorben
Media

Waktu
Tinggal
(Jam)

Karbon
Aktif

0
0,5
1
2
3
4
5

Kadar Fosfat (mg/l)


sebelum
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573

sesudah
1.573
1.277
1.113
0.966
0.897
0.881
0.869

Selisih

n (%)

0
0.296
0.460
0.607
0.676
0.692
0.704

0
18.81
29.24
38.58
42.97
43.99
44.75

6
12
24
30
36
40
46
48

1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573

0.833
0.662
0.462
0.331
0.307
0.291

1.573
1.573

1.573
1.573

0.740
0.911
1.111
1.242
1.266
1.282
0
0

47.04
57.91
70.62
78.95
80.48
81.5
0
0

Lampiran 12. Tabel.4.18. Konsentrasi Kadar fosfat Sebelum dan Sesudah


Pengolahan Dengan Menggunakan Media Adsorben

Media

Waktu
Tinggal
(Jam)

Tanah
Lempung
Normal

0
0,5
1
2
3
4
5
6
12
24
30
36
40
46
48

Kadar Fosfat (mg/l)


sebelum
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573

Selisih

n (%)

0
0.254
0.868
1.032
1.056
1.096
1.162
1.246
1.260
1.372
0
0
0
0
0

0
16.14
55.18
65.60
67.13
69.67
73.87
79.21
80.10
87.22
0
0
0
0
0

sesudah
1.319
0.705
0.541
0.517
0.477
0.411
0.327
0.313
0.201
1.573
1.573
1.573
1.573
1.573

Lampiran 18. Pembuatan Media Pengolahan

Lampiran 19. Proses Pengambilan Sampel Limbah

Lampiran 20. Proses pengambilan sampel hasil olahan pada outlet alat

Anda mungkin juga menyukai