Anda di halaman 1dari 13

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Konsep Dasar Hemoglobin


2.1.1 Pengertian
Hemoglobin adalah parameter yang digunakan secara luas untuk
menetapkan prevalensi anemia. Hemoglobin merupakan senyawa
pembawa oksigen pada sel darah merah. Hb dapat di ukur secara
kimia dari jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks
kapasitas pembawa oksigen pada darah. Kandungan hemoglobin yang
rendah dengan demikian mengindikasikan anemia (Supariasa, 2002).
Hemoglobin terletak di dalam eritrosit yang berada di dalam
darah. Darah merupakan suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam
pembuluh darah. Jika darah dilihat begitu saja maka ia merupakan zat
cair yang berwarna merah, tetapi apabila dilihat dibawah mikroskop
maka terlihat dalam darah terdapat benda-benda kecil bundar yang
disebut sel-sel darah, sedangkan cairan yang berwarna kekuningkuningan disebut plasma (Saifuddin, 2004)
Hemoglobin merupakan molekul protein didalam sel darah
merah yang bergabung dengan oksigen dan karbon dioksida untuk di
angkut melalui sistem peredaran darah ke sel-sel dalam tubuh.
Konsentrasi hemoglobin pada ibu hamil seharusnya memiliki kadar
hemoglobin >11 g/dl. Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu
dengan kadar hemoglobin dibawah 11gr% pada trimester I dan III atau
kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002). Sedangkan saat
postpartum minimal 10 g/dl, apabila kurang dari jumlah tersebut akan
menimbulkan hemodilusi (pengenceran darah) yang membuat
sirkulasi oksigen terganggu, akhirnya mengganggu regenerasi sel pada
penyembuhan luka (Widjanarko, 2009)
2.1.2 Pembentukan Hemoglobin
Sintesis hemoglobin dimulai dalam proeritroblas dan kemudian
dilanjutkan sedikit dalam stadium retikulosit meninggalkan sumsum
tulang dan masuk ke dalam aliran darah, maka retikulosit tetap
membentuk sedikit hemoglobin selama beberapa hari berikutnya.
1. 2 Suksinil-KoA+2 glisin membetuk senyawa Pirol
2. 4 pirol membentuk senyawa protoporfirin IX
3. Protoporfirin IX + Fe2+ membentuk senyawa Hem
4. 4 Heme + polipeptida membentuk rantai hemoglobin ( atau )
5. Rantai 2 + 2 rantai membentuk Hemoglobin A

Pertama, suksinil-KoA yang dibentuk dalam siklus krebsyang


berikatan dengan glisin untuk membentuk molekul pirol, kemudian 4
pirol bergabung untuk membentuk protoporfirin IX dan bergabung
dengan besi untuk membentuk molekul Heme. Akhirnya setiap
molekul heme bergabung dengan rantai polipeptida panjang yang
disebut globin, yang disintesis oleh ribosom membentuk suatu sub
unit hemoglobin yang disebut rantai hemoglobin. Tiap-tiap rantai ini
mempunyai berat molekul kira-kira 16.000, 4 molekul ini selanjutnya
akan berkaitan satu sama lain secara longgar untuk membentuk
molekul hemoglobin lengkap.
Terdapat beberapa variasi kecil pada rantai sub unit hemoglobin
yang berbeda, bergantung pada susunan asam amino dibagian
polipeptida, tipe-tipe rantai itu disebut rantai alfa (), rantai beta (),
rantai gamma (), dan rantai delta (). Bentuk hemoglobin yang
paling umum pada orang dewasa yaitu hemoglobin A merupakan
kombinasi dari 2 rantai dan 2 rantai .
Karena setiap rantai mempunyai sekelompok prostetik heme,
maka terdapat 4 atom besi dalam setiap molekul hemoglobin.masing
masing dapat berikatan dengan satu molekul oksigen,total membentuk
4 molekul oksigen (8 atom oksigen) yang diangkut oleh setiap
molekul hemoglobin (Guyton,2006).
2.1.3 Sintesis hemoglobin
Kandungan hemoglobin normal rata rata dalam darah adalah
16 g/dL pada dan 14 g/dL pada wanita dan semuanya berada didalam
sel darah merah.pada tubuh seorang pria 70 kg, ada sekitar 900 g
hemoglobin ; 0,3 g hemoglobin dihancurkan dan 0,3 g disintesis setiap
jam porsi heme dalam molekul hemoglobin disintesis dari glisin dan
suksinil KoA. Sintesis hemoglobin dimulai dalam eritroblas dan
terus berlangsung sampai tingkat normoblas dan retikolosit. Dari
penyelidikan dengan isotop diketahui bagian hem dari hemoglobin
terutama di sintesis ini terjadi di mitokondria. Langkah awal sintesis
adalah pembentukan senyawa pirol. Selanjutnya,empat senyawa pirol
bersatu membentuk senyawa protoporfirin, yang kemudian berikatan
dengan besi membentuk molekul hem. Akhirnya empat molekul hem
berikatan dengan satu molekul globin, suatu globulin yang disitesis
dalam ribososm retikulum endoplasma,membentuk hemoglobin
(Ganong,2003).
2.1.4 Ikatan hemoglobin dengan oksigen
Gambaran paling penting dari molekul hemoglobin adalah
kemampuan mengikat oksigen dengan lemah dan secara reversibel.
Fungsi primer Hb dalam tubuh tergantung pada kemampuannya untuk
berikatan dengan oksigen dalam paru-paru dan kemudian mudah

melepaskan oksigen ini ke kapiler jaringan tempat tekanan gas


oksigen jauh lebih rendah dari pada dalam paru-paru.
Oksigen tidak tergabung dengan dua ikatan positif besi dalam
molekul hemoglobin, tetapi berikatan secara longgar dengan salah
satu yang disebut ikatan koordinasi atom besi. Ikatan ini begitu
longgar sehingga mudah terlepas. Selanjutnya ,oksigen tidak menjadi
oksigen ionik tetapi diangkut ke jaringan sebagai oksigen molekular
yang terdiri dari 2 atom oksigen,karena longgarnya siap untuk
bergabung lagi,maka oksigen dilepaskan kedalam cairan jaringan
dalam bentuk oksigen molekular terlarut bukan oksigen ionik
(Gyton,2006).
2.1.5 Jumlah hemoglobin dalam sel
Sel-sel darah merah mampu mengkonsentrasikan hemoglobin
dalam cairan sel sampai sekitar 34 gr/dl sel. Konsentrasi ini tidak
pernah meningkat lebih dari nilai tersebut,karena ini merupakan batas
metabolik dari mekanisme pembentukan hemolobin sel. Selanjutnya,
pada orang normal presentase hemoglobin hampir selalu mendekati
maksimum dalam seetiap sel. Namun,bila pembetukan hemoglobin
dalam sumsum tulang berkurang, maka presentase hemoglobin dalam
sel dapat turun sampai dibawah nilai dan volume sel darah merah juga
menurun karena hemoglobin untuk mengisi sel berkurang.
Bila hematokrit (presentase sel dalam darah normalnya 40
sampai 45 %), dan jumlah hemoglobin dalam masing masing sel
nilainya normal,maka seluruh darah seorang pria rata- rata
mengandung 16gr/dl dan pada wanita rata- rata 14gr/dl. Berhubungan
dengan transpor oksigen ,setiap gram hemoglobin murni mampu
berikatan dengan 1,39 mililiter oksigen. Oleh karena itu, pada orang
normal lebih dari 1 miilter oksigen dapat dibawa dalam bentuk
gabungan dengan hemoglobin pada setiap desiliter darah dan pada
wanita normal oksigen yang dapat diangkut sebesar 19 mililiter
(Guyton,2006 ).
2.1.6 Fungsi hemoglobin
Dalam sel darah merah hemoglobin berfungsi untuk mengikat
oksigen (O2).dengan banyaknya oksigen yang dapat diikat dan dibawa
oleh darah ,dengan adanya Hb dalam sel darah merah ,pasokan
oksigen ke berbagai tempat diseluruh tubuh,bahkan yang paling
terpencil dan terisolasi sekalipun akan tercapai (Sadikin,2002).
Hoffbrand dan pettit (1997) menyebutkan bahwa harga-harga
normal hemoglobin seperti tercantum pada tabel 2.1 di bawah ini:

Tabel 2.1 harga harga normal Hemoglobin.


Konsentrasi hemoglobin
Hemoglobin

Pria

: 13,5 17,5 g%

Wanita

: 11,5 15,5 g%

Neonatus

15,0 21 g%

Bayi 3 bulan

9,5 - 12,5 g%

1 tahun pubertas

11,0 13,5g%

Menurut manuaba (2010) pembagian anemia berdasarkan


hemoglobin adalah sebagai berikut :
Tidak anemia
: Hb 11,00 gr% atau lebih
Anemia ringan
: Hb 9.00 - 10,00 gr%
Anemia sedang
: Hb 7,00 8,00 gr%
Anemia berat
: Hb < 7,00 gr%
(Manuaba,2010)
2.2

Konsep Dasar BBLR


2.2.1 Definisi BBLR
Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila
berat badannya kurang dari 2500 gram (Manuaba, 2007: 421).
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat
badan kurang dari 2500 gram (Mitayani, 2011: 172).
Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang
lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memandang
masa kehamilan. Bayi yang berada dibawah persentil 10 dinamakan
ringan untuk umur kehamilan. Dahulu neonatus dengan berat badan
lahir kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut
prematur. Pembagian menurut berat badan ini sangat mudah tetapi
tidak memuaskan. Sehingga lambat laun diketahui bahwa tingkat
morbiditas dan mortalitas pada neonatus tidak hanya bergantung pada
berat badan saja, tetapi juga pada tingkat maturitas bayi itu sendiri.
Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan
berat lahir kurang dari 2500 gram disebut Low Birth Weight Infants
(BBLR). Sedangkan pada tahun 1970, Kongres European Perinatal
Medicine II yang diadakan di London juga diusulkan definisi untuk
mendapatkan keseragaman tentang maturitas bayi lahir yaitu : Bayi
kurang bulan adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37
minggu(259 hari), bayi cukup bulan adalah bayi dengan masa
8

kehamilan mulai 37 minggu samapai 42 minggu (259-293 hari), bayi


lebih bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau
lebih (294 hari atau lebih).
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia
kehamilan yang belum cukup bulan (prematur) di samping itu juga
disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia
kehamilan 38 minggu), tapi berat badan lahirnya lebih kecil
ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2500 gram.
(Proverawati, 2010:1)
2.2.2 Etiologi BBLR
Faktor-Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya BBLR yaitu
faktor ibu antara lain penyakit ibu (anemia dan toksemia gravidarum),
usia , paritas, jarak kahamilan terlalu dekat, pekerjaan (aktivitas fisik),
keadaan gizi perokok atau peminum alkohol, dan faktor janin yaitu
kehamilan ganda.
2.2.2.1 Faktor Ibu
1. Penyakit
a. Toksemia Gravidarum
Toksemia Gravidarum adalah penyakit ibu
hamil yang ditandai dengan meningkatnya tekanan
darah, edema, dan proteinurin. Penyakit toksemia
gravidarum dibagi menjadi 2 yaitu pre-eklampsia dan
Eklampsia. Pre-eklampsia adalah penyakit dengan
tanda-tanda hipertensi, edema dan proteinurine yang
timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya
terjadi pada kehamilan trimester III. Kenaikan
tekanan darah diatas 140/90 mmHg, proteinurine
lebih dari 0,3 gram/liter dalam 24 jam dan odem
(Wiknjoastro, 2005:282).
Eklampsia adalah kelanjutan dari pre
eklampsia dengan gejala tambahan kejang-kejang atau
koma. Menurunnya aliran darah ke plasenta
mengakibatkan gangguan fungsi plasenta. Pada
hipertensi yang agak lama pertumbuhan janin
terganggu, pada hipertensi yang lebih pendek bisa
terjadi gawat janin sampai kematiannya karena
kekurangan oksigen.
b. Anemia pada Kehamilan
Menurut catatan dan perhitungan Dep.Kes R.I
di Indonesia sekitar 67% ibu hamil mengalami anemia
dalam berbagai jenjang. Sebagian besar anemia
adalah defisiensi Fe yang dapat disebabkan oleh
konsumsi Fe dari makanan yang kurang atau terjadi
perdarahan menahun akibat parasit, seperti
9

ankilostominalis. Anemia pada kehamilan juga dapat


memberikan bahaya bagi janin. Sekalipun tampaknya
janin mampu menyerap berbagai nutrisi dari ibunya,
dengan adanya anemia kemampuan metabolisme
tubuh akan berkurang sehingga pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim akan terganggu dan
akan terjadi kelahiran salah satunya adalah
melahirkan bayi berat badan lahir rendah
(Manuaba,2007:38).
Bahaya anemia pada kehamilan terhadap janin
antara lain abortus, kematian intrauteri, persalinan
prematuritas tinggi,BBLR,kelahiran dengan anemia,
dapat terjadi cacat bawaan (Manuaba,2007:39).
2. Umur ibu
Penyulit pada kehamilan remaja lebih tinggi
dibandingkan kurun waktu reproduksi sehat antara umur
20-30 tahun. Keadaan ini disebabkan belum matangnya
alat reproduksi untuk hamil, sehingga dapat merugikan
kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan
janin. Keadaan tersebut akan semakin menyulitkan bila
ditambah dengan stres psikologi, sosial, ekonomi,
sehingga memudahkan terjadinya keguguran , berat badan
lahir rendah, prematuritas, kelainan bawaan, mudah
terjadi infeksi , anemia kehamilan, gestosis dan kematian
ibu yang tinggi. Angka kejadian BBLR tertinggi
ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu dengan
umur kurang dari 20 tahun dan umur lebih dari 35 tahun.
Kejadian terendah ialah umur 26-35 tahun. Pada ibu yang
tua meskipun mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi
badannya, serta kesehatannya sudah mulai menurun
sehingga dapat mempengaruhi janin intra uterin dan dapat
menyebabkan kelahiran BBLR.
3. Paritas
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau
dari sudut kematian maternal dan perinatal. Paritas tinggi
(lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal dan
perinatal lebih tinggi. Tiap kali seseorang wanita
melahirkan, akan kehilangan 900 mg zat besi, selain itu
setiap bulan wanita kehilangan zat besi 30-40 mg akibat
menstruasi, sedangkan kehamilan sendiri memerlukan
tambahan zat besi. Karena itu semakin sering wanita
mengalami kehamilan dan persalinan akan banyak
kehilangan zat besi dan semakin anemis, sehingga bisa
menyebabkan
abortus, kematian janin, persalinan
premature, asfiksia, BBLR,cacat bawaan, mudah terjadi

10

infeksi. Multigravida yang jarak kelahirannya terlalu


dekat.(Mitayani,2009:173).
4. Jarak kehamilan terlalu dekat/pendek
Jarak kehamilan yang dekat merupakan faktor
resiko pada ibu hamil, terutama pada ibu hamil yang jarak
kelahiran dengan anak terkecil adalah 2 tahun. Ibu hamil
yang jarak kelahiran dengan anak terkecil terlalu dekat
dapat terjadi resiko melahirkan bayi dengan BBLR
(Rochjati,2003:56).
5. Status gizi
Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama
kualitas sumber daya manusia. Gangguan gizi pada awal
kehidupan akan mempengaruhi kualitas kehidupan
berikutnya. Status gizi ibu sebelum dan selama hamil
dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang
dikandung. Jika status gizi ibu sebelum dan selama hamil
normal maka kemingkinan besar akan melahirkan bayi
yang sehat, cukup bulan dan berat badan normal.
Sehingga dapat disimpulkan kualitas bayi yang dilahirkan
sangat tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum dan
selama hamil. Seorang wanita dapat mengalami
malnutrisis karena beberapa keadaan yang dimulai dari
malnutrisi pada masa kanak-kanak hingga kehamilan
diusia muda (Depkes,2002).
6. Ibu perokok/ Peminum Alkohol
Merokok yang melebihi 20 batang sehari dapat
memberikan pengaruh buruk pada kehamilan karena
dapat mengganggu tumbuh kembang janin dalam uterus
yang akan mengalami gangguan dalam bentuk abortus
dan persalinan premature, BBLR dengan perkiraan akan
berkurang berat bayi sekitar 200 sampai 300 gram
dibandingkan ibu yang bukan perokok begitu pula
dampak yang sama bagi ibu yang pecandu alkohol
(Manuaba, 2007:192-193).
2.2.2.2 Faktor Janin
1. Kehamilan ganda
Pada kehamilan ganda berat janin lebih rendah
daripada kehamilan tunggal pada umur kehamilan yang
sama sampai kehamilan 30 minggu kenaikan berat badan
kembar sama dengan janin kehamilan tunggal. Setelah
itu, kenaikan berat badan lebih kecil , mungkin karena
regangan yang berlebihan memyebabkan peredaran darah
plasenta berkurang. Berat badan satu janin pada
kehamilan kembar rata-rata 1000 gram lebih ringan
daripada janin kehamilan tunggal. Berat badan bayi baru
11

lahir umunya pada kehamilan kembar kurang dari 2500


gram (Wiknjosastro, 390-391).
2.2.3 Klasifikasi BBLR
Ada beberapa cara dalam mengelompokkan bayi BBLR, yaitu:
a. Menurut Harapan hidupnya:
1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500-2500 gram.
2. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) , berat lahir 10001500 gram
3. Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLER), berat lahir kurang
dari 1000 gram.
b. Menurut masa Gestasinya:
1. Prematuritas murni : masa gestasinya kurang dari 37 minggu
dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa
gestasi berat atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai
untuk masa kehamilan (NKB-SMK).
2. Dismaturitas : bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa gertasi itu. Berat bayi mengalami
retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang
kecil untuk masa kehamilannya (KMK).
(Proverawati, 2010: 4-5).
2.2.4 Gambaran Klinis
Menurut Proverawati (2010: 2 ), menyebutkan bahwa secara
umum gambaran klinis dari bayi BBLR adalah sebagai berikut:
a).Berat kurang dari 2500 gram, b).Panjang kurang dari 45 cm,
c).Lingkar dada kurang dari 30 cm, d).Lingkar kepala kurang dari 33
cm, e).Umur kehamilan kurang dari 37 minggu, f).kepala lebih besar,
g).Kulit tipis,transparan,rambut lanugo banyak,lemak kurang, h).Otot
hipotonik lemah, i).Pernafasan tidak teratur dapat terjadi apnea,
j).Ekstremitas:paha abduksi, sendi lutut/kaki fleksi-lurus, k).kepala
tidak mampu tegak, l).Pernafasan 40-50 kali/menit, m).Nadi 100-140
kali/menit.
2.2.5 Komplikasi BBLR

Komplikasi yang dapat timbul pada bayi berat badan lahir


rendah adalah sebagai berikut:
a. Sindrom aspirasi mekonium (menyebabkan kesulitan bernafas pada
bayi)
b. Hipoglikemia simptomatik, terutama pada laki-laki
c. Penyakit membran hialin disebabkan karena surfaktan paru belum
sempurna /cukup, sehingga laveoli kolaps, sesudah bayi
mengadakan inspirasi, tidak tertinggal udara dalam alveoli
sehingga selalu dibutuhkan tenaga negatif yang tinggi untuk
pernafasan berikutnya.
12

d. Asfiksia neonatorum
e. Hiperbilirubinemia
Bayi dismatur sering mendapatkan hiperbilirubinemia,hal ini
mungkin disebabkan karena gangguan pertumbuhan hati.
(Mitayani,2011:174)
2.2.6 Penatalaksanaan BBLR
a. Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi
Bayi dengan berat badan lahir rendah , dirawat di dalam
inkubator. Inkubator yang modern dilengkapi dengan alat pengatur
suhu dan kelembaban agar bayi dapat mempertahankan suhu
tubuhnya yang normal, alat oksigen yang dapat diatur, serta
kelengkapan lain untuk mengurangi kontaminasi bila inkubator
dibersihkan. Kemampuan bayi BBLR dan bayi sakit untuk hidup
lebih besar bila mereka dirawat pada atau mendekati suhu
lingkungan yang netral. Suhu ini ditetapkan dengan mengatur suhu
permukaan yang terpapar radiasi, kelembaban relatif, dan aliran
udara sehingga produksi panas (yang diukur dengan konsumsi
oksigen) sesedikit mungkin dan suhu tubuh bayi dapat
dipertahankan dalam batas normal. Suhu inkubator yang optimum
diperlukan agar panas yang hilang dan konsumsi oksigen terjadi
minimal sehingga bayi telanjang pun dapat mempertahankan suhu
tubuhnya sekitar 36,5-370C. Tingginya suhu lingkungan ini
tergantung dari besar dan kematangan bayi.
Sebelum memasukkan bayi kedalam inkubator, inkubator
terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,40C, untuk bayi
dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi
dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan
pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi
pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah.
b. Pengaturan dan Pengawasan Intake Nutrisi
Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi dalam hal ini
adalah menentukan pilihan susu, cara pemberian dan jadwal
pemberian yang sesuai dengan kebutuhan bayi BBLR.
ASI (Air Susu Ibu) merupakan pilihan pertama jika bayi
mampu menghisap. ASI merupakan makanan yang paling utama,
sehingga ASI adalah pilihan yang harus didahulukan untuk
diberikan. ASI juga dapat dikeluarkan dan diberikan pada bayi
yang tidak cukup mengisap. Bila faktor penghisapnya kurang
maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahanlahan atau dengan memasang sonde ke lambung. Permulaan
cairan yang diberikan sekitar 200 cc/kgBB/hari. Jika ASI tidak ada
atau tidak mencukupi khususnya pada bayi BBLR dapat
digunakan susu formula yang komposisinya mirip ASI atau susu
formula khusus BBLR.
13

Cara pemberian makanan bayi BBLR harus diikuti tindakan


pencegahan khusus untuk mencegah terjadinya regurgitasi dan
masuknya udara dalam usus. Pada bayi dalam inkubator dengan
kontak yang minimal, tempat tidur dan kasur inkubator harus
diangkat dan bayi dibalik pada sisi kanannya. Sedangkan pada
bayi lebih besar dapat diberi makan dalam posisi dipangku.
Pada bayi BBLR yang lebih kecil, kurang giat dan
mengisap dan sianosis ketika minum melalui botol atau menetek
pada ibunya, makanan diberikan melalui Naso Gastric
Tube(NGT). Jadwal pemberian makanan disesuaikan dengan
kebutuhan dan berat badan bayi BBLR. Pemberian makanan
interval tiap jam dilakukan pada bayi dengan BBLR.
c. Pencegahan Infeksi
Infeksi adalah masuknya bibit penyakit atau kuman ke
dalam tubuh, khususnya mikroba. Bayi BBLR sangat mudah
mendapat infeksi. Infeksi terutama disebabkan oleh infeksi
nosokomial. Rentan terhadap infeksi ini disebabkan oleh kadar
immunoglobulin serum pada bayi BBLR masih rendah, aktivitas
bakterisidal neotrofil, efek sitotoksik limfosid juga masih rendah
dan fungsi imun belum berpengalaman.
Infeksi lokal bayi cepat menjalar menjadi infeksi umum.
Tetapi diagnosis dini dapat ditegakkan jika cukup waspada
terhadap perubahan (kelainan) tingkah laku bayi sering merupakan
tanda infeksi umum. Perubahan tersebut antara lain: malas
menetek,gelisah,letargi,suhu tubuh meningkat,muntah,diare dan
berat badan mendadak turun.
Fungsi perawatan disini adalah memberi perlindungan
terhadap bayi BBLR dari bahaya infeksi. Oleh karena itu, bayi
BBLR tidak boleh kontak dengan penderita infeksi dalam bentuk
apapun. Digunakan masker dan baju khusus dalam penanganan
bayi , perawatan luka tali pusat, perawatan mata,hidung,kulit,
tindakan aseptis dan antiseptik alat-alat yang digunakan, isolasi
pasien, jumlah pasien dibatasi, rasio perawat pasien ideal,
mengatur kunjungan, menghindari perawatan yang terlalu lama,
mencegah timbulnya asfiksia dan pemberian antibiotik yang tepat.
d. Penimbangan Berat Badan
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi giziatau
nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh
sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.
e. Pemberian Oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi
bayi preterm BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan.
Konsentrasi O2 yang diberikan sekitar 30-35% dengan
14

menggunakan head box, konsentrasi O2 yang tinggi dalam masa


yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina
bayi yang dapat menimbulkan kebutaan.
f. Pengawasan Jalan Nafas
Jalan nafas merupakan jalan udara melalui hidung, pharing,
trakea, bronchiolus, bronchiolus respiratorius, dan duktus
alveoleris ke alveoli. Terhambatnya jalan nafas dapat
menimbulkan asfiksia, hipoksia dan akhirnya kematian. Selain itu
bayi BBLR tidak dapat beradaptasi dengan asfiksia yang terjadi
selama proses kelahiran sehingga dapat lahir dengan asfiksia
perinatal. Bayi BBLR beresiko mengalami serangan apneu dan
defisiensi surfaktan, sehingga tidak dapat memperoleh oksigen
yang cukup yang sebelumnya diperoleh dari plasenta. Dalam
kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan nafas segera
setelah lahir (aspirasi lendir), dibaringkan pada posisi miring,
merangsang pernafasan dengan menepuk atau menjentik tumit.
Bila tindakan ini gagal, dilakukan ventilasi, intubasi endotrakheal,
pijatan jantung dan pemberian oksigen dan selama pemberian
intake dicegah terjadinya aspirasi. Dengan tindakan ini dapat
dicegah sekaligus mengatasi asfiksia sehingga memperkecil
kematian bayi BBLR (Proverawati, 2010:31-35).
2.2.7 Prognosis
Prognosis Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) tergantung dari
berat ringannya masalah perinatal, misalnya masa gestasi, asfiksia,
sindrom gangguan pernafasan, infeksi. Prognosis ini juga tergantung
dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan perawatan
pada saat kehamilan, persalinan dan post natal, resusitasi mencegah
infeksi, mengatasi gangguan pernafasan dan hipoglikemia
(Prawirohardjo,2006).
2.3

Kerangka Konsep
Kerangka Konsep adalah hubungan atau kaitannya antara konsep
atau terhadap konsep lainnya dari masalah yang ingin diteliti. (Notoatmojo,
2003:43)
Kerangka konsep ini disusun berdasarkan tinjauan pustaka untuk
mempermudah gambaran hubungan antar variable.

15

Bagan Kerangka Konsep


Faktor-Faktor yang mempengaruhi BBLR
Menurunnya aliran darah
ke plasenta
mengakibatkan
gangguan fungsi
plasenta, pertumbuhan

Penyakit Ibu
Toksemia
Gravidarum

kemampuan
metabolisme tubuh
berkurang sehingga
tumbuh kembang janin
terganggu

Kadar Hb
(Anemia)

16 th, rahim dan


ukuran panggul belum
dewasa , 35 th,
penurunan fungsi organ
kandungan

Umur Ibu 16
tahun dan 35
tahun

paritas 1 dan paritas >3


mempunyai angka
kematian maternal dan
perinatal

Paritas 1 dan
>3
Faktor
Ibu

ibu hamil dengan jarak


kelahiran dengan anak
terkecil terlalu dekat
dapat terjadi resiko
melahirkan bayi BBLR

Jarak Kehamilan

Wanita yang menderita


malnutrisi menyebabkan
suplai nutrisi ke bayi
berkurang

Status gizi
kurang baik

kandungan rokok dapat


menganggu
perkembangan janin

ibu perokok/
peminum
alkohol

Fakto
r
Janin

semua asupan nutrisi,


vitamin / Fe dari ibu
terbagi ada 2 janin

Kehamilan
Ganda
16

B
B
L
R

Keterangan

:
: tidak diteliti
: di teliti

Gambar 2.1 Kerangka Konsep tentang pengaruh kadar Hemoglobin ibu


hamil pada kejadian BBLR

Uraian Kerangka Konsep


Kerangka konsep ini disusun berdasarkan tinjauan pustaka untuk
mempermudah gambaran antar variable. Dari bagan di atas dapat dijelaskan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya BBLR adalah faktor
ibu, antara lain penyakit ibu (toksemia gravidarum, anemia), usia, paritas,
jarak kehamilan, status gizi, ibu perokok, dan pekerjaan. Faktor janin yaitu
kehamilan ganda.
Dalam penelitian ini hanya diteliti pada faktor penyakit ibu yaitu
anemia dengan cara mengukur kadar Hemoglobin ibu hamil Trimester III.
2.4

Hipotesis
Ada pengaruh kadar Hemoglobin ibu hamil pada kejadian BBLR

17

Anda mungkin juga menyukai