Anda di halaman 1dari 9

Bab 2.

Antena Pada Sistem Seluler


2.1 Antena System Seluler
Antena adalah elemen sistem komunikasi radio yang berfungsi untuk mentransfer en
ergi listrik ke bentuk radiasi elektromagnetik melalui udara dan sebaliknya untu
k menerima radiasi elektromagnetik di udara ke bentuk sinyal listrik. Antena mer
upakan perangkat perantara antara saluran transmisi dan udara, maka antena harus
mempunyai sifat yang sesuai (match) dengan saluran pencatunya.
Jadi di kedua sisi sistem telekomunikasi RF itu , pengirim (transmitter) dan pen
erima (receiver) dilengkapi antenna.
Antena dengan sebutan lain,aerial (biasa nama ini digunakan di Inggris dan Austr
alia) terbuat dari bahan logam yang umumnya tembaga atau aluminium yang tersusun
sedemikian sehingga mempunyai
sifat spesifik untuk sistem telekomunikasi tersebut.
Sifat yang spesifik yang dimaksudkan, adalah pola radiasinya, yaitu pola penyeba
ran energi gelombang elektromagnetik tersebut ke udara (di sisi transmiter), ata
u pola tangkap energi gelombang elektromagnetik dari udara (di sisi penerima). S
istem komunikasi point-to-point misalnya, sistem antenanya akan mempunyai pola r
adiasi yang sempit mengarah pada satu arah ke depan tanpa terdapat pola radiasin
ya yang ke belakang. Sebaliknya, untuk sistem penyiaran, sistem antenanya harus
mempunyai pola radiasi mengarah kesemua arah dengan sama rata atau yang disebut
dengan omnidirectional. Dari sudut pembahasan saluran transmisi, antena
dapat dipandang sebagai beban di sisi pemancar, akan tetapi dianggap generator-s
inyal di sisi penerima.
Dalam hubungan ini, maka berlaku satu kondisi, yaitu, keadaan matching impedance
, atau kesesuaian beban,dimana impedansi antena harus sama dengan impedansi kara
kteristik saluran transmisi atau impedansi output transmiter untuk sisi pengirim
. Di sisi penerima, impedansi antena harus sama dengan impedansi tahap awal

sistem penerima. Bila tidak dipenuhi keadaan matching, maka akan terjadi pantula
n balik sebagian energi yang dikirim. Ini merupakan kerugian (losses) yang kemud
ian kita kenal dengan istilah return loss.
Banyak faktor yg dapat menurunkan kualitas sistem komunikasi wireless, di antara
nya Fading , rugi-rugi udara bebas dan rugi-rugi propogasi. Untuk mengatasi fakt
or ini, Pada komunikasi wireless biasa di gunakan antena diversitas.
2.1.1. Parameter antena untuk implementasi :
a). Penguatan (Gain)
Penguatan pada antena merupakan perbandingan intensitas radiasi pada arah
tertentu terhadap intensitas radiasi yg di terima jika daya yg di terima beras
al dari antena isotropik.
Sebuah antenna isotropic adalah sebuah antenna ideal yang mendistribusikan daya
secara merata ke segala arah.
Antenna isotropic dapat di dekati dengan sebuah dipole, tapi sebuah antenna isot
ropic tidak mungkin dapat dibuat pada kenyataannya. Sebuah model antenna isotrop
ic sangat bermanfaat untuk menjelaskan penguatan relatif sebuah antenna di dunia
nyata.
Gambar 2.1 One isotropic omnidirectional antenna untuk distribution GEM

Gambar :2.2 Banyak antenna Untuk distribution GEM


b). VSWR (Voltage Standing Wave Ratio)
VSWR adalah perbandingan antara amplitudo gelombang berdiri (standing wave
) maksimm dengan minimum. Pada saluran transmisi ada dua komponen gelombang tega
ngan, yaitu tegangan yg di kirimkan dan tegangan yg di refleksikan. Dan perband
ingan anatara tegangan yg di refleksikan dgn tegangan yg di kirimkan di sebut s
ebagai koefisien refleksi tegangan. Kondisi yang paling baik adalah ketika VSW
R bernilai 1 (S=1) yg berarti tidak ada refleksi ketika saluran dlm keadaan matc
hing sempurna. Tapi actual kondisi ini sulit terjadi. Sehingga umunya nilai sta
ndard VSWR yg sering di gunakan utk antena adalah VSWR 2.
Gambar 2.3 VSWR

c). Return Loss


adalah perbandingan antara amplitudo dari gelombang yg di refleksikan terh
adap amplitudo gelombang yg di kirimkan. Return Loss di gambarkan sebagai peni
ngkatan amplitudo dari gelombang yg di refleksikan di bandingkan dgn gelombang
yg di kirim. Sedangkan nilai return loss yg sering di gunakan di bawah -9,54 dB.
Untuk menentukan lebar band width shg nilai gelombang yg refleksikan tidak te
rlalu besar di bandingkan gelomabng yg di kirimkan.
Gambar 2.4
d). Impedansi Masukan
Impedansi masukan dari suatu antena dpt di lihat dari impedansi antena te
rsebut pada terminalnya. Zin = Rin + jXin W
dimana :
Zin
(impedansi masukan),
Rin (resistansi masukan),
JXin (imajinier)
Komponen imajinier mewakili dari antena dan daya yg tersimpan pd medan dekat ant
ena.
Kondisi matching harus di buat sedemikian rupa sehingga mendekati 50 + jo W
e). Bandwidth Antena
Bandwidth antena di definisikan sebagai rentang frekuensi, di mana kinerja
antena yg berhubungan dgn beberapa karaketeristik (spt impedansi masukan,pola,
beamwidth,polarisasi, gain VSWR dll) memenuhi standard.
Rentang Frekuensi utk penentuan bandwidth ditunjukan pada di bawah.
2.1.2. Antena berdasarkan fungsi penempatannya
2.1.2.1. Antena Base Station
adalah antena yg di pasang pd BTS, antena tersebut bisa menggunakan omni at
aupun directional. Utk perencanaan tingkat awal, biasanya di gunakan omni. Untuk
permintaan traffik, biasanya digunakan antena sektoral untuk mendapatkan trafik
yg lebih banyak pd sisi sel terntentu, dan akan mengurangi dampak interferensi
dari sel lain. Seorang RF planner harus memilih menggunakan antena Omni atau
Directional utk mencakup area yg di inginkan.
Gambar 2.5. Omni directional Antena.
b). Antena Subscriber Unit (MS)
Antena Subscriber Unit atau antena MS bisanya memiliki nilai gain dan sens

itivitas yg telah di tentukan oleh standard CDMA Gain antena MS adalah 0 dBi ata
u -2,14 dBd tanpa adanya body loss. Gain akan lebih rendah ketika MS berada di
dalam gedung dan sebaliknya akan lebih baik jika berada di luar gedung. Pengg
unaan antena utk meningkatkan kualitas system adalah dengan konsep sektorial. Se
ktorisasi pada antena adalah pengarahan daya pancar antena BTS pada arah tertent
u dan tergantung kepada kebutuhan. Biasanya sektoral 600 dan 1200.
600 untu
k pengarahan antena 6 arah dan 1200 untuk 3 arah
Gambar 2.6. Sectoral antenna
2.1.2.2. Bentuk Dasar Antena
Struktur dasar antena adalah sebuah dipole pendek (short dipole), yaitu
tersusun dari dua potong logam, padat atau berlubang, yang terbentang masing-ma
sing sepanjang seperempat l dimana dari ujung keduanya yang berdekatan merupakan
input daya yang berasal dari pemancar. Karena ukuran panjangnya, maka struktur
antena ini disebut dengan half-dipole.
Struktur tersebut ditunjukkan pada Gbr-2.7
Gbr-2.7 Struktur antenna Half-Dipole.
Ukuran l merupakan ukuran teoritis antena tersebut yang dinamakan
free space halfwavelength, yang dapat ditentukan besarnya dari hubungan,
l teoritis = c/f
meter ........................................
dimana :
c = kecepatan rambat cahaya di ruang hampa = 3 x 108 m/det
f = frekuensi kerja sinyal, Hz
Sementara ukuran fisik sebenarnya antena tersebut kurang dari nilai yang dinyata
kan pada rumus diatas, melainkan harus dikalikan dengan faktor koreksi, K, yang
besarnya tergantung pada ukuran diameter bahan konduktor antena (rod), atau,
L fisik = K x 0,5 meter ......................................
Nilai K sendiri tergantung dari L/D, yaitu perbandingan antara nilai l dengan dia
meter bahan konduktor antena, yang ditunjukkan hubungannya pada grafik K vs L/D
Gbr-2.8 berikut ini.
Nampak pada Gbr-2.8 bahwa skala L/D dinyatakan dengan skala logaritmis.
Gambar 2.8 Hubungan antara K dengan L/D.
Antena dipole tunggal
adalah suatu antena resonan yang mempunyai panjang total nominal ? pada
frekuensi pembawa, biasanya disebut antena dipole setengah gelombang atau
antena dipole tunggal.
Analisis gelombang elektromagnetik pada antena mikrostrip dipole ? menggunakan m
etode FDTD (Finite Difference Time Domain).
Metode ini digunakan untuk simulasi perambatan gelombang elektromagnetik
pada antena mikrostrip dipole ? yang dilengkapi plat reflektor dan plat parabola
dengan variasi jarak dipole plat reflektor, jari-jari plat parabola, panjang pla
t reflektor
dan jarak antara dipole plat parabola. Dimensi antena yang optimum diperoleh
dengan menentukan selisih rapat daya rata-rata terkecil radiasi gelombang
elektromagnetik pada satu sisi muka gelombang, dan terletak di belakang plat ref
lektor.
Simulasi menghasilkan desain antena dengan dimensi jarak antara dipole plat
reflektor sebesar 1/12 ? (10 mm ), jari-jari plat parabola sebesar 116 mm,
panjang plat reflektor sebesar 82 mm, dan jarak dipole plat parabola sebesar 50
mm.
Untuk frekuensi 144 MHz misalnya, yang menggunakan konduktor aluminium silendris
yang berongga (aluminium tubing) dengan diameter 1 inci, dan mempunyai

Nilai L/D = 40, maka antenna half dipole Tersebut mempunyai ukuran fisik yang
lebih pendek sekitar 5% dari nilai 0,5l -nya.
Contoh Soal 1.
Bila dipilih diameter aluminium tubing sebesar 1 cm, sedang frekuensi kerja pad
a 647,25 MHz, tentukan :
a). L/D ? Dan
b). Panjang antena dipole-nya ?

Contoh Soal 2.
Bila dipilih aluminium tubing dengan nilai L/D = 40, dan rancangan antena dipole
untuk frekuensi 900 MHz, tentukan diameter antena tubing yang akan digunakan ?

2.2.3. Mengapa energi GEM dapat terpancar


Energi gelombang elektromagnetik seperti telah kita ketahui selalu ada
disekitar satu konduktor yang dilewati oleh sinyal listrik, baik itu listrik aru
s searah maupun bolak-balok. Gelombang elektromagnetik (GEM) sesuai namanya, mem
ang terdiri dari dua besaran medan, yaitu, medan listrik dan medan magnet yang s
aling tegak lurus satu sama lain. Apabila sinyal listrik tersebut mengalir pada
saluran yang
ujung beban-nya terbuka seperti Gbr-3(a), maka sinyal arus searah pasti tidak da
pat
mengalir. Tetapi apabila yang disalurkan adalah sinyal listrik bolak-balik denga
n
frekuensi radio, maka sinyal tersebut akan tetap mengalir.
Gbr-2.9. Proses terjadi sebaran energi GEM ke Udar
a
Struktur saluran terbuka ini yang menjadi dasar satu antena pemancaran. Pada Gbr
-3(a) nampak, bahwa energi keluar dari ujung saluran yang berpolaritas positif m
enuju ke saluran yang berpolaritas negatif pada satu siklus tertentu, sehingga a
rahnya dari penghantar pertama ke penghantar pasangan di bawahnya untuk membentu
k satu rangkaian tertutup.
Ujung kedua saluran tersebut pada dasarnya membentuk struktur satu kapasitor, se
hingga bagi sinyal bolak-balik merupakan satu penghubung yang dapat dilewati.Kem
udian kedua konduktor itu dipisahkan seperti ditunjukkan pada Gbr-3(b), maka seb
aran energi yang terjadi menjadi lebih luas dari keadaan pertama.
Setelah itu, pemisahan jarak kedua ujung konduktor itu ditambah
seperti ditunjukkan pada Gbr-3(c), sehingga sebaran energinya makin meluas. Kedu
a potongan konduktor
Tersebut dengan panjang ? inilah yang kemudian membentuk satu struktur antena sho
rt-dipole atau half-dipole. Bagian potongan ? ini biasa disebut sebagai radiator
dari satu struktur antena, walaupun secara keseluruhan terdiri dari beberapa kon
duktor. Panjang selebihnya sebelum short dipole kemudian dinamakan feeder antena
.
2.2.3.1. Pola Radiasi Antena
Pola radiasi (radiation pattern) didefinisikan sebagai pola garis tertutup diata
s kertas dengan bentuk tertentu, yang menunjukkan nilai kuat medan listrik (elec
tric field, E) pancaran satu antena yang terletak di pusat pola tersebut. Untuk
keperluan pengukuran, maka bidang pola yang dipilih ada dua jenis, yaitu H-plane

dan E-plane,
dari sekian banyak kemungkinan bidang searah rambatan dengan sudut dari 0o ~ 360
o. Dalam hal ini, dipilih bidang horizontal (0o) dan vertikal (90o), sehingga te
rdapat dua bidang polarisasi, yaitu horizontal dan vertikal.
Sedang sebutan H dan E masing-masing adalah bidang rambatan medan magnet dan me
dan listrik yang saling tegak lurus dari gelombang elektromanetik, sehingga H-pl
ane ataupun E-plane dapat menjadi bidang pola radiasi horizontal maupun vertikal
, (1)p37. Nampak penggunaan istilah H-plane dan E-plane untuk bidang polarisasi
terdapat ketidakkonsistenan dibanding istilah horizontal dan vertikal.
Polarisasi sendiri didefinisikan sebagai arah vektor medan listrik gelombang ele
ktromagnetik tersebut terhadap permukaan bumi yang tertentu dari arah radiator s
atu antena
Dalam hal antena dipole, bila arah dipolenya mendatar, maka polarisasi gelombang
pancarannya adalah horizontal. Sebaliknya, bila arah dipolenya vertikal, maka p
olarisasi gelombang pancarannya vertikal. Ada satu jenis lagi bentuk polarisasi
ini, yaitu polarisasi helikal dimana arah medan listriknya berubah melingkar sep
anjang jalur propagasinya, sehingga memang radiator antenanya berbentuk spiral.
Polarisasi terakhir ini Tidak digunakan pada sistem seluler. Terdapat satu lagi
pengertian pada pola radiasi ini, yaitu beamwidth, yang didefinisikan sebagai su
dut cakup pancaran yang ditentukan dari perpotongan ke kiri dan kanan pada
pola radiasi yang mempunyai nilai 0,707 kali nilai maksimumnya (pada arah tegak
lurus radiator) atau -3dB terhadap nilai maksimumnya. Titik -3dB tersebut dinam
akan juga half-power point karena daya relatif pancaran pada titik itu sebesar 0
,5 kali nilai puncak pola radiasinya.
Definisi tersebut dilukiskan pada Gbr-3.0. Dengan pola radiasi seperti itu, maka
beamwidth antenna tersebut sebesar 30O
Gambar 3.0 Definisi

3 dB beamwidth

Untuk memberi gambaran pada pola radiasi pancaran antena, diberikan contoh satu
sistem antena yang disusun dari beberapa dipole secara berjajar
(dipole arrays) dan dilengkapi reflektor. Diagram antena tersebut ditunjukkan pa
da Gbr-3.1.
Susunan antena pada Gbr 3.1 adalah jenis antena yang digunakan pada stasiun peng
ulang atau BTS yang bekerja pada frekuensi 470 ~ 790 MHz. Biasanya
dilengkapi dengan penutup dari bahan fiberglass yang Disebut radome. Fungsi pen
utup ini adalah untuk Melindungi arrays dari cuaca seperti salju pada daerah
yang mempunyai empat musim
Gbr 3.1 Antena dipole arrays dgn polarisasi vertikal
(a) susunan antena; (b) pola radiasinya, KATHREIN.
Tampak fisik antena arrays dengan Penutupnya ditunjukkan pada

Gbr3.2. Pada Gbr3.1 nampak bahwa, besar beam anglenya untuk arah
vertical sebesar 62o, sementara Kearah horizontal sebesar 28o
Bentuk fisik antena :
A = 100 cm
B = 50 cm
C = 19 cm
Gbr3.2 Bentuk fisik antenna array dengan radome.

Antena satu dipole sendiri pada posisi horizontal, mempunyai pola radiasi berbe
ntuk bidirectional seperti ditunjukkan pada Gbr3.3.sehingga dalam tiga dimensi m
enyerupai kue donat untuk pola radiasi horizontalnya.
Sedang pola radiasi vertikalnya berbentuk

Gbr 3.3 Pola radiasi antena dipole dgn posisi


Horizontal : (a) horizontal, (b) vertikal.
Sementara antena BTS sendiri, bentuk dasarnya adalah juga struktur half-dipole
seperti tampak luarnya ditunjukkan pada Gbr-3.4. Disitu nampak juga antena dile
ngkapi dengan penutup radome, yaitu antena triple-band yang ditandai dengan
adanya 3 feeder yang terpasang di ujung bawahnya.
Pada satu BTS terdapat tiga atau lebih unit antena seperti ditunjukkan pada Gbr3.4(b) sebagai antena sektor, yang ditempatkan di lokasi diantara tiga sel denga
n sudut cakupan sebesar 120o untuk mencakup area sekitarnya yang bekerja dengan
tiga frekuensi yang berbeda. Sebetulnya untuk memberikan bentuk area enam sisi,
maka unit antena tersebut juga diarahkan keenam arah bila posisi BTS berada di p
usat area layanannya. Antena BTS seperti ditunjukkan pada Gbr-3.4(a) mempunyai r
ata-rata mempunyai beamwidth
horizontal sebesar 65o dengan gain sebesar 17 dBi atau 15 dBd.
Gbr-3.4 Antena BTS (a) bentuk fisik, (b) sbg antena sektor.

Gbr-3.5 Struktur dipole antena BTS (omnidirectional)


(a) bentuk fisik, (b) rangkaian ekivalennya.
Gbr-3.5(b) merupakan saluran transmisi ekivalen susunan antena Gbr-3.5(a).
Pada Gbr-3.5(b) nampak terdapat saluran dengan panjang ?/2 yang
digunakan untuk memberikan kondisi match antara impedansi sumber yang 50 ? denga
n beban yang 25 ? hasil paralel dua antena yang masing-masing mempunyai impedans
i 50 ?. Panjang saluran ?/2 radian tersebut analog dengan nilai ?/4 atau disebut
sebagai saluran trafo ?/4.
Dapat dibuktikan bahwa panjang saluran ?/4 mempunyai impedansi masukan sebesar,
dimana :
Zo = impedansi karakteristik saluran ?/4, ?
ZR = impedansi beban, ?
Contoh Soal 3.
Buktikan persamaan (2-3) dengan nilai konstanta redaman, ?, diabaikan !
Jawaban :
Nilai impedansi masukan ZS tertentu dari

Contoh Soal 4.
Dengan persamaan (2-3), buktikan bahwa nilai impedansi karakteristik
saluran ?/4 pada Gbr-8(b) sebesar 35,35 ? ?
Jawaban :
2.3. Gain Antena Dipole
Gain atau penguatan antena didefinisikan sebagai satu angka yang menjadi faktor
pengali nilai daya medan elektromagnetik yang dipancarkan oleh antena tersebut k
e udara terhadap daya yang dihasilkan pemancar itu sendiri. Karena peningkatan d
aya ini, maka kuat medan listriknya (electric field streght, volt/meter) juga me
ningkat.
Gain antena biasa dinyatakan dalam satuan dB (desiBell) dengan rumus 10 log G. N
ilai gain satu antenna tertentu dari ukuran fisik serta konfigurasi elemen struk
tur antena tersebut,
Misalnya berapa banyak jumlah elemen parasitiknya (antena Yagi), berapa besar di
ameter antena (antena parabola), dsb.
Nilai gain yang dicantumkan adalah nilai gain terhadap antena dipole (dalam dBd
atau dB saja), sementara antena dipole sendiri mempunyai gain sebesar 2,14 dB te
rhadap antena isotropis (antena ideal/teoritis).
Gain terhadap antena isotropis mempunyai satuan dBi (dB-isotropis), (1)p43.
Dengan demikian, bila sebuah antena diketahui mempunyai gain terhadap antena iso
tropis, maka nilai gain tersebut terhadap antena dipole, akan sebesar nilai yang
ada dikurangi 2,14 dB.
Nilai gain (= G) antena terhadap antena isotropis secara umum ditentukan dengan
rumus, (1)132; 321,
dimana :
q E = half-power beamwidth ke arah E-plane atau vertikal (derajat)
f H = half-power beamwidth ke arah H-plane atau horizontal (derajat)
Rumus diatas akan cocok hasilnya dengan pengukuran, bila beamwidth ke kedua arah
bidang polarisasi
tersebut mendekati sama, dan relatif sempit sampai sekitar 20o. Kesalahan akan t
erjadi bila rumus itu misalnya
digunakan untuk antena direktif yang mempunyai beamwidth sangat besar. Dalam kas
us ini, hasil perhitungan
yang terjadi akan lebih besar dari gain sesungguhnya. Penyebab perbedaan hasil y
ang diperoleh antara
Perhitungan dan pengukuran gain tersebut adalah, disebabkan oleh rugi-rugi yang
terjadi pada material antenanya sendiri.
Satu contoh ilustrasi penggunaan rumus diatas,
misalnya gain antena Yagi yang mempunyai beamwidth mendekati sama untuk kedua ar
ah, 45o,
maka dengan rumus diatas,
antena Yagi itu mempunyai gain sebesar 19,75 dBi.
2.2. Antena Sektor
Pengaturan pancaran antena BTS menjadi sektoral (bukan omnidirectional)
dilakukan dengan beberapa alasan teknis, diantaranya adalah, meningkatkan kapasi
tas jaringan yang dibahas pada beberapa modul berikutnya. Sudut sektor yang umum
dioperasionalkan adalah 120O, sementara sudut sektor 90O juga diterapkan pada b
eberapa BTS. Pada awal pengoperasian sistem GSM yang hanya menempati single-band
, yaitu pita 900 MHz, antena sektor hanya satu unit. Namun setelah mulai diopera
sikannya DCS-1800 atau sistem CDMA, maka antena yang ditempatkan dalam satu sekt

or dapat berjumlah dua unit (dual-band) seperti ditunjukkan pada Gbr-3.6 atau ti
ga unit bila dioperasikan tripple-band.
Data antena pada Gbr-3.6 yang diinstal oleh salah
satu vendor di Inggris ditunjukkan pada tabel di bawahnya. Dua unit antena tiap
sektor tersebut dari sistem GSM (2G) dan CDMA (3G).

Gbr-3.6 Penempatan antena BTS sektoral dengan arah azimuth yang berbeda
Terbaca data pada Tabel 2-1, bahwa antena sistem GSM diarahkan ke azimuth, 0O, 1
20O, dan 240O, sedang antena sistem CDMA diarahkan ke azimuth, 60O, 180O, dan 30
0O. Antena ditempatkan pada ketinggian rata-rata
25,9 meter dengan menggunakan feeder coaxial type LDF 5-50 dengan panjang total
40 meter. Kecondongan antena diset pada elevasi 0O
Tabel 2-1. Data Instalasi Antena BTS Gbr-3.6.
Disamping penggabaran instalasi antena sektor dual-band seperti dilukiskan pada
Gbr-3.6, terdapat lagi tiga solusi pengaturan instalasi antena sektoral BTS dual
-band seperti diuraikan berikut ini.
1. Kemungkinan pertama yang dikenal sebagai solusi
separate antenne and feeder system , yaitu, bahwa kedua antena dengan band yang ber
beda itu (GSM-900/ DCS-1800) diinstal atas-bawah seperti
ditunjukkan pada Gbr-3.7. Antena pita 1800 MHz ditempatkan di atas antena pita 9
00 MHz dengan jarak pisah atas-bawah sejauh sekitar 2 ~ 3 meter.
Feeder antena yang digunakan untuk kedua sistem boleh dengan ukuran yang sama se
perti misalnya ukuran (7/8 inci) yang mempunyai losses sebesar 6,2 dB/100m (DSC
-1800) dan 4 dB/100m untuk sistem GSM-900 dengan panjang total sekitar
30 ~ 50 meter.
Gbr-3.7 Solusi pertama instalasi
Gbr-3.8 Solusi kedua instalasi an
tena BTS
antena BTS sektoral dual-band
sektoral dual-band.
2. Solusi kedua adalah yang dikenal sebagai, Common antenna, separate feeder
system yang ditunjukkan
diagramnya pada Gbr-3.8. Dengan sistem ini dilakukan penghematan spasi pada mena
ra BTS, tetapi dengan pengaturan demikian ini, unjuk kerja sistem DCS-1800 lebih
rendah dibandingkan dengan solusi pertama.
Tingkat call-drop sistem DCS-1800 lebih besar dibandingkan sistem GSM-900 pada s
olusi kedua ini. Jenis antena dual-band mempunyai bentuk fisik seperti ditunjukk
an pada Gbr-3.8.
3. Solusi ketiga adalah yang dikenal sebagai, Common antenna and feeder s
ystem yang ditunjukkan diagramnya pada Gbr-3.9. Dengan sistem ini dilakukan pengh
ematan, baik spasi maupun feeder pada menara BTS. Tetapi sebagai penggantinya ad
alah digunakan unit diplexer yang biasanya diinstal diluar rak peralatan BTS. Fu
ngsi diplexer adalah menggabungkan sinyal GSM-900 dan DCS-1800 menjadi satu feed
er menuju satu antena yang sama.
Instalasinya lebih sederhana dari kedua solusi sebelumnya, namun dengan adanya u
nit diplexer, maka dihasilkan insertion loss sebesar 0,3 dB. Kerugian sisipan 0,
3 dB ini akan menyebabkan penurunan daya pancaran (ERP = effective radiationpowe

r) sebesar 6,67 %. Karena pertimbangan untung rugi yang ada pada solusi ketiga i
ni, maka solusi ini jarang diterapkan.
Pada sistem solusi ketiga ini digunakan jenis antena yang broadband, karena haru
s dapat memancarkan dua frekuensi yang berbeda jauh pita frekuensinya seperti GS
M-900 dan DCS-1800.
Gbr-3.9 Solusi ketiga instalasi
(a) Antena BTS sektoral dual-band,
(b) Diplexer RFS.
Unit diplexer sendiri adalah unit yang mempunyai dua inputan dan satu output yan
g berfungsi menyatukan kedua sinyal dengan frekuensi pancaran yang berbeda ke sa
tu antena(broadband) yang sama.

Bab.2 Antena pada Sistem Selular


Fakultas Teknik Elektro
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB
ePERENCANAAN
B, ST
SISTEM TERSENTERIAL

Agung Yok
2

Anda mungkin juga menyukai