Anda di halaman 1dari 10

BAB I

Pendahuluan
Ginjal merupakan sepasang organ saluran kemih terletak di rongga retroperitoneal. Ginjal
dibungkus oleh kapsula fibrosa yang melekat pada parenkim ginjal. Bagian luar kapsula fibrosa
terdapat jaringan lemak yang sebelah luarnya dibatasi oleh kapsula Gerota. Fasia ini berfungsi
sebagai barrier yang menghambat meluasnya perdarahan dari parenkim ginjal serta mencegah
ekstravasasi urine pada saat terjadi trauma ginjal. Selain itu, fasia Gerota dapat pula berfungsi
sebagai barrier dalam menghambat penyebaran infeksi atau menghambat metastasis tumor ginjal
ke organ di sekitarnya. Antara kapsula fibrosa dengan kapsula Gerota terdapat rongga perirenal.
Di luar fasia Gerota terdapat jaringan lemak retroperitoneal yang terbungkus oleh peritoneum
posterior. Rongga di antara kapsula Gerota dan peritoneum ini disebut rongga pararenal.6
Pada bagian anterior ginjal terdapat organ-organ intraperitoneal dan sebelah posterior
terdapat otot-otot punggung serta tulang rusuk ke XI dan XII yang melindungi ginjal. Ginjal
kanan dikelilingi oleh hepar, kolon, dan duodenum; sedangkan ginjal kiri dikelilingi oleh lien,
lambung, pancreas, jejunum, dan kolon. Oleh sebab itu, tidak jarang trauma ginjal diikuti dengan
trauma organ-organ disekitarnya.6

BAB II
ISI
A. Definisi
Ruptur ginjal adalah robek atau koyaknya jaringan ginjal secara paksa.1 Goncangan ginjal
di dalam rongga retroperitoneum menyebabkan regangan pedikel ginjal sehingga menimbulkan
robekan tunika intima arteri renalis. Robekan ini akan memicu terbentuknya bekuan-bekuan
darah yang selanjutnya dapat menimbulkan thrombosis arteri renalis beserta cabang-cabangnya.6
B. Epidemiologi
Trauma ginjal merupakan trauma yang paling sering pada sistem urinarius. 7 Trauma
ginjal merupakan 1-5% dari semua kasus trauma, sebagian besar disebabkan oleh trauma tumpul
(80-95%). Namun dapat juga disebabkan oleh trauma tembus (sekitar 20%) pada kasus trauma
ginjal didaerah perkotaan. Kasus trauma ginjal berdasarkan derajat dan mekanisme trauma
American Association for the Surgery of Trauma (AAST) terlihat pada tabel dibawah ini. Pada
tabel ini terdapat 36 kasus trauma ginjal dengan jumlah laki-laki 27 dan perempuan 9 orang. Usia
rata-rata adalah 28 tahun.4
Kasus trauma ginjal berdasarkan derajat dan mekanisme trauma American Association for
the Surgery of Trauma (AAST)4

Pada penelitian yang dilakukan oleh Patel, et al (2015) didapatkan trauma ginjal derajat V
lebih banyak disebabkan oleh non-sports related.5

Trauma ginjal yang berhubungan dengan olahraga (sports-related injury) dapat juga
menyebabkan trauma ginjal derajat rendah (low-grade), yaitu derajat I-II, sedangkan pukulan
pada daerah flank (panggul) pada sports-related injury dapat juga menyebabkan trauma ginjal
derajat tinggi (high-grade) yaitu derajat III-V.5
3

C. Etiopatogenesis
Trauma pada ginjal dapat terjadi secara langsung karena benturan yang mengenai daerah
pinggang atau tidak langsung, merupakan cedera deselerasi akibat pergerakan ginjal secara tibatiba di dalam rongga retroperitoneum.6,8 Jenis trauma yang mengenai ginjal dapat berupa trauma
tumpul, trauma tajam atau tembus.6

Trauma Ginjal Deselerasi

Trauma Ginjal Tumpul

Trauma tumpul yang dapat menyebabkan trauma ginjal antara lain kecelakaan kendaraan
bermotor, jatuh (fall), dan pukulan (blow). Trauma tembus seperti luka tembak (shooting), luka
tusuk (stabbing) atau tikaman.4 Hampir 82-95% dari trauma ginjal di Amerika Serikat
disebabkan oleh trauma tumpul. Kecelakaan kendaraan bermotor (motor vehicle collision) dan
jatuh merupakan penyebab sebagian besar trauma tumpul ginjal dan sering mengakibatkan
beberapa luka traumatis termasuk cedera intra-abdominal atau toraks lainnya.5
D. Klasifikasi Trauma Ginjal
Penentuan derajat trauma ginjal berdasarkan klasifikasi American Association for the
Surgery of Trauma (AAST) menggunakan hasil CT Scan atau eksplorasi ginjal seperti tabel dan
gambar di bawah ini.3, 4
Derajat trauma ginjal berdasarkan klasifikasi American Association for the Surgery of Trauma3, 4

Derajat
1

Kontusio
Hematoma

Hematoma
Laserasi

Laserasi

Deskripsi Cedera
Hematuria mikroskopik atau gross
Hematoma subkapsular yang tidak meluas tanpa laserasi parenkim
ginjal
Hematoma perirenal yang tidak meluas
Laserasi korteks ginjal dengan kedalaman <1cm tanpa ekstravasasi
urin
Laserasi korteks ginjal >1cm tanpa ruptur collecting system dan
4

Laserasi
Vaskuler

Laserasi
Vaskuler

tanpa ekstravasasi urin


Laserasi parenkim ginjal meluas melalui korteks ginjal, medulla, dan
collecting system
Cedera arteri atau vena segmental dengan hematoma atau laserasi
pembuluh darah parsial atau thrombosis pembuluh darah
Shattered kidney (ginjal terbelah)
Avulsi hilum ginjal yang menyebabkan devaskularisasai ginjal

Klasifikasi trauma ginjal derajat I hingga V dari American Association for the Surgery of Trauma

Sekitar 85% merupakan trauma ginjal minor (derajat I-II), 15% merupakan cedera major (derajat
III-IV), dan 1% ruptur pedikel ginjal (derajat V).6
E. Diagnosis
Penilaian awal pada pasien trauma ginjal harus meliputi jalan nafas, mengkontrol
perdarahan yang tampak. Pada banyak kasus, pemeriksaan fisik dilakukan sesuai dengan kondisi
pasien. Apabila trauma ginjal dicurigai maka harus dilakukan evaluasi lebih lanjut:
1) Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Indikasi yang memungkinkan bahwa terjadinya trauma ginjal meliputi mekanisme
deselerasi yang cepat seperti jatuh dari ketinggian, kecelakaan bermotor dengan kecepatan yang
tinggi, atau trauma langsung pada region flank.7 Riwayat penyakit sebelumnya harus digali,
apakah adanya disfungsi organ sebelum terjadinya trauma dan adanya riwayat penyakit ginjal
sebelumya yang dapat memperberat trauma. Hidronefrosis, batu ginjal, kista, atau tumor telah
dilaporkan dapat menimbulkan komplikasi yang berat.7
Pemeriksaan fisik adalah suatu pemeriksaan yang harus dilakukan pada pasien trauma.
Stabilitas haemodinamik merupakan faktor utama dalam pengelolaan semua trauma ginjal. Vital
sign harus dicatat untuk mengevaluasi pasien. Pada pemeriksaan fisik harus dinilai adanya
trauma tumpul atau trauma tembus pada region flank, lower thorax, dan abdomen atas. Pada luka
tembus, panjang luka tidak menggambarkan secara akurat kedalaman penetrasi. Penemuan
5

seperti hematuria, jejas, dan nyeri pada daerah pinggang, patah tulang iga bawah, atau distensi
abdomen dapat dicurigai adanya trauma pada ginjal.7 Kecurigaan adanya trauma ginjal jika
terdapat :6
a) Trauma di daerah pinggang, punggung, dada sebelah bawah, dan perut bagian atas dengan
disertai nyeri ataupun didapati adanya jejas pada daerah tersebut.
b) Hematuria
c) Fraktur kosta sebelah bawah (T8-T12) atau fraktur prosesus spinosus vertebra.
d) Trauma tembus pada daerah abdomen atau pinggang.
e) Cedera deselerasi yang berat akibat jatuh dari ketinggian atau kecelakaan lalu lintas.
2) Pemeriksaan Laboratorium
Urinalisa, hematokrit, dan kreatinin merupakan pemeriksaan laboratorium yang penting.
Urinalisa merupakan pemeriksaan penting untuk mengetahui adanya cedera pada ginjal.
Hematuria mikroskopis atau gross, sering terlihat tetapi tidak cukup sensitif dan spesifik untuk
membedakan apakah suatu trauma minor atau mayor. Tambahan pula, untuk trauma ginjal yang
berat seperti robeknya ureteropelvic junction, trauma pedikel ginjal, atau trombosis arteri dapat
tampil tanpa disertai dengan hematuria.7
Hematokrit serial bersama dengan vital sign merupakan pemeriksaan yang digunakan
untuk mengevaluasi pasien trauma. Penurunan hematokrit dan kebutuhan untuk transfusi darah
merupakan tanda kehilangan darah dan respon terhadap resusitasi akan menjadi pertimbangan
dalam pengambilan keputusan. Peningkatan kreatinin dapat dikatakan sebagai tanda patologis
pada ginjal.7
3) Pemeriksaan Radiologi (Pencitraan)
Indikasi untuk melakukan pemeriksaan radiologi pada trauma ginjal adalah gross
hematuria, hematuria mikroskopik yang disertai hipotensi (syok), atau adanya trauma major pada
organ yang berhubungan.7 Pada luka tembus, setiap kecurigaan luka yang mengarah pada ginjal
maka perlu melakukan pemeriksaan radiologi tanpa memperhatikan derajat hematuria.
a)

Pemeriksaan Intravenous Urografi (IVU) atau disebut sebagai Pielografi Intra Vena (PIV)
atau Intravenous Pyelografi (IVP). Pemeriksaan IVP adalah foto yang dapat
mengambarkan keadaan sistem urinaria melalui bahan kontras (dengan menyuntikkan
bahan kontras dosis tinggi 2ml/kgBB) digunakan untuk menilai tingkat kerusakan ginjal
dan menilai keadaan ginjal kontralateral. Pemeriksaan IVU dilakukan apabila diduga
terdapat :6
6

i.

Luka tusuk atau luka tembak yang mengenai ginjal.


ii..Cedera tumpul ginjal yang memberikan tanda-tanda hematuria makroskopik.
iii.Cedera tumpul ginjal yang memberikan tanda-tanda hematuria mikroskopik dan
disertai syok.

b) Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) dilakukan sebagai pemeriksaan penunjang apabila


diduga cedera tumpul pada ginjal yang menunjukkan tanda hematuria mikroskopik tanpa
disertai syok. Pemeriksaan USG ini dapat menemukan adanya kontusio parenkim ginjal
atau hematoma subkapsuler. Dengan pemeriksaan ini dapat juga diperlihatkan ada atau
tidak robekan kapsul ginjal. Pemeriksaan USG pada ginjal dipergunakan :6
i. Untuk mendeteksi keberadaan dan keadaan ginjal (hidronefrosis, kista, massa, atau
pengkerutan ginjal) yang menunjukkan non visualized pada pemeriksaan IVU.
ii. Sebagai penuntun pada saat melakukan pungsi ginjal, atau nefrostomi perkutan.
c)

One-shot intra-operative IVP. Pada pasien tidak stabil, sedang menjalani emergency
laparotomy yang sebelumnya tidak sempat dilakukan IVP, one-shot IVP dapat
memberikan informasi tentang keadaan ginjal kontralateral. Tekniknya terdiri dari injeksi
intravena bolus 2ml/kg kontras radiografi diikuti oleh single plain film diambil setelah 10
menit. Tindakan ini aman, efisien, dan kualitas tinggi pada beberapa kasus.7

d) Computed Tomography (CT) adalah pemeriksaan yang lebih sensitif dan spesifik daripada

IVP, USG.7 Pemeriksaan CT scan ini dilakukan untuk menerangkan kelainan pada ginjal,
arteri dan vena renalis, vena kava, dan massa di retroperitoneal. Pemeriksaan CT-scan
dapat menunjukkan adanya robekan jaringan ginjal, ekstravasasi kontras yang luas, dan
adanya nekrosis jaringan ginjal. Selain itu, pemeriksaan CT scan juga dapat mendeteksi
adanya trauma pada organ yang lain. Alat CT scan ini dapat mendeteksi kelainan dalam
waktu cepat (< 30 detik), sehingga dapat dipakai untuk menilai penyebab kolik ureter
atau ginjal. Pemeriksaan CT-scan merupakan pemeriksaan radiologi yang utama bagi
pasien trauma ginjal dengan hemodinamik stabil.6
e)

Magnetic Resonance Imaging (MRI). Pemeriksaan MRI lebih sensitif dalam evaluasi trauma
tumpul, namun bukan pilihan utama pada pasien dengan trauma karena memerlukan waktu
yang lebih lama dan akses pasien yang terbatas. MRI digunakan pada trauma ginjal hanya
jika CT-scan tidak tersedia, pasien alergi iodium, atau pada kasus dengan sedikit temuan pada
pemeriksaan CT-scan.7
7

F. Penatalaksanaan
Pada setiap trauma tajam atau tembus yang diduga mengenai ginjal harus dipikirkan
untuk melakukan tindakan eksplorasi, tetapi pada trauma tumpul sebagian besar tidak
memerlukan operasi. Terapi yang dikerjakan pada trauma ginjal adalah :6
a. Konservatif
Tindakan konservatif ditujukan pada trauma minor (derajat I-II). Pada keadaan ini
dilakukan observasi tanda vital, kemungkinan adanya penambahan massa di pinggang,
adanya pembesaran lingkaran perut, penurunan kadar hemoglobin darah, dan perubahan
warna urin pada pemriksaan urin serial. Jika selama observasi didapatkan adanya tandatanda perdarahan atau kebocoran urin yang menimbulkan infeksi, harus segera dilakukan
tindakan operasi.6
b. Operasi
Operasi ditujukan pada trauma ginjal major (derajat III-IV) dan trauma pedikel
dengan tujuan untuk segera menghentikan perdarahan. Selanjutnya mungkin perlu
dilakukan debridement, reparasi ginjal (berupa renorafi atau penyambungan vaskuler)
atau tidak jarang dilakukan nefrektomi parsial atau total karena kerusakan ginjal yang
sangat berat.6
G. Prognosis
Dengan follow-up yang dilakukan secara hati-hati, kebanyakan kasus ruptur ginjal
memiliki prognosis yang baik.8 Jika tidak mendapatkan perawatan yang cepat dan tepat, trauma
mayor dan trauma pedikel sering menimbulkan perdarahan yang meningkatkan mortalitas.
H. Sistem Rujukan
Pada kasus trauma ginjal di pelayanan kesehatan pertama dilakukan primary dan
secondary survey. Pada secondary survey dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik setelah
memperbaiki keadaan umum pasien atau lakukan resusitasi (bila perlu transfusi, infus cairan,
imobilisasi. Setelah itu dilakukan perujukan segera (IAUI).2
BAB III
Penutup
Ginjal merupakan sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga retroperitoneal.
Ginjal adalah salah satu organ saluran kemih yang paling sering terkena trauma. Trauma yang
dapat menyebakan ruptur pada ginjal antara lain trauma tumpul dan trauma tembus. Jika
dilakukan penatalaksanaan dengan cepat dan tepat serta follow-up pada pasien, kebanyakan

kasus dengan rupture ginjal memiliki prognosis yang baik. Pada pelayanan kesehatan tingkat
pertama setelah dilakukan tatalaksana awal segera dilakukan perujukan.

Daftar Pustaka
1. Dorland, W.A, Newman. Kamus Kedokteran Dorland. 31th Ed. p. 1929. Jakarta: EGC;
2010.
2. IAUI (Ikatan Ahli Urologi Indonesia). Pedoman Pelayanan Berdasar Tingkat Pelayanan
Kesehatan

Bidang

Urologi.

Available

at:

<http://www.iaui.or.id/ast/file/PEDOMAN_PELAYANAN_KESEHATAN_(PPK_IAUI).
pdf> 2015.
3. Indradiputra, I.M.U. & Hartono, T.. Tatalaksana Konservatif Pasien Dewasa dengan
Trauma Tumpul Ginjal Derajat IV Terisolasi. , 43(2), pp.123126. Available at:
<http://www.kalbemed.com/Portals/6/12_237Tatalaksana%20Konservatif%20Pasien
%20Dewasa%20dengan%20Trauma%20Tumpul%20Ginjal%20Derajat%20IV
%20Terisolasi.pdf> 2016.
4. McPhee, M. et al. Renal injury management in an urban trauma centre and implications
for

urological

training.

pp.194197.

Available

at:

<https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26263803> 2015.
5. Patel, D.P. et al. High-grade renal injuries are often isolated in sports-related trauma. ,
46(7), pp.12451249. Available at: <https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25769197>
2016.
6. Purnomo, B.B. Dasar-Dasar Urologi. p. 175-180. Malang: Sagung Seto; 2012.
7. Summerton D., Djakovic N, Kitrey N., Kuehhas F. Guidlines on Urological Trauma.
European Association of Urology. p. 9-22. Available at https://uroweb.org/wpcontent/uploads/24-Urological-Trauma_LR.pdf; 2014.
8. Tanagho, E.A. dan McAninch, J.W. Smiths General Urology. [Medical Book] 17 th ed.
Mc-Graw

Hill;

p.

278-296.

Available

<http://www.tuleoffice.com/images/editor/File/pdf/book/omomi/book/1%20(4).pdf>
2008.

10

at:

Anda mungkin juga menyukai