a
Amal Kitatedak Bisa
=
lah Subhanahu wa ta'ala mencipta-
kan manusia dan jin di dunia ini,
lengkap dengan tugas dan kewajib-
an mereka. Tugas dan kewajiban mereka
selaku hamba Allah adalah beribadah
hanya kepada-Nya (QS.Adz Dzariyat : 56)
dan menjadi wakil (khalifah)-Nya di atas
bumi (QS.Al Bagarah : 30). Ibadah yang
kami maksudkan di sini bukan sekedar
shalat, zakat, puasa, dan haji. Tetapi,
dengan pengertiannya yang lebih luas,
ibadah adalah segala bentuk penghamba-
an atau pengabdian kita yang hanya di:
tujukan kepada Allah semata, yang di
rangkai dengan perintah untuk menjauhi
thaghut (sesembahan selain Allah). (QS.An
Nahl: 36)
Kehidupan bagi manusia maupun jin,
adalah sebagai sarana pengabdian mereka
kepada Sang Pencipta, Allah Subhanahu
wa ta’ala. Dengan adanya kehidupan di
dunia, mereka dituntut untuk menanam
amal kebaikan (al Amal ash Shalih)
sebanyak-banyaknya, agar dapat menuai
pahala, sebagai bekal hidup mereka di
akhirat_nanti. Demikian pula dengan
Wenianteiem ke Surga?
kematian. la merupakan pintu_ menuju
pembuktian kebenaran atas pahala dan
dosa dari segala amal yang telah ia
kerjakan di dunia. (QS.Al-Mulk : 2). Bagi
yang beramal shaleh, walaupun sebesar
atom (dzarrah), ia pasti akan melihatnya.
Demikian juga sebaliknya, bagi yang ber-
amal buruk, ia pun pasti akan melihatnya.
(QS.Az-Zilzalah: 7-8).
Sedangkan kriteria ibadah atau amal
yang diterima Allah haruslah_memenuhi
dua syarat; ikhlas dan mutabaah (sesuai
tuntunan Allah dan Rasul-Nya). Amal yang
dikerjakan dengan ikhlas tanpa mengikuti
aturan yang telah ditentukan Allah dan
Rasul-Nya akan menjadi sia-sia. Begitu
juga sebaliknya, amal yang dikerjakan
sesuai aturan, tapi tidak mengandung
keikhlasan, juga akan menjadi amal yang
sia-sia pula.
Tentang surga dan neraka yang
menjadi tempat pembalasan atas semua
amal kita di dunia, meski di satu sisi Allah
memerintahkan kita untuk beramal yang
banyak, bukan berarti menjadi garansi
mutlak untuk mendapatkan surga-Nya.
No.113 Thn.kell Jumat ke-I Desember 2013 / Shafar 1435 HNamun, sangat bergantung pada ke-
ridhaan-Nya yang diperoleh dari amal
kebaikan yang kita kerjakan. Hal ini dapat
kita simak pada kisah seorang hamba yang
beribadah kepada Allah selama lima ratus
tahun. Ibadahnya ia lakukan di ketinggian
puncak gunung yang luasnya 30 x 30 hasta
persegi, dan berada di tengah laut dengan
luas 4000 farsakh (1 farsakh = 3,5 mil)
persegi. Di tempat ini pula terdapat mata
air yang sejuk, dihiasi dengan indahnya
pohon buah delima, yang sengaja
diperuntukkan bagi si hamba ini.
Di akhir hayatnya, Allah _memanggil-
nya dalam keadaan sujud, sebagaimana
yang dimintanya. Kemudian Allah mem-
bangkitkannya seraya menyuruh para
malaikat untuk memasukkannya ke surga
dengan rahmat-Nya. "Masukkan hamba-
Ku ini kesurga dengan rahmat-Ku".
"Wahai Tuhan-ku, masukkan aku
dengan amalku", sela si hamba. Tetapi
Allah Subhanahu wa ta'ala_ meminta
malaikat untuk memasukkannya dengan
rahmat-Nya. "Wahai Tuhan-ku, masukkan
aku dengan amalku", pintanya lagi.
Allah Subhanahu wa ta'ala kemudian
memerintahkan malaikat untuk me-
nimbang amal si hamba dengan nikmat
yang telah ia dapatkan di dunia. Dan
ternyata amalnya yang lima ratus tahun itu
hanya sebanding dengan nikmat peng-
lihatan yang diberikan Allah Subha-nahu
wa talala, Dengan perbandingan ini maka
Allah menyuruh para malaikat untuk
memasukkannya ke dalam neraka. Pada
saat diseret ke neraka, si hamba dengan
nada memelas ia berseru,
"Wahai Tuhan-ku, masukkanlah aku ke
dalam surga dengan rahmat-Mu.
Mendengar rintihannya, Allah pun ber-
firman, "Kembalikan dia dan masukkan
ke dalam surga."
Ketika di hadapan Allah, dia pun ditanya.
"Wahai Hamba-ku, siapa yang _men-
ciptakanmu dari tiada menjadi ada?"
"Engkau, wahai Tuhan-ku," jawabnya.
Allah bertanya lagi, "Yang demikin itu dari
kamu atau dari rahmat-Ku". "Dari rahmat-
Mu," tegasnya. Allah terus bertanya,
“Siapakah yang _memberi kamu kekuatan
untuk beribadah selama lima ratus
tahun."
“Engkau, wahai Tuhan-ku, dengan rahmat-
Mu".
"Siapa yang telah membawamu ke gunung
ini, kemudian mengeluarkan air yang
dingin dari air laut yang asin, yang
mengeluarkan buah delima di setiap
malamnya, kemudian pada suatu malam
kamu keluar dan memintaku agar aku
mengambil nyawamu dalam keadaan
sujud, dan Aku telah melakukannya,"
tanya Allah. Si hamba pun menjawab,
"Semua ini yang melakukannya adalah
Engkau wahai Tuhan-ku, tentu sekali
dengan rahmat-Mu". Dan si hamba ini
pun akhirnya masuk ke surga dengan
rahmat Allah Subhanahu wa ta'ala. ( Al
Mustadrak : 1V/278, hadits : 7637)
Singkatnya, sebanyak dan sebaik apa-
pun amal yang kita kerjakan, tidak dapat
menjadi jaminan untuk memastikan diri
masuk ke dalam surga-Nya. Kita hanya
bisa mengandalkan rahmat atau kasih
sayang-Nya, yang diperoleh dari ketaatan,
ketakwaan, dan keikhlasan kita kepada-
Nya. Untuk menguatkan hal ini, Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah ber-
sabda di hadapan para sahabat,
"Tidak ada seorang pun yang bisa di-
selamatkan oleh amainya." Para sahabat
bertanya, "Termasuk engkau, wahai
Rasulullah?” "Ya, termasuk juga Aku,
kecuali Allah memasukkanku dengan
rahmat-Nya," jawab beliau.
(HR.Bukhari dari Abu Hurairah)
Hadits di atas menjelaskan agar kita
terus dan terus berbuat baik sebanyak-
banyaknya, tidak berputus asa, bahkan
jika prestasi amal kita terasa sangat
kurang, di saat itulah kesadaran harus kita
bangun untuk memacu diri meningkatkan
kuantitas amal kebaikan kita. Dengan
harapan, semoga kesungguhan yang kita
upayakan menjadi catatan rekomendasi
untuk memperoleh rahmat Allah Subha-
nahu wa ta'ala, Sebab itulah janji-Nya
kepada kita, dan kita yakin bahwa Allah
tidak akan pernah mengingkari janji-Nya.
(QS.Ghafir: 40)
No.113 Thn.ke Il/ Jumat ke-I Desember 2013 / Shafer 1435 HSetelah memahami kewajiban_ kita
kepada Allah, kita pun perlu memahami
dan merenungi keberadaan kita di sisi
Allah Subhanahu wa ta'ala. Sebab sebagai
ciptaan dan milik-Nya, segala sesuatu yang
akan terjadi atas kita sudah ditentukan-
Nya, termasuk tempat kembali apakah di
surga atau neraka. Suatu hari, Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam berada di
dekat sosok jenazah. Beliau mengambil
sesuatu dan memukul-mukul —tanah
dengan benda tersebut. Beliau bersabda,
"Tak satu pun di antara kalian kecuali
telah dituliskan tempatnya di neraka
atau di surga." Para sahabat bertanya,
"Wahai Rasulullah, apakah tidak sebaik-
nya kita bertawakal saja dengan apa
yang telah ditentukan kepada kami, lalu
kami meninggalkan beramal?" Rasul-
ullah menjawab,
"Beramallah kalian, karena setiap orang
telah dimudahkan dengan apa yang telah
diciptakan untuknya. Barangsiapa dari
golongan orang-orang bahagia maka
akan dimudahkan baginya amalan orang:
orang bahagia, dan barangsiapa dari
golongan orang-orang yang celaka maka
iapun akan dimudahkan dengan amalan
orang-orang celaka." (HR.Bukhari)
Terkadang dalam pandangan_ kita
seseorang tampak ahli ibadah, tetapi jika
Allah telah menentukan neraka baginya
maka dengan mudah ia akan mengakhiri
hidupnya dengan amal yang buruk. Dalam
sebuah riwayat dari Sahal bin Sad,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
pernah bertemu dengan pasukan musyrik-
in, lalu mereka berperang. Ketika Rasul-
ullah_bergabung dengan laskarnya, dan
yang lain pun bergabung dengan laskar
mereka masing-masing, di kalangan saha-
bat Rasulullah terdapat seorang (Qazman)
yang tidak pernah membiarkan seorang
pembelot dan pembangkang, kecuali dia
mengejarnya dan membunuhnya dengan
pedangnya. Ada yang berkata, "Tak
seorang pun dari kita yang merasa puas
seperti yang dilakukan si fulan.” Rasulullah
yang mendengar hal itu bersabda,
"Ketahuilah, sesungguhnya dia (Qazman)
adalah ahli neraka."”
Seorang laki-laki (Aktam) dari kaum-
nya berkata, "Aku adalah temannya."
Sahal melanjutkan ceritanya, "Lalu
(Aktam) keluar bersamanya. Ketika ber-
henti iapun berhenti. Ketika bergegas
iapun bergegas. Kemudian orang. itu
(Qazman) terluka sangat parah, dia ingin
segera mati. Diapun meletakkan pedang-
nya di atas tanah, sedang mata pedang-
nya berada di antara dua buah dadanya.
Dia menekan dirinya di atas pedang itu
dan akhirnya bunuh diri." Setelah itu
Aktam menemui Rasulullah dan berkata,
"Aku bersaksi_ bahwa engkau adalah
utusan Allah." Rasulullah bertanya, "Ada
apa ini?” la menjawab, "Laki-laki yang
engkau katakan sebagai ahli neraka dan
menjadi perkara besar bagi orang-orang."
Aktam melanjutkan, “Aku _ terangkan
kepada kalian mengenai dirinya. Aku
keluar mencarinya dan aku dapati dia
sudah terluka amat parah. Dia berusaha
mempercepat kematiannya, lalu me-
letakkan pedangnya di atas tanah, sedang
mata pedangnya ada di antara dua buah
dadanya. Kemudian dia menekan dirinya
di atas pedang itu hingga mati bunuh diri."
Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam pun bersabda,
"Sesungguhnya seorang akan mengerja-
kan amalan penghuni surga pada apa
yang tampak oleh manusid, padahal dia
adalah penghuni neraka. Dan seorang
akan mengerjakan amalan_ penghuni
neraka pada apa yang tampak oleh
manusia, padahal ia adalah penghuni
surga." (HR. Bukhari)
Adapun hadits yang Anda maksud
adalah, "Sesungguhnya Allah mengharam-
kan neraka bagi orang yang mengucapkan
La ilaaha ilia lah yang dengannya ia
mencari ridha Allah." (HR.Bukhari)
Hadits ini derajatnya adalah shahih,
tetapi_ memahaminya haruslah dengan
melihat Asbabul Wurud (sebab muncul)
nya hadits dan memperbandingkannya
dengan hadits lain yang senada dengan-
nya, agar kita tidak berfikir bahwa masuk
surga cukup dengan mengucap syahadat.
Dalam kitab Fathul Bari, karya Ibnu
Hajar Al Asqalani, disebutkan bahwa
No.113 Thn.ke Il/ Jumat ke-I Desember 2013 / Shafer 1435 Hhadits ini munculnya pada permulaan buat apa-apa, tetapi berdo'alah semoga
Islam, dimana shalat, zakat, puasa, haji, Allah memberikan keselamatan karena
perintah dan larangan belum ada kecuali dengan do'a dapat merubah takdir.
percaya kepada Allah dan tidak mem- (HR. Tirmidzi, dengan derajat
persekutukannya. Sehingga wajar saja hasan gharib)
syahadat menjadi bekal utama bagi
Muslim yang meninggal sebelum adanya —_Wallahu alam bish Shawab.
kewajiban.
Sumber : Dikutip dari Majalah Tarbawi
Sedangkan hadits yang senada tetapi Pasi goths
munculnya setelah ada perintah dan
larangan maka peran syahadat menjadi
penyelamat bagi seorang Muslim, dari jgagjia Rauahatul/Jannah
keabadian siksa neraka atas dosa-dosanya. _PerumahanTiban Ray, Sehupang - Batam
Hod ant fen sabde Resllh ya
"Barangsiapa mengucapkan, La ilaha MTatoet! | 06 Decca
illallahu wahdahu la syarika lah, maka dia Khatib:
masuk surga. Abu Darda bertanya, Imam : H.Masrun, S.Pdl
"Walaupun dia berzina dan mencuri?" Muadzin : Mustiadi
Rasulullah menjawab, "Walaupun dia
berzina dan mencuri." (kalimat ini di-
pertegas sebanyak tiga kali).
(HR. Bukhari)
Hadits lain yang lebih jelas, "Akan
keluar dari neraka orang yang meng-
ucapkan La ilaha illaliah dan di dalam
hatinya terdapat kebaikan walau seberat
biji gandum." (HR. Bukhari)
Dua hadits di atas menyuratkan
keadilan dan kasih sayang Allah kepada
hamba-Nya yang Muslim bahwa amal
mereka, walaupun sedikit, tidak akan sia-
sia, dan dia tidak akan kekal di dalam
neraka oleh karena syahadat-nya, kecuali
yang bunuh diri dan berbuat syirik maka ia
akan kekal di neraka. (QS.An Nisa : 48,
116)
Namun demikian, janganlah kita puas
dengan sekadar jaminan syahadat yang
tanpa amal karena siksaan neraka sangat-
lah pedih, dan satu hari di sana ber-
banding 1000 tahun di dunia. (QS. Al Hajj:
47)
"Jangan pula bersikap pasrah dengan
takdir sehingga kita tidak mampu ber-
Pengurus Masjid RAUDHATUL JANNAH. PenasehatiPelindung: Camat Sekupang, Ka KUA Sekupang, Lurah
Tiban Baru, Ketua RW XVIII Tiban Raya, Ketua RT 01 RT 02 Tiban Raya, Ketua Umum: H.Syabril, Dewan
Imam: Lalu Arjan SH, Pengawas : Dis.Khairul Saleh, Sekretaris Umum: Irianto, Bendahara Umum : Etfizal, Ketua
Bidang Idaroh : Hamizar S.Sos, Ketua Bidang Imarah - Rusliadi Sinaga S.Ag. Ketua Bidang Rrayah : HMisman HA,
Majelis Ta‘lim. Ketua : Dewi Meisuri, SE, Sekretaris : Nuriaila, Bendahara - Dwi Retno
No.113 Thn.ke Il/ Jumat ke-I Desember 2013 / Shafer 1435 H 4