PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perlu dipikirkan bahwa memang dalam dinamika organisasi (non provit) seperti ini,
tidak kala pentingnya ketika ada reorientasi sistem perekonomian global, yang
mengakibatkan posisi tawar hingga tahun ini membuat ada banyak kepincangan
dan kemandekan organisasi pemuda dan mahasiswa, baik secara internasional,
nasional, maupun secara lokal untuk masuk dalam bisnis class. Bukan berarti posisi
itu sulit untuk didapati (kecuali diperalat oleh orang lain).
Ada berbagai definisi manajemen yang dapat dijumpai diperpustakaan, salah
satunya yaitu definisi klasifikasi Mary Parker Tollet ( dikutip dari Hellriegel dan
Slocum,1992; Koontz dan Weirich, 1992; Winardi,1990) menyebutkan bahwa
manajemen adalah suatu seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
Henry Fayol 1908 mengemukakan fungsi2 manajemen meliputi proses planning,
organizing, commanding, coordinating dan controlling. Sementara itu, Siagian(1992)
menyebutkan ada sedikitnya 4 sudut pandang yang dapat dikupas dari definisi
manajemen :
1. Penerapan teori manajemen harus tetap bersifat situasional, dimana seni
menggerakkan orang lain untuk berperan disini.
2. Manajemen selalu berkaitan dengan organisasi dimana ada yang memimpin atau
mengatur dan ada juga yang harus menjalankan kegiatan operasional.
3. Keberhasilan organisasi merupakan gabungan antara kemahiran manajerial
pimpinan dan keterampilan teknik pelaksana.
4. Kelompok manajerial dan kelompok pelaksana secara operasional harus menyatu
dalam berbagai tindakan nyata dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan.
Istilah manajemen mengandung tiga pengertian, yaitu pertama, manajemen
sebagai suatu proses; kedua, manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang
melakukan aktivitas manajemen; dan ketiga, manajemen sebagai suatu seni (art)
dan sebagai suatu ilmu.
Menurut pengertian yang pertama, yakni manajemen sebagai suatu proses,
berbeda-beda definisi yang diberikan oleh para ahli. Untuk memperlihatkan tata
warna definisi manajemen menurut pengertian yang pertama itu, kita kemukakan
tiga buah definisi. Bila kita perhatikan ketiga definisi di atas, maka akan segera
tampak bahwa ada tiga pokok penting dalam definisi-definisi tersebut, yaitu
pertama adanya tujuan yang ingin dicapai; kedua tujuan dicapai dengan
mempergunakan kegiatan orang lain; ketiga, kegiatan-kegiatan orang lain itu harus
dibimbing dan diawasi
Menurut pengertian yang kedua, manajemen adalah kolektivitas orang-orang yang
melakukan aktivitas manajemen. Jadi dengan kata lain, segenap orang-orang yang
melakukan aktivitas manajemen dalam suatu badan tertentu disebut manajemen.
Dalam arti singular (tunggal), disebut manajer. Manajer adalah pejabat yang
bertanggungjawab atas terselenggaranya aktivitas-aktivitas manajemen agar
tujuan unit yang dipimpinnya tercapai dengan menggunakan bantuan orang lain.
Teori orang besar ( the great men theory ) atau teori bakat ( Trait theory ) ini adalah
teori klasik dari kepemimpinan. Di sini disebutkan bahwa seorang pemimpin
dilahirkan, artinya bakat - bakat tertentu yang diperlukan seseorang untuk menjadi
pemimpin diperolehnya sejak lahir.
b. Teori situasi
Bertolak belakang dengan teori bakat ialah teori situasi ( situasional theory ). Teori
ini muncul sebagai hasil pengamatan, dimana seseorang sekalipun bukan
keturunan pemimpin, ternyata dapat pula menjadi pemimpin yang baik. Hasil
pengamatan tersebut menyimpulkan bahwa orang biasa yang jadi pemimpin
tersebut adalah karena adanya situasi yang menguntungkan dirinya, sehingga ia
memiliki kesempatan untuk muncul sebagai pemimpin.
c. Teori Ekologi
Sekalipun teori situasi kini banyak dianut, dan karena itu masalah kepemimpinan
banyak menjadi bahan studi, namun dalam kehidupan sehari - hari sering
ditemukan adanya seorang yang setelah berhasil dibentuk menjadi pemimpin,
ternyata tidak memiliki kepemimpinan yang baik. Hasil pengamatan yang seperti ini
melahirkan teori ekologi, yang menyebutkan bahwa seseorang memang dapat
dibentuk untuk menjadi pemimpin, tetapi untuk menjadi pemimpin yang baik
memang ada bakat - bakat tertentu yang terdapat pada diri seseorang yang
diperoleh dari alam.
C. Gaya Kepemimpinan
Telah disebutkan bahwa gaya kepemimpinan tersebut dipengaruhi oleh sifat dan
perilaku yang dimiliki oleh pemimpin. Karena sifat dan perilaku antara seorang
dengan orang lainnya tidak persis sama, maka gaya kepemimpinan ( leadership
style ) yang diperlihatkanpun juga tidak sama.
Berbagai gaya kepemimpinan tersebut jika disederhanakan dapat dibedakan atas
empat macam, yaitu :
a. Gaya Kepemimpinan Diktator
Pada gaya kepemimpinan diktator ( dictatorial leadership style ) ini upaya mencapai
tujuan dilakukan dengan menimbulkan ketakutanserta ancaman hukuman. Tidak
ada hubungan dengan bawahan, karena mereka dianggap hanya sebagai pelaksana
dan pekerja saja.
b. Gaya Kepemimpinan Autokratis
Pada gaya kepemimpinan ini ( autocratic leadership style ) segala keputusan berada
di tangan pemimpin. Pendapat atau kritik dari bawahan tidak pernah dibenarkan.
Pada dasarnya sifat yang dimiliki sama dengan gaya kepemimpinan dictator tetapi
dalam bobot yang agak kurang.
c. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Pada gaya kepemimpinan demokratis ( democratic leadership style ) ditemukan
peran serta bawahan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan secara
musyawarah. Hubungan dengan bawahan dibangun dengan baik. Segi positif dari
gaya kepemimpinan ini mendatangkan keuntungan antara lain: keputusan serta
tindakan yang lebih obyektif, tumbuhnya rasa ikut memiliki, serta terbinanya moral
yang tinggi. Sedangkan kelemahannya : keputusan serta tindakan kadang - kadang
lamban, rasa tanggung jawab kurang, serta keputusan yang dibuat terkadang
bukan suatu keputusan yang terbaik.
d. Gaya Kepemimpinan Santai
Pada gaya kepemimpinan santai ( laissez - faire leadership style ) ini peranan
pimpinan hampir tidak terlihat karena segala keputusan diserahkan kepada
bawahan, jadi setiap anggota organisasi dapat melakukan kegiatan masing - masing
sesuai dengan kehendak masing - masing pula.
D. Pemimpin yang efektif
Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pemimpin yang dapat
mempengaruhi orang lain agar dapat bekerja sama untuk mencapai hasil yang
memuaskan bagi terjadinya perubahan yang bermanfaat. Ada beberapa
kepemimpinan yang efektif antara lain menurut :
a. Ruth M. Trapper (1989 ), membagi menjadi 6 komponen :
1. Menentukan tujuan yang jelas, cocok, dan bermakna bagi kelompok. Memilih
pengetahuan dan ketrampilan kepemimpinan dan dalam bidang profesinya.
2. Memiliki kesadaran diri dan menggunakannya untuk memahami kebutuhan
sendiri serta kebutuhan orang lain.
3. Berkomunikasi dengan jelas dan efektif.
4. Mengerahkan energi yang cukup untuk kegiatan kepemimpinan
5. Mengambil tindakan
b. Hellander ( 1974 )
Dikatakan efektif bila pengikutnya melihat pemimpin sebagai seorang yang
bersama - sama mengidentifikasi tujuan dan menentukan alternatif kegiatan.
c. Bennis ( Lancaster dan Lancaster, 1982 )
Mengidentifikasi empat kemampuan penting bagi seorang pemimpin, yaitu :
1. Mempunyai pengetahuan yang luas dan kompleks tentang sistem manusia
( hubungan antar manusia ).
2. Menerapkan pengetahuan tentang pengembangan dan pembinaan bawahan.
3. Mempunyai kemampuan hubungan antar manusia, terutama dalam
mempengaruhi orang lain.
4. Mempunyai sekelompok nilai dan kemampuan yang memungkinkan seseorang
mengenal orang lain dengan baik.
d. Gibson ( Lancaster dan Lancaster,1982 )
Seorang pemimpin harus mempertimbangkan :
1. Kewaspadaan diri ( self awarness )
Kewaspadaan diri berarti menyadari bagaimana seorang pemimpin mempengaruhi
orang lain. Kadang seorang pemimpin merasa ia sudah membantu orang lain, tetapi
sebenarnya justru telah menghambatnya.
2. Karakteristik kelompok
Seorang pemimpin harus memahami karakteristik kelompok meliputi : norma, nilai nilai kemampuannya, pola komunikasi, tujuan, ekspresi dan keakraban kelompok.
3. Karakteristik individu
Pemahaman tentang karakteristik individu juga sangat penting karena setiap
individu unik dan masing - masing mempunyai kontribusi yang berbeda.
E. Pimpinan dan kepemimpinan
Manajer atau kepemimpinan adalah orang yang bertugas melakukan proses atau
fungsi manajemen. Berdasarkan hierarki tugasnya pimpinan dikelompokkan sebagai
berikut :
a. Pimpinan tingkat pertama ( Lower Manager )
Adalah pimpinan yang langsung berhubungan dengan para pekerja yang
menjalankan mesin peralatan atau memberikan pelayanan langsung pada
konsumen. Pimpinan ini diutamakan memiliki proporsi peranan technical skill yang
terbesar dan konseptual skill yang terkecil.
b. Pimpinan tingkat menengah ( Middle Manager )
Adalah pimpinan yang berada satu tingkat di atas Lower Manager. Pimpinan ini
menjadi saluran informasi dan komunikasi timbal balik antara Lower Manager dan
Top Manager , yakni pimpinan puncak ( di atas Middle Manager ) sehingga pimpinan
ini diutamakan memiliki kemampuan mengadakan hubungan antara keduanya.
Konseptual skill adalah ketramp[ilan dalam penyusunan konsep - konsep,
identifikasi, dan penggambaran hal - hal yang abstrak. Sedangkan techmnical skill
adalah ketrampilan dalam melakukan pekerjaan secara teknik. Hubungan antara
manusia merupakan ketrampilan dalam melakukan komunikasi dengan sesama
manusia lain.
c. Pimpinan puncak ( Top Manager )
Pimpinan puncak adalah manajer yang menduduki kewenangan organisasi tertinggi
dan sebagai penanggung jawab utama pelaksanaan administrasi. Pimpinan ini
memiliki proporsi peranan konseptual skill yang terbesar dan technical skill yang
terkecil.
Tugas - tugas pimpinan :
a. Sebagai pengambil keputusan
b. Sebagai pemikul tanggung jawab
c. Mengerahkan sumber daya untuk mencapai tujuan sebagai pemikir konseptual
d. Bekerja dengan atau melalui orang lain
e. Sebagai mediator, politikus, dan diplomat.
F. Peranan pemimpin terhadap kelompok:
a. Sebagai penghubung interpersonal, yaitu merupakan simbul suatu kelompok
dalam melakukan tugas secara hukum dan sosial, mempunyai tanggung jawab dan
memotivasi, mengatur tenaga dan mengadakan pengembangan serta merupakan
penghubung jaringan kerja di luar kelompok.
b. Sebagai inovator atau pembaharu
c. Sebagai pemberi informasi, yaitu memonitor informasi yang ada di lingkungan
organisasi, menyebarluaskan informasi dari luar kepada bawahan dan
mewakilikelompok sebagai pembicara.
d. Menghimpun kekuatan
e. Merangsang perdebatan masyarakat
secara kordinasi satu bagian dengan bagian yang lain. Dalam organisasi perlu
kepemimpinan. Proses kerjasama dalam suatu organisasi dinamakan administrasi,
orang yang memimpin proses tersebut adalah administrator.
Organisasi merupakan kelembagaan dan ketatalaksanaan yang meliputi
perencanaan pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang meliputi SDM
dan SDA. SDM dalam pengorganisasian dan manajemen mempunyai kemampuan
berpikir lebih luas, menelusuri, kompherensif, sistemik dan penajaman.
b. Macam Organisasi
Organisasi dapat dibagi dalam :
a. Organisasi profesi yaitu badan yang akan menerima masukan dari pelanggan
tentang output
b. Organisasi beretika yaitu menetukan standar sejauh mana tingkah laku dan
pengambilan keputusan yang dianggap baik atau buruk
c. Manfaat Organisasi
Organisasi memberi faedah dan manfaat ( Utilities ) kepada anggotanya. Faedah
yang dihasilkan oleh organisasi berupa :
a. Faedah ekonomi, berupa barang dan jasa yang menjamin kebutuhan material
manusia.
b. Faedah Politik, menjamin suatu keadaan yang stabil dalam masyarakat, situasi
politik yang stabil dapat mencapai kemakmuran.
c. Faedah social, diperoleh melalui interaksi social, manusia adalah makhluk social,
faedah yang diperlukan manusia karena manusia memerlukan adanya interaksi
social.
d. Faedah waktu ( Utility 0f time ), faedah yang diperoleh karena waktu. Waktu
seseorang bergabung dalam organisasi atau lamanya organisasi itu berdiri, contoh
pemberian kredit.
e. Utility of Place, faedah karena tempat
f. Utility of Form, faedah karena bentuk
d. Organisasi sebagai Sebuah Sistem
Organisasi merupakan sebuah system, tempat terjadinya kerjasama sekelompok
orang, penetapan tanggung jawab secara jelas, otoritas yang sesuai dengan
tanggung jawab, kesatuan penugasan ( Unity of assignment ), rentang pengawasan,
dan komunikasi. Pembagian kerja dan spesialisasi. Spesialisasi dipandang dari dua
sudut pandang :
a. Dengan jalan membagi suatu pekerjaan dalam bagian yang kecil
b. Dengan memusatkan usaha individual pada aktifitas yang memenfaatkan
bakatnya semaksimal mungkin.
Penetapan tanggung jawabnya jelas. Setiap orang harus mengerti dengan baik
tugasnya dan untuk apa ia bertanggung jawab, kepada siapa ia bertanggung jawab
untuk melakukan tugas-tugasnya.
Otoritas sesuai dengan tanggung jawab. Penetapan tanggung jawab harus diikuti
dengan otoritas yang cukup untuk melaksanakannya. Otoritas untuk membuat
keputusan harus diberikan hingga bidang tempat masalah timbul dan kapan
keputusan akan diterapkan.
mengawasi usaha- usaha dari anggota organisasi dan dari sumber organisasi
lainnya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan dan suatu proses
yang melibatkan hubungan interpersonal dan teknologi, yang akan digunakan untuk
mencapai seluruh atau setidaknya sebagian tujuan organisasi dengan
menggunakan tenaga manusia yang ada serta sumber daya lain dan tekhnologi
yang tersedia. Ilmu-ilmu manajemen dapat dipelajari dalam pendidikan formal,
sebagai suatu dasar penting.
Manajemen dapat dikatakan sebagai suatu rentetan langkah yang terpadu yang
mengembangkan suatu organisasi sebagai suatu sistem yang bersifat sosial,
ekonomis, dan teknis. Sosial berarti menunjukan peran penting manusia dalam
menggerakan seluruh sistem organisasi, ekonomi berarti kegiatan dalam sistem
organisasi yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hakiki manusia, sedangkan
teknis berarti dalam kegiatan ini digunakan alat dan cara tertentu secara sistematis.
Gaya manajemen yang banyak dianut adalah Total Quality Management (TQM).
TQM adalah sistem manajemen yang dimulai dinegara jepang oleh seorang sarjana
Amerika Dr.Deming ditahun 1950 yang diikuti oleh Juran pada tahun 1954. Teknik ini
kemudian dimodifikasi diberbagai tempat oleh para ahli dan digunakan secara
cermat sehingga berhasil dinegara jepang, dan baru belakangan juga diterapkan di
Amerika Serikat.
TQM adalah sistem manajemen yang mengelola perusahaan dan kegiatannya
dengan mengikutsertakan seluruh jajaran karyawan untuk berperan serta dalam
mengembangkan dan meningkatkan mutu disegala bidang demi kepuasan
custumer.
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai
metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
temuan, keterampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan
yang berfokus pada klien
.
b. Manajemen Varney
Pola pikir bidan dalam melaksanakan asuhan dikenal dengan manajemen Varney,
yang menjelaskan bahwa proses manajemen merupakan proses pemecahan
masalah yang ditemukan oleh bidan dan perawat pada awal tahun1970n proses ini
memperkenalkan sebuah metode pengorganisasian pemikiran dan tindakantindakan dengan urutan yang logis dan menguntungkan, baik bagi klien maupun
bagi tenaga kesehatan.
Proses manajemen menurut Varney ada 7 langkah yang berurutan, yang setiap
langkahnya disempurnakan secara periodik, proses dimulai dengan pengumpulan
data dasar dan diakhiri dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk
suatu kerangka lengkap yang dapat di aplikasikan dalam situasi apapun.
Langkah manajemen Varney :
1. Pengumpulan data dasar
2. Interpretasi data dasar
3. Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial
4.
5.
6.
7.
c. Macam-macam Manajemen
Manajemen mengandung tiga pengertian yaitu: pertama, manajemen sebagai
proses, kedua manajemen sebagai kolektivitas, ketiga manajemen sebagai suatu
seni (art) dan suatu ilmu.Hal-hal yang bersifat khusus yang menjadi kajian keilmuan
manajemen antara lain adalah: perencanaan, organisasi, penyusunan, pengarahan,
pengawasan, dan manajemen sumberdaya manusia. Macam-macam manajemen :
1. Manajemen sebagai suatu proses, berbeda-beda definisi yang diberikan oleh para
ahli. Menurut Haiman, manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu dengan
melalui kegiatan orang lain dan mengawasi uasaha-usaha individu untuk mencapai
tujuan utama bersama. Selanjutnya menurut GR. Terry mengatakan bahwa
manajeman adalah pencapaian tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu dengan
mempergunakan kegiatan orang lain. dari dua defenisi tersebut dapat disimplkan
bahwa ada tiga pokok penting dalam defisi tersebut yaitu, pertama adanya tujuan
yang ingin dicapai, kedua tujuan yang dicapai dengan mempergunakan kegiatan
orang lain, dan ketiga kegiatan orang lain itu harus dibimbing dan diawasi.
2. Manajeman sebagai kolektivitas, orang-orang yang melakukan aktivitas
manajeman. Jadi setiap orang yang melakukan aktivitas manajemen dalam suatu
badan tertentu disebut manajeman. Dalam arti tunggal disebut manejer. Manejer
adalah pejabat yan bertanggung jawab atas terselenggaranya aktivitas-aktivtas
manajemen agar tujuan unit pimpinannya tercapai dengan menggunakan bantuan
orang lain.
3. Manajemen sebagai suatu seni dan ilmu, manajemen sebagai seni berfungsi
untuk mencapai tujuan yang nyata mendatangkan hasil atau manfaat, sedangkan
manajeman sebagi ilmu berfungsi menerangkan fenomena-fenomena, kejadiankejadian, kedaan-keadaan. Jadi memberikan penjelasan-penjelasan.
d. Unsur manajemen
1. SDM
2. Uang
3. Tata cara, prosedur
4. Alat-alat, mesin
5. Market (pasar, pelanggan, pembeli, pasien)
6. Material bahan dasar
7. Informasi
e. Prinsip manajemen dalam pelayanan kebidanan
1. Kepatuhan terhadap hokum
2. Etika dan kode etik profesi
3. Profesionalisme dan keahlian
4. Orientasi pelayanan
5. Kesinambungan usaha
6. Sinergi dan kerjasama
7. Pengembangan bertahap
8. Bisnis adalah bisnis
f. Kegiatan manajemen mutu
Pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi dimulai dengan standar etika manajerial
yang tinggi pula, manajemen mutu meliputi kegiatan :
1. Sistem untuk memberlakukan standar profesional, baik dari sudut tingkah laku,
organisasi serta penilaian kegiatan sehari-hari.
2. Sistem pengamatan agar pelayanan selalu diberikan sesuai standar dan deteksi
bila terdapat penyimpangan
3. Sistem untuk senantiasa menunjang berlakunya standar profesional
Kegiatan manajemen meliputi : planning, organizing, staffing, directing, dan
controlling (pengawasan).
BAB IV
KONSEP KEBIDANAN KOMUNITAS
a. Konsep Kebidanan Komunitas
Konsep adalah kerangka ide yang mengandung suatu pengertian tertentu.
Kebidanan berasal dari kata Bidan yang artinya adalah seseorang yang telah
mengikuti pendidikan tersebut dan lulus serta terdaftar atau mendapat ijin
melakukan praktek kebidanan. Sedangkan kebidanan sendiri mencakup
pengetahuan yang dimiliki bidan dan kegiatan pelayanan yang dilakukan untuk
menyelamatkan ibu dan bayi yang dilahirkan.
Komunitas adalah kelompok orang yang berada di suatu lokasi tertentu. Sasaran
kebidanan komunitas adalah ibu dan anak balita yang berada dalam keluarga dan
masyarakat. Pelayanan kebidanan komunitas dilakukan diluar rumah sakit.
Kebidanan komunitas dapat juga merupakan bagian atau kelanjutan pelayanan
kebidanan yang diberikan di rumah sakit. Pelayanan kesehatan ibu dan anak di
lingkungan keluarga merupakan kegiatan kebidanan komunitas.
Kelompok komunitas terkecil adalah keluarga individu yang dilayani adalah bagian
dari keluarga atau komunitas. Oleh karena itu, bidan tidak memandang pasiennya
dari sudut biologis. Akan tetapi juga sebagai unsur sosial yang memiliki budaya
tertentu dan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dan lingkungan disekelilingnya.
Dapat ditemukan disini bahwa unsur-unsur yang tercakup didalam kebidanan
komunitas adalah bidan, pelayanan kebidanan, sasaran pelayanan, lingkungan dan
pengetahuan serta teknologi.
Asuhan kebidanan komunitas adalah merupakan bagian integral dari system
pelayanan kesehatan, khususnya dalam pelayanan kesehatan ibu, anak dan
Keluarga Berencana.
b. Manajemen Kebidanan Komunitas
Dalam memecahkan masalah pasiennya, bidan menggunakan pendekatan
manajemen kebidanan. Manajemen kebidananan adalah metode yang digunakan
1. Melakukan pengelolaan pelayanan ibu hamil, nifas, laktasi, bayi balita dan KB di
masyarakat. Melakukan pengelolaan pelayanan ibu hamil, nifas, bersalin, laktasi,
neonatus bayi balita dan KB di masyarakat sesuai dengan kewenangan Kewenangan
bidan dalam melakukan pelayanan kebidanan dan pengelolaannya diatur sesuai
perundang-undangan yang berlaku (saat ini berlaku Permenkes 149/2010)
2. Mengidentifikasi status kesehatan ibu dan anak. Mengidentifikasi status
kesehatan reproduksi perempuan sepanjang siklus kehidupannya dan kesehatan
bayi di masyarakat Sesuai permenkes 149/2010 pasal 8 b dan c bahwa bidan
berwenang memberikan (b) pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan (c)
pelayanan kesehatan masyarakat. Pasal 9 ayat 3 bayi yang dimaksud adalah bayi
baru lahir normal sampai usia 28 hari
3 Melakukan pertolongan persalinan di rumah dan polindes.
3. Melakukan pertolongan persalinan normal di rumah dan polindes sesuai dengan
standar Standar adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam
menjalankan profesi yang meliputi standar pelayanan, standar profesi dan standar
operasional prosedur.(Pasal 1 Permenkes 149/2010). Dalam melaksanakan praktik,
bidan berkewajiban untk mematuhi standar ( pasal 18 permenkes 149/2010). Bidan
harus melaksanakan tindakan sesuai dengan standar, dimanapun dia melaksanakan
pelayanan kebidanan, termasuk di masyarakat.
4. Mengelola pondok bersalin desa (polindes). Mengelola pondok bersalin desa dan
desa siaga Bidan dalam menjalankan praktik harus membantu program pemerintah
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Pasal 17 Permenkes
149/2010). Desa siaga merupakan program pemerintah dan bidan adalah salah satu
ujung tombak dalam pelaksanaan desa siaga.
5. Melaksanakan kunjungan rumah pada ibu hamil, nifas dan laktasi bayi dan balita.
Melaksanakan kunjungan rumah pada ibu hamil, nifas, menyusui, dan bayi.
Kunjungan rumah merupakan slah satu pelayanan dalam kebidanan komunitas yang
dapat sekaligus melakukan deteksi dini apabila terjadi kelainan. Menurut permenkes
149/2010 kewenangan bidan hanya pada ibu dan bayi. (balita tidak disebutkan)
6. Melakukan penggerakan dan pembinaan peran serta masyarakat untuk
mendukung upaya-upaya kesehatan ibu dan anak.
7. Melaksanakan penyuluhan dan konseling kesehatan. Melaksanakan penyuluhan
dan konseling kesehatan di masyarakat serta melakukan deteksi dini dan merujuk
bila ada yang di luar kewenangan antara lain, Infeksi Menular Seksual (IMS),
penyalahgunaan narkotika psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA) serta
penyakit lainnya Pasal 13 b dan c Permenkes 149/2010 bahwa : (b) melaksanakan
pelayanan kebidanan komunitas, (c) melaksanakan deteksi dini, merujuk dan
memberikan penyuluhan Infeksi Menular Seksual (IMS), penyalahgunaan narkotika
psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA) serta penyakit lainnya
8. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan. Melakukan pencatatan asuhan
kebidanan secara sistematis dan pelaporan penyelenggaraan praktik kebidanan
Pasal 18 Permenkes 149/2010 bahwa dalam melaksanakan praktik bidan
berkewajiban untuk: (f) melakukan pencatatan asuhan kebidanan secara sistematis
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bidan merupakan tenaga kesehatan yang memegang peranan penting dalam
pelayanan maternal dan perinatal, sehingga bidan dituntut untuk memiliki
keterampilan yang lebih baik disertai dengan kemampuan untuk menjalin
kerjasama dengan pihak yang terkait dalam persoalan kesehatan reproduksi di
masyarakat.
Dengan adanya standar asuhan kebidanan yang dapat dibandingkan dengan
pelayanan yang diperoleh, akan lebih meningkatkan kepercayaan masyarakat
terhadap pelaksanaan pelayanan.
Bidan dalam melaksanakan peran, fungsi dan tugasnya didasarkan pada
B. SARAN
Menyikapi Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
NomorHK.02.02/Menkes/149/1/2010 berkaitan dengan kompetensi ke-8 bidan di
dalam Standar Profesi Bidan Indonesia, pada dasarnya kompetensi bidan terkait
dengan kebidanan komunitas sudah tercantum dapal Permenkes ini. Namun ada
beberapa yang kurang adanya kesinambungan antara kompetensi, peran dan fungsi
bidan dengan Permenkes ini. Adapun hal-hal tersebut diantaranya adalah :
a) Dalam permenkes tertulis bahwa pelayanan kebidanan meliputi pelayanan
kepada ibu dan bayi (28 hari) dengan kasus normal. Pada kenyataannya, posyandu
merupakan salah satu tugas bidan dimana kegiatan yang dilakukan pada saat
posyandu diantaranya adalah imunisasi baik pada bayi ataupun boster,
pemantauan tumbuh kembang balita, pemberian makanan tambahan dan lain-lain.
Kegiatan tersebut lebih banyak dilakukan pada balita sehingga seharusnya di
Permenkes di jelaskan secara tertulis bahwa pelayanan kebidanan diberikan kepada
ibu, bayi dan balita.
b) Pada keterampilan dasar dinyatakan bahwa bidan mempunyai kewenangan
dalam melakukan pengelolaan ibu hamil, nifas, laktasi, bayi balita dan KB di
masyarakat. Pada Permenkes dinyatakan bahwa bidan boleh memasang AKDR di
fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah dengan supervisi dokter. Disini ada
beberapa hal yang perlu dipertimbangkan. Apabila semua pelayanan AKDR harus di
tempat pelayanan pemerrintah dan diawasi oleh dokter, bagaimana dengan
polindes yang dikelola oleh bidan di desa (dengan peraturan tersebut maka hal ini
tidak diperbolehkan). Yang kedua apakah dokter umum sudah mendapatkan
standarisasi tentang pemasangan AKDR, karena selama ini bidanlah yang dapat
dikatakan lebih berkompeten dalam hal ini. Yang ketiga jika ada klien yang datang
ke puskesmas dan doktersedang tidak ada ditempat, artinya pasien tidak jadi
menggunakan AKDR. Hal yang paling ditakutkan atas peraturan ini adalah adanya
DAFTAR PUSTAKA
Walsh VL. Buku ajar kebidanan komunitas, Jakarta: EGC; 2008.
Kadra. Kebidanan komunitas. 2009 (diunduh tanggal 1 september 2011). Tersedia
dari: http://kandrawilko.blogspot.com/2009/01/kebidanan-komunitas.html
Simatupang,erna juliana.Manajemen Pelayanan Kebidanan.Jakarta:
Djoko Wiyono ( 1997 ), Manajemen kepemimpinan dan organisasi kesehatan,
Airlangga University Press, Surabaya.
Prayitno Subur ( 1997 ), Dasar - dasar administrasi kesehatan masyarakat,
Airlangga, University Press, Surabaya.
http://atikgurubidan.blogspot.com
http://trip4nk.blogspot.com/2010/04/disiplin-ilmu-yang-terkait-dgn-ilmu.html
Perencanaan Operasional: adalah rincian rencana kerja untuk tahun yang akan datang.
Perencanaan ini digunakan untuk mengidentifikasi tanggung jawab dan sumber-sumber yang
dibutuhkan untuk melengkapi departemen atau unit yang menjadi prioritas terhadap arus
pembukuan tahunan.
Perencanaan strategis: adalah proses sistematik untuk mengukur pengkajian dari suatu
lingkungan (ekonomi, politik, sosial, dan teknologi) keduanya baik secara internal maupun
eksternal. Perencanaan strategis adalah suatu alat management untuk menolong sebuah
organisasi mengatur hasil jangka panjang.
Berikut ini adalah langkah-langkah yang terdapat di dalam proses perencanaan strategis:
1. Pengkajian dari suatu lingkungan: ini merupakan langkah pertama dari proses
perencanaan.Sebagai contoh pada satu tingkatan unit pengkajian lingkungan termasuk mengkaji
para karyawan. Sebagai seorang manajer perlu untuk mengkaji bagaimana karyawan bekerja
untuk merasakan dan bereaksi terhadap isi dari proyek, operasional, atau rencana strategis.
2. Kalimat Misi dan Visi: kalimat misi mengidentifikasi bagaimana keberadaan dari suatu
organisasi. Visi mengidentifikasi masa depan dari suatu organisasi.
3. Pengaturan hasil/tujuan: adalah satu kalimat umum yang membantu individu atau organisasi
merencanakan masa depan secara konstruktif. Tujuan harus menggambarkan secara jelas
keinginan hasil akhir dari satu produk. Untuk perencanaan dalam organisasi, hasil merupakan
tulisan dari suatu rencana operasional dan rencana strategis.
4. Objektif: adalah penjelasan dari penampilan dan aktivitas. Adalah statement untuk membuat
hasil lebih spesifik dan diukur dan memberikan manajer kemampuan untuk mengevaluasi
pencapaian hasil.
5. Strategies: adalah lanjutan dari tindakan dan sikap yang membantu pembuat rencana untuk
mencapai objektifnya.
6. Implementasi: kesuksesan dari suatu strategi implementasi tergantung dari keterlibatan manajer
yang harus memantau semua aktivitas untuk memastikan tercapainya suatu objektif.
7. Pencapaian: pencapaian adalah hasil dari rencana yang telah terwujud. Pencapaian harus realistik
dan dapat diterima.
8. Evaluasi: evaluasi menentukan perjalanan menuju identifikasi hasil.
Ada juga beberapa indikator atau faktor-faktor pendorong yang harus diperhatikan oleh seorang
manajer keperawatan untuk mempertahankan kualitas pelayanan:
1. Pasien dalam hal ini mempunyai peranan penting, karena pasien mempunyai pilihan tentang
harapannya tentang penyedia layanan kesehatan yang sesuai keinginannya.
2. Regulator: regulator mempunyai peran dalam pengaturan standar minimum untuk kualitas dari
suatu organisasi profesional khusunya dalam bidan pelayanan kesehatan.
3. Payers: konstitusi karyawan mempunyai proporsi besar dari pembayar pelayanan perawatan
kesehatan.
4. Kelompok Profesional
Model Kualitas: menyediakan kerangka kerja untuk mendiagnosa dan menemukan solusi dari
suatu masalah. Seringkali pemimpin organisasi memilih model ini karena sering digunakan
dalam pengaturan pelayanan kesehatan.
PDSA( Plan, Do, Study,Act) ini merupakan suatu putaran model improvisasi. Dr. Deming
menganjurkan metode ini improvisasi yang berkelanjutan.
Kepuasan Pasien dan Kualitas Keperawatan: kepuasan pasien dengan pelayanan keperawatan
adalah pengkajian penting dari kualitas pelayanan keperawatan. Karena keperawatan merupakan
tolak ukur dari pengalaman perawatan pasien. Ukuran dari suatu kepuasan mungkin termasuk
persepsi, kepuasan dengan keramahan perawat, ketepatan dari response apabila ada panggilan
dari pasien dan obat-obatan termasuk penjelasan yang diberikan kepada keluarga dan temanteman.
Salah satu buku paling berpengaruh pada pengukuran pelayanan pasien adalah Through the
Patients Eyes (Gerteis et al., 1993).
Referensi : Leadership Roles and Management Function in Nursing Theory and Application.
(Pg.28)
Essential of Nursing Leadership and Management 5th ed (pg.14-18)
Nursing Leadership and Management Theories, Processes and Practice. (pg. 223-236)
NAMA
KELAS : 1DB11
NPM
: 35111614
Pendelegasian wewenang
Pendelegasian wewenang merupakan sesuatu yang vital dalam organisasi kantor. Atasan perlu
melakukan pendelegasian wewenang agar mereka bisa menjalankan operasi manajemen dengan
baik. Selain itu, pendelegasian wewenang adalah konsekuensi logis dari semakin besarnya
organisasi. Bila seorang atasan tidak mau mendelegasikan wewenang, maka sesungguhnya
organisasi itu tidak butuh siapa-siapa selain dia sendiri.Bila atasan menghadapi banyak pekerjaan
yang tak dapat dilaksanakan oleh satu orang, maka ia perlu melakukan delegasi. Pendelegasian
juga dilakukan agar manajer dapat mengembangkan bawahan sehingga lebih memperkuat
organisasi, terutama di saat terjadi perubahan susunan manajemen.
Yang penting disadari adalah di saat kita mendelegasikan wewenang kita memberikan otoritas
pada orang lain, namun kita sebenarnya tidak kehilangan otoritas orisinilnya. Ini yang sering
dikhawatirkan oleh banyak orang. Mereka takut bila mereka melakukan delegasi, mereka
kehilangan wewenang, padahal tidak, karena tanggung jawab tetap berada pada sang atasan.
Berikut ada tips bagaimana mengusahakan agar para atasan mau mendelegasikan wewenang
Pendelegasian
Pendelegasian (pelimpahan wewenang) merupakan salah satu elemen penting dalam fungsi
pembinaan. Sebagai manajer perawat dan bidan menerima prinsip-prinsip delegasi agar menjadi
lebih produktif dalam melakukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Delegasi wewenang adalah
proses dimana manajer mengalokasikan wewenang kepada bawahannya.
Ada empat kegiatan dalam delegasi wewenang:
1. Manager perawat/bidan menetapkan dan memberikan tugas dan tujuannya kepada orang
yang diberi pelimpahan;
2. Manajer melimpahkan wewenang yang diperlukan untuk mencapai tujuan;
3. Perawat/bidan yang menerima delegasi baik eksplisit maupun implisit menimbulkan
kewajiban dan tanggung jawab.
4. Manajer perawat/bidan menerima pertanggungjawaban (akontabilitas) atas hasil yang
telah dicapai.
Alasan pendelegasian :
A. Latar Belakang
Sejak zaman pra sejarah, dalam naskah kuno sudah tercatat bidan dari Mesir
yang berani ambil resiko membela keselamatan bayi-bayi laki-laki bangsa Yahudi
yang diperintahkan oleh Firaun untuk di bunuh. Mereka sudah menunjukkan sikap
etika moral yang tinggi dan takwa kepada Tuhan dalam membela orang-orang yang
berada dalam posisi yang lemah, yang pada zaman modern ini, kita sebut peran
advokasi. Bidan sebagai pekerja profesional dalam menjalankan tugas dan
prakteknya, bekerja berdasarkan pandangan filosofis yang dianut, keilmuan,
metode kerja, standar praktik pelayanan serta kode etik yang dimilikinya.
Kepemimpinan yang kuat dalam kebidanan sangat penting jika melihat
tantangan yang dihadapi profesi. Namun, seperti Jo Coggins menjelaskan, ada
sejumlah hambatan yang harus diatasi dalam rangka untuk memperbaiki ini dan
mendukung komitmen untuk wanita-berpusat perawatan. Bidan telah memfasilitasi
suatu budaya kerja yang mendukung dan proaktif di mana setiap individu didorong
untuk secara teratur menilai dan memperbarui pengetahuan mereka untuk
kepentingan praktik mereka sendiri dan untuk melindungi keselamatan perempuan
dan bayi dalam perawatan mereka.
Selain itu, bidan juga melaksanakan kegiatan kepemimpinan dalam praktek
sehari-hari mereka, meskipun mereka mungkin tidak menyadari hal itu. Ini
termasuk memprioritaskan kebutuhan perawatan, advokasi pilihan perempuan dan
menunjukkan
intra
dan
antarprofesi
bekerja
untuk
memastikan
perbaikan
menunjukkan
bahwa
sementara
semua
bidan
dapat
meningkatkan
sejauh
mana
ini
bisa
efektif.
Namun,
mereka
menunjukkan
sendiri
sebagai
pemimpin,
dan
sesama
orang-orang
praktisi
yang
tugasnya.
Dengan
sifat
kepemimpinan
yang
dia
miliki
dapat
membantu dalam mengorganisir suatu daerah wilayah kerjanya sehingga programprogram yang direncanakan dapat terlaksana dengan baik. Bidan juga harus dapat
berperan
sebagai
advokator
untuk
dapat
mempengaruhi
masyarakat
agar
terjadinya perubahan dalam kebijakan publik secara bertahap maju dan semakin
baik terutama dalam bidang kesehatan.
B.
1.
2.
Rumusan Masalah
Bagaimana kepemimpinan/ leadership bidan dalam pelayanan kebidanan?
Bagaimana advokasi bidan dalam pelayanan kebidanan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kepemimpinan bidan dalam pelayanan kebidanan
2. Untuk mengetahui advokasi bidan dalam pelayanan kebidanan
D.
1.
2.
3.
Manfaat
Sebagai bahan tambahan pengetahuan bagi penyusun dan mahasiswa lainnya.
Sebagai bahan diskusi dalam tugas mata kuliah.
Sebagai tambahan referensi bagi tugas-tugas yang berkaitan dengan makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pelayanan Kebidanan
Pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan
yang diberikan oleh bidan yang telah terdaftar (teregister) yang dapat dilakukan
secara mandiri, kolaborasi atau rujukan. Pelayanan kebidanan diarahkan untuk
mewujudkan kesehatan keluarga, sesuai dengan kewenangan dalam rangka
tercapainya keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu, keluarga, dan masyarakat
yang meliputi upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan.
Pelayanan kebidanan dapat dibedakan menjadi:
1.
Layanan Primer ialah layanan bidan yang sepenuhnya menjadi anggung jawab
bidan.
2. Layanan Kolaborasi adalah layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim
yang kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah satu dari sebuah
3.
persalinan
normal,
deteksi
komplikasi
pada
ibu
dan
anak,
melaksanakan tindakan asuhan sesuai dengan kewenangan atau bantuan lain jika
diperlukan, serta melaksanakan tindakan kegawat daruratan. Bidan mempunyai
tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya kepada
perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini harus
mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat
B.
1.
Leadership/ Kepemimpinan
Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah perpaduan berbagai perilaku yang dimiliki seseorang
sehingga orang tersebut mempunyai kemampuan untuk mendorong orang lain
bersedia dan dapat menyelesaikan tugas tugas tertentu yang dipercayakan
kepadanya (Ordway Tead).
Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas seseorang
atau sekelompok orang untuk mau berbuat dan mencapai tujuan tertentu yang
telah ditetapkan (Stogdill).
Kepemimpinan adalah hubungan yang tercipta dari adanya pengaruh yang
dimiliki seseorang terhadap orang lain sehingga orang lain tersebut secara sukarela
mau dan bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Georgy R.
Terry).
Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas seseorang
atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan
dalam suatu situasi tertentu (Paul Hersay, Ken Blanchard).
Dapat dipahami dari empat batasan di atas bahwa kepemimpinan akan
muncul apabila ada seseorang yang karena sifat-sifat dan perilakunya mempunyai
kemampuan untuk mendorong orang lain untuk berpikir, bersikap, dan ataupun
berbuat sesuatu sesuai dengan apa yang diinginkannya.
2.
Teori Kepemimpinan
Ada beberapa yang pernah dikemukakan, antara lain:
a. Teori orang besar atau teori bakat
Teori orang besar (the great men theory) atau teori bakat (Trait theory) ini adalah
teori klasik dari kepemimpinan. Di sini disebutkan bahwa seorang pemimpin
dilahirkan, artinya bakat-bakat tertentu yang diperlukan seseorang untuk menjadi
pemimpin diperolehnya sejak lahir.
b.
Teori Situasi
Bertolak belakang dengan teori bakat ialah teori situasi (situasional theory). Teori ini
muncul sebagai hasil pengamatan, dimana seseorang sekalipun bukan keturunan
pemimpin, ternyata dapat pula menjadi pemimpin yang baik. Hasil pengamatan
tersebut menyimpulkan bahwa orang biasa yang jadi pemimpin tersebut adalah
karena adanya
c.
situasi
yang
menguntungkan
dirinya,
sehingga ia memiliki
3.
Gaya Kepemimpinan
Telah disebutkan bahwa gaya kepemimpinan tersebut dipengaruhi oleh sifat dan
perilaku yang dimiliki oleh pemimpin. Karena sifat dan perilaku antara seorang
dengan orang lainnya tidak persis sama, maka gaya kepemimpinan (leadership
style) yang diperlihatkanpun juga tidak sama.
Berbagai gaya kepemimpinan tersebut jika disederhanakan dapat dibedakan atas
a.
b.
c.
4.
efektif
adalah
seorang
pemimpin
yang
dapat
mempengaruhi orang lain agar dapat bekerja sama untuk mencapai hasil yang
memuaskan bagi terjadinya perubahan yang bermanfaat.
a.
1)
2)
3)
profesinya.
Memiliki kesadaran diri dan menggunakannya untuk memahami kebutuhan sendiri
4)
5)
6)
b.
1)
2)
berikut:
a.
Pimpinan tingkat pertama (Lower Manager), adalah pimpinan yang langsung
berhubungan dengan para pekerja yang menjalankan mesin peralatan atau
memberikan pelayanan langsung pada konsumen. Pimpinan ini diutamakan
memiliki proporsi peranan technical skill yang terbesar dan konseptual skill yang
b.
terkecil.
Pimpinan tingkat menengah (Middle Manager), adalah pimpinan yang berada satu
tingkat di atas Lower Manager. Pimpinan ini menjadi saluran informasi dan
komunikasi timbal balik antara Lower Manager dan Top Manager, yakni pimpinan
puncak (di atas Middle Manager) sehingga pimpinan ini diutamakan memiliki
kemampuan mengadakan hubungan antara keduanya. Konseptual skill adalah
ketrampilan dalam penyusunan konsep konsep, identifikasi, dan penggambaran
hal-hal yang abstrak. Sedangkan techmnical skill adalah ketrampilan dalam
melakukan
pekerjaan
secara
teknik.
Hubungan
antara
manusia merupakan
tertinggi
dan
sebagai
penanggung
jawab
utama
pelaksanaan
administrasi. Pimpinan ini memiliki proporsi peranan konseptual skill yang terbesar
dan technical skill yang terkecil.
Tugas-tugas pimpinan:
a.
b.
c.
d.
e.
6.
a.
b.
kesehatan.
Melaksanakan tanggung jawab kepemimpinan dalam praktik kebidanan di
c.
masyarakat.
Mengumpulkan, menganalisis dan menggunakan data serta mengimplementasikan
upaya perbaikan atau perubahan untuk meningkatkan mutu pelayanan kebidanan
d.
di masyarakat.
Mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah secara proaktif, dengan perspektif
e.
Dalam pelayana kebidanan banyak harapan yang difokuskan oleh orang yang
berbeda dan bekerja sama dalam pelayanan kebidanan dan kepada bidan itu
sendiri. Para pelanggan internal dan eksternal menginginkan bidan dapat member
pelayanan yang berkualitas. Selain keterampilan dan pengetahuan diperlukan
kematangan pribadi bidan dalam member pelayanan karena bidan juga menjadi
tokoh masyarakat dan panutan bagi kaum wanita. Bidan harus menjalankan tugas
dengan tanggung jawab moral karena pelayanan yang diberikan menyangkut
kehidupan ibu dan anak, pencapaian kesejahteraan ibu, anak, dan keluarga, serta
menurunkan angka kematian ibu dan anak. Untuk itu bidan perlu memperhatikan
poinpoin berikut ini untuk mengembangkan kematangan dirinya:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
Teliti
Bertanggu jawab
Jujur
Disiplin tinggi
Hubungan manusia yang efektif
Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Memahami standar profesi kebidanan
Mengerti asas dan tujuan penyelenggaraan praktek kebidanan
Bekerja berdasarkan ketentuan dan landasan hukum pelayanan kebidanan.
Bidan adalah profesi yang benar-benar harus dijiwai karena sangat menuntut
tanggung
jawab.
Bidan
juga
nantinya
akan
menjadi
pemimpin
di
tengah
masyarakat. Bidan adalah orang yang berperan penting dalam terciptanya ibu dan
anak yang sehat dan keluarga bahagia serta generasi bangsa yang sehat. Oleh
karena itu dalam menjalankan tugasnya, bidan harus mempunyai prinsip sebagai
berikut.
1)
Cintai yang anda lakukan, lakukan yang anda cintai (love your do, do your love).
Profesi bidan harus dihayati. Banyak orang yang memilih bidan karena dorongan
orangtua, dengan harapan cepat bekerja dengan masa pendidikan yang singkat dan
dapat membuka praktek mandiri. Oleh karena itu terlepas dari apapun motivasi
2)
3)
4)
meningkatkan
diri,
mengembangkan
kemampuan
kognitif
dengan
diberikannya.
Lakukan yang terbaik (do the best). Jangan pernah memandang klien/pelanggan
sebagai individu yang tidak penting atau mengklasifikasikan pelayanan yang anda
berikan kepada pelanggan dengan memandang status ekonomi, kondisi fisik, dan
lain-lain.
Ingat!
Klien berhak
memdapatkan
pelayanan
kesehatan
tanpa
Bidan dapat juga belajar dari pengalaman bidan lainnya dan masalah yang mereka
hadapi sertabagaimana mereka mengatasinya. Setiap masalah, baik masalah
manajemen maupun asuhan yang diberikan, membuat kita dapat belajar lebih baik
lagi di waktu yang akan datang. Selain itu masalah juga membuat seseorang
mencapai
kedewasaan
dan
kematangan.
Oleh
karena
itu,
jangan
pernah
menyalahkan situasi dan masalah yang ada, justru kita bisa belajar dari setiap
situasi dan mencari strategi pemecahannya, yang terpenting adalah mengevaluasi
segala yang kita lakukan dan belajar dari kesukaran, masalah, dan kesalahan yang
kita alami serta berusaha menghindari kesalahan yang sama.
8) Perubahan perilaku (behavior change). Mengubah perilaku sangat sulit dilakukan.
H. L. Blum mengatakan bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi derajat
kesehatan yaitu tenaga kesehatan, lingkungan, keturunan, dan perilaku. Hal yang
paling sulit dilakukan adalah perubahan perilaku. Akan tetapi, jika bidan sebagai
tenaga kesehatan yang mengemban tanggung jawab moral selalu meningkatkan
diri, menerima perubahan yang positif dan baik untuk pelayanan kebidanan,
meninggalkan praktik yang tidak lagi didukung secara ilmiah, dan mengarahkan diri
selalu pada pencapaian kualitas pelayanan, berorientasi pada tugas dan pelanggan,
turut serta ambil bagian dalam peningkatan kualitas pelayanan kebidanan, mau
memberi dan menerima saran/kritik dari teman sejawat dan organisasi profesi
untuk memperbaiki diri, menyadari batas-batas wewenang dan tanggung jawabnya
sebagai bidan, diharapkan angka kematian ibu dan anak dapat diturunkan. Bidan
juga harus terus melibatkan dirinya dalam perbaikan mutu pelayanan sehingga
bidan selalu berada dalam lingkaran mutu dan memberi pengaruh bagi perbaikan
9)
pasar
serta
memenuhi
kebutuhan
pelanggan.
Organisasi
yang
2)
3)
C. Advokasi
1. Pengertian Advokasi
Istilah advocacy (advokasi) mulai digunakan dalam program kesehatan
masyarakat pertama kali oleh WHO pada tahun 1984, sebagai salah satu strategi
global pendidikan atau promosi kesehatan. Websters New Collegiate Dictionary
mengartikan advokasi sebagai tindakan atau proses untuk membela dan memberi
dukungan. Advoksai dapat pula diterjemahkan tindakan yang mempengaruhi
seseorang.
Advokasi adalah kombinasi individu dan sosial tindakan yang dirancang untuk
keuntungan politik dan masyarakat dukungan untuk tujuan kesehatan atau program
tertentu. Tindakan dapat diambil oleh, atau atas nama, individu dan kelompok
untuk menciptakan kondisi hidup yang mempromosikan kesehatan dan gaya hidup
sehat.
Advokasi adalah suatu pendekatan kepada seseorang atau bidan/organisasi
yang di duga mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu program atau
pelaksanaan suatu kegiatan. Secara operasional, advokasi adalah kombinasi antara
gerakan perorangan dan masyarakat yang di rancang untuk memperoleh komitmet
politis, dukungan kebijakan, penerimaan gagasan, atau dukungan terhadap system
untuk suatu tujuan atau program tertentu.
Dengan demikian dapat disimpuilkan bahwa advokasi adalah kombinasi
antara pendekatan atau kegiatan individu dan social, untuk memperoleh komitmen
politik,
dukungan
kebijakan,
penerimaan
social,
dan
adanya
Tujuan Advokasi
Adapun Tujuan advokasi adalah sebagai berikut:
a. Adanya pemahaman atau kesadarah terhadap masalah kesehatan
b. Adanya ketertarikan dalam menyelesaikan masalah kesehatan
sistem
yang
c.
d.
e.
f.
kelompok
masyarakat
yang
oleh
karena
keterbatasannya
untuk
3.
Prinsip-Prinsip Advokasi
Advokasi tidak hanya sekedar melakukan lobby politik, tetapi mencakup
kegiatan persuasif, memberikan semangat dan bahkan sampai memberikan
tekanan (pressure) kepada para pemimpin institusi. Advokasi tidak hanya dilakukan
individu, tetapi juga oleh kelompok atau organisasi, maupun masyarakat.
Advokasi terdiri atas sejumlah tindakan yang dirancang untuk menarik
perhatian masyarakat pada suatu isu dan mengontrol para pengambil kebijakan
untuk mencari solusinya. Advokasi juga berisi aktivitas-aktivitas legal dan politisi
yang dapat mempengaruhi bentuk dan praktek penerapan hukum.
4.
a.
b.
masyarakat lain.
Penyuluhan Kesehatan (Seminar atau Presentasi)
Petugas kesehatan bersama-sama tokoh masyarakat
melakukan
kegiatan
sendiri.
Membantu masyarakat untuk mengakses kesehatan yang relevan dan informasi
c.
d.
e.
peraturan,
Undang-Undang,
instruksi
yang
politik
dan
organisasi
masyarakat
baik
tingkat
pusat,
propinsi,
6.
d.
e.
Diskusi
Penyampaian pendapat untuk membentuk opini publik dan lain sebagainya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Bidan sebagai seorang pemimpin harus berperan serta dalam perencanaan
pengembangan dan evaluasi kebijakan kesehatan, memiliki tanggung jawab
kepemimpinan
dalam
praktik
kebidanan
di
masyarakat,
mengumpulkan,
B.
Saran
Sebagai Bidan sudah seharusnya memiliki keterampilan kepemimpinan
dalam pelayanan kebidanan disertai dengan kemampuan untuk menjalin kerjasama
dengan pihak yang terkait dalam persoalan kesehatan di masyarakat karena bidan
merupakan tenaga kesehatan yang memegang peranan penting dalam pelayanan
maternal dan perinatal. Bidan dalam melaksanakan peran, fungsi dan tugasnya
didasarkan pada kemampuan dan kewenangan yang diatur melalui Peraturan
Menteri Kesehatan (permenkes).
DAFTAR PUSTAKA
AB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bidan dalam pelayanan kebidanan mempunyai peranan penting dalam menurunkan
angka kematian ibu dan anak dan sebagai ujung tombak pemberi asuhan
kebidanan. Dalam memberi asuhan bidan sebagai individu yang memegang
tanggung jawab terhadap tugas kliennya, bio-psiko sosial. Di tengah masyarakat,
bidan juga berperan dalam memberi pendidikan kesehatan dan mengubah prilaku
masyarakat terhadap pola hidup dan gaya hidup yag tidak sehat. Jadi tidak hanya
memberi asuhan pada individu tapi juga terhadap keluerga dan masyarakat. Oleh
karena itu, bidan harus mempunyai pendekatan manajemen agar dapat
mengorganisasikan semua unsur unsur yang terlibat dalam pelayanannya dengan
baik dalam rangka menuunkan angka kematian ibu dan anak.
Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis sistematis. Oleh
karena itu manajemen kebidanan merupakan alur pikir bagi seorang bidan dalam
memberikan arah/kerangka dalam menangani kasus yang menjadi tanggung
jawabnya.
Manajemen kebidanan mempunyai peran penting dalam menunjang kerja seorang
bidan agar bidan dapat melakukan pelayanan dengan baik kepada kliennya. Oleh
karena itu, kami menyusun makalah ini dengan judul Manajemen Pelayanan
Kebidanan selain sebagai tugas kelompok juga dapat dijadikan referensi bagi
pembaca.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara melakukan manajemen pelayanan kebidanan?
2. Bagaimana konsep/teori manajemen kebidanan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Manajemen Pelayanan Kebidanan
Dalam pelayanan kebidanan, manajemen adalah proses pelaksanaan pemberian
pelayanan kebidanan untuk memberikan asuhan kebidanan kepada klien dengan
tujuan menciptakan kesejahteraan bagi ibu dan anak, kepuasan pelanggan dan
kepuasan bidan sebagai provider.
Akar atau dasar manajemen kebidanan, adalah ilmu manajemen secara umum.
Dengan mempelajari teori manajemen, maka diharapkan bidan dapat menjadi
manajer ketika mendapat kedudukan sebagai seorang pimpinan, dan sebaliknya
dapat melakukan pekerjaan yang baik pula ketika bawahan dalam suatu system
organisasi kebidanan. Demikian pula dalam hal memberikan pelayanan kesehatan
pada kliennya, seorang bidan haruslah menjadi manager yang baik dalam rangka
pemecahan ,masalah dari klien tersebut. Untuk itu kita perlu mengenal terlebih
dahulu pemahaman mengenai ilmu manajemen secara umum, teori-teori
manajemen, fungsi-fungsi manajemen, dan bahkan manajemen skill.
Pengelola pelayanan kebidanan memiliki standar asuhan/manajemen kebidanan
yang ditetapkan sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
B. Teori Manajemen Kebidanan
Menurut Ibnu Syamsi fungsi manajemen terdiri dari :
1. Fungsi perencanaan
2. Fungsi mengatur pelaksanaan
1) Pengorganisasian (organizing )
2) Penyiapan tenaga ( staffing)
3) Pengarahan (directing)
4) Pengkordinasian (coordinating)
5) Permintaan laporan ( reporting )
3. Fungsi pengendalian (controlling )
4. Fungsi pengembangan (development )
Manajemen adalah suatu bentuk kerja. Manajer dalam pekerjaannya harus
melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu yang dinamakan fungsi-fungsi
manajemen, yaitu sebagai berikut :
1. Planning ( Perencanaan )
Yaitu menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai selama suatu masa yang akan
dating dan apa yang harus diperbuat agar dapat mencapai tujuan-tujuan itu.
2. Organizing
Yaitu mengelompokkan dan menentukan berbagai kegiatan penting dan
memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan itu.
3. Staffing
Yaitu menentukan keperluan-keperluan sumber daya manusia, pengarahan,
penyaringan, latihan pengembangan tenaga kerja.
4. Controlling (pengawasan )
Yaitu mengukur pelaksanaan dengan tujuan-tujuan, menentukan sebab-sebab
penyimpangan dan mengambil tindakan korektif yang diperlukan.
Berdasarkan uraian di atas mengenai konsep manajemen secara umum kami akan
membahas bagaimana manajemen kebidanan manajemen kebidanan kaitannya
dengan peran dan fungsi seorang bidan di dalam prakteknya secara professional,
dituntut tanggungjawab manajerial yang bermutu. Untuk itu metode ilmiah akan
dapat dilakukan bila telah memahami betul teknik teknik manajemen yang
adekuat. Artinya di dalam prakteknya yang penuh tanggungjawab itu dilakukan
menggunakan teori-teori dan prinsip manajemen , yang telah diakui secara nasional
maupun internasional. Dengan perkataan lain, bidan praktek telah menggunakan
manajemen kebidanan yang adekuat dalam memberikan asuhan kebidanan pada
kliennya.
C. Langkah Langkah dalam Manajemen Pelayanan Kebidanan
Manajemen pelayanan kebidanan tentu saja mengambil sistem manajemen pada
kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya perdarahan kala III atau
perdarahan segera setelah lahir, distosia bahu, atau nilai APGAR yang rendah).
Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukkan satu situasi yang memerlukan
tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang
dokter, misalnya prolaps tali pusat. Situasi lainnya bisa saja tidak merupakan
kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari pre-eklampsia, kelainan
panggul, adanya penyakit jantung, diabetes atau masalah medik yang serius, bidan
perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi
atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainnya seperti pekerja sosial,
ahli gizi, atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan
harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa
konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen asuhan klien.
Langkah V : Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkahlangkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap
diagnosa atau masalah yang telah dididentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini
informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga
dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang
diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling,
dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan
sosial-ekonomi, kultural atau masalah psikologis.
Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal
yang berkaitan dengan semua aspek asuhan. Setiap rencana asuhan haruslah
disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien, agar dapat
dilaksanakan dengan efektif karena klien merupakan bagian dari pelaksanaan
rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah
merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama
klien, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.
Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan yang menyeluruh ini harus
rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengethuan dan teori yang up to date
serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan klien.
Rasional berarti tidak berdasarkan asumsi, tetapi sesuai dengan keadaan klien dan
pengetahuan teori yang benar dan memadai atau berdasarkan suatu data dasar
yang lengkap, dan bisa dianggap valid sehingga menghasilkan asuhan klien yang
lengkap dan tidak berbahaya.
Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan
pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bias
dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian
lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dalam pelayanan kebidanan ,manajemen adalah proses pelaksanaan pemberian
DAFTAR PUSTAKA
Asrinah,dkk. 2010. Konsep kebidanan. Graha Ilmu : Yogyakarta. Hal. 109
Saifuddin,Abdul Bari.dkk.2006.Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Simatupang,Erna Juliana. 2008.Manajemen Pelayanan Kebidanan.Jakarta;EGC.
Soepardan ,Suryani. 2007.Konsep Kebidanan. Jakarta;EGC.
http://tugas2kuliah.wordpress.com/2011/12/16/makalah-kebidanan-konsepmanajemen-kebidanan/
http://diar13-midyuin08.blogspot.com/2010/02/makalah-organisasi-danmanajemen.html
http://dr-suparyanto.blogspot.com/2010/04/jaminan-mutu-dan-manajemenpelayanan.html
bidan
nantinya
dapat
sebagai
pelaksana,pendidik,peneliti,
dan
bidan
koordinator. Sedangkan karir bidan dalam jabatan struktural tergantung dimana bidan bertugas
apakah dirumah sakit,puskesmas, bidan didesa atau instansi swasta. Karir tersebut dapat dicapai
oleh bidan ditiap tatanan pelayanan kebidanan/kesehatan sesuai dengan tingkat kemampuan
,kesempatan,dan kebijakan yang ada.
I.
1. Karier Fungsional
Pengembangan karier bidan secara fungsional telah disiapkan dengan jabatan fungsional
sebagai bidan serta melalui pendidikan berkelanjutan baik secara formal maupun secara non
formal yang hasil akhirnya akan meningkatkan kemampuan profesional bidan dalam
melaksanakan fungsinya. Fungsi bidan nantinya dapat sebagai pelaksana, pengelola, pendidik,
peneliti, bidan koordinator dan bidan penyelia.
2. Karier Struktural
Karier bidan dalam jabatan struktural tergantung dimana bidan bertugas apakah di Rumah
Sakit, Puskesmas, Bidan di desa atau Bidan di institusi swasta. Karier dapat dicapai oleh bidan di
tiap tatanan pelayanan kebidanan atau pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kemampuan,
kesempatan dan kebijakan yang ada.
B. Pendidikan Berkelanjutan
1. Pengertian Pendidikan Berkelanjutan
Pendidikan berkelanjutan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, hubungan
antar manusia dan moral bidan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan atau pelayanan dan standart
yang telah ditentukan oleh konsil melalui pendidikan formal dan non formal
C.
wajib melakukan registrasi pada organisasi profesi bidan untuk mendapatkan izin memberi
pelayanan kebidanan kapada pasien.
b) Meningkatkan produktivitas kerja
Bidan akan dipacu untuk terus meningkatkan jenjang pendidikan mereka sehingga pengetahuan
dan keterampilan (technical skill) bidan akan lebih berkualitas. Hal ini akan meningkatkan
produktivitas kerja bidan dalam memberi pelayanan pada klien.
c) Efisiensi
Pendidikan bidan yang berkelanjutan akan melahirkan bidan yang kompeten dibidangnya
sehingga meningkatkan efisiensi kerja bidan dalam memeberi pelayanan yang terbaik bagi klien.
d) Meningkatkan kualitas pelayanan
Pendidikan bidan yang berkelanjutan akan memicu daya saing di kalangan profesi kebidanan
agar terus meningkatkan kulitasnya dalam memberi pelayanan kepada klien. Pelayanan
kebidanan yang berkualitas akan menarik konsumen.
e) Meningkatkan moral
Melalui pendidikan bidan yang berkelanjutan tidak hanya pengetahuan dan keterampilan bidan
dalam memberi pelayanan yang menjadi perhatian, tetapi moralitas dan etika seorang bidan juga
ditingkatkan untuk menjamin kualitas bidan yang profesional.
f) Meningkatkan karier
Peluang peningkatan karier akan semakin besar seiring peningkatan kualitas pelayanan, performa
dan prestasi kerja. Semua ini ditunjang oleh pendidikan bidan yang berkualitas.
g) Meningkatkan kemampuan konseptual
Kemampuan intelektual dan konseptual bidan dalam menangani kasus pasien akan terasah
sehingga bidan dapat memberi asuhan kebidanan dengan tepat.
h) Meningkatkan keterampilan kepemimpinan (leadership skill)
Bidan akan memiliki kemampuan kepemimpinan yang baik sebagai seorang manajer, bidan
dibekali keterampilan untuk dapat berhubungan dengan orang lain (human relation) dan
bekerjasama dengan sejawat serta multidisiplin lainnya guna memberi pelayanan yang
berkualitas bagi klien.
i) Imbalan (Kompensasi)
Asuhan bidan yang berkualitas akan menarik konsumen dan meningkatkan penghargaan atas
pelayanan yang diberikan
j) Meningkatkan kepuasan konsumen
Kepuasan konsumen akan meningkat seiring dengan peningkatan kualitas pelayanan kebidanan
2. Sasaran dalam pendidikan Berkelanjutan
a) Bidan praktik swasta
c) Berkelanjutan
Sistem pendidikan berkelanjutan menyelenggarakan pendidikan yang berkesinambungan dan
berkembang
d) Terkoordinasi secara internal
Sistem pendidikan berkelanjutan bekerjasama dengan institusi pendidikan dalam memanfaaatkan
berbagai sumber daya dan mengelola berbagai program pendidikan berkelanjutan.
e) Berkaitan dengan sistem lainnya
Sistem pendidikan berkelanjutan memiliki tiga (3) aspek subsistem yang merupakan bagian dari
sistem-sistem yang lain di luar sistem pendidikan yang berkelanjutan.Ketiga aspek tersebut
adalah :
1) Perencanaan tenaga kesehatan (health manpower planning)
2) Produksi tenaga kesehatan (health manpower production)
3) Manajemen tenaga kesehatan (health manpower management)
II.
JOB FUNGSIONAL
A. Pengertian Job Fungsional
Job fungsional (jabatan
fungsional)
merupakan
Kedudukan
yang
menunjukkan
tugas,kewajiban hak serta wewenang pegawai negri sipil yang dalam melaksanakan tugasnya
diperlukan keahlian tertentu serta kenaikan pangkatnya menggunakan angka kredit.
Jabatan dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu jabatan struktural dan jabatan fungsional.
a. Jabatan struktural : jabatan yang secara jelas tertera dalam struktur dan
diatur berjenjang dalam suatu organisasi.
b. Jabatan fungsional : jabatan yang ditinjau serta dihargai dari aspek
fungsinya yang vital dalam kehidupan masyarakat dan negara. Selain fungsi dan perannya
yang vital dalam kehidupan masyarakat, jabatan fungsional juga berorientasi kualitatif.
Seseorang yang memiliki jabatan fungsional berhak untuk mendapatkan tunjangan fungsional.
Dalam konteks ini, dapat dilihat bahwa jabatan bidan merupakan jabatan fungsional profesional
sehingga berhak mendapat tunjangan fungsional.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Memiliki standar pendidikan yang mendasari dan mengembangkan profesi
sebagai kebutuhan masyarakat.
12. Memiliki standar pendidikan berkelanjutan sebagai wahana pengembangan
kompetensi
B. Macam-Macam Job Fungsional Bidan
Macam-macam Job Fungsional Bidan, antara lain:
1. Memberikan pelayanan kebidanan sebagai tenaga terlatih. Bidan yang telah
lulus dari pendidikan kebidanan yang terakreditasi dan telah memiliki Surat Ijin Bidan dan Surat
Ijin Praktek Bidan dapat memberikan pelayanan kebidanan baik di rumah sakit, Puskesmas,
Polindes, maupun sebagai Bidan Praktek Swasta (BPS) sebagai tenaga kesehatan yang terlatih.
2. Meningkatkan pengetahuan kesehatan masyarakat Bidan memiliki kemampuan
untuk memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat, misalnya dalam kegiatan
Posyandu. Meningkatkan upaya penerimaan gerakan KB. Bidan sangat berperan penting dalam
meyakinkan masyarakat, terutama di pedesaan, akan pentingnya penggunaan alat kontrasepsi
agar tercipta keluarga bahagia dan sejahtera.
3. Pendidikan dukun beranak. Tidak dapat dipungkiri bahwa jasa dukun beranak
masih banyak diminati oleh ibu hamil khususnya didaerah pedesaan dan daerah tertinggal.
Namun,pengetahuan serta keterampilan dukun dalam menolong persalinan serta perawatan ibu
post partum sangat terbatas sehingga dibutuhkan kontribusi bidan dalam memberikan pelatihan
kepada dukun.
4. Bidan juga bekerja sama dengan dukun dengan pembagian kerja yaitu saat
prepartum hingga proses persalinan menjadi tanggung jawab dan kewenangan bidan sedangkan
masa postpartum dapat diambil alih oleh dukun beranak. Meningkatkan sistem rujukan. Tidak
semua persalinan dapat ditolong oleh bidan.Pada persalinan patologis bidan tidak memiliki
kewenangan untuk menanganinya sehingga diperlukan adanya rujukan segera kepada tenaga
kesehatan yang lebih berkompeten dalam menangani persalinan patologis.
5. Sebagai pelaksana asuhan/ pelayanan kebidanan. Bidan merupakan tenaga yang
berkompeten dan memiliki keterampilan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada ibu
hamil,seperti pelayanan KIA dan KB Sebagai pengelola pelayanan KIA/ KB. Pelayanan KIA/KB
merupakan salah satu kewajiban yang harus dilaksanankan oleh bidan dalam menjalankan
asuhan kebidanan
6. Sebagai pendidik klien, keluarga, masyarakat & calon tenaga kesehatan. Bidan
selain berkewajiban memberikan konseling dan informasi ,bidan juga harus dapat memberikan
edukasi atau pendidikan kepada klien dan juga keluarganya.Selain klien dan keluarganya,ruang
lingkup pendidikan yang diberikan oleh bidan juga harus mencakup masyarakat dan calon tenaga
kesehatan .
7. Sebagai pelaksana penelitian dalam pelayanan kebidanan Dengan
perkembangan IPTEK yang semakin pesat,bidan dituntut selalu update pengetahuan terkini dan
melakukan penelitian-penelitian yang dapat bermanfaat bagi peningkatan kualitas pelayanan
kebidanan.
C. Pengaruh Pendidikan Berkelanjutan terhadap Job Fungsional Bidan
Pendidikan berkelanjutan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis,
hubungan antar manusia dan moral bidan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan / pelayanan dan
standar yang telah ditentukan oleh konsil melalui pendidikan formal dan non formal. Dalam
mengantisipasi tingkat kebutuhan masyarakat yang semakin bermutu terhadap pelayanan
kebidanan, perubahan perubahan yang cepat dalam pemerintahan maupun dalam masyarakat
dan perkembangan IPTEK serta persaingan yang ketat di era global ini diperlukan tenaga
kesehatan khususnya tenaga bidan yang berkualitas baik tingkat pengetahuan, ketrampilan dan
sikap profesionalisme.
Prinsip pengembangan karir bidan dikaitkan dengan peran, fungsi dan tanggung jawab
bidan.
Dalam melaksanakan profesinya bidan mempunyai peran dan fungsi sebagai pelaksana,
1.
ketergantungan.
Tugas Mandiri
Tugas mandiri bidan, yaitu:
1) Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidananyang
diberikan
2) Memberikan pelayanan dasar pranikah pada anak remaja dan wanita dengan
melibatkan mereka sebagai klien
3) Memberikan asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal
4) Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan dengan
melibatkan klien atau keluarga
5) Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
6) Memberikan asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan
klien atau keluarga
7) Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan
a.
Tugas Kolaborasi
Tugas-tugas kolaborasi (kerja sama) bidan, yaitu :
1)
Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi
2)
3)
2)
6) Memberikan asuhan kebidanan pada anak balita dengan kelainan tertentu dan kegawatdaruratan
yang memerlukan konsultasi dan rujukan dengan melibatkan klien atau keluarga
2. Pengelola
Sebagai pengelola bidan memiliki dua tugas, yaitu tugas pengembangan pelayanan dasar
kesehatan dan tugas partisipasi dalam tim
a.
Bidan memberi pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada klien (individu, keluarga,
kelompok, serta masyarakat) tentang penanggulangan masalah kesehatan, khususnya yang
Bidan
harus
dapat
Setiap bidan memiliki tanggung jawab memelihara kemampuan profesionalnya. Oleh karena itu,
bidan harus slalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan mengikuti pelatihan,
pendidikan berkelanjutan, seminar serta pertemuan ilmiah lainnya.
3. Tanggung Jawab Terhadap Dokumentasi
Setiap bidan diharuskan mendokumentasikan setiap tinadakan yang diberikan kepada klien
sebagai bahan laporan kepada atasan dan dapat dipertanggung jawabkan bila terjadi gugatan.
4. Tanggung Jawab Terhadap Keluarga yang Dilayani
Tanggung jawab bidan tidak hanya pada KIA, tetapi juga menyangkut kesehatan keluarga. Bidan
harus dapat mengidentifikasi masalah dan kebutuhan keluarga serta pelayanan yang tepat.
Pelayanan kesehatan keluarga merupakan kondisi yang diperlukan ibu untuk rasa aman,
kepuasan dan kebahagiaan selama masa kehamilan. Sehingga bidan harus mengerahkan
kemampuan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan perilakunya dalam memberikan pelayanan
kesehatan keluarga
5. Tanggung Jawab Terhadap Profesi
Bidan harus ikut serta dalam kegiatan organisasi kebidanan. Untuk mengembangkan kemampuan
profesinya, bidan harus mencari informasi mengenai perkembangan ilmu kebidanan.
6. Tanggung Jawab Terhadap Masyarakat
Bidan merupakan anggota masyarakat yang turut bertanggung jawab dalam memecahkan
masalah kesehatan masyarakat baik secara mandiri maupun bersama tenaga kesehatan lain.
1. Konsep Manajemen
Pengertian manajemen sangat universal tetapi tidak ada kesepakatan mengenai batasannya banyak
definisi yang dapat di pilih sesuai dengan tujuan msing-masing. Batasan yang paling singkat mengenai
manajemen ialah :
Manajemen ialah membuat pekerjaan selesai (getting things done).
Prinsip yang mendasari batasan ini adalah komitmen pencapaian, yakni komitmen untuk melakukan
kegiatan yang bertujuan, bukan semata-mata kegiatan. Untuk menegaskan gagasan tujuan ini, maka
batasannya dapat ditulis ulang sebagai : manajemen adalah mengungkapkan apa yang hendak
dikerjakan, dan kemudiaan menyelesaikannya. Dengan kata lain, manajemen menentukan tujuannya
dahulu dengan pasti (yakni menyatakan dengan rinci apa yang hendak dituju) dan mencapainya.
Menurut Muninjaya 1999, Manajemen adalah ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber
daya secara efisien, efektif, dan rasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetepkan ebelumnya.
2. Prinsip-prinsip Manajemen
Tiga prinsip pokok manajemen adalah efisien, efektif dan rasional dalam mengambil keputusan.
Efisiensi
Efisien adalah bagaimana mencapai akhir dengan hanya menggunakan sarana yang perlu, atau dengan
menggunakan sarana sesedikit mungkin.
Efisiensi adalah ukuran mengenai hubungan antara hasil yang dicapai dengan usaha yang telah
dikeluarkan (misalnya oleh seorang tenaga kesehatan).
Efektivitas
Efektifitas adalah seberapa besar suatu tujuan sedang, atau telah tercapai,.
Efektifitas merupakan suatu yang hendak di tingglkan oleh manajemen.
Rasional dalam mengambil keputusan
Pengambilan keputusan yang rasional sangat diperlukan dalam proses manajemen. KEPUTUSAN
merupakan suatu pilihan dalam dan dua atau lebih tindakan. Dalam istilah manajemen, pengambilan
keputusan merupakan jawaban ataspertanyaan tentang perkembangan suatu kegitan.