Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Kode
SKS : 2
: TKK 542
Prasarat: Tujuan
: Mahasiswa mampu menjelaskan berbagai macam cara
pengolahan, penyebab dan mekanisme kerusakan, dan berbagai macam
cara pengawetan bahan makanan.
Silabus
: Pengolahan makanan (Pemanasan, pendinginan,
pembekuan, pengeringan), Kerusakan makanan (kerusakan karena
mikroba, enzyme, pengaruh kondisi lingkungan). Pengawetan makanan
(prinsip dan teknologi dengan menggunakan panas, temperatur rendah,
pengeringan, irradiasi)
Daftar Pustaka:
1. Batty, JC & Folkman, SL, 1983, Food Engineering Fundamentals, John
Wiley & Sons, New York
2. Desrosier, NW & Desrosier, JN, 1977, The Technology of Food
Preservation, AVI Publishing Co, Westport, Connecticut
PENGOLAHAN MAKANAN
Pengolahan makanan adalah kumpulan metode dan teknik yang
digunakan
untuk
mengubah bahan mentah
menjadi makanan atau
mengubah
makanan
menjadi
bentuk
lain
untuk dikonsumsi
oleh manusia atau hewan di rumah atau oleh industri pengolahan
makanan. Pengolahan makanan membutuhkan ladang bersih dan
telah panen atau
produk
hewan yang
disembelih dan penjual
daging danmenggunakannya untuk memproduksi produk makanan
menarik, dapat dipasarkan dan tahan lama. Proses yang sama digunakan
untuk membuat pakan hewan. Contoh ekstrem pengolahan makanan
meliputi penyiapan ikan fugu mati atau konsumsi dibawah gravitasi nol.
Emulsifikasi
Pemasakan,
seperti perebusan, pendidihan, penggorengan, pengukusan atau peman
ggangan
Penggorengan lama
Pemanggangan
Pencampuran
Pengeringan semprot
Pasteurisasi
Pengepakan
Lihat pula
Pengawetan makanan
Penyimpanan makanan
Suplemen makanan
Penyedap makanan
Fortifikasi makanan
Suplemen diet
Pranala luar
PENGAWETAN MAKANAN
Pengawetan
makanan adalah
cara
yang
digunakan
untuk
membuat makanan memiliki daya simpan yang lama dan mempertahankan
sifat-sifat fisik dan kimia makanan.[1]
Dalam mengawetkan makanan harus diperhatikan jenis bahan makanan
yang diawetkan, keadaan bahan makanan, cara pengawetan, dan daya
tarik produk pengawetan makanan. [1] Teknologipengawetan makanan yang
dikembangkan dalam skala industri masa kini berbasis pada caracara tradisional yang
dikembangkan
untuk
memperpanjang
[1]
masa konsumsi bahan makanan.
Daftar isi
1 Tujuan
2 Cara
o
2.1 Fisik
3 Prinsip
4 Referensi
Tujuan
Fisik
Pengawetan makanan secara fisik merupakan yang paling bervariasi
jenisnya, contohnya adalah[3]:
[sunting]Prinsip
Prinsip pengawetan pangan ada tiga, yaitu [5]:
2.
3.
4.
Buah
Daging
Sayuran
Telur
Biji Padi-padian
Biji
Produk-produk
Perusahaan Susu
Tumbuhan-tumbuhan bumbu
Bumbu
10
umumnya. Selain alat, tenaga kerja merupakan faktor utama dalam hasil
produksi kerupuk, sebab beberapa proses dari produksi ini mengandalkan
tenaga manusia. Penggunaan peralatan sederhana ini sangat
mempengaruhi jumlah produksi yang dihasilkan dan mutu. Dengan hanya
menggunakan teknologi tradisional ini terkadang hanya dapat
menghasilkan 1 (satu) kali adonan. Kapasitas produksi dengan alat
sederhana ini sangat kecil dengan mutu yang kurang baik.
2. Teknologi modern
Pembuatan kerupuk dengan teknologi modern adalah proses dengan
menggunakan peralatan yang lebih modern seperti mesin cetak otomatis
yang menghasilkan bentuk yang lebih variatif, mesin pemotong yang lebih
cepat dan penggunaan oven. Penggunaan teknologi ini dapat
menghasilkan jumlah produksi yang berlipat-lipat jika dibandingkan dengan
teknologi sederhana. Dalam satu hari dapat dilakukan 3-4 kali adonan
kerupuk. Selain itu dengan teknologi ini akan menghemat jumlah tenaga
kerja yang digunakan yang akan menurunkan biaya operasional.
3. Teknologi menengah
Pada pembuatan kerupuk dengan teknologi menengah ini menggunakan
peralatan yang terdiri dari mesin-mesin dengan kapasitas yang relatif
masih rendah.
Proses Produksi
Usaha pembuatan kerupuk ikan hanya melakukan pengolahan dari bahan
mentah sampai pada proses kerupuk siap goreng. Adapun proses
pembuatan kerupuk ikan adalah sebagai berikut:
1. Proses penyiapan bahan baku
Proses penyiapan bahan baku adalah persiapan daging ikan yang akan
12
4. Pengukusan
Adonan berbentuk silinder kemudian dikukus dalam dandang selama
kurang lebih 2 jam sampai masak. Untuk mengetahui apakah adonan
kerupuk telah masak atau belum adalah dengan cara menusukkan lidi ke
dalamnya. Bila adonan tidak melekat pada lidi berarti adonan telah masak.
Cara lain untuk menentukan masak atau tidaknya adonan kerupuk dapat
dilakukan dengan menekan adonan tersebut. Bila permukaan silinder
kembali seperti semula, artinya adonan telah masak.
5. Pendinginan
Adonan kerupuk yang telah masak segera diangkat dan didinginkan. Untuk
melepaskan dari cetakan, biasanya adonan tersebut diguyur dengan air.
Adonan tersebut kemudian didinginkan di udara terbuka kurang lebih 1
(satu) hari atau kurang lebih 24 jam hingga adonan menjadi keras dan
mudah diiris.
6. Pemotongan
Tahap selanjutnya adalah pemotongan adonan kerupuk yang telah dingin.
Sebuah mesin pemotong dijalankan oleh 2 (dua) orang. Proses ini juga
dapat dilakukan secara sederhana yaitu mengiris adonan dengan pisau
yang tajam. Pengirisan dilakukan setipis mungkin dengan tebal kira-kira 2
mm, agar hasilnya baik ketika digoreng. Untuk memudahkan pengirisan,
pisau dilumuri dahulu dengan minyak goreng.
7. Penjemuran/pengovenan
Adonan yang telah diiris-iris kemudian dijemur sampai kering. Penjemuran
dilakukan di bawah sinar matahari kurang lebih 4 jam. Pada saat musim
hujan untuk pengeringan kerupuk yang masih basah ini dapat dilakukan
dengan oven (dryer) selama kurang lebih 2 jam. Tetapi kerupuk yang
dikeringkan dengan sinar matahari hasilnya akan lebih bagus dibandingkan
jika menggunakan oven. Kerupuk yang dikeringkan dengan sinar matahari
14
jika digoreng akan lebih mengembang. Hal ini akan lebih menguntungkan
para pengusaha penggorengan kerupuk dan akan mempengaruhi harga
kerupuk. Karena itulah pengeringan menggunakan sinar matahari lebih
disukai dibandingkan dengan menggunakan oven.
8. Pengepakan
Setelah kering, kerupuk segera diangkat dari jemuran. Kerupuk yang telah
kering ini dapat segera dibungkus dan dijual. Biasanya kerupuk ikan siap
goreng ini dikemas dalam plastik sejumlah berat tertentu. Kemasan
kerupuk dalam plastik tersebut disebut bal, dimana per bal dapat berisi 5
kg atau 10 kg kerupuk.
Jika digambarkan dalam bentuk diagram alir, pembuatan kerupuk ikan
adalah sebagai berikut:
15
Source : http://www.bi.go.id/sipuk/id/
16
Keamanan produk
dan sub system di distributor. Umur Simpan Umur simpan adalah selang
waktu sejak barang diproduksi hingga produk tersebut tidak layak diterima
atau telah kehilangan sifat khususnya. Atau, umur simpan adalah waktu
yang dibutuhkan oleh suatu produk pangan menjadi tidak layak
dikonsumsi jika ditinjau dari segi keamanan, nutrisi, sifat fisik, dan
organoleptik, setelah disimpan dalam kondisi yang direkomendasikan.
Umur simpan produk pangan biasa dituliskan sebagai : Best before date :
produk masih dalam kondisi baik dan masih dapat dikonsumsi beberapa
saat setelah tanggal yang tercantum terlewati. Use by date : produk tidak
dapat dikonsumsi, karena berbahaya bagi kesehatan manusia (produk
yang sangat mudah rusak oleh mikroba) setelah tanggal yang tercantum
terlewati. Permenkes 180/Menkes/Per/IV/1985 menegaskan bahwa
tanggal, bulan dan tahun kadaluarsa wajib dicantumkan secara jelas pada
label, setelah pencantuman best before / use by. Produk pangan yang
memiliki umur simpan 3 bulan dinyatakan dalam tanggal, bulan, dan tahun,
sedang produk pangan yang memiliki umur simpan lebih dari 3 bulan
dinyatakan dalam bulan dan tahun. Beberapa jenis produk yang tidak
memerlukan pencantuman tanggal kadaluarsa : Sayur dan buah segar,
Minuman beralkohol, Vinegar / cuka, Gula / sukrosa, Bahan tambahan
makanan dengan umur simpan lebih dari 18 bulan, Roti dan kue dengan
umur simpan kurang atau sama dengan 24 jam.
Faktor-faktor yang mempengaruhi umur simpan
1. Jenis & karakteristik produk pangan
1. Produk yang mengalami pengolahan akan lebih tahan lama
dibanding produk segar.
2. Produk yang mengandung lemak berpotensi mengalami
rancidity , sedang produk yang mengandung protein & gula
berpotensi mengalami reaksi maillard (warna coklat).
2. Jenis & karakteristik bahan kemasan
1. Permeabilitas bahan kemas terhadap kondisi lingkungan ( Uap
air, cahaya, aroma, oksigen).
3. Kondisi lingkungan
18
Suhu Penyimpanan
(C)
Suhu Control
(C)
Produk kering
-18
Produk dingin
5, 10, 15, 20
Makanan dalam
kaleng
19
Produk beku
< -40
kering. Setelah tenggat waktu tertentu, tray akan dikeluarkan dan material
yang telah kering diambil. Material lain yang ingin dikeringkan dimasukkan
dan prosedur terjadi berulang-ulang.
Solar Dryer (Continuous Drying)
Solar Dryer
Solar drying merupakan metode pengeringan yang saat ini sering
digunakan untuk mengeringkan bahan-bahan makanan hasil panen.
Metode ini bersifat ekonomis pada skala pengeringan besar karena biaya
operasinya lebih murah dibandingkan dengan pengeringan dengan mesin.
Prinsip dari solar drying ini adalah pengeringan dengan menggunakan
bantuan sinar matahari. Perbedaan dari pengeringan dengan sinar
matahari biasa adalah solar drying dibantu dengan alat sederhana
sedemikian rupa sehingga pengeringan yang dihasilkan lebih efektif.
Metode solar drying sering digunakan untuk mengeringkan padi. Namun
karena pada prinsipnya pengeringan adalah untuk mengurangi jumlah air
(kelembaban) bahan, maka metode ini juga bisa diaplikasikan untuk bahan
makanan lain.
Cara kerja solar dryer adalah sebagai berikut:
Bahan yang ingin dikeringkan dimasukkan ke dalam bilik yang berada pada
ketinggian tertentu dari permukaan tanah. Udara sekitar masuk melalui
saluran yang dibuat lebih rendah daripada bilik pemanasan dan secara
otomatis terpanaskan oleh sinar matahari secara konveksi pada saat udara
tersebut mengalir menuju bilik pemanasan. Udara yang telah terpanaskan
oleh sinar matahari kemudian masuk kedalam bilik pemanas dan
memanaskan bahan makanan. Pengeringan bahan makanan jadi lebih
efektif karena pemanasan yang terjadi berasal dari dua arah, yaitu dari
sinar matahari secara langsung (radiasi) dan aliran udara panas dari
bawah (konveksi). (Sumber: http:// http://www.appropedia.org/Solar_drying)
Spray Dryer (Continuous Drying)
Spray Dryer
Metode mengeringan spray drying merupakan metode pengeringan yang
paling banyak digunakan dalam industri terutama industri makanan.
Metode ini mampu menghasilkan produk dalam bentuk bubuk atau serbuk
25
27
28
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting
dalam kehidupan manusia. Pengolahan dan pengawetan bahan makanan
memiliki interelasi terhadap pemenuhan gizi masyarakat, maka Tidak
mengherankan jika semua negara baik negara maju maupun berkembang
selalu berusaha untuk menyediakan suplai pangan yang cukup, aman dan
bergizi. Salah satunya dengan melakukan berbagai cara pengolahan dan
pengawetan pangan yang dapat memberikan perlindungan terhadap bahan
pangan yang akan dikonsumsi.
Seiring dengan kemajuan teknologi, manusia terus melakukan perubahanperubahan dalam hal pengolahan bahan makanan. Hal ini wajar sebab
dengan semakin berkembangnya teknologi kehidupan manusia semakin
hari semakin sibuk sehinngga tidak mempunyai banyak waktu untuk
melakukan pengolahan bahan makana yang hanya mengandalkan bahan
mentah yang kemudian diolah didapur. Dalam keadaaan demikian,
31
makanan cepat saji (instan) yang telah diolah dipabrik atau telah diawetkan
banyak manfatnya bagi masyarakat itu sendiri. Permasalahan atau
petanyaan yang timbul kemudian adalah apakah proses pengawetan,
bahan pengawet yang ditambahkan atau produk pangan yang dihasilkan
aman dikonsumsi manusia?
Banyaknya kasus keracunan makanan yang terjadi dimasyarakat saat ini
mengindikasikan adanya kesalahan yang dilakukan masyarakat ataupun
makaan dalam mengolah dan mengawetkan bahan makanan yang
dikonsumsi. Problematika mendasar pengolahan makanan yang dilakukan
masyarakat lebih disebabkan budaya pengelohan pangan yang kurang
berorientasi terhadap nilai gizi, serta keterbatasan pengetahuan sekaligus
desakan ekonomi sehingga masalah pemenuhan dan pengolahan bahan
pangan terabaikan, Industri makanan sebagai pelaku penyedia produk
makanan seringkali melakukan tindakan yang tidak terpuji dan hanya
berorientasi profit oriented dalam menyediakan berbagai produk di pasar
sehinngga hal itu membuka peluang terjadinya penyalahgunaan bahan
dalam pengolahan bahan makanan untuk masyarakat diantaranya seperti
kasusu penggunaan belpagai bahan tambahan makanan yang seharusnya
tidak layak dikosumsi,
kasus yang paling menyeruak dikalangan masyarakat baru-baru ini ialah
penggunaan formalin dan borak dibeberapa produk makanan pokok
masyarakat dengan bebrbagai dalih untuk menambah rasa dan keawetan
makana tanpa memperdulikan efek bahan yang digunankan terhadap
kesehatan masyarakat, hal inilah yang mendorong diperlukannya berbagai
regulasi/peraturan dari instansi terkait Agar dapat melindungi konsumen
dari pelbagai masalah keamanan pangan dan industri pangan diindonesia.
Selain Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) yang bernaung di
bawah Departemen Kesehatan, pengawasan dan pengendalian juga
dilakukan oleh Departemen Pertanian, Departemen Perdagangan, dan
Departemen Perindustria rekonstruksi budaya Selain itu diperlukan juga
adanya rekonsruksi budaya guna merubah kebiasaan dan memberikan
pemaham kepada masyarat akan pentingnya gizi bagi keberlangsungan
kehidupan
Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah teknik pengolahan dan pengawetan bahan makanan
32
aman, bergizi, bermutu, dan dapat terjangkau oleh daya beli masyarakat.
Jenis-jenis teknik pengolahan dan pengawetan makanan
Pengeringan
pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau mengilangkan
sebagian air dari suatu bahan dengan menguapkan sebagian besar air
yang di kandung melalui penggunaan energi panas. Biasanya, kandungan
air bahan tersebut di kurangi sampai batas sehingga mikroorganisme tidak
dapat tumbuh lagi di dalamya. Keuntungan pengeringan adalah bahan
menjadi lebih awet dan volume bahan menjadi lebih kecil sehingga
mempermudah dan menghemat ruang pengangkutan dan pengepakan,
berat bahan juga menjadi berkurang sehingga memudahkan transpor,
dengan demikian di harapkan biaya produksi menjadi lebih murah. Kecuali
itu, banyak bahan-bahan yang hanya dapat di pakai apabila telah di
keringkan, misalnya tembakau, kopi, the, dan biji-bijian. Di samping
keuntungan-keuntunganya, pengeringan juga mempunyai beberapa
kerugian yaitu karena sifat asal bahan yang di keringkan dapat berubah,
misalnya bentuknya, misalnya bentuknya, sifat-sifat fisik dan kimianya,
penurunan mutu dan sebagainya. Kerugian yang lainya juga disebabkan
beberapa bahan kering perlu pekerjaan tambahan sebelum di pakai,
misalnya harus di basahkan kembali (rehidratasi) sebelum di gunakan.
Agar pengeringan dapat berlangsung, harus di berikan energi panas pada
bahan yang di keringkan, dan di perlukan aliran udara untuk mengalirkan
uap air yang terbentuk keluar dari daerah pengeringan. Penyedotan uap air
ini daoat juga di lakukan secara vakum. Pengeringan dapat berlangsung
dengan baik jika pemanasan terjadi pada setiap tempat dari bahan
tersebut, dan uap air yang di ambil berasal dari semua permukaan bahan
tersebut. Factor-faktor yang mempengaruhi pengeringan terutama adalah
luas permukaan benda, suhu pengeringan, aliran udara, tekanan uap di
udara, dan waktu pengeringan.
LAPORAN PMM
TENTANG
TEKNOLOGI PANGAN (PEMBUATAN TAPE UBI KAYU)
34
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I
ASRIL MUARIF
HANY C. MALINGKAS
NURAIN TINO
GRACE POLI
WATI ISHAK
DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN DEPKES MANADO
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
2009/2010
LAPORAN
PENYEHATAN MAKANAN & MINUMAN
TENTANG
TEKNOLOGI PANGAN (PEMBUATAN TAPE UBI KAYU)
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I
ASRIL MUARIF
HANY C. MALINGKAS
NURAIN TINO
GRACE POLI
WATI ISHAK
DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN DEPKES MANADO
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
2009/2010
PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012
35
tekanan
tinggi
merupakan
alternatif
pengolahan
dengan
pengolahan
makanan dikenakan
dengan
tekanan
dengan
hidrostatik
dimana
sebagian
menunjukkan potensi
besar
dalam
menghasilkan
awalnya,
tanpa
kehilangan
integritas
segel
dan
properti
penghalang.
Mengenai HPP sebagai teknologi pengolahan makanan, semakin besar
tingkat tekanan dan waktu aplikasi, semakin besar potensi untuk
perubahan penampilan makanan yang dipilih. Hal ini terutama berlaku
untuk mentah, makanan tinggi protein mana tekanan-akibat denaturasi
protein
akan
secara
visual
jelas. Tekanan
hidrostatik
juga
dapat
mengakibatkan
hilangnya
sel
lembek
dan
serum. Biasanya
38
39