Lempung residu
Merupakan sejenis lempung yang terbentuk karena proses pelapukan (alterasi) batuan beku dan
dijumpai disekitar batuan induknya. Mutu lempung ini pada umumnya lebih baik dibandingkan
dengan lempung sedimen. Komposisi lempung residu didominasi oleh mineral ilit, umumnya
dipergunakan untuk vahan pembuatan keramik struktur antara lain bata, genting dan gerabah.
Lempung sedimen
Sering disebut sebagai tanah liat. Penyebutan ini didasrkan atas sifatnya yang liat apabila terkena
air. Tanah liat ini merupakan hasil disintegrasi, pelapukan kimia, terutama pengaruh H 2O dan
CO2 dibantu oleh mikroorganisme terhadap batuan induk.hasilnya merupakan bagian yang halus
dan tidak larut dalam air. Selanjutnya material ini diangkut oleh air sebagai suspensi dan
akhirnya mengendap berlapis-lapis. Slama proses pengendapan / pengangkutan sangat
dimungkinkan dikotori oleh mineral yang berukuran halus antara lain kuarsa, besi oksida dan
vahan organis.
Sifat yang penting dari lempung adalah plastisitasnya (keliatannya). Sifat ini dapat diperoleh bila
ada air, dan karena sifatnya ini, lempung dapat dicerak.
Derajat keliatannya tergantung dari :
Napal=marl=mergel
Jenis ini mengandung mineral karbonat (terutama Kalsium Karbonat) lebih besar dari 60%,
warnanya putih. Bata yang dibuat dari napal warnanya tetap putih, biasanya strukturnya
berlubang-lubang karena gas CO2 yang menguap. Bata ini tidak disukai oleh pengusaha
disamping karena warnanya putih juga relatif lebih rapuh.
Laos
Tanah liat kurus yang mengandung cukup banyak pasir kuarsa. Banyak dipakai untuk membuat
bahan bangunan konstruksi. Hasilnya setelah dibakar susutnya sedikit dan harapan untuk retak
juga banyak.
Tanah serpih=shales
Tanah liat jenis ini sudah mengeras, sifat keliatannya sudah rendah dan tidak akan lebih liat
walaupun diberi air. Tidak disenangi karena pengerjaannya relatif sulit.
Batu tulis=slate
Batu tulis merupakan hasil metamorfose dari shale. Kenampakannya sangat keras dan berlembarlembar. Karena pengerjaannya yang sulit, bahan ini tidak untuk membuat bata, tetapi dapat
dimanfaatkan sebagai batu tempel.
Sering disebut sebagai ball clay. Cukup baik untuk membuat bata tahan api antara lain bata
kaolinit (titik leleh=1785oC), bata bauksit (titi leleh 1732-1850oC) dipakai dalam tanur/dapur
ketel. Bata ini tidak bereaksi dengan bahan dari abu sebagai sisa bahan bakar.
Tempat Ditemukan
Lempung dijumpai di :
Desa Pongkeru, Kecamatan Malili. Umumnya berwarna merah muda kecoklatan, sedikit
mengandung pasir halus, agak getas. Merupakan hasil pelapukan batuan Ultrabasa. Sumber daya
hipotetik mencapai 4.000.000 m.
Desa Puncak Indah, Kecamatan Malili, 2.5 km ke barat kota Malili, atau disisi jalan raya
Malili Mangkutana. Umumnya berwarna merah muda kecoklatan, sedikit mengandung pasir
halus, agak getas. Merupakan hasil pelapukan batuan Ultrabasa. Sumber daya diperkirakan
mencapai 2.400.000 m,
Dusun Sindang Sari, Desa Wonorejo, Kecamatan Mangkutana. Umumnya berwarna abu-abu
muda kecoklatan, sedikit mengandung pasir halus - menengah, agak getas. Sumber daya
2.400.000 m. dan layak sebagai bahan batubata.
Teknik Penambangan
Pada umumnya daerah dimana didapatkan tanah liat merupakan daerah subur. Penambangan
tanah liat diawali dengan pengupasan tanah penutup baik dilakukan dengan peralatan sederhana
ataupun dengan peralatan berat misalnya bulldozer. Proses selanjutnya yaitu penambangan
terbuka dengan bentukan undak-undak. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan peralatan sederhana
ataupun shovel/backhoe, yang selanjutnya siap untuk dipindahkan ke tempat penimbunan. Dalam
hal penambangan dilakukan secara besar-besaran misalnya sebagai bahan baku smen, perlu
dilakukan teknik penambangan dan pengangkutan dengan persyaratan ketat agar tidak
mengganggu lingkungan.
Pengolahan dan Pemanfaatannya
Di tempat penambangan tanah liat diadakan pemilihan, antara yang baik dan yang kurang baik
sesuai dengan rencana pemanfaatan. Yang dianggap baik dapat langsung diolah dan yang kurang
baik dapat dicampur hingga sesuai. Kotoran yang ada harus dibuang baik itu mineral asing
(misal nodul oksida besi) ataupun sisa tumbuhan/bahan organik. Bahan ini kemudian ditambah
air dicampur/dilumatkan sehingga tampak plastis dan merata, ditimbun berbentuk kerucut.
Dalam bentuk yang demikian air yang berlebih akan mengalir. Bahan ini siap dicetak dan
selanjutnya dikeringkan diudara bebas beberapa jam, sebelumnya dimasukkan kedalam dapur
pembakaran untuk menghemat kayu bakar. Di negara yang sudah maju pengolahan tanah liat
mulai dari menggali sampai menjadi barang yang siap pakai dilakukan keseluruhannya secara
otomatik.
Tanah liat dimanfaatkan untuk membuat bata merah, genteng ataupun keramik.
Persyaratan utama untuk genteng dan keramik adalah tingkat pengkerutan harus sedikit mungkin,
tidak mengandung bahan organik yang menyebabkan genteng/keramik berpori. Dalam
pembuatan bata merah masyarakat mencampur tanah lait dengan sekam padi dengan tujuan bata
merah menjadi relatif ringan tetapi kuat tekannya menjadi berkurang.
Pasir kuarsa adalah bahan galian yang terdiri atas kristal-kristal silika (SiO2) dan
mengandung senyawa pengotor yang terbawa selama proses pengendapan. Pasir
kuarsa juga dikenal dengan nama pasir putih merupakan hasil pelapukan batuan
yang mengandung mineral utama, seperti kuarsa dan feldspar. Hasil pelapukan
kemudian tercuci dan terbawa oleh air atau angin yang terendapkan di tepi-tepi
sungai, danau atau laut.
Pasir kuarsa mempunyai komposisi gabungan dari SiO2, Fe2O3, Al2O3, TiO2, CaO,
MgO, dan K2O, berwarna putih bening atau warna lain bergantung pada senyawa
pengotornya, kekerasan 7 (skala Mohs), berat jenis 2,65, titik lebur 17150C, bentuk
kristal hexagonal, panas sfesifik 0,185, dan konduktivitas panas 12 1000C.
Dalam kegiatan industri, penggunaan pasir kuarsa sudah berkembang meluas, baik
langsung sebagai bahan baku utama maupun bahan ikutan. Sebagai bahan baku
utama, misalnya digunakan dalam industri gelas kaca, semen, tegel, mosaik
keramik, bahan baku fero silikon, silikon carbide bahan abrasit (ampelas dan sand
blasting). Sedangkan sebagai bahan ikutan, misal dalam industri cor, industri
perminyakan dan pertambangan, bata tahan api (refraktori), dan lain sebagainya.
Cadangan pasir kuarsa terbesar terdapat di Sumatera Barat, potensi lain terdapat di
Kalimantan Barat, Jawa Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, dan Pulau
Bangka dan Belitung.