Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN NIFAS NORMAL

A. Anatomi dan Fisiologi

Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang terletak didalam rongga pelvis dan
ditopang oleh lantai pelvis, dan genetalia eksterna, yang terletak di perineum. Struktur
reproduksi interna dan eksterna berkembang menjadi matur akibat rangsang hormon estrogen
dan progesteron (Bobak, 2005).
1.

Stuktur eksterna
a.

Vulva
Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia externa. Kata ini berarti

penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong, berukuran panjang, mulai klitoris,
kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai ke belakang dibatasi perineum.
b.

Mons pubis
Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan berbentuk bulat yang

lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat jarang di atas simfisis pubis. Mons pubis
mengandung banyak kelenjar sebasea dan ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar, dan
ikal pada masa pubertas, mons berperan dalam sensualitas dan melindungi simfisis pubis
selama koitus.
c.

Labia mayora
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi lemak dan

jaringan kulit yang menyatu dengan mons pubis. Keduanya memanjang dari mons pubis ke
arah bawah mengililingi labia minora, berakhir di perineum pada garis tengah. Labia
mayora melindungi labia minora, meatus urinarius, dan introitus vagina. Pada wanita yang

belum pernah melahirkan anak pervaginam, kedua labia mayora terletak berdekatan di
garis tengah, menutupi stuktur-struktur di bawahnya. Setelah melahirkan anak dan
mengalami cedera pada vagina atau pada perineum, labia sedikit terpisah dan bahkan
introitus vagina terbuka.
Penurunan produksi hormon menyebapkan atrofi labia mayora. Pada permukaan arah
lateral kulit labia tebal, biasanya memiliki pigmen lebih gelap daripada jaringam sekitarnya
dan ditutupi rambut yang kasar dan semakin menipis ke arah luar perineum. Permukaan
medial labia mayora licin, tebal, dan tidak tumbuhi rambut. Sensitivitas labia mayora
terhadap sentuhan, nyeri, dan suhu tinggi. Hal ini diakibatkan adanya jaringan saraf yang
menyebar luas, yang juga berfungsi selama rangsangan seksual.
d. Labia minora
Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit yang panjang,
sempit, dan tidak berambut yang, memanjang ke arah bawah dari bawah klitoris dan
menyatu dengan fourchett. Sementara bagian lateral dan anterior labia biasanya
mengandung pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan mukosa vagina.
Pembuluh darah yang sangat banyak membuat labia berwarna merah kemerahan dan
memungkankan labia minora membengkak, bila ada stimulus emosional atau stimulus fisik.
Kelenjar-kelenjar di labia minora juga melumasi vulva. Suplai saraf yang sangat banyak
membuat labia minora sensitif, sehingga meningkatkan fungsi erotiknya.
e.

Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak tepat di bawah arkus

pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang terlihat adalah sekitar 6x6 mm atau
kurang. Ujung badan klitoris dinamai glans dan lebih sensitif dari pada badannya. Saat
wanita secara seksual terangsang, glans dan badan klitoris membesar.
Kelenjar sebasea klitoris menyekresi smegma, suatu substansi lemak seperti keju yang
memiliki aroma khas dan berfungsi sebagai feromon. Istilah klitoris berasal dari kata dalam
bahasa yunani, yang berarti kunci karena klitoris dianggap sebagai kunci seksualitas
wanita. Jumlah pembuluh darah dan persarafan yang banyak membuat klitoris sangat
sensitif terhadap suhu, sentuhan dan sensasi tekanan.
f.

Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau lojong, terletak di
antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar
parauretra, vagina dan kelenjar paravagina. Permukaan vestibulum yang tipis dan agak
berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia. Kelenjar vestibulum mayora adalah gabungan
dua kelenjar di dasar labia mayora, masing-masing satu pada setiap sisi orifisium vagina.

g.

Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, dan terletak pada

pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis tengah di bawah orifisium
vagina. Suatu cekungan dan fosa navikularis terletak di antara fourchette dan himen.
h.

Perineum
Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan anus.

Perineum membentuk dasar badan perineum.


2.

Struktur interna
a.

Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba falopi. Dua

lagamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian mesovarium ligamen lebar uterus,
yang memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral kira-kira setinggi krista iliaka
anterosuperior, dan ligamentum ovari proprium, yang mengikat ovarium ke uterus. Dua
fungsi ovarium adalah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi hormon. Saat lahir,
ovarium wanita normal mengandung banyak ovum primordial. Di antara interval selama
masa usia subur ovarium juga merupakan tempat utama produksi hormon seks steroid dalam
jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi wanita normal.
b.

Tuba fallopi
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini memanjang ke arah lateral,

mencapai ujung bebas legamen lebar dan berlekuk-lekuk mengelilingi setiap ovarium.
Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan berdiameter 0,6 cm. Tuba fallopi merupakan jalan
bagi ovum. Ovum didorong di sepanjang tuba, sebagian oleh silia, tetapi terutama oleh
gerakan peristaltis lapisan otot. Esterogen dan prostaglandin mempengaruhi gerakan
peristaltis. Aktevites peristaltis tuba fallopi dan fungsi sekresi lapisan mukosa yang terbesar
ialah pada saat ovulasi.
c.

Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung yang tampak mirip buah

pir yang terbalik. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila di tekan, licin dan
teraba padat. Uterus terdiri dari tiga bagian, fudus yang merupakan tonjolan bulat di bagian
atas dan insersituba fallopi, korpus yang merupakan bagian utama yang mengelilingi cavum
uteri, dan istmus, yakni bagian sedikit konstriksi yang menghubungkan korpus dengan
serviks dan dikenal sebagai sekmen uterus bagian bawah pada masa hamil. Tiga fungsi
uterus adalah siklus menstruasi dengan peremajaan endometrium, kehamilan dan persalinan.
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :

1) Endometrium yang mengandung banyak pembuluh darah ialah suatu lapisan membran
mukosa yang terdiri dari tiga lapisan : lapisan permukaan padat, lapisan tengah jaringan ikat
yang berongga, dan lapisan dalam padat yang menghubungkan indometrium dengan
miometrium.
2) Miometrum yang tebal tersusun atas lapisan-lapisan serabut otot polos yang
membentang ke tiga arah. Serabut longitudinal membentuk lapisan luar miometrium, paling
benyak ditemukan di daerah fundus, membuat lapisan ini sangat cocok untuk mendorong
bayi pada persalinan.
3) Peritonium perietalis
Suatu membran serosa, melapisi seluruh korpus uteri, kecuali seperempat permukaan
anterior bagian bawah, di mana terdapat kandung kemih dan serviks. Tes diagnostik dan
bedah pada uterus dapat dilakukan tanpa perlu membuka rongga abdomen karena
peritonium perietalis tidak menutupi seluruh korpus uteri.
d. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu meregang
secara luas. Mukosa vagina berespon dengan cepat terhadap stimulai esterogen dan
progesteron. sel-sel mukosa tanggal terutama selama siklus menstruasi dan selama masa
hamil. Sel-sel yang di ambil dari mukosa vagina dapat digunakan untuk mengukur kadar
hormon seks steroid. Cairan vagina berasal dari traktus genetalis atas atau bawah. Cairan
sedikit asam. Interaksi antara laktobasilus vagina dan glikogen mempertahankan keasaman.
Apabila pH nik diatas lima, insiden infeksi vagina meningkat. Cairan yang terus mengalir
dari vagina mempertahankan kebersihan relatif vagina.
B. Definisi
Post partumadalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas (puerperium) yaitu
masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya
6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi
sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak,2010).
Masa nifas atau masa purpenium adalah masa setelah partus selesai dan berakhir setelah
kira-kira 6-8 minggu (Manjoer, A dkk, 2001). Akan tetapi seluruh alat genetal baruh pulih
kembali seperti sebelumnya ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Ilmu kebidanan, 2007).
Masa nifas adalah priode sekitar 6 minggu sesudah melahirkan anak, ketika alat-alat
reproduksi tengah kembali ke kondisi normal (Barbara F. Weller,2005).
Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat
serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam
(Saifuddin,2002).

Post partum adalah masa pulih kembali dari persalinan sampai alat-alat kandung kembali
seperti sebelum hamil, lama massa nifas yaitu 6-8 minggu (Rustam,1991)
Jadi dapat disimpulkan bahwa masa nifas atau post partum adalah masa setelah kelahiran
bayi pervagina dan berakhir setelah alat-alat kandungan kembali seperti semula tanpa adanya
komplikasi.
C. Klasifikasi
Masa nifas dibagi dalam 3 periode yaitu :
a.

Post partum dini yaitu keputihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri, berjalan-jalan.

Dalam agama Isalam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
b.

Post partum intermedial yaitu keputihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8

minggu.
c. Post partum terlambat yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi untuk sehat
sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.
D. Etiologi
Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui secara pasti atau jelas
terdapat beberapa teori antara lain (Rustma Muchtar, 1998) :
1.

Penurunan kadar progesterone

Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen meninggikan


ketentraman otot rahim.
2.

Penurunan kadar progesterone

Pada akhir kehamilan kadar oxytocinbertambah, oleh karena itu timbul kontraksi otot rahim.
3.

Keregangan otot-otot

Dengan majunya kehamilan makin regang otot-otot dan otot-otot rahim makin rentan.
4.

Pengaruh janin

Hypofisis dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang peranan oleh karena itu
pada enencephalus kehamilan sering lebih lama dan biasa.
5.

Teori prostaglandin

Teori prostaglandin yang dihasilkan dan decidua, disangka menjadi salah satu sebab permulaan
persalinan.
E. Patofisiologi

Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan
berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat
genetal ini dalam keseluruhannya disebut involusi. Disamping involusi terjadi perubahanperubahan penting lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena
pengaruh lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mama.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh darah yang ada antara
nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah plasenta
lahir. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk serviks
agak menganga seperticorong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam
cincin. Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya trombosis,
degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari pertama endometrium yang kirakira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput
janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2
sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang merenggang sewaktu
kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur kembali seperti sedia kala.
F. Pathway
Adanya proses persalinan

Robekan jalan lahir

Discontuinitas jaringan

implus/penekanan pada syaraf nyeri

cortex cerebri

dipersepsikan nyeri

gangguan rasa nyaman nyeri

G. Manifestasi Klinis
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki
bulannya atau minggunya atau harinya yang disebut kala pendahuluan (preparatory stage of
labor) ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut :
1. Lightening atau setting atau droping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama
pada primigravida pada multipara tidak begitu kentara.
2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.

3. Perasaan sering atau susah kencing (potakisurla) karena kandung kemih tertekan oleh bagian
terbawa janin.
4. Perasaan sakit perut dan dipinggang oleh adanya kontraksi lemah dari uterus, kadang disebut
false labor pains.
5. Serviks menjadi lembek, mulai melebar dan sekresinya bertambah dan bisa bercampur darah
(bloody shoe).
H. Komplikasi Post Partum
a. Pembengkakan payudara
b. Mastitis (peradangan pada payudara)
c. Endometritis (peradangan pada endometrium)
d. Post partum blues
e. Infeksi puerperalis ditandai dengan pembengkakan, rasa nyeri, kemerahan pada jaringan
terinfeksi atau pengeluran cairan berbau dari jalan lahir selam persalinan atau sesudah
persalinan.
I. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan post partum menurut Siswosudarmo, 2008:
Pemerikasaan umum: tensi,nadi,keluhan dan sebagainya
Keadaan umum: TTV, selera makan dll
Payudara: air susu, putting
Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum
Sekres yang keluar atau lochea
Keadaan alat kandungan
Pemeriksaan penunjang post partum menurut Manjoer arif dkk, 2001
-

Hemoglobin, hematokrit, leukosit, ureum


Ultra sosografi untuk melihat sisa plasenta.

J. ASUHAN KEPERAWATAN
a) Pengkajian
1. Identitas Pasien
2. Keluhan Utama
Sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut bergerak
3. Riwayat Kehamilan
Umur kehamilan serta riwayat penyakit menyetai
4. Riwayat Persalinan
Tempat persalinan
Normal atau terdapat komplikasi
Keadaan bayi
Keadaan ibu
5. Riwayat Nifas Yang Lalu
Pengeluaran ASI lancar / tidak

6.
7.
-

BB bayi
Riwayat ber KB / tidak
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum pasien
Abdomen
Saluran cerna
Alat kemih
Lochea
Vagina
Perinium dan rectum
Ekstremitas
Kemampuan perawatan diri
Pemeriksaan psikososial
Respon dan persepsi keluarga
Status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi

b) Diagnosa Keperawatan
1.

Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis, edema / pembesaran jaringan atau distensi

efek-efek hormonal
2. Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan, karakteristik payudara
3. Gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan distensi kandung kemih, perubahanperubahan jumlah / frekuensi berkemih.
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, penurunan
sistemkekebalan tubuh.
5. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
berlebih (perdarahan)
c) Intervensi
1.

Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis, edema / pembesaran jaringan atau distensi

efek efk hormonal.


Tujuan dan Kreteria Evaluasi:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri ibu berkurang dengan kriteria evaluasi:
skala nyeri 0-1, ibu mengatakan nyerinya berkurang sampai hilang, tidak merasa nyeri saat
mobilisasi, tanda vital dalam batas normal. S = 36-370C. N = 60-80 x/menit, TD = 120/80 mmhg,
RR= 18 20 x / menit
Intervensi dan Rasional:
a. Kaji ulang skala nyeri
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan dan intervensi yang tepat
b. Anjurkan ibu agar menggunakan teknik relaksasi dan distraksi rasa nyeri
Rasional : untuk mengalihkan perhatian ibu dan rasa nyeri yang dirasakan
c.

Motivasi untuk mobilisasi sesuai indikasi

Rasional : memperlancar pengeluaran lochea, mempercepat involusi danmenguranginyeri secara


bertahap.

d. Berikan kompres hangat


Rasional : meningkatkan sirkulasi pada perinium
e.

Delegasi pemberian analgetik

Rasional : melonggarkan system saraf perifer sehingga rasa nyeri berkurang


2. Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan,karakteristik payudara.
Tujuan dan Kreteria Evaluasi:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ibu dapat mencapai kepuasan menyusui
dengan criteria evaluasi: ibu mengungkapkan proses situasi menyusui, bayi mendapat ASI yang
cukup.
Intervesi dan Rasional:
a. Kaji ulang tingkat pengetahuan dan pengalaman ibu tentang menyusui sebelumnya.
Rasional: membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini agar memberikan intervensi
yang tepat.
b. Demonstransikan dan tinjau ulang teknik menyusui
Rasional: posisi yang tepat biasanya mencegah luka/pecah putting yang dapat merusak dan
mengganggu.
c. Anjurkan ibu mengeringkan puting setelah menyusui
Rasional : agar kelembapan pada payudara tetap dalam batas normal.
3.

Gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan distensi kandung kemih, perubahan-

perubahan jumlah / frekuensi berkemih.


Tujuan dan Kreteria Evaluasi:
Setelah diberikan askep diharapkan ibu tidak mengalami gangguan eliminasi (BAK) dengan KE:
ibu dapat berkemih sendiri dalam 6-8 jam post partum tidak merasa sakit saat BAK, jumlah urine
1,5-2 liter/hari.
Intervensi dan Rasional:
a.

Kaji dan catat cairan masuk dan keluar tiap 24 jam.

Rasional: mengetahui balance cairan pasien sehingga diintervensi dengan tepat.


b. Anjurkan berkamih 6-8 jam post partum.
Rasional: melatih otot-otot perkemihan.
c.

Berikan teknik merangsang berkemih seperti rendam duduk, alirkan air keran.

Rasional: agar kencing yang tidak dapat keluar, bisa dikeluarkan sehingga tidak ada retensi.
d. Kolaborasi pemasangan kateter.
Rasional: mengurangi distensi kandung kemih.
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, penurunan sistem
kekebalan tubuh.
Tujuan dan Kreteria Evaluasi:

Setelah diberikan askep diharapkan infeksi pada ibu tidak terjadi dengan KE : dapat
mendemonstrasikan teknik untuk menurunkan resiko infeksi, tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
Intervensi dan Rasional:
a.

Kaji lochea (warna, bau, jumlah) kontraksi uterus dan kondisi jahitan episiotomi.

Rasional : untuk dapat mendeteksi tanda infeksi lebih dini dan mengintervensi dengan tepat.
b.

Sarankan pada ibu agar mengganti pembalut tiap 4 jam.

Rasional : pembalut yang lembab dan banyak darah merupakan media yang menjadi tempat
berkembangbiaknya kuman.
c.

Pantau tanda-tanda vital.

Rasional : peningkatan suhu > 38C menandakan infeksi.


d. Lakukan rendam bokong.
Rasional : untuk memperlancar sirkulasi ke perinium dan mengurangi udema.
e.

Sarankan ibu membersihkan perineal dari depan ke belakang.

Rasional : membantu mencegah kontaminasi rektal melalui vaginal.


5.

Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan

berlebih (perdarahan)
Tujuan dan Kreteria Evaluasi:
Setelah diberikan askep ibu diharapkan tidak kekurangan volume cairan dengan KE : cairan
masuk dan keluar seimbang, Hb/Ht dalam batas normal (12,0-16,0 gr/dL)
Intervensi dan Rasional:
a. Ajarkan ibu agar massage sendiri fundus uteri.
Rasional: memberi rangsangan pada uterus agar berkontraksi kuat dan mengontrol perdarahan.
b.

Pertahankan cairan peroral 1,5-2 Liter/hari.

Rasional: mencegah terjadinya dehidrasi.


c.

Observasi perubahan suhu, nadi, tensi.

Rasional: peningkatan suhu dapat memperhebat dehidrasi.


d. Periksa ulang kadar Hb/Ht.
Rasional: penurunan Hb tidak boleh melebihi 2 gram%/100 dL.

10

DAFTAR PUSTAKA
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/05/04/masa-nifas diakses 30 maret 2009 pukul 22.00
WIB
http://silvinna.wordpress.com/2008/04/01/infeksi-nifas-post-partum diakses 30 maret 2009 pukul
22.00 WIB
Liewellyn, Jones. 2001. dasar dasar obstetric dan genikologi. Jakarta : Hipokrates
Mary Hamilton, persis. 2002. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC
YBPSP. 2002. Ilmu kebidanan . Jakarta : Tridasa printer

11

Anda mungkin juga menyukai