Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1.
terbaik mereka.
Aset subtitusi terjadi ketika sebuah perusahaan menukarkan pada aset-aset berisiko
rendah kepada investasi pada aset berisiko tinggi. Substitusi aset ini menyebabkan
meningkatnya risiko.
b. Underinvestment
Underinvesment terjadi ketika perusahaan menolak untuk berinvestasi pada aset yang
berisiko rendah dengan tujuan untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham,
namun hal ini berarti dengan mengabaikan kepentingan kreditur.
c. Claim Dilution
Divestasi perusahaan untuk penciptaan sebuah entitas baru melalui penerbitan saham
baru adalah situasi lain yang mengarah ke konflik antara pemegang saham dan
pemegang obligasi.
Konflik antara Pemegang Saham Pengendali dan Pemegang Saham Minoritas
Pemegang saham pengendali dapat menggunakan kekuasaan mereka untuk
menguntungkan diri sendiri dengan mengorbankan kepentingan para pemegang saham
minoritas atau apa yang disebut ekspropriasi.
a. Pemegang saham pengendali dapat mengekspropriasi kekayaan pemegang saham
non-pengendali melalui antara lain transaksi dengan pihak terafiliasi (RPT)
b. Transaksi anrara pihak ketiga. Contohnya, perusahaan terbuka membeli bahan baku
dengan harga mark-up dari perusahaan yang 100 persen sahamnya dimiliki
pemegang saham pengendali perusahaan terbuka tersebut.
Tata kelola korporat berperan untuk mengatasi konflik kepentingan ini dengan
melindungi kepentingan prinsipal, mengurangi tingkat informasi asimetri dan mengawasi
agen.
2.
terhadapa
masyarakat
dan
lingkungan
sehingga
dapat
terpelihara
corporate citizen.
4. Independensi (Independency)
Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara
independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan
tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.
5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)
Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan
kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas
kewajaran dan kesetaraan.
3. Tinjauan Struktur Tata Kelola di Indonesia
Perbandingan Struktur Satu Dewan dan Dua Dewan
Struktur dewan terbagi menjadi dua model yaitu sigle-board system dan dual-board
system banyak terpakai dinegara Anglo-Saxon seperti US, UK, Kanada dan Australia
sedangkan dual-board system banyak dipakai dinegara Eropa daratan seperti Jerman,
Belanda. Indonesia menganut dual-board system.
Dalam sistem single-board, terdapat satu board of direction (BOD) yang terdiri dari
executive dan non executive.
perusahaan sehari-hari sedangkan non executive tidak terlibat dalam kegiatan perusahaan
sehari-hari tapi terlibat dalam pembuatan kebijakan strategis dan melakukan pengawasan
terhadap executive team. Dual board terdiri dari dua dewan yaitu dewan pengawas
(supervisory board) atau dikenal sebagai dewan komisaris dan dewan pelaksana
(executive board) atau dikenal sebagai dewan direktur. Dalam dual-board system, peran
dewan komisaris dan dewan direktur dipisah secara jelas. Dewan komisaris akan
mengawasi kerja dewan direktur.
Kelebihan dari sistem satu dewan adalah pengambilan keputusan dapat dilakukan
lebih cepat, seluruh anggota dewan mempunyai akses langsung kepada seluruh informasi
perusahaan sehingga seluruh dewan mengetahui kegiatan bisnis sehari-hari perusahaan.
Kelemahan sistem satu dewan adalah ketergantungan yang tinggi pada CEO, tidak ada
pemisahan fungsi antara fungsi pengawasan dan pelaksanaa.
Kelebihan dari sistem dua dewan adalah ada pemisahan anatara fungsi pengawasan
dan pelaksanaan. Sedangkan kelemahan dari sistem tersebut adalah bahwa dewan
komisaris tidak mempunyai akses langsung kepada seluruh informasi perusahaan
sehingga tergantung pada informasi dari dewan direktur.
Organ Korporat : RUPS, Dewan Komisaris dan Direksi
Menurut UU PT No. 40 tahun 2007, organ perseroan adalah Rapat Umum Pemegang
Saham, Direksi dan Dewan komisaris. RUPS adalah organ perseroan yang mempunyai
wewenang yang tidak diberikan kepada direksi atau dewan komisaris dalam batas yang
ditentukan dalam undang-undang dan/atau anggaran dasar. Direksi adalah organ
perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Persoroan
untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili
perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran
dasar. Dewan komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan
secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta nasihat kepada Direksi.
Berdasarkan teori keagenan, Dewan Komisaris adalah organ yang diberi kepercayaan
oleh prinsipal untuk mengawasi agen (i.e., Direksi) sedangkan Direksi adalah organ yang
diberi kepercayaan oleh prinsipal untuk mengelola sumberdaya yang dimiliki prinsipal.
Hubungan Antar Organ
RUPS merupakan wadah para pemegang saham untuk mengambil keputusan penting
yang berkaitan dengan modal yang ditanam dalam perusahaan, dengan memperhartikan
ketentuan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan.
Dewan komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggung jawab secara
kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberika nasihat kepada Direksi serta
memastikan bahwa perusahaan melaksanakan GCG.
Sedangkan Direksi sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggung jawab secara
kolegial dalam mengelola perusahaan.
4. Overview Prinsip-prinsip Tata Kelola menurut OECD
Prinsip-prinsip CG OECD 2004 banyak dijadikan acuan masyarakat internasional
dalam pengembangan corporate governance. OECD menjelaskan tidak ada satu pun
mode corporate governance yang cocok untuk semua negara, masing negara memiliki
karakteristik yang berbeda.
Terdapat enam prinsip corporate governance dalam Prinsip-prinsip CG OECD.
Keenam prinsip ini menjelaskan hal-hal yang mencakup dasar corporate governance,
Tata kelola perusahaan yang baik akan meningkatkan kepercayaan investor, membantu
melindungi pemegang saham minoritas dan dapat mendorong pengambilan keputusan
yang lebih baik dan membina hubungan baik dengan pekerja, kreditur, dan pemangku
kepentingan lainnya.
Tata kelola yang baik akan menghasilkan :
a. Penciptaan dan peningkatan keunggulan kompetitif perusahaan,
b. Memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara efisien, mencegah penipuan dan
mal praktik,
c. Memberikan perlindungan terhadap kepentingan pemegang saham,
d. Peningkatan nilai suatu perusahaan,
e. Memastikan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan,
f. Pengentasan kemiskinan dengan meningkatkan tanggung jawab sosial.
6. Overview Regulasi dan Pedoman Tata Kelola di Indonesia
Krisis Asia menjadi momentum penting yang mendorong urgensi reformasi tata kelola
perusahaan di Asia, dan juga Indonesia. Krisis yang melanda Asia tersebut mendorong
pemerintah Indonesia untuk bersungguh-sungguh menyelesaikan masalah tata kelola
perusahaan di Indonesia. Untuk itu, dibentuklah Komite Nasional Kebijakan Corporate
Governance (KNKCG) pada tahun 1999 untuk merekomendasikan prinsip-prinsip GCG
nasional. Pada tahun 2004, KNCG diubah menjadi Komite Nasioanal Kebijakan
Governance (KNKG) dengan pertimbangan untuk memperluas cakupan ke tata kelola
sektor publik (public governance). KNKG telah menerbitkan Pedoman Nasional Good
Corporate Governance (Pedoman GCG) pertama kali pada tahun 1999, yang kemudian
direvisi pada tahun 2001 dan 2006.
Organisasi selain pemerintah antara lain, Indonesian Institute for Corporate
Directorship (IICD), Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG), Forum for
Corporate Governance (FCGI), Ikatan Komite Audit Indonesia (IKAI) dan Lembaga
Komisaris dan Direksi Indonesia (LKDI).
UU Pasar Modal dan PT
Pada awal 1990-an, pasar modal Indonesia diatur melalui Surat Kepentingan Menteri
Keuangan. Sejak tahun 1995 Pasar Modal Indonesia memperoleh landasan hukum yang
lebih kuat dengan diundangkannya Undang-undang Nomor 8 tahun tahun 1995 tentang
Pasar Modal (UU PM)
Peraturan Perundang-undangan di Indonesia tentang perseroan yang berlaku saat ini
adalah Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Undangundang tersebut mengatur antara lain tata kelola perseroan pada umumnya : Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS), Dewan Komisaris dan Direksi, dan Lain-lain.
dan memasukkan
rekomendasi kebijakan dan country action plan. Sebagai respon terhadap hasil evaluasi,
banyak negara telah mulai melakukan reformasi hukum, peraturan dan tata kelola
kelembagaan.
b. Metodologi Penilaian
IICD bertindak sebagai mitra local Bank Dunia dalam melakukan penilaian. Selain
dalam bentuk laporan, temuan dari ROSC ini juga dinyatakan dalam Detailed Country
Assessment (DCA)yang disajikan sebagai lampiran terpisah. Sumber data untuk ROSC
dan DCA adalah Corporate governance Score Card tahun 2006, 2007, dan 2008 yang
disiapkan oleh IICD dan juga hasil survey kepada perusahaan publik dan focus groups
yang diselenggarakan oleh IICD yang memasukkan juga peserta dari pasar modal dan
lokal.
c. Struktur Instrumen
DCA adalah alat yang dikembangkan oleh Bank Dunia untuk melaksanakan penilaian
Tata Kelola Perusahaan ROSC. DCA menggunakan OECD Metodologi untuk menilai
pelaksanaan prinsip Corporate governance OECD.
Pertanyaan disusun menurut enam Bab prinsip OECD dan dalam setiap Bab sesuai
dengan 64 sub-prinsip OECD. Dalam setiap prinsip, ada tiga bagian :
a. Legal and regulatory framework (hukum dan kerangka peraturan)
b. Compliance and enforcement (kepatuhan dan penegakan)
c. Comments and analysis (komentar dan analisis)
Bagian terakhir merangkum penilaian setiap prinsip berdasarkan pada isu-isu utama
pada masing-masing pertanyaan.
Setiap pertanyaan dijawab berdasarkan hasil penelaahan hukum/regulasi atau
informasi yang dikumpulkan berdasarkan praktik-praktik yang sebenarnya terjadi. Untuk
setiap pertanyaan jawabannya adalah baik Ya (yang berarti bahwa ada sudah penuh
atau hampir penuh sesuai dengan pertanyaan itu), Sebagian, atau Tidak (yang berarti
bahwa kerangka tata kelola perusahaan umumnya tidak sesuai dengan pertanyaan
spesifik).
d.
memberi perlindungan yang lebih baik bagi investor. Pedoman GCG pertama kali
diadopsi pada tahun 1999, kemudian diamandemen pada tahun 2006. Pada tahun
2007 itu Bank Indonesia telah mengeluarkan aturan tata kelola untuk bank.
Kemudian tahun 2007 mulai diberlakukan UU PT yang menyebutkan secara spesifik
tugas dan tanggung jawab dewan komisaris dan dewan direktur. Tahun 2012
Kementrian Badan Usaha Milik Negara juga melakukan reformasi tata kelola
perusahaan yang signifikan dengan mengeluarkan aturan untuk penerapan GCG pada
Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
2. Hambatan
Dewan Komisaris memiliki anggota yang belum berfungsi, sebagian disebabkan
karena komisaris dianggap tidak memiliki ketrampilan teknis yang memadai.
Kelemagan signifikan lainnya adalah kurangnya pengungkapan kepemilikan ultimat
akhir dan kontrol. Hak-pemegang saham dihormati, namun pemegang saham
memiliki hak yang lemah untuk mengusulkan agenda atau mengajukan pertanyaan
dalam RUPS. Beberapa ketentuan mengenai CG telah diadopsi ke dalam peraturan
namun pengungkapan mengenai CG masih bersifat sukarela, perusahaan tidak
diminta untuk menjelaskan atau menyatakan bahwa perusahaan telah memenuhi kode
CG, seperti pedoman GCG dari KNKG. Pemegang saham jarang menggunakan hak
ganti rugi (redress right) mereka terhadap hukum.
3. Penilaian
Penilaian dilakukan berdasarkan hukum dan praktik di Indonesia dibandingkan
dengan prinsip OECD.
Tabel berikut menyampaikan hasil penilaian Bank Dunia terhadappraktik CG di
Indonesia.
CG Principles
2004
Asia Pacific
72
Region
68
Framework
Shareholder Rights
Equitable Treatment
72
75
56
60
73
62
of Shareholders
Role of
70
60
72
Stakeholders
Disclosure &
73
60
72
Transparency
Responsibility of
66
60
68
Enforcement &
2009
Institutional
the Board
4. Langkah Ke Depan
Berikut ini adalah sejumlah reformasi mendasar yang direkomendasikan Bank Dunia:
a. Regulasi yang lebih baik mengenai pengungkapan kepemilikan saham dan
pengungkapan non keuangan lainnya
b. Mewajibkan hak-hak kunci pemegang saham dimasukkan ke dalam peraturan
perusahaan
c. Membuat komisaris independen dan komite audit menjadi lebih efektif
d. Mengamandemen hukum perusahaan agar semakin melindungi pemegang saham
e. Memasukkan dan memperluas kekuasaan anggota dewan, dalam hukum
peraturan dan CGCG
f. Mensyaratkan perusahaan untuk mengungkapkan kepatuhan mereka terhadap
CGCG
g. Memberikan suara lebih besar bagi pemegang saham minoritas pada proses
pemilihan dewan
h. Peningkatan kemampuan
8.
c. Struktur Instrumen
Instrumen penilaian terbagi menjadi 2 level yaitu level 1 dan level 2. Level 1 terdiri
dari 185 item dan dibagi menjadi lima bagian sesuai dengan prinsip-prinsip OECD yaitu
Rights of Shareholders (26 item, bobot 10%), Equitable Treatment (17 item, 15%), Role
of Stakeholders (21 item, bobot 10%), Disclosure and Transparency (42 item, bobot
25%), Responsibilities of the Board (79 item, bobot 40%). Setiap item dalam level 1
diberi jawaban Yes, No, atau Not Applicable (NA) dengan nilai satu jika
menjalankannya atau nol jika tidak menjalankannya.
Level 2 berisi 11 item bonus dan 23 item hukuman (penalty). Item-item dalam bonus
menunjukkan praktek-praktek CG yang sangat baik sehingga perusahaan yang
menjalankannya mendapat poin tambahan. Item penalti mengurangi nilai perusahaan
yang menjalankan praktek tata kelola yang buruk.
d. Hasil Penilaian terhadap Indonesia dan Perbandingannya dengan Negara
ASEAN Lainnya
Pada tahun 2012 IICD rata-rata nilai tata kelola perusahaan adalah 43,4 dengan nilai
maksimum 75,4 dan nilai minimum adalah 20,8. Pada tahun 2013, rata-rata nilai
mengalami peningkatan menjadi 54,6 dengan nilai maksimum 82,3 dan nilai minimum
31,4. Nilai rata-rata tergolong rendah, menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan
terbuka di Indonesia belum mempraktekkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang
berbasis internasional, namun terjadi perbaikan yang signifikan selama setahun terakhir.
Ada beberapa alasan untuk skor rendah tersebut:
a. Sebagian besar praktek tata kelola perusahaan yang tercakup dalam ASEAN CG
Scorecard bersifat sukarela, sedangkan perusahaan publik di Indonesia cenderung
hanya menerapkan item yang wajib saja.
b. Beberapa praktek tata kelola perusahaan diwajibkan regulator, tetapi tidak semua
perusahaan publik melaksanakan keharusan tersebut. Jadi perusahaan publik di
Indonesia masih perlu meningkatkan kepatuhan mereka dengan aturan.
Peningkatan rata-rata skor pada tahun 2013 terjadi karena pada akhir tahun 2012,
Bapepam-LK mengeluarkan sejumlah aturan yang mengadopsi sebagian item-item yang
ada di ASEAN CG Scorecard. Pada bulan Februari 2014, OJK menyampaikan rencana
penerbitan sejumlah aturan yang bertujuan untuk meningkatkan praktek CG perusahaan
9.
GCG
dengan
menerapkan
lima
prinsip
yakni
3.
4.
5.
operasional bank
Change Agent (1:4)
Service Excellence
Penegakan Etika di Setiap Level Organisasi melalui:
E-Procurement
Pakta Integritas
Kerahasiaan
Bank Mandiri menerbitkan PTO Pengendalian Gratifikasi sebagai implementasi
Etika bisnis merupakan prinsip moral terkait perilaku individu, perlindungan terhadap
harta milik bank, dan penyelenggaraan bisnis bank salah satunya dalam berinteraksi
dengan stakeholders, sebagai dasar perilaku Jajaran Bank dalam menjalankan aktivitas
bisnis. Hal Ini merupakan standar perilaku yang harus diterapkan oleh seluruh level
organisasi.
d. Keberadaan Kode Etik
Bank Mandiri telah memiliki code of conduct sejak tahun 2000 berdasarkan Surat
Keputusan Bersama
Direksi dan Dewan Komisaris No. 002/KEP.DIR.KOM/2000 tentang Code of conduct
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Kode etik Bank tersebut mengalami revisi di tahun
2013. Kode etik Bank menjelaskan prinsip-prinsip dasar perilaku pribadi dan profesional
yang dilakukan oleh Jajaran Bank. Oleh sebab itu, keberadaan kode etik menjadi acuan
dan tanggung jawab perilaku bagi Dewan Komisaris, Direksi dan seluruh pegawai Bank
Mandiri di seluruh jenjang Organisasi sebagai bagian dari usaha pencapaian Visi dan
Misi Bank.Penerapan kode etik diharapkan dapat mendorong terwujudnya perilaku yang
professional, bertanggungjawab, wajar, patut dan dapat dipercaya dalam melakukan
hubungan bisnis dengan sesama rekan kerja maupun para mitra kerja.
e. Muatan Kode Etik
Muatan kode etik Bank Mandiri berisikan pengaturan etika kerja dan etika bisnis.
Etika kerja yang mengatur Jajaran Bank dalam berperilaku, mencakup aspek sebagai
berikut :
1. Benturan Kepentingan
Benturan kepentingan adalah suatu kondisi dimana Jajaran Bank dalam menjalankan
tugasdan kewajibannya mempunyai kepentingan di luar kepentingan dinas, baik yang
menyangkutkepentingan pribadi, keluarga maupun kepentingan pihak-pihak lain
sehingga Jajaran Banktersebut dimungkinkan kehilangan obyektivitas dalam mengambil
keputusan dan kebijakansesuai kewenangan yang telah diberikan Bank kepadanya. Oleh
karenanya:
a. Seluruh Jajaran Bank wajib menghindari kegiatan yang dapat menimbulkan
benturankepentingan. Apabila satu dan lain hal tidak dapat dihindari, maka yang
bersangkutan wajibmelaporkannya kepada atasan langsung.
b. Seluruh Jajaran Bank dilarang memberikan persetujuan dan atau meminta
persetujuan atasfasilitas kredit, serta tingkat bunga khusus maupun kekhususan
lainnya untuk:
i.
Dirinya sendiri.
ii.
Keluarganya.
iii.
Perusahaan dimana ia dan atau keluarganya mempunyai kepentingan.
c. Seluruh Jajaran Bank dilarang bekerja pada perusahaan lain baik sebagai direksi,
karyawan,konsultan atau anggota komisaris, kecuali apabila telah mendapatkan
penugasan atau ijintertulis dari Bank. Khusus untuk anggota Dewan Komisaris
dan Direksi, perangkapan jabatanmengikuti ketentuan regulator mengenai GCG.
d. Seluruh Jajaran Bank dilarang menjadi rekanan secara langsung maupun tidak
langsung,baik rekanan untuk barang atau jasa bagi Bank.
e. Seluruh Jajaran Bank dilarang mengambil barang-barang milik Bank untuk
kepentingan sendiri,keluarga ataupun kepentingan pihak luar lainnya.
f. Seluruh Jajaran Bank hanya diperkenankan melakukan transaksi sekuritas,
perdaganganvaluta asing, logam mulia, transaksi derivatif dan barang lainnya
untuk kepentingan sendiriapabila tidak terjadi benturan kepentingan, pelanggaran
peraturan insider trading dariOtoritas Pasar Modal, dan peraturan lainnya.
2. Kerahasiaan
a. Seluruh Jajaran Bank wajib memahami dan menjaga kerahasiaan setiap informasi,
baikinformasi mengenai nasabah maupun informasi lainnya sesuai ketentuan yang
berlaku.
b. Seluruh Jajaran Bank menggunakan informasi yang diterima hanya untuk kegiatan
Bank, dantidak untuk keuntungan pribadi, keluarga dan lainnya atau kegiatan di
luar Bank.
c. Dalam memberikan informasi, setiap Jajaran Bank harus bertindak sesuai
ketentuan yangberlaku.
d. Untuk menghindari penyalahgunaan, penyebaran informasi nasabah di lingkungan
internalBank dilakukan secara hati-hati dan hanya kepada pihak yang
berkepentingan.
e. Seluruh Jajaran Bank dilarang menyebarluaskan informasi kepada pihak luar
mengenai:
i.
Kegiatan Bank dengan Pemerintah Republik Indonesia.
ii.
Kebijakan internal serta prosedur kerja Bank.
iii.
Manajemen Sistem Informasi, Data dan Laporan
iv.
Data karyawan, baik yang masih aktif maupun tidak
v.
Kegiatan bisnis Bank, termasuk kegiatan dengan nasabah dan rekanan.
Kecuali ataspersetujuan pejabat Bank yang berwenang atau karena
perintah berdasarkan peraturanperundangan yang berlaku.
f. Kewajiban untuk menjaga hal-hal khusus yang harus dirahasiakan, tetap berlaku
bagi mantanpegawai Bank.
3. Penyalahgunaan Jabatan
a. dilarang menyalahgunakan wewenang dan mengambil keuntungan baik langsung
maupuntidak langsung, dari pengetahuan yang diperoleh dari kegiatan bisnis Bank
untuk :
i.
Keuntungan pribadi.
ii.
Keuntungan bagi anggota keluarganya.
iii.
Keuntungan bagi pihak-pihak lainnya.
b. dilarang meminta atau menerima, mengizinkan atau menyetujui untuk menerima
gratifikasiyang berhubungan dengan jabatannya dan berlawanan dengan
kewajibannya sesuaiperaturan perundang-undangan yang berlaku. Termasuk pula
larangan meminta ataumenerima, mengizinkan atau menyetujui untuk menerima
suatu hadiah atau imbalan daripihak ketiga yang mendapatkan atau berusaha
mendapatkan fasilitas dari Bank dalambentuk fasilitas kredit (cash loan dan atau
non cash loan), atau dalam rangka pembelian ataupendiskontoan surat-surat wesel,
surat promes, cek dan kertas dagang atau bukti kewajibanlainnya, ataupun fasilitas
lain yang berkaitan dengan kegiatan operasional Bank. Jenis-jenisgratifikasi dan
mekanisme pelaporannya akan diatur dalam ketentuan tersendiri.
c. dilarang meminta atau menerima, mengizinkan atau menyetujui untuk menerima
suatuhadiah atau imbalan dari pihak ketiga yang mendapatkan atau berusaha
mendapatkanpekerjaan yang berkaitan dengan pengadaan barang maupun jasa dari
Bank.
d. dalam hal nasabah, rekanan, dan pihak-pihak lain memberikan bingkisan berupa
barang ataudalam bentuk lainnya pada saat-saat tertentu seperti pada Hari Raya,
perayaan tertentu,musibah dan lainlain, apabila:
i.
Akibat penerimaan bingkisan tersebut diyakini menimbulkan dampak
ii.
kesempatan
menggunakan
fasilitas
Bank
untuk
transaksi denganBank.
Menyebarluaskan informasi tersebut kepada nasabah atau individu atau
institusi.
b. dilarang menggunakan informasi internal untuk melakukan pembelian, atau
memperdagangkansekuritas, kecuali jika informasi tersebut telah diketahui oleh
publik secara luas.
c. dilarang menyalahgunakan posisinya dan mengambil keuntungan baik langsung
maupuntidak langsung bagi dirinya sendiri, anggota keluarganya ataupun pihakpihak lainnya dan/atau mempengaruhi proses keputusan yang berhubungan
dengan dirinya.
d. pengambilan keputusan untuk menjual atau membeli aset Bank serta jasa lainnya
harusdilakukan dengan mengutamakan kepentingan Bank tanpa dipengaruhi oleh
Insiders.
5. Integritas Sistem Perbankan
a. harus senantiasa mawas diri dan menghindarkan keterlibatan Bank dalam kegiatan
kriminaldi bidang keuangan dan perbankan.
b. wajib mencurigai adanya transaksi yang tidak biasa dan wajib melakukan tindakan
preventifdalam mendeteksi rekening-rekening yang dicurigai telah digunakan
untuk kegiatan sepertimoney laundering, terrorism financing, korupsi dan tindak
kejahatan lainnya.
Adapun etika bisnis sebagai dasar perilaku Jajaran Bank dalam menjalankan aktivitas
bisnis, mencakup aspek berikut:
1. Perilaku Individu
a. Integritas Pribadi
i.
menjunjung tinggi moral, memiliki harga diri dan disiplin yang kuat.
ii.
Jajaran Bank menjaga integritas pribadi sesuai aturan, ketentuan, kebijakan
iii.
iv.
v.
vi.
vii.
kepentingan.
baik secara individu maupun bersama-sama senantiasa berupaya untuk
tidak terlibatdalam hal-hal yang dapat melemahkan atau menurunkan
iii.
Bank.
menggunakan harta milik Bank dengan penuh tanggung jawab termasuk
kesesuaianperuntukkannya.
b. perlindungan Informasi Rahasia
i.
melindungi dan mencegah informasi yang berharga dan bersifat rahasia
ii.
dimaksudkan untukumum.
c. hak Milik Intelektual Bank
i.
menjaga hak milik intelektual Bank.
ii.
mendedikasikan kompetensi yang dimiliki untuk kepentingan Bank
sebagai hak milikintelektual Bank.
d. pencatatan dan Pelaporanbertanggung jawab atas keakuratan dan kelengkapan
catatan dan laporan yang disajikan
3. Penyelenggaraan Bisnis Bank
a. Mis-representasi
i.
Jajaran Bank yang mewakili Bank dalam berhubungan dengan pihak
ii.
iii.
mitra kerja.
mencegah terjadinya korupsi, kolusi, dan nepotisme serta citra negatif
iii.
kerja
menerapkan
prinsip
menjalankanbisnis.
menjauhi, menghindari dan mencegah cara-cara berkompetisi yang tidak
Sepanjang tahun 2015 pengaduan atas pelanggaran kode etik terdokumentasi secara
terintegrasi pada mekanisme LTC.
Upaya implementasi dan penegakkan kode etik Bank Mandiri dilakukan dengan
penuh kesadaran secara terus-menerus dalam bentuk sikap, perbuatan, komitmen serta
ketentuan, dilakukan antara lain dengan:
1) Pernyataan Kepatuhan Kode Etik Bank Mandiri
Untuk menerapkan Kode Etik yang efektif, JajaranBank diharuskan membaca, dan
memahamidengan baik serta diwajibkan menandatanganiPernyataan Kepatuhan Jajaran
Bank terhadapKode Etik, kode etik dan budaya perusahaan.
2) Komitmen Manajemen dan Seluruh PegawaiBank Mandiri
Komitmen manajemen serta seluruh pegawai Bank Mandiri untuk tidak menerima
uang dan/atau barang Gratifikasi dan/atau bingkisan yangberhubungan dengan kewajiban
atau tugasnya.Komitmen dipublikasikan melalui media massadan website perusahaan.
3) Annual Disclosure Benturan Kepentingan
Setiap Jajaran Bank diharuskan membuatpernyataan tahunan (annual disclosure)
terkaitbenturan kepentingan setiap tahun, dan setiapunit kerja diwajibkan menyampaikan
laporantransaksi/putusan yang mengandung benturankepentingan setiap triwulan, hal ini
sejalandengan disusunnya kebijakan turunan Kode EtikBank Mandiri berupa Pedoman
PenangananBenturan Kepentingan Bank Mandiri.
4) Pakta Integritas
Pakta integritas ditandatangani oleh pejabatpemegang kewenangan dan seluruh
rekanan/mitra Bank Mandiri yang yang terlibat dalamproses pemberian kredit,
pengadaan barang danjasa, serta akreditasi rekanan. Selain itu terdapatpenandatanganan
Pakta Integritas Tahunanjuga dilakukan oleh Dewan Komisaris, JajaranDireksi, Pejabat
Eksekutif Bank Mandiri sertaseluruh pegawai Bank Mandiri dalam rangkaimplementasi
pengendalian Gratifikasi.
5) Program Awareness
Untuk pegawai baru Bank Mandiri akandiadakan program induksi Kode Etik
BankMandiri melalui program jump start pendidikanBank Mandiri serta sosialisasi
kebijakan secaraberkesinambungan dan konsisten. Selain itu,juga dilakukan sosialisasi
kepada seluruh unitkerja Bank Mandiri terkait kode etik antaralain strategi anti fraud
Bank Mandiri, budayaKepatuhan, serta budaya layanan.
h. Kesimpulan
Implementasi GCG di PT Bank Mandiri Tbk.
Tata kelola perusahaan yang baik pada PT Bank Mandiri Tbk. Akan meningkatkan
kepercayaan investor, membantu melindungi pemegang saham minoritas dan dapat
mendorong pengambilan keputusan yang lebih baik dan membina hubungan baik dengan
pekerja, kreditur, dan pemangku kepentingan lainnya.
Sejauh ini penerapan GCG pada Bank Mandiri berjalan dengan baik, hal ini
dibuktikan dengan memperoleh rating Predikat Sangat Terpercaya dalam
Corporate Governance PerceptionIndex yang diselenggarakan oleh The Indonesian
Institute for Corporate Governance selama sembilan tahun berturut-turut sejak
tahun 2007 dan di tahun 2015 pula Corporate Governance Asia memberikan
penghargaan kepada Perusahaan yaitu ICON onCorporate Governance.
Hal hal yang bisa terjadi dengan suksesnya penerapan GCG di PT Bank Mandiri Tbk :
a. Tingkat informasi asimetri antara prinsipal dan agen akan berkurang serta terdapat
pengarahan dan pengawasan yang efektif terhadap agen.
b. Kemungkinan berbagai konflik kepentingan antara prinsipal dan agen yang akan
c.
d.
e.
f.
g.
Keputusan Bersama
Direksi dan Dewan Komisaris No. 002/KEP.DIR.KOM/2000 tentang Code of conduct
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Kode etik Bank tersebut mengalami revisi di tahun
2013. Kode etik Bank menjelaskan prinsip-prinsip dasar perilaku pribadi dan profesional
yang dilakukan oleh Jajaran Bank. Oleh sebab itu, keberadaan kode etik menjadi acuan
dan tanggung jawab perilaku bagi Dewan Komisaris, Direksi dan seluruh pegawai Bank
Mandiri di seluruh jenjang Organisasi sebagai bagian dari usaha pencapaian Visi dan
Misi Bank.
Berdasarkan beberapa hal yang kita temukan pada penerapan kode etik, muatan kode
etik, sosialisasi kode etik, penegakan kode etik pada PT Bank Mandiri Tbk. Bisa kita
lihat Bank Mandiri menciptakan lingkungan yang berintegritas dan beretika, dimulai dari
lingkungan kemudian dewan direksi dan jajarannya, lalu pegawai di segala tingkatannya,
secara sistematis menggunakan pedoman etika yang ditetapkan oleh perusahaan dan
disosialisasikan kepada seluruh pegawai.
Penerapan kode etik diharapkan dapat mendorong terwujudnya perilaku yang
professional, bertanggungjawab, wajar, patut dan dapat dipercaya dalam melakukan
hubungan bisnis dengan sesama rekan kerja maupun para mitra kerja.