Anda di halaman 1dari 20

PENDEKATAN DAN SKOPA GEOGRAFI POLITIK

MAKALAH KELOMPOK 2
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Geografi Politik
yang dibina oleh Bapak Drs. Marhadi Slamet Kristiyanto, M.Si

oleh:
Alam Wida Andriyan

(130721607481)

Anisa Kusumaningrum

(130721607450)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI
September 2016

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... i
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 2
1.3 Tujuan......................................................................................................... 2
1.4 Manfaat....................................................................................................... 2

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Konsep Fundamental Geografi Politik........................................................ 3
2.2 Pendekatan Geografi Politik....................................................................... 9
2.3 Perkembangan Pendekatan Geografi Politik.............................................. 11
2.4 Skopa Geografi Politik................................................................................ 13

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan................................................................................................. 16
DAFTAR RUJUKAN............................................................................................................ 17

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara digambarkannya sebagai suatu organisme yang terlekat pada bumi, yang
nasibnya ditentukan oleh dua variabel pokok, yaitu, Raum (ruang) dan lage (posisi). Seorang
ilmuan yang sangat dipengaruhi oleh cara berpikir Charles Darwin, Ratzel memandang
negara sebagai organisme yang harus bersaing dengan organisme lain, dan agar bisa
berkembang organisme itu memerlukan lebensraum (ruang untuk hidup). Berdasarkan hal
tersebut untuk menelaah tulisannya Robert D. Kaplan dapat kita lihat pula pada teori
Mackinder tentang gagasannya dalam The Geographic Pivot of History, yang pada dasarnya
merupakan suatu interprestasi sejarah dunia berdasar pemikiran geopolitik. Menurut
Mackinder perkembangan sejarah dunia pada dasarnya diwarnai oleh konflik antara kekuatan
darat dengan kekuatan laut.
Abad ke XX batas-batas geografi sudah tidak menjadi permasalahan dalam menguasai
daerah-daerah, karena di abad ini telah ditemukan teknologi-teknologi yang mempermudah
mobilisasi warga negara atau negara mendatangi atau menguasai wilayah-wilayah yang sudah
dalam benua lain, atau bukan merupakan batas negara langsung dengan negara yang
merupakan ancaman. Batas wilayah pada abad sekarang ini sudah tidak menjadi masaalah,
namun dengan adanya geografi, banyak mengilhami para ilmuan mencari bagaimana
mempermudah dan memperluas wilayah pengaruh pada negara-negara lain. Oleh karena itu,
persoalan-persoalan agama, batas wilayah dan perang sudah sesuatu yang harus menjadi
bahan evalusi kebijakan geopolitik bagi setiap negara didunia ini.
Fakta lain yang menunjukan bahwa geografi sebagai inspirasi dari haluan politik dari
berbagai politik didunia adalah persoalan demografi tentang idiologi masing-masing negara
sangat pula berpengaruh pada dasar kebijakan politik sebuah negara, dimana dalam kajian
Robert D.Kaplan dijelaskan negara Iran adalah negara yang sangat strategis bila dilihat dari
geografis, karena negara tersebut hampir menguasai 55% cadangan minyak mentah yang
berarada di kawasan teluk Persia.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas penulis menarik rumusan masalah sebagai
berikut:
1.2.1 Apa konsep fundamental geografi politik?
1.2.2 Bagaimana metode pendekatan geografi politik?
1.2.3 Bagaimana perkembangan pendekatan geografi politik?
1.2.4 Apa skopa geografi politik?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah geografi
politik. Adapun tujuan lain dari pembuatan makalah ini adalah:
1.3.1
1.3.2
1.3.3
1.3.4

Untuk mengetahui konsep fundamental geografi golitik


Untuk mengetahui bagaimana metode pendekatan geografi politik
Untuk mengetahui bagaimana perkembangan pendekatan geografi politik
Untuk mengetahui skopa geografi politik

1.4 Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah:
1.4.1 Makalah ini dapat memberikan informasi kepada pembaca agar mengerti
1.4.2

hal-hal yang berhubungan dengan pendekatan dan skopa geografi politik.


Makalah ini juga dapat dijadikan sebagai bahan diskusi bersama dalam
proses pembelajaran dalam mata kuliah geografi politik.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Fundamental Geografi Politik
Geografi politik adalah ilmu yang mempelajari relasi antara kehidupan dan aktivitas
politik dengan kondisi-kondisi alam dan suatu negara, atau dengan kata lain mempelajari the
states and its natural environment. Selain itu, geografi politik juga mempelajari negara
sebagai sebuah politic region yang mencakup baik internal geographical factors, maupun
eksternal, yaitu hubungan antarnegara. Robinson yang dikutip oleh Abdurachmat (1982)
mengatakan bahwa geografi politik adalah that the major objective of polltical geography
is the analysis of inter-state relationships and of internal adaptations to environmental
conditions. Objek dan geografi politik adalah analisa dan hubungan antarnegara dan
adaptasi terhadap kondisi lingkungan di dalam negara tersebut. Dengan demikian geografi
politik dapat diartikan sebagai: ... is the geography of states and provide a geographical
interpretation of international reIations. Berikut adalah konsep fundamental geografi:
2.1.1 Teritory
Teritory/wilayah adalah suatu areal yang memiliki karakteristik tertentu berbeda dengan
wilayah yang lain. Wilayah dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

Wilayah Formal (uniform region/homogeneous) adalah suatu wilayah yang


memiliki keseragaman atau kesamaan dalam kriteria tertentu, baik fisik maupun
sosialnya. Contoh: suatu wilayah mempunyai kesamaan bentang alam pegunungan
disebut wilayah pegunungan atau suatu wilayah mempunyai keseragaman dalam

bidang kegiatan bercocok tanam disebut wilayah pertanian.


Wilayah Fungsional (nodal region) merupakan wilayah yang dalam banyak hal
diatur oleh beberapa pusat kegiatan yang saling berkaitan dan ditandai dengan
adanya hubungan atau interaksi dengan wilayah di sekitarnya. Contoh: Suatu
industri didirikan pada suatu wilayah. Setiap pagi karyawan bekerja menuju pabrik
dan sore hari mereka pulang ke rumah masing-masing.

2.1.2 Nation

Bangsa adalah suatu komunitas etnik yang cirri-cirinya adalah: memiliki nama,
wilayah tertentu, mitos leluhur bersama, kenangan bersama, satu atau beberapa budaya
yang sama dan solidaritas tertentu. Bangsa juga merupakan doktrin etika dan filsafat, dan
merupakan awal dari ideology nasionalisme. Berikut pendapat beberapa para ahli tentang
pengertian bangsa:
a. Ernest Renan (Perancis)
Bangsa adalah suatu nyawa, suatu akal yang terjadi dari 2 hal, yaitu rakyat yang
harus hidup bersama-sama menjalankan satu riwayat, dan rakyatyang kemudian
harus mempunyai kemauan atau keinginan hidup untuk menjadi satu.
b. Otto Bauer (Jerman)
Bangsa adalah kelompok manusia yag memiliki kesamaan karakter. Karakteristik
tumbuh karena adanya persamaan nasib.
c. F. Ratzel (Jerman)
Bangsa terbetuk karena adanya hasrat bersatu. Hasrat itu timbul karena adanya rasa
kesatuan antara manusia dan tempat tinggalnya (paham geopolitik).
2.1.3 State
Pengertian tentang negara terus berkembang seperti dikemukakan oleh F. Iswara,
yaitu bahwa negara adalah suatu organisasi politik teritorial suatu bangsa yang mempunyai
kedaulatan. Pendapat lain yang dikemukakan oleh Martin Ira Glassner (1993), dalam
bukunya Political Geography, menyatakan bahwa negara adalah suatu tempat dan atau
suatu konsep yang diwakili oleh sejumlah simbol tertentu yang menuntut kesetiaan dari
orang-orang yang menempatinya.
Lokasi, luas dan bentuk wilayah, merupakan faktor-faktor yang penting di dalam
menganalisa suatu negara, sebagaimana dikemukakan oleh Carlson (1960:24-25) bahwa
Space is the intergrating factor in Geography. Faktor lokasi adalah yang paling penting,
sebab dapat memberikan gambaran kepada kita tentang keadaan suatu negara,
kemungkinan-kemungkinan, serta perkembangannya. Abdurachmat dalam bukunya
Pengantar Geografi Politik mengatakan ada empat cara kita memandang lokasi geografis
suatu negara yaitu :

Lokasi Astronomis adalah lokasi berdasarkan garis lintang dan garis bujur.
Lokasi Vicinal adalah lokasi yang berdasarkan posisi lingkungan atau lokasi suatu
negara dalam hubungan dengan negara tetangga di sekitarnya yang berbatasan
langsung.

Lokasi Strategis, Lokasi Sentral dan Lokasi Peripherai adalah lokasi wilayah suatu
negar baik sebagian atau seluruhnya, yang dapat memberikan keuntungan-keuntungan
strategis, baik secara militer maupun ekonomi.
Van Valkenburg dalam Abduracmat (1987) membagi negara menjadi tujuh kategori

berdasarkan luas wilayahnya, yaitu :

Giant size: negara dengan luas wilayah antara 7.000.000 km2 sampai 9.000.000 km2;

Rusia, Canada, Amerika Serikat, Brazil dan Australia.


Very large size: negara dengan luas wilayah rata-rata 2.000.000 km2 seperti India,

Argentina, Aljazair, Arab Saudi, dan Indonesia.


Large size: negara dengan luas wilayah sekitar 1.000.000 km2 seperti Mesir, Ethiopia,

Lybia, Perancis.
Medium size: Inggris, Jerman, Rumania, Kamboja, Laos, Vietnam.
Small size: Netherland, Belgia, Denmark, Taiwan, Swiss.
Very small size: Libanon, Luxemberg, Qatar, Kuwait.
Miniature size: Bahrein, San Marino, Monaco, Andora, dan Vatikan.

Bentuk wilayah negara berbeda-beda. Berikut adalah negara berdasarkan bentuk


wilayahnya :

Compact, yaitu bentuk negara yang solid artinya tidak terpisah oleh wilayah lautan
dan atau diselingi oleh wilayah negari lain. Seperti Swiss, Rumania, Hongaria, dan

India.
Circular, yaitu negara yang bentuknya hampir bulat, seperti Perancis dan Polandia.
Long-narrow, yaitu bentuk negara yang panjang dan pipih, seperti Chile dan Vietnam.
Divided or separated, yaitu negara yang terpisah oleh wilayah laut dan atau sepotong
oleh negara lain, seperti Mesir, Turki, Malaysia, Amerika Serikat, dan semua negara
kepulauan.

2.1.4 Electoral geography


Pemilihan umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi untuk
memilih wakil-wakil rakyat yang akan duduk di lembaga perwakilan rakyat, serta salah satu
bentuk pemenuhan hak asasi warga negara di bidang politik. Pemilu dilaksanakan untuk
mewujudkan kedaulatan rakyat. Sebab, rakyat tidak mungkin memerintah secara langsung.
Karena itu, diperlukan cara untuk memilih wakil rakyat dalam memerintah suatu negara

selama jangka waktu tertentu. Pemilu dilaksanakan dengan menganut asas langsung,
umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
Geografi pemilihan umum merupakan kajian geografi politik yang sangat khas dan
banyak manfaatnya untuk membekali seseorang dalam meraih kemenangan dalam
pemilihan umum. Sesuai teori demokrasi klasik pemilu adalah sebuah Transmission of
Belt sehingga kekuasaan yg berasal dari rakyat bisa bergeser menjadi kekuasaan negara
yang kemudian berubah bentuk menjadi wewenang pemerintah untuk melaksanakan
pemerintahan dan memimpin rakyat. Kegiatan analisis korelatif dalam pemilu akhir-akhir
ini telah dibantu dengan teknologi SIG yang akan membantu dalam membentuk peta
politik. Dengan peta pemilihan umum, orang-orang partai sangat bernafsu untuk merubah
arsiran dalam peta-peta politik. Untuk menjadi sebuah region yang stabil harus memiliki
dasar homogenitas yang tinggi.
2.1.5 Identity and Citizenship
Identitas nasional berasal dari kata "national identity" yang dapat di artikan
sebagai "kepribadian internasional" atau "jatidiri nasional". Identitasnasional adalah jatidiri
yang dimiliki oleh suatu bangsa. Identitas bangsa indonesia akan berbeda dengan identitas
bangsa Australia, bangsa Amerika dan bangsa lainnya. Identitas nasional itu terbentuk
karena bangsa indonesia mempunyai pengalaman bersama, sejarah yang yang sama, dan
penderitaan yang sama dan juga terbentuk melalui adanyta saling kerjasama antara
kelompok yang satu denga kelompok yang lain. Meskipun memiliki banyak perbedaan,
namun keingina kuat diantara mereka untuk saling merekatkan kelompoknya dengan
kelompok lain dapat juga membentuk identitas.
Pola hubungan hukum antar warga Negara dengan Negara tidak dinyatakan dalam
bahasa yang sama. Hal ini disebabkan oleh perbedaan-perbedaan dalam latar belakang
sejarah dan budaya serta cita-cita hukum dari suatu Negara dalam menyikapi warga negara.
Secara terminologis, istilah

kewarganegaraan

(citizenship),

berbeda

dengan

ilmu

kewarganegaraan (civics) dan pendidikan kewarganegaraan (civic education). Perbedaan


antara ketiga istilah itu, terletak pada subtansi garapannya. Kewarganegaraan lebih
ditekankan pada persoalan status seseorang sebagai warga Negara dan denga kejelasan
status itu orang akan memiliki hak dan kewajiban yang jelas pula dalam kehidupan
negaranya. Berdasarkan pasal 1 Ayat 2 Undang-undang No. 12 Tahun 2006
Kewarganegaraan adalah segala hal ikhwal yang berhubungan denga warga Negara.

Kewarganegaraan tercipta ikatan antara individu dan Negara. Individu secara politis
dan yuridis merupakan anggota penuh dari Negara dan berkewajiban untuk setia kepada
Negara. Sebaliknya Negara berkewajiban melindungi warga negaranya. Akibatnya
terjadilah suatu ikatan antara individu dengan Negara. Individu merupakan anggota penuh
secara pilitik dalam Negara dan berkewajiban untuk tetap setia kepada Negara (permanence
of alligient) sedangkan Negara berkewajiban untuk melindungi individu-individu tersebut
dimanapun mereka berada. Dengan mepertimbangkan subtansi yang melatar belakangi
hubungan antara Negara dengan warga Negara, pengertian kewarganegaraan dapat ditinjau
dalam beberapa makna, baik bersifat yuridis, sosiologis, formal maupun material.
Kewarganegaraan dalam arti formal, menyangkut tempat kewarganegaraan itu
dalam sistematika hukum nasional. Pengujiannya terletak pada persoalan, apakah konsep
kewarganegaraan dicantumkan secara eksplisit dalam ketentuan hukum nasional, yang
sistematika intinya ada di dalam UUD. Pengaturan atau pencantuman seperangkat hak dan
kewajiban warga Negara dalam UUD, memberikan bukti bahwa Negara sebenarnya
mengakui eksistensi formal warga Negara dan ini sebuah indicator kesediaan bagi Negara
untuk menjalin hubungan dengan warganya.
Kewarganegaraan dalam arti material, terkait dengan permasalahan materi apakah
yang digunakan apabila Negara ingin mengadakan hubungan denga warga negaranya.
Materi yang digunakan dalam hubungan ini tidak hanya berkisar pada hak dan kewajiban
warga untuk negaranya saja, tetapi hak dan kewajiban Negara untuk warganya. Proses
dialogis antara hak dan kewajiban warga Negara dengan hak dan kewajiban Negara akan
memberikan wacana apakah hubungan itu berlangsung secara harmonis, demikratis dan
adil. Selain itu, kewarganegaraan dalam arti material juga menyagkut akibat hukum,
apakah hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang konkret terhadap seseorang yang timbul
dari kewarganegaraan itu. Dengan kata lain apakah perbedaan yang timbul dari ikatan
hukum antara kedudukan seorang warga Negara dengan orang asing.

2.1.6 Environmental Politc


Salah satu bidang, yang semakin menarik perhatian adalah politik lingkungan
(environmental politics). Politik lingkungan mulai berkembang pada akhir tahun 1960-an
dan awal tahun 1970-an (Daugverne, 2005). Apa kaitan antara politik dan lingkungan dan
apa itu politik lingkungan? Apa konsep dan praktek politik lingkungan? Politik lingkungan

kadang dicampur-adukan atau berkaitan dengan dan mencakup politik ekologi (ecological
politics atau politics of ecology) dan ekonomi politik penguasaan sumber daya alam yang
mempunyai implikasi dan dampak pada lingkungan.
Politik lingkungan biasanya berkaitan dengan politik penguasaan dan pemilikan
sumberdaya alam dan perdagangan produknya. Politik di sini beraitan dengan kekuatan
dan kekuasan pasar. Selain itu juga strategi dan kebijakan pemerintah mengalokasikan
sumberdaya alam bagi masyarakat ataukah berpihak pada swasta dan pasar yang berkaitan
dengan kekuatan politik atau untuk kepentinganpolitik?
Politik lingkungan juga berkaitan dengan peranan politik para pihak dalam
memperjuangkan keadilan dan kelestarian lingkungan. Salah satu ekspresi politik adalah
dalam bentuk partai politik atau institusi yang bisa mempengaruhi keputusan politik
pemerintah. Di dalam bahasa internasional biasa disebut dengan partai hijau (green party) .
Misalnya pembentukan partai hijau di Jerman, New Zealand, Swiss dan Inggeris pada awal
tahun 1970-an atau di Denmark awal tahun 1980-an yang memperjuangkan persoalan
lingkungan, pembangunan berpusat pada orang miskin dan pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan dan pembangunan di tingkat akar rumput. Walaupun partai-partai ini tidak
banyak berhasil di parlemen atau pemimpin negara banyak upaya yang dilakukan.
Berkembang pemikiran tentang politik hijau atau greening of politics/green politics, green
governance dan sebagainya (Park, 1997).
Politik lingkungan juga menganalisis peran institusi atau pihak-pihak yang
berkepentingan dengan sumberdaya alam dan lingkungan. Disini peran masyarakat,
pemerintah, swasta, organisasi bukan pemerintah, lembaga pembangunan, pendidikan
dan penelitian juga dianalisis. Politik lingkungan menganalisis persoalan kerusakan
lingkungan yang disebabkan oleh pasar namun tidak dapat dikontrol oleh pasar. Pasar
dan swasta biasanya memiliki kekuasaan dan kontrol walaupun tidak memiliki
kewenangan atas sumberdaya alam. Akibat dari perilaku dan tindakan pasar terjadi
eksternalitas yang kemudian membutuhkan intervensi pemerintah atau bentuk tata kelola
(governance) lain untuk menanganinya.
2.2 Pendekatan Geografi Politik
2.2.1 Pendekatan historis
Mengkaji negara berdasarkan asal mula dan perkembangan suatu negara.
Pendekatan ini bermanfaat untuk mempelajari negara sebagai indivisual case. Contohnya:
mempelajari Indonesia dari asal mulanya mulai dari pulau-pulau menjadi kesatuan.

2.2.2

Pendekatan factual

Oleh Velkenbung digunakan untuk mempelajari kenyataan-kenyataan kehidupan


politik suatu negara dengan berbagai unsur geografisnya seperti luas, bentuk wilayah, iklim,
sumber daya dan penduduk (Abdurachmat, 1982). Contohnya: dengan bentuk Indonesia
yang merupakan negara kepulauan maka Indonesia memiliki unsur geografis yang berbeda
dengan negara lain mulai dari iklim, sumber daya, dan luas. Pendekatan faktual adalah
melihat terjadinya suatu Negara berdasarkan kenyataan yang sebenarnya terjadi atau sudah
menjadi pengalaman sejarah, seperti:

Occupatie: pendudukan suatu wilayah yang semula tidak bertuan oleh sekelompok
manusia/ suatu bangsa yang kemudian mendirikan negara di wilayah tersebut.
Contoh: Liberia yang diduduki budak-budak Negro yang dimerdekakan pada tahun

1847.
Separatie: Suatu wilayah yang semula merupakan bagian dari negara tertentu,
kemudian memisahkan diri dari negara induknya dan menyatakan kemerdekaan.
Contoh: Belgia pada tahun 1839 melepaskan diri dari Belanda, Bosnia dan Kroatia

yang memisahkan diri dari Yugoslavia.


Fusi: beberapa negara melebur menjadi satu negara baru. Contoh: Jerman Barat dan

Jerman Timur yang melebur menjadi Jerman.


Inovatie: Suatu negara pecah dan lenyap, kemudian di atas bekas wilayah negara itu
timbul negara(-negara) baru. Contoh: pada tahun 1832 Colombia pecah menjadi

negara-negara baru, yaitu Venezuela dan Colombia Baru.


Cessie: penyerahan suatu daerah kepada negara lain. Contoh: Sleeswijk diserahkan

oleh Austria kepada Prusia (Jerman).


Accessie: bertambahnya tanah dari lumpur yang mengeras di kuala sungai (atau
daratan yang timbul dari dasar laut) dan menjadi wilayah yang dapat dihuni manusia

sehingga suatu ketika telah memenuhi unsur-unsur terbentuknya negara.


Anexatie: penaklukan suatu wilayah yang memungkinkan pendirian suatu negara di
wilayah itu setelah 30 tahun tanpa reaksi yang memadai dari penduduk setempat.

Proklamasi: pernyataan kemerdekaan yang dilakukan setelah keberhasilan merebut


kembali wilayah yang dijajah bangsa/ negara asing. Contoh: Indonesia pada tanggal
17 Agustus 1945.

2.2.3

Pendekatan relationship

Pendekatan

relationship

menitikberatkan

pada

hubungan

faktor-faktor

lingkungan (alam) dengan aspek-aspek politik. Secara sederhana pendekatan ini


digunakan untuk mengkaji kemakmuran suatu Negara dilihat dari ketersediaan faktor
sumberdaya alam. Perhitungan kekayaan alam menjadi dasar pada kesadaran suatu
bangsa untuk mempertahankan dan melangsungkan hidupnya. Contohnya: mengkaji
kemajuan afrika selatan dari segi kekayaan alam atau ketersediaan faktor sumber daya.
2.2.4 Pendekatan fungsional
Pendekatan ini lebih menekankan kepada bagaimana suatu negara atau suatu
wilayah politik lainnya mengatur dirinya sendiri, baik secara internal maupun eksternal.
Internal tersebut berarti bagaimana suatu negara mengurus dirinya sendiri sebagai suatu
kesatuan politik yang padu (integral), pengaruh kekuatan-kekuatan yang sifatnya nonpolitik seperti iklim, pegunungan atau kebinekaan suatu bangsa dan lain-lain terhadap
kegiatan-kegiatan politik negara, atau apa pengaruh aspek-aspek politik terhadapnya
misalnya pola permukiman, pemanfaatan sumber daya alam atau pengembangan jaringan
lalu lintas.
Eksternal berarti apakah negara tersebut mampu memperlihatkan dirinya
sebagai suatu negara yang berdaulat dan tidak lagi bergantung kepada negara lain (dalam
arti politik), tidak lagi ada masalah-masalah teritorial yang belum terpecahkan dengan
negara tetangga, apakah dalam hal ekonomi tidak lagi sangat bergantung kepada negara
lain. Pounds mengembangkan suatu model bagi geografi politik di Amerika Serikat dalam
mempelajari geografi politik sebagai berikut:
1. Berimpitnya suatu negara dengan bangsa yang bersangkutan.
Ini meliputi misalnya masalah-masalah seperti perbatasan politis
atau pengklaiman atas wilayah tersebut, kelompok-kelompok
yang bertengkar mengenai yang asasi dalam mendirikan negara,
pengklaiman wilayah yang bersangkutan, oleh mereka yang ada
diluar

wilayah

bersangkutan

(misalnya

Filipina

pernah

mengklaim wilayah Sabah di Kalimantan Utara sebagai warisan


bagianya).
2. Sumber daya dibuka oleh pemerintah untuk kesejahteraan rakyat dan integritas bangsa
yang bersangkutan.
Berkaitan erat dengan pandangan mengenai luas sempitnya negara, bentuk negara,
serta lokasi dari sumber daya alam yang dikejar. Hal tersebut sedikit banyak
mempengaruhi strategi dan pertahanan (defisiensi).

3. Kohesi sosial dari penduduk dalam rangka loyalitas terhadap negaranya.


Contohnya ada kebijakan politik Indonesia mengenai pembiakan
jumlah provinsi, termasuk siapa-siapa yang layah menjadi
gubernurnya
4. Pola geografis yang mendasari suatu negara.
Misalnya suatu negara kesatuan, negara serikut, persebaran
penduduk, ketergantungan ekonominya dari dalam dan luar
negeri.
5. Perniagaan dan Pehubungan.
Keduanya merupakan salah satu sarana politik juga hubungan
dengan Cina (RRC) sehabis tahun 1965 dibatasi pada
perdagangan saja misalnya transportasi lewat udara hanya
kadang-kadang saja dimanfaatkan para trasmigran.
6. Sikap Nasional dan Persepsi Nasional.
Ini berkaitan dengan pandangan-pandangan suatu negara
terhadap negara lain berbeda-beda. Misalnya bagi orang
Indonesia Saudi Arabia cenderung dilihat sebagai negara yang
tata hidup kemasyarakatannya serba baik, karena menjadi
pusatnya peradapan Islam. Sedangkan bagi orang Australia
negara Inggris selalu baik karena sumbernya kebudayaan AngloSaxon, dan masih banyak contoh yang lainnya.
2.3 Perkembangan Pendekatan Geografi Politik
Dikshit dalam bukunya yang terbit tahun 1982 menjelaskan bahwa perkembangan
pendekatan geografi politik dimulai pada awal abad ke-19 dan diakhiri pada kondisi tahun
1950. Berikut adalah perkembangan pendekatan geografi politik:
1. Sebelum era Ritter-Humboldt (1779-1859) geografi politik dipandang sebagai
ilmu yang kajiannya difokuskan pada peranan lingkungan yang dapat digunakan
untuk membentuk kehidupan politik manusia (environmentalisme politis). Telaah
pada tahap ini adalah adanya anggapan bahwa lingkungan alam menjadi kekuatan
bagi tujuan manusia.
2. Dalam bukunya yang berjudul Erkunde, Ritter menjadi orang pertama yang
memberi pengertian baru tentang teori geografi politik yang dihubungkan dengan
pertumbuhan negara dan evolusi kebudayaan. Dalam bukunya tersebut dijelaskan
bahwa Ritter memakai analogi organisme dari alam untuk mengembangkan teori
siklus pertumbuhan budaya melalui siklus lahir, dewasa, dan mati. Melalui teori

siklus ini, para pengkaji kebudayaan diberi kesempatan untuk mampu meramalkan
maju dan mundurnya kebudayaan
3. Ratzel (1844-1904) mengembangkan konsep kebudayaan dari Ritter menjadi teori
pertumbuhan negara. Di situ negara dilihat sebagai keutuhan-keutuhan organis
yang menempati ruang dan terlibat untuk memperjuangkan/memperoleh
lebensraum (tempat untuk tinggal) yang lebih luas. Dengan menggabungkan teori
social Darwinism tentang negara dengan lebensraum, Ratzel memperkenalkan
pendekatan baru dalam mengkaji sebuah negara. Ternyata di dalam teorinya
tersebut, terkandung rudimen-rudimen berpikir sistem dalam geografi politik yang
pada akhirnya disalahgunakan menjadi asas geopolitik Jerman.
4. Sebagai reaksi terhadap paradigma yang menjatuhkan nilai ilmiah dari geografi
politik tersebut, Hettner mengembangkan ilmu geografi politik dengan
pendekatannya yang bercorak khronologis. Di situ geografi politik dipandang
sebagai ilmu tentang wilayah politik atau ilmu yang mengkaji hubungan antara
negara satu dengan negara lain berdasarkan ciri khas wilayahnya.
5. Pengembangan terakhir dari Hettner mengarahkan geografi politik pada
pendekatan morfologis atau lokasional yang di dalamnya menganalisis tentang
unsur-unsur letak, luas, bentuk perbatasan, ibukota dan kawasan inti. Hettner
mengenalkan pendekatan tersebut pada tahun 1935 dan bertahan hingga tahun
1950.
6. Hetter menyebutkan bahwa morfologi penting untuk menelaah politik suatu
negara, hal tersebut disebabkan karena unsur-unsurnya dapat mempengaruhi
berbagai fungsi negara yang bersangkutan. Sebagai contoh adalah wilayah yang
memiliki morfologi berbeda maka aktifitas politiknya juga berbeda.
7. Dalam perkembangannya, muncul pendekatan lain yaitu pendekatan historis atau
generis. Pendekatan tersebut menerangkan bagaimana mulanya suatu negara bisa
mendapatkan batas-batas wilayah seperti sekarang. Pendekatan tersebut
bertentangan

dengan

pendekatan

morfologis,

namun

Whittlesey

justru

berpendapat bahwa dua pendekatan tersebut saling bergatung satu sama lain
sehingga dapat dikombinasikan menjadi satu, deengan sebutan historicalmorphological approach.
8. Metode pendekatan lain di bidang geografi politik adalah pendekatan inventorial.
Dalam pendekatan tersebut mengkaji aspek-aspek yang ada pada suatu negara
yang meliputi aspek fisik, manusia, dan ekonomi lalu dijuduli istilah morfologi
bumi, iklim, pertanian, industri, dan seterusnya. Memang bahasan dari pendekatan
ini mirip dengan geografi regional biasa, tetapi pada pendekatan ini juga

membahas aspek sejarah dan berhubungan dengan perubahan batas-batas negara


atau konflik perebutan batas antar negara tetangga. Namun sejak tahun 1930-an
dan dua dasawarsa berikutnya tidak ada perkembangan lebih lanjut terkait
pendekatan geografi politik, kecuali terbatas pada yang dasarnya morfologi dan
genesis.
9. Hartshorne sendiri lalu mengemukakan teori pendekatannya yaitu pendekatan
fungsional. Dalam pendekatan tersebut politik bertugas menganalisis suatu negara
mengenai fungsinya baik secara internal atau eksternal. Internal mencakup
kekuatan setrifigal, sentripetal, ideologi negara, organisasi intern. Sedangkan
fungsi eksternal meliputi relasi territorial, relasi ekonomi, relasi politik dan relasi
strategis.
2.4 Skopa Geografi Politik
Skopa/ruang lingkup geografi politik dibagi menjadi tiga bahan kajian pokok, yaitu
mengkaji tentang evironmrnetal relationship, national power, dan political region.
2.5.1 Environmental relationships, menekankan pada studi perbedaan dan keanekaragaman
wilayah negara dan penduduknya di muka bumi. Konsep environmental relationships
menitikberatkan kepada hubungan antara kehidupan manusia dan lingkungan alamnya
akibat dorongan kehidupan dan keanekaragaman wilayah negara. Alexander dalam
Abdurachmat (1987) mengatakan bahwa ada ..correlation between cultural differences
on the one hand and differences in physical phenomena. Such as climate, soils, and
landforms on the onter.Prinsip ini merupakan prinsip paling tua yang dimulai dan
determinisme lingkungan (environmental determinism) yang memandang kehidupan
manusia, masyarakat dan negara dipengaruhi dan ditentukan oieh keadaan alam sampai
pada aliran possibilisme sebagaimana telah dijelaskan di atas.
2.5.2 National power, yaitu menekankan kepada masalah power atau kekuasaan negara. Prinsip
national power dikembangkan oleh Ratzel yang membahas secara sistematis tentang
pengaruh lingkungan alam terhadap ketahanan dan kekuatan nasional. Terdapat tujuh
hukum perkembangan (The Seven Laws of The Expansion af State) menurut Alexander
dalam Abdurachmat (1987), yaitu:
1. The space of states grows with the growth of culture.
2.

The growth of states follows otheraspects of development, such as commerce,


ideas, and missionary activity.

3.

States grows through the amalgamation and absorption of smaller units.

4.

The frontier is the peripheral organ of the state and reflects the growth, the
strength and the changes in the state.

5.

In the process of growth the state seeks to include politically valuable areas, such
as coastlines, river valleys, plain, and regions which are rich in resources.

6.

The first impetus for territorial growth comes to a primitive state from be borders,
from a higher civilization.

7.

The generaltrend toward amalgamation transmits the tendency forexpans state to


state and increase the tendency in the process of transmission words, the process
of amalgamation what the appetite for gre aterexpansi.
Hukum Perkembangan pertama menerangkan bahwa pertumbuhan keruangan

negara bersamaan dengan pertumbuhan kebudayaan. Hokum perkembangan kedua


menyebutkan pertumbuhan negara diikuti oleh perkembangan aspek lain seperti
perdagangan, ideologi dan aktivitas keagamaan. Hukum Perkembangan ketiga
menyebutkan bahwa negara tumbuh melalui penggabungan dan penyerapan unit negara
terkecil. Hukum Perkembangan keempat menyebutkan bahwa garis perbatasan adalah
organ lingkungan suatu negara yang menggambarkan pertumbuhan, kekuatan dan
perubahan dalam suatu negara. Hukum Perkembangan kelima dalam proses
pertumbuhan suatu negara, negara akan mencari wilayah politik yang berharga seperti
garis pantai, lembah sungai, dataran dan daerah yang kaya akan sumber daya alam.
Hokum Perkembangan keenam menyebutkan bahwa dorongan pertama untuk
pertumbuhan teritorial datang dan sebuah negara yang primitif di luar dari perbatasan,
berasal dan peradaban yang lebih tinggi. Hukum yang terakhir menyebutkan gejala
umum terhadap penggabungan cenderung sebagai ekspansi dan satu negara ke negara
lain dan cenderung menambah proses penyebaran, dengan kata lain hasrat proses
penggabungan untuk ekspansi selalu meningkat dan akan lebih besar.
2.5.3 Political region. Pada awal abad 20 para ahli geografi mulai meninggalkan konsep
national power dalam membahas negara karena dinilai kurang objektif. Konsep
political region menitikberatkan pada hal-hal yang bersifat teoritis seperti dasar, tujuan,
dan ruang lingkup geografi politik serta pengorganisasian keruangan. Konsep political
region membahas tentang pembagian wilayah administrasi, batas negara dan masalah
yang berhubungan dengan pengawasan wilayah kekuasaan negara.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Geografi politik adalah ilmu yang mempelajari relasi antara kehidupan dan aktivitas
politik dengan kondisi-kondisi alam dan suatu negara, atau dengan kata lain mempelajari the
states and its natural environment. Dalam pembahasan makalah ini, geografi politik memiliki
4 pendekatan yang meliputi pendekatan historis, factual, relationship, dan fungsional. Dalam
perkembangannya pendekatan geografi politik tersebut banyak mengalami perubahan,
bahkan pendekatan tersebut sempat disalahgunakan menjadi asas berpolitik Jerman.
Pembahasan terakhir dalam makalah ini adalah skopa/ruang lingkup geografi politik dibagi
menjadi tiga bahan kajian pokok, yaitu mengkaji tentang evironmrnetal relationship, national
power, dan political region.

DAFTAR RUJUKAN

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Tugas Akhir,
Laporan Penelitian. Edisi kelima, 2010. Malang: Universitas Negeri Malang.
Daldjoeni, N. 1991. Dasar-dasar Geografi Politik. PT. Citra Aditya Bakti: Bandung.
Shovia, Vivi Nurul. Pengenalan Geograpi Politik Ruang, Tempat dan Politik. (Online),
(https://id.scribd.com/document/183500810/Pengenalan-Geografi-Politik-docx), diakses
tanggal 9 September 2016.
2013.

Geografi Politik. (Online), (http://serbasejarah.blogspot.co.id/2011/05/geografipolitik.html), diakses tanggal 9 September 2016.

2013. Konsep Wilayah dan Pewilayahan (Online), (https://geo-media.blogspot.co.id/2013/11


/konsep-wilayah-dan-perwilayahan.html), diakses pada tanggal 18 September 2016.
Wahyani, Novia Pujalestari. 2015. Geografi Politik: Geografi Pemilihan Umum. (online),
(https://noviafujalestariwahyani.wordpress.com/2015/06/14/makalah-geografi-politikjudul-geografi-pemilihan-umum/), diakses tanggal 18 September 2016.
Andra. 2015. Konsep Warga Negara dan Kewarganegaraan. (Online), (http://newpopak.
blogspot.co.id/2015/06/konsepwarga-negara-dan-kewarganegaraan.html),
diakses
tanggal 18 September 2016.
Tony. 2011. Environmen and Development. (Online), (http://devenvist.blogspot.co.id/2011/10/
politik-lingkungan.html), diakses tanggal 18 September.

Anda mungkin juga menyukai