Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kacang hijau merupakan salah satu bahan makanan yang dimakan rakyat Indonesia
pada umumnya. Kecambah dari kacang hijau menjadi sayuran yang umum dimakan
di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara. Di Indonesia dikenal sebagai tauge.
Tepung biji kacang hijau, disebut di pasaran sebagai tepung hunkue, digunakan
dalam pembuatan kue-kue dan cenderung membentuk gel. Tepung ini juga dapat
diolah menjadi mie yang dikenal sebagai soun.
Kacang hijau dibawa masuk ke wilayah Indonesia terjadi pada awal abad ke-17 oleh
pedagang China dan Portugis. Pusat penyebaran kacang hijau pada mulanya
terpusat di Pulau Jawa dan Bali, tetapi pada tahun 1920-an, mulai berkembang di
Sulawesi, Sumatera, Kalimantan dan Indonesia bagian Timur.
Kacang hijau telah menyebar di Asia Timur ini berguna sejak kacang mulai tumbuh,
bagian kulit yang telanjang, atau sebagai bahan makanan dalam makanan oriental.
Keadaan agroekologi Indonesia amat cocok untuk pengembangan budidaya
tanaman kacang hijau. Pada masa mendatang, kemungkinan penyebaran kacang
hijau meluas ke semua provinsi di wilayah nusantara. Peningkatan produksi kacang
hijau nasional diramalkan sebesar 7.6% per tahun dari tahun 1987 hingga tahun
2000 sehingga pada akhir abad ini produksi kacang hijau di Indonesia diharapkan
mencapai 623.000 ton.
Pulau Jawa merupakan penghasil utama kacang hijau di Indonesia, karena
memberikan konstribusi 61% terhadap produksi kacang hijau nasional. Total

kontribusi daerah tersebut adalah 90% terhadap produksi kacang hijau nasional,
dan 70% berasal dari lahan sawah. Potensi lahan kering di daerah tersebut yang
sesuai ditanam kacang hiaju sangat luas. Tantangan pengembangan kacang hijau di
lahan kering adalah peningkatan produktivitas dan mempertahankan kualitas lahan
untuk berproduksi lebih lanjut. Produksi tahunan diperkirakan 2,5-3 juta ton sekitar
5 juta hektar areal produksi. Produksi ini kira-kira 5% dari produksi seluruh kacang
bijian.
Kacang hijau merupakan salah satu tanaman semusim yang berumur pendek
(kurang lebih 60 hari). Tanaman ini disebut juga mungbean, green gram atau
golden gram. Dalam dunia tumbuh-tumbuhan, tanaman ini diklasifikasikan seperti
berikut ini:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Rosales
Famili : Papilionaceae
Genus : Vigna
Spesies : Vigna radiata atau Phaseolus radiatus
Secara morfologi, tanaman kacang hijau berbatang tegak dengan ketinggian sangat
bervariasi, antara 30-60 cm, tergantung varietasnya. Cabangnya menyamping pada
bagian utama, berbentuk bulat dan berbulu. Warna batang dan cabangnya ada
yang hijau dan ada yang ungu.

Daunnya trifoliate (terdiri dari tiga helaian) dan letaknya berseling. Tangkai daunnya
cukup panjang, lebih panjang dari daunnya. Warna daunnya hijau muda sampai
hiaju tua.
Bunga kacang hijau berwarna kuning, tersusun dalam tandan, keluar pada cabang
serta batang, dan dapat menyerbuk sendiri.
Polong kacang hijau berebntuk silindris dengan panjang antara 6-15 cm dan
biasanya berbulu pendek. Sewaktu muda polong berwarna hijau dan dan setelah
tua berwarna hitam atau coklat. Setiap polong berisi 10-15 biji. Biji kacang hijau
lebih kecil dibanding biji kacang-kacangan lain. Warna bijinya kebanyakan hijau
kusam atau hijau mengilap, beberapa ada yang berwarna kuning, cokelat dan hitam
. Tanaman kacang hijau berakar tunggang dengan akar cabang pada permukaan.
Tanaman kacang hijau masih kurang mendapat perhatian petani, meskipun hasil
tanaman ini mempunyai nilai gizi yang tinggi dan harga yang baik. Dibanding
dengan tanaman kacang-kacangan lain, kacang hijau memiliki kelebihan ditinjau
dari segi agronomi maupun ekonomis seperti : lebih tahan kekeringan, serangan
hama penyakit lebih sedikit, dapat dipanen pada umur 55-60 hari, dapat ditanam
pada tanah yang kurang subur, dan cara budidayanya mudah. Dengan demikian,
kacang hijau mempunyai potensi yang tinggi untuk dikembangkan.

Untuk

mempercepat perkembangan, ketersediaan benih yang memadai dari varietas


unggul yang sudah dilepas merupakan kunci keberhasiIan
Serangan penyakit pada kacang hijau sering menimbulkan kerugian bagi para
petani, diantara penyakit penyakit kacang hijau yang sering menyerang adalah
penyakit busuk batang Sclerotium, penyakit kudis, penyakit embun tepung, dan
penyakit mosaik kuning. Untuk melindungi tanaman agar tidak terserang penyakit

tersebut, petani harus mengenal gejala serangan, jenis patogen, siklus hidup, dan
cara penyebaran serta cara pengendaliannya.

1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan disease notebook ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis
penyakit yang menyerang tanaman kacang hijau diantaranya penyakit busuk
batang Sclerotium, penyakit kudis, penyakit embun tepung, dan penyakit mosaik
kuning. Selain itu, untuk mengetahui gejala, daur hidup, penyebaran dan
pengendalian penyakit tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN

Penyakit mempunyai ciri khusus yang berbeda dari yang lain, misalnya patogen
penyebab, struktur morfologi patogen, siklus penyakit, penyebaran patogen, gejala
yang ditimbulkan, serta cara pengendaliannya, diantaranya sebagai berikut :

1. Nama penyakit : Penyakit Busuk Batang Sclerotium


Patogen : Sclerotium rolfsii (Deuteromycota). Imperfect stage Struktur patogen :
Sklerotium bulat, licin, berwarna agak kuning
Gejala

Pangkal batang kacang hijau sering terserang oleh jamur Sclerotium rolfsii.
Tanaman

yang

terserang

Sclerotium

rolfsii

akan

menimbulkan

gejala

layu

mendadak. Pada pangkal batang dan di permukaan tanah sekelilingnya terdapat


benang-benang miselium seperti bulu, membentuk banyak sklerotium yang semula
berwarna putih, kemudian menjadi berwarna coklat, sebesar biji sawi.
Selain batang, jamur dapat menginfeksi daun-daun bawah, yang dimulai dari
pangkal anak daun. Pangkal anak daun berwarna hijau kelabu kebasah-basahan.

Daur Hidup
Cendawan ini merupakan cendawan imperfect kelompok Deuteromycetes, hanya
mempunyai fase anamorf. Struktur anamorfnya berupa sklerotium yang berbentuk
bulat, licin, dan berwarna agak kuning. Siklus patogen ini mempunyai dua bentuk.
Pada fase anamorf berbentuk Sclerotium sedangkan fase teliomorfnya yaitu
Aethalia.
Keterangan eko-biologinya, patogen ini bersifat polifag, dapat hidup sebagai
saprofitis di dalam tanah yang agak basah, sifat serangannya epidemik berbunga
tunggal single interest disease.

Pengendalian
Pengendalian penyakit ini terdapat beberapa cara yang telah diaplikasikan,
diantaranya, yaitu: menanam varietas unggul yang resisten, sistem rotasi tanam
antara palawija dengan tanaman lainnya seperti padi akan menghambat dalam
kelangsungan hidup sclerotia dapat dikurangi dengan tanah yang diairi. Siklus
penyakit juga dapat rusak dengan tanaman yang toleran atau resisten.

Melakukan desinfeksi atau mensterilkan tanah dengan uap panas atau dengan
menggunakan zat kimia khusus, dan juga dengan meniadakan kontaminan pada
biji-biji dengan perlakuan biji (seed treatment) dengan beberapa zat kimia.
Perlakuan kimia pada saat tanam dengan menambah fungisida saat penanaman
benih.
Pengendalian

secara

biologi

juga

dapat

diterapkan

dalam

mengendalikan

Sclerotium rolfsii, salah satu pengendalian secara biologi yang telah dilakukan yakni
menggunakan Trichoderma glaucum sebagai cendawan antagonis yang efektif
untuk mengendalikan Sclerotium rolfsii penyebab penyakit busuk batang pada
kacang hijau.
Pemindahan puing tanaman yang terinfeksi adalah penting karena hal ini dapat
berfungsi sebagai inokulum bagi tanaman berikutnya. Penyebaran penyakit
propagules juga harus dibatasi, dalam bentuk hifa atau sclerotia dalam tanah atau
pada sampah.
Penggalian tanah dan pengolahan yang lebih dalam akan menguburkan bahan
tanaman yang terinfeksi dan sclerotia sehingga tanaman berikutnya tidak mudah
bersentuhan dengan penyebab/sumber penyakit yang tertanam di dalam tanah,
namun peralatan budidaya dapat membantu dalam penyebaran patogen ke daerah
yang sebelumnya tidak terinfeksi. Pengapuran untuk meningkatkan pH menjadi
sekitar 7,0 juga dapat membantu dalam pengendalian Sclerotium rolfsii. Fallowing
biasanya tidak langkah kontrol yang efektif sebagai gulma banyak juga host
penyakit ini.

2. Nama penyakit : Penyakit Kudis (Scab)


Patogen : Elsinoe glycines (Ascomycota)

Struktur patogen :
Konidia hialin, askus bulat telur atau jorong, 5-6,5 m x 2-3 m. Selain itu terdapat
aservulus pada bagian tengah bercak yang baru atau di bagian tepi bercak yang
muda, aservulus berbentuk cakram atau bantal. Selain itu tanda lain patogen ini
yaitu konidiofor sangat pendek dan sangat rapat sehingga sukar dibedakan satu
persatu.
Gejala
Gejala penyakit ini tampak pada daun, tangkai daun, batang dan polong. Pada daun
mula-mula timbul bercak kecil, bulat dengan garis tengah 1-2 mm, coklat atau
coklat kemerahan. Seringkali jaringan daun di sekitar bercak menguning. Bercak
sedikit demi sedikit membesar sehingga garis tengahnya mencapai 3-5 mm,
kadang-kadang tampak agak bersudut. Bercak yang tua mempunyai pusat berwana
kelabu atau putih kelabu dan dapat berlubang. Bercak daun terjadi pada atau
sepanjang tulang daun atau tulang tengah. Pada tulang daun dan tulang tengah
daun, bercak tampak seperti kanker atau kudis berwarna suram dan tampak lebih
jelas pasa bagian bawah daun daripada sisi atas daun. Daun mengeriting jika
terinfeksi pada waktu masih muda.
Pada batang bercak bulat atau lonjong dengan garis tengah 3-5 mm, pusatnya
berwana kelabu atau putih kelabu. Seringkali bercak bersatu sehingga panjangnya
bisa mencapai 1cm atau lebih, sejajar dengan sumbu batang. Bercak sering agak
terangkat, suram, berwana kelabu atau putih kelabu, dan menunjukkan gejala kudis
yang khas.
Gejala pada polong merupakan gejala yang paling jelas. Bercak-bercak pada polong
hijau yang masih muda agak melekuk, jorong, agak bulat, atau kadang-kadang
tidak teratur, ukurannya bervariasi dari satu titik sampai bergaris tengah 5-8 mm.

bercak berwarna coklat tua atau coklat kemerahan dan pusatnya sering berwana
kelabu jika polong menjadi masak, bercak-bercak sedikit demi sedikit terangkat dan
warnanya menjadi lebih muda, yaitu kelabu atau putih kelabu.

Daur Hidup
Pemencaran patogen ini terjadi melalui air, meskipun spora mungkin dapat juga
dipencarkan oleh angin. Cendawan ini dapat mempertahankan diri pada sisa-sisa
tanaman sakit. Diketahui bahwa penyakit kudis karena E. phaseoli pada kratok
dapat bertahan pada biji. Elsinoe glycines, selain pada kacang hijau, dapat menular
ke kara (Dolichos lablab) dan kacang azuki (Phaseolus angularis), meskipun
tanaman-tanaman ini kurang rentan.

Kondisi yang mendukung


Elsinoe glycines umumnya hanya dapat menginfeksi jaringan muda. Periode 12 hari
setelah sebar adalah masa kritis untuk terjadinya infeksi. Infeksi hanya terjadi bila
cuaca lembab dengan suhu yang sesuai. Perkecambahan konidium dan penetrasi
memerlukan suhu sekitar 25-280C. suhu dibawah 200C dan di atas 300C tidak
cocok untuk perkembangan penyakit kudis.

Pengendalian
Pengendalian penyakit ini terdapat beberapa cara, yaitu: menggunakan varietas
yang tahan bila memungkinkan, merotasikan tanah bekas tanaman kacang hijau
dengan tanaman yang berbeda familinya, dan memperbaiki system drainase lahan.
Selain secara teknis, pengendalian secara kimia dilakukan dengan penyemprotan
fungisida.

2. Nama penyakit : Penyakit Embun Tepung (Downy Mildew)


Patogen : Oidium sp. (Deuteromycota)
Struktur patogen : Konidium berbentuk seperti rantai, hialin, terdiri 4-8 konidia
Gejala
Mula-mula pada permukaan atas daun terdapat bercak putih, yang lalu meluas
sehingga dapat menutupi seluruh permukaan daun. Lebih dulu gejala tampak pada
daun-daun bawah. Lapisan putih dapat juga terjadi pada batang dan polong.
Lapisan putih itu adalah miselium, konidofor, dan konidium jamur. Pada serangan
yang parah daun layu dan rontok. Bila serangan yang parah ini timbul sebelum
pembungaan, tanaman tidak dapat membentuk polong, atau membentuk polong
kecil yang menghasilkan sedikit biji yang tidak normal.

Daur Hidup
Jamur tepung dipencarkan oleh konidiumnya yang terbawa oleh angin. Oidium
mempunyai banyak tumbuhan inang yang termasuk ke dalam kacang-kacangan.
Gambar Oidium sp.
Kondisi yang mendukung
Perkembangan penyakit embun tepung ini dibantu oleh udara yang sejuk (22-260C)
dengan kelembaban nisbi 80-88%. Perkecambahan konidium dibantu oleh udara
sejuk, lembab dan keadaan yang terlindung (teduh). Tetapi pembentukan spora
dipicu oleh sinar matahari dan suhu yang agak tinggi. Keadaan kering dan banyak
angin membantu pemencaran konidium. Sebaliknya hujan yang terus menerus akan
menghambat perkembangan penyakit. Oleh karena itu, penyakit tepung lebih
banyak terdapat pada pertanaman musim kemarau.

Pengendalian
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan menggunakan varietas yang
tahan terhadap penyakit embun tepung. Pengendalian secara kimia dapat diakukan
dengan penyerbukan belerang dan penyemprotan fungisida ( bahan kimia dinokap
dan benomyle).

3. Nama penyakit : Mosaik Kuning


Patogen : Bean yellow mosaic virus (BYMV)
Struktur patogen : Berbentuk basil lentur
Gejala
Gejala yang ditimbulkan akibat serangan patogen ini yaitu pada daunnya terdapat
bercak-bercak kuning, serangan lanjut patogen ini menyebabkan daun kuning
semuanya,

proses

asimilasi

terganggu,

pertumbuhan

tidak

normal

dan

menyebabkan tanaman kerdil.


Gambar gejala serangan BYMV
Selain itu, tanda lain akibat serangan Bean yellow mosaik virus ini yaitu
terbentuknya badan inklusi dalam jaringan.
Gambar badan inklusi BYMV
Daur Hidup
Daur hidup virus ini yaitu virus menginfeksi sel dan bereplikasi kemudian menyebar.
Virus BYMV merupakan kelompok potyvirus yang dapat ditularkan secara mekanis
oleh kutu daun (Aphis sp.). Virus dapat juga terbawa pada biji tanaman yang sakit,
meskipun presentasinya rendah.

Kondisi yang mendukung


Kondisi yang mendukung perkembangan patogen ini yaitu kondisi lingkungan yang
lembab, suhu yang relatif rendah, serta populasi serangga vektor yang banyak.

Pengendalian
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan penanaman varietas tahan dan
bebas

virus,

mencabut

dan

membakar

tanaman

terserang,

menggunakan

insektisida untuk memberantas serangga vektor di lapangan, melakukan pergiliran


tanaman, mencegah dan memperhatikan bahan perbanyakan yang bebas dari
penyakit ini, serta pemakaian antibiotika.

Beberapa penyakit tersebut mempunyai ciri yang berbeda-beda. Hal yang


membedakannya yaitu: patogen penyebabnya, gejala yang ditimbulkan, serta cara
pengendaliannya.
cendawan

Faktor

diantaranya

yang
adalah

mendukung
faktor

penyakit

yang

disebabkan

kelembaban

yang

berguna

oleh
untuk

pertumbuhan dan perkecambahan spora. Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi
adalah angin yang membantu dalam penyebaran spora. Sedangkan faktor yang
mendukung penyebaran penyakit yang disebabkan oleh virus adalah serangga
vektor.
Penyakit busuk batang Sclerotium disebabkan oleh cendawan Sclerotium rolfsii.
Tanaman

yang

terserang

Sclerotium

rolfsii

akan

menimbulkan

gejala

layu

mendadak. Gejala lanjut penyakit ini, pada bagian pangkal batang dan di
permukaan tanah sekelilingnya terdapat benang-benang miselium seperti bulu,
membentuk banyak sklerotium yang semula berwarna putih, kemudian menjadi
berwarna coklat, sebesar biji sawi. Penyakit ini dapat dikendalikan dengan beberapa

cara, diantaranya menanam varietas unggul yang resisten, melakukan desinfeksi


atau mensterilkan tanah dengan uap panas atau dengan menggunakan zat kimia
khusus, dan juga dengan meniadakan kontaminan pada biji-biji dengan perlakuan
biji (seed treatment) dengan beberapa zat kimia. Pengendalian secara biologi juga
dapat diterapkan dalam mengendalikan Sclerotium rolfsii, yakni menggunakan
Trichoderma

glaucum

sebagai

cendawan

antagonis

yang

efektif

untuk

mengendalikan Sclerotium rolfsii penyebab penyakit busuk batang pada kacang


hijau.
Penyakit kudis (scab) disebabkan oleh Elsinoe glycines. Gejala penyakit ini tampak
pada daun, tangkai daun, batang dan polong. Pada daun mula-mula timbul bercak
kecil, bulat dengan garis tengah 1-2 mm, coklat atau coklat kemerahan. Seringkali
jaringan daun di sekitar bercak menguning. Bercak sedikit demi sedikit membesar
sehingga garis tengahnya mencapai 3-5 mm, kadang-kadang tampak agak
bersudut. Bercak yang tua mempunyai pusat berwana kelabu atau putih kelabu dan
dapat berlubang. Bercak daun terjadi pada atau sepanjang tulang daun atau tulang
tengah. Pada tulang daun dan tulang tengah daun, bercak tampak seperti kanker
atau kudis berwarna suram dan tampak lebih jelas pasa bagian bawah daun
daripada sisi atas daun. Daun mengeriting jika terinfeksi pada waktu masih muda.
Pada batang bercak bulat atau lonjong dengan garis tengah 3-5 mm, pusatnya
berwana kelabu atau putih kelabu. Seringkali bercak bersatu sehingga panjangnya
bisa mencapai 1cm atau lebih, sejajar dengan sumbu batang. Bercak sering agak
terangkat, suram, berwana kelabu atau putih kelabu, dan menunjukkan gejala kudis
yang khas. Gejala pada polong merupakan gejala yang paling jelas. Bercak-bercak
pada polong hijau yang masih muda agak melekuk, jorong, agak bulat, atau
kadang-kadang tidak teratur, ukurannya bervariasi dari satu titik sampai bergaris

tengah 5-8 mm. bercak berwarna coklat tua atau coklat kemerahan dan pusatnya
sering berwana kelabu jika polong menjadi masak, bercak-bercak sedikit demi
sedikit terangkat dan warnanya menjadi lebih muda, yaitu kelabu atau putih kelabu.
Pengendalian penyakit ini terdapat beberapa cara, diantaranya menggunakan
varietas yang tahan bila memungkinkan, merotasikan tanah bekas tanaman kacang
hijau dengan tanaman yang berbeda familinya, dan memperbaiki system drainase
lahan.

Selain

secara

teknis,

pengendalian

secara

kimia

dilakukan

dengan

penyemprotan fungisida.
Penyakit Embun Tepung (Downy Mildew) disebabkan oleh Oidium sp.. Mula-mula
pada permukaan atas daun terdapat bercak putih, yang lalu meluas sehingga dapat
menutupi seluruh permukaan daun. Lebih dulu gejala tampak pada daun-daun
bawah. Lapisan putih dapat juga terjadi pada batang dan polong. Lapisan putih itu
adalah miselium, konidofor, dan konidium cendawan. Pada serangan yang parah
daun layu dan rontok. Bila serangan yang parah ini timbul sebelum pembungaan,
tanaman tidak dapat membentuk polong, atau membentuk polong kecil yang
menghasilkan sedikit biji yang tidak normal. Pengendalian penyakit ini dapat
dilakukan dengan menggunakan varietas yang tahan terhadap penyakit embun
tepung. Pengendalian secara kimia dapat diakukan dengan penyerbukan belerang
dan penyemprotan fungisida ( bahan kimia dinokap dan benomyle).
Penyakit mosaik kuning disebabkan oleh Bean yellow mosaic virus (BYMV). Gejala
yang ditimbulkan akibat serangan patogen ini yaitu pada daunnya terdapat bercakbercak kuning, serangan lanjut patogen ini menyebabkan daun kuning semuanya,
proses asimilasi terganggu, pertumbuhan tidak normal dan menyebabkan tanaman
kerdil. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan penanaman varietas
tahan

dan

bebas

virus,

mencabut

dan

membakar

tanaman

terserang,

menggunakan insektisida untuk memberantas serangga vektor di lapangan,


melakukan pergiliran tanaman, mencegah dan memperhatikan bahan perbanyakan
yang bebas dari penyakit ini, serta pemakaian antibiotika.
Dari keempat penyakit di atas, penyakit yang sulit dikendalikan adalah penyakit
mosaik kuning disebabkan oleh Bean yellow mosaic virus (BYMV), karena penyakit
ini disebarkan oleh serangga vektor, sehingga penyebarannya sangat cepat.

BAB III
KESIMPULAN

Serangan penyakit pada kacang hijau sering menimbulkan kerugian bagi para
petani, diantara penyakit penyakit kacang hijau yang sering menyerang adalah
penyakit busuk batang Sclerotium, penyakit kudis, penyakit embun tepung, dan
penyakit mozaik kuning. Untuk melindungi tanaman agar tidak terserang penyakit
tersebut harus mengenal gejala serangan, jenis patogen, siklus hidup, dan cara
penyebaran

serta

cara

pengendaliannya.

Dari

keempat

penyakit

tersebut

mempunyai gejala dan pengendalian yang berbeda, karena disebabkan oleh


patogen yang berbeda-beda.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Agrios, G. N. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan Dasar. Yogyakarta: UGM Press.


Djafaruddin. 2004. Dasar-dasar Pengendalian Penyakit Tanaman. Jakarta: Bumi
Aksara.

Kunkel, L. O. . 1964. Plant Virology. Edited by: M. K. Corbett and H. D. Sisler. 1967.
Florida: University of Florida Press Book.
Matnawy, Hudi. 1991. Perlindungan Tanaman. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Yudiarti, Turrini. 2007. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
www.puslittan.bogor.net

Anda mungkin juga menyukai