Anda di halaman 1dari 8

Krismal Marshel Ora

135130107111025
2013/c

Feline calicivirus merupakan salah satu penyakit yang termasuk ke dalam cat flu. Cat
flu adalah penyakit dengan kumpulan gejala pada organ respirasi bagian atas (upper respiratory
disease). Cat flu merupakan penyakit yang umum pada kucing dan meskipun tidak fatal pada kucing
dewasa yang sehat, tetapi dapat fatal pada anak kucing dan kucing tua yang mengalami
imunosuppresi. Terdapat beberapa penyebab darifeline upper respiratory disease complex, tetapi 8090% dari kasus disebabkan oleh feline herpes-1 (feline rhinotracheitisvirus) dan calicivirus. Penyebab
lainya termasuk Chlamydophila felisi, feline reovirus,Bordetella bronchiseptica, Pasteurella spp.,
dan Mycoplasma. Pada tulisan ini akan dibahas tentang Feline calicivirus.
Feline calicivirus merupakan virus RNA yang dikenal sebagai Picornavirus (Gambar 1).
Biasanya virus ini menyerang saluran pernafasan atas seperti paru-paru, selain itu juga menyerang
lidah sehingga menyebabkan tongue and lung disease. Masa inkubasi penyakit kurang dari 48 jam
dan bila tidak diikuti infeksi sekunder berlangsung 5-7 hari.

Gambar 1 Struktur calicivirus

Penyebaran virus ini biasanya terjadi melalui kontak dengan air liur, cairan yang keluar dari
hidung dan mata serta kadang-kadang melalui kotoran kucing yang terinfeksi. Virus ini tahan terhadap
berbagai desinfektan dan dapat bertahan di luar tubuh kucing hingga 8-10 hari. Banyak kucing yang
telah sembuh tetapi dapat menularkan penyakit ini meskipun tidak menunjukkan gejala sakit (karier).
Virus ini sering menyerang kucing muda (kitten), rumah/tempat dengan jumlah kucing banyak dan
tempat penampungan hewan. Wabah biasanya terjadi pada kandang/populasi kucing yang padat,
ventilasi kurang baik, kandang yang kurang bersih, nutrisi kurang dan suhu lingkungan yang terlalu
panas atau terlalu dingin.

Gejala klinis feline calicivirus sangat mirip dengan feline rhinotracheitisvirus sehingga dapat
menyulitkan dalam penentuan diagnosa. Pada feline calicivirus terdapat gejala klinis yang khas dan
sering ditemukan yaitu dapat menyebabkan ulser pada mulut dan gingivitis, sedangkan pada feline
rhinotracheitisvirus gejala ini jarang terjadi. Adapun perbedaan gejala klinis dari feline
rhinotracheitisvirus dan feline calicivirus dapat dilihat pada tabel

Gambar 1 Konjungtivitis dan epifora pada kucing yang terinfeksi feline calicivirus

Gambar 2 Ulser pada mulut dan lidah kucing yang terinfeksi feline calicivirus

Gambar 3 (A) Gingivitis pada kucing terinfeksi yang terinfeksi feline calicivirus ; (B) ulser pada
telapak kaki kucing akibat infeksi feline calicivirus

Gambar 4 Poliartritis pada kucing akibat dari feline calicivirus. (A) Kucing sulit untuk berjalan karena
rasa sakit akibat poliartritis; (B) Pembengkakan pada sendi akibat poliartritis dan gejala ini hanya
berlangsung beberapa hari serta akan mengalami penyembuhan dengan sendirinya

Gejala klinis feline calicivirus muncul dari 2-8 hari setelah infeksi virus dan mencapai
puncaknya dalam 10 hari setelah gejala klinis terlihat. Pada kasus yang berlangsung akut saluran nafas
tertutup lendir yang mengental disertai discharge pada hidung (nasal), demam tinggi, bersin (tidak
sebanyak feline rhinotracheitis), sulit bernafas akibat radang paru-paru (pneumonia), dehidrasi, luka
(ulser) seperti sariawan pada hidung, mulut, lidah (Gambar 2) atau bibir yang menyebabkan kucing
tidak mau makan (anoreksia) karena kesakitan saat mengunyah makanan dan kadang-kadang ulser
juga terjadi di sela-sela cakar dan telapak kaki (Gambar 3b). Kematian dapat terjadi akibat dari
dehidrasi dan anoreksia yang berlangsung lama. Selain itu, terjadi gangguan pada mata seperti
konjungtivitis (Gambar 1), epifora, blepharospasmus dan chemosis yaitu pembengkakan pada
palpebra sebelah dalam sehingga mata membesar oedematous. Pada kasus yang berlangsung kronis
menunjukkan gejala yang ringan atau tidak menunjukkan gejala sama sekali. Pada beberapa kasus
dapat menunjukkan gejala gingivitis (Gambar 3a) yang berulang. Gejala kepincangan (limping kitten

syndrome) juga dapat terlihat pada infeksi feline calicivirus akibat peradangan pada sendi (artritis)
(Gambar 4) terutama terlihat pada anak kucing yang umurnya kurang dari 14 minggu. Artritis
terutama terjadi pada kaki belakang dan tidak menimbulkan kerusakan sendi yang permanen. Status
karier dapat berlangsung selama beberapa tahun dan virus dibebaskan lewat oropharynx.

Tingkat keparahan yang ditimbulkan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur, jumlah virus
yang terpapar, jenis strain virus calici, status kesehatan kucing, asupan nutrisi, dan genetik. Anak
kucing dan kucing tua rentan terhadap virus ini. Kucing yang sehat akan mengalami gejala yang lebih
ringan dibanding kucing yang sejak awal tidak begitu sehat.

Replikasi calicivirus terjadi pada jaringan oropharyngeal dan menyebar terutama pada epitel
konjungtiva, hidung dan rongga mulut termasuk lidah dan langit-langit mulut. Kemudian terjadi
sitolisis pada jaringan yang terinfeksi dengan cepat. Bentuk virulensi sistemik, gejala klinis yang
muncul terjadi akibat vaskulitis dan perkembangan koagulasi intravaskuler yang menyebar atau gejala
respon peradangan sistemik (systemic inflammatory response syndrome).

Feline calicivirus dapat dicegah dengan cara vaksinasi. Vaksin calicivirus dapat mencegah
beberapa varian feline calicivirus. Galur yang resisten selalu ada dan tidak dapat diatasi oleh vaksin
yang digunakan. Hewan yang sudah divaksin masih dapat menjadi karier dan dapat membahayakan
hewan disekitarnya. Kucing mulai divaksin pada umur 6-12 minggu dengan vaksin inaktif untuk
penyakit feline rhinotracheitis, feline calicivirus dan feline panleukopenia (cat distemper). Kemudian
diulang 3-4 minggu kemudian sampai berumur 12 minggu. Kucing berumur 12 minggu atau lebih
yang belum divaksin disuntik dua kali dengan selang 3-4 minggu.

Tidak ada pengobatan yang spesifik untuk mengeliminasi virus ini. Alfa-interferon dapat
diberikan untuk menghambat replikasi virus. Biasanya kucing dijaga senyaman mungkin dengan
menjaga tetap hangat dan mengobati gejalanya. Pemberian tetes mata atau salep antibiotik seperti
eritromisin untuk gejala konjungtivitis. Discharge pada mata dan hidung harus dibersihkan secara
teratur dengan NaCl fisiologis hangat. Infeksi bakteri sekunder dapat diobati dengan antibiotik
spektrum luas seperti amoksisilin. Rasa sakit yang ditimbulkan akibat ulser dapat dikurangi dengan
pemberian buprenorfin dengan dosis 0,01-0,03 mg/kg berat badan secara intramuskular, intravena
atau peroral. Kucing yang terinfeksi feline calicivirus biasanya menyebabkan kehilangan rasa dari
penciumannya sehingga kucing akan kehilangan ketertarikan untuk makan. Selain itu, ulcer yang
terdapat pada mulut dapat menyebabkan kucing berhenti untuk makan. Hal ini tentunya dapat
mengakibatkan terjadinya malnutrisi dan dehidrasi sehingga pemberian cairan intravena perlu
dilakukan.

Ringworm

Ringworm adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cendawan yang bersifat keratinofilik
pada permukaan kulit atau bagian dari jaringan lain yang mengandung keratin (bulu, kuku, rambut
dan, tanduk) baik pada hewan maupun manusia..

Penyakit kulit ini dinamakan ringworm karena pernah diduga penyebabnya adalah worm dan
karena gejalanya dimulai dengan adanya peradangan pada permukaan kulit yang bila dibiarkan akan
meluas secara melingkar seperti cincin.

Gejala klinis bentuk cincin pada kucing biasanya di jumpai pada telinga, daerah muka dan kaki.
Kerusakan kulit disertai bercak merah, rambut patah atau rontok disertai keropeng dan bersisik.
Gejala atipikal kadang muncul sebagai papula dan pustula tanpa pembentukan alopesia atau sisik.
Lesi dengan batas jelas, menonjol, eritrema, alopesia atau nodule diakhiri dengan kerion cincin, bisa
di barengi dengan reaksi hipersensitif.

Pada kucing bisa tidak menunjukkan gejala lesi atau hanya sedikit rambut rontok sekitar muka,
dan telinga. Hewan ini sering menjadi carrier dan menimbulkan masalah pada pembiakan kucing.

DAFTAR PUSTAKA :

Ahmad., R.Z. 2009. Permasalahan & Penanggulangan Ring Worm Pada Hewan. Lokakarya
Nasional Penyakit Zoonosis. Balai Penelitian Veteriner. Bogor.

Anonim.
2014.
Small
Animal
Medicine:
http://vet.osu.edu/assets/courses/vm718/sam2/calcivirus.html [1 April 2013].

Calicivirus.

Anonim. 2014. Feline Calicivirus Infection. http://www.vcahospitals.com/main/pethealth-information/article/animal-health/feline-calicivirus-infection/4132 [1 April 2014].


Ct E. 2011. Clinical Veterinary Advisor. Edisi ke-2. Canada: Elsevier Inc.
Foster dan Smith M. 2009. Feline Upper Respiratory Disease : Rhinotracheitis and
Calicivirus Infection in Cat. http://www.peteducation.com/index.cfm [27 Maret 2014].
Lagerwerf W. 2008. Feline Upper Respiratory Viruses-Part Two;Calici Virus.
http://www.cfa.org/articles/health/calici.html. [27 Maret 2014].
MacLachlan NJ, Dubovi EJ. 2011. Fenners Veterinary Virology. Edisi ke-4. UK:
Academic Press Elsevier.
Pinney CC. 2004.The Complete Home Veterinary Guide. Edisi ke-3. New York:
McGraw-Hill.
Schaer M. 2008. Clinical Signs in Small Animal Medicine. USA: Manson Publishing.
Subronto. 2006. Penyakit Infeksi Parasit dan Mikroba pada Anjing dan Kucing.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Tilley LP dan Smith FWK. 2005. The 5 Minute Veterinary Consult Canine and Feline
Third Edition. Philadelphia : Lippincott Williams and Wilkins.

Anda mungkin juga menyukai