Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Yang perlu diperhatikan dalam inspeksi dada pasien, kita harus melihat bagaimana
bentuk dada pasien. Berbagai macam keadaan dapat mengganggu ventilasi yang
memadai dan konfigurasi dada mungkin menunjukkan penyakit paru. Berbagai
macam bentuk dada yaitu :
1. Bentuk Dada
a. Pigeon chest
Suatu kelainan bentuk dada dimana sternum 1/3 distal melengkung ke anterior,
bagian lateral dinding thoraks kompressi ke medial (seperti dada burung).
b. Barrel chest
Di mana diameter anterior -posterior memanjang, iga-iga mendatar, sela iga
melebar, sudur epigastrium tumpul, diafragma mendatar. Biasanya pada pasien
dengan penyakit Penyakit Paru Obstrukttif Menahun (PPOM).
c.Funnel chest
Di mana bagian distal dari sternum terdorong ke dalam/ mencekung.
d. Flat chest
Di mana diameter anterior-posterior memendek, etiologinya berupa bilateral pleuro
pulmonary fibrosis.
e. Flail chest
Di mana konfigurasi dada pada satu sisi bergerak secara paradoksal ke dalam
selama inspirasi, keadaan ini dijumpai pada fraktur iga multipel.
f. Scoliosis dari vertebra thoracalis
Suatu bentuk perubahan dari rongga thoraks, di mana vertebra thoracalisnya
melengkung ke samping.
g. Kyphosis/ gibbus dari vertebra thorakalis
Di mana vertebra thoracalisnya melengkung ke belakang.
2. Respiratory movement Bila kita menilai laju respirasi, jangan meminta pasien
untuk bernapas "secara normal". Orang secara volunter akan mengubah pola dan
laju pernapasannya bila mereka menyadarinya. Cara yang lebih baik adalah,
setelah menghitung denyut radial, arahkan mata kita ke dada dan mengevaluasi
pernapasan pasien.
Orang dewasa bernapas kira-kira 10-14 kali semenit. Thoraks expansi akibat
aktivitas otot pernapasan dan secara pasif kemudian terjadi ekspirasi, frekuensi
pernapasan normal sekitar 14 kali/menit, pada bayi baru lahir normalnya 44
kali/menit dan secara gradual berkurang dengan bertambahnya umur.
Pada laki-laki dan anak-anak, diafragma lebih berperan, sehingga yang menonjol
aadalah gerakan pernapasan bagian atas abdomen dan thoraks bagian bawah.
Sedangkan pada perempuan yang lebih berperan adalah musculus intercostal,
gerakan pernapasan yang menonjol adalah gerakan rongga thoraks bagian atas.
3. Pola pernapasan
- Dispnea
Keluhan objektif dimana orang sakit akan merasakan dia bernapas, misalnya pada
pasien obesitas, penyakit jantung, penyakit paru, hipertiroidisme dan lainnya. Orthopnea
Sesak napas kalau posisi tidur dan berkurang kalau posisi duduk, seperti pada
pasien gagal jantung kiri.
- Kusmaull breathing
Pernapasan yang cepat dan dalam, misalnya pada keadaan asidosis.
- Astmatic breathing
Ekspirasi memanjang disertai wheezing, misalnya pada pasien asma bronchial.
- Cheyne stokes breathing
Pernapasan periodik secara bergantianantara pernapasan cepat (hiperpnea) dengan
apnea. Apnea dapat sampai 30 detik, pasien dapat tertidur pada periode ini.
Misalnya pada pasien dengan astma berat, peningkatan TIK, penyakit jantung dan
paru.
- Biot's breathing
Pernapasan yang tidak tertaur, misalnya pada pasien dengan trauma capitis, tumor
serebral, meningo ensefalitis.
PALPASI THORAKS
Palpasi dilakukan dengan melakukan uji fremitus pada dinding dada pasien. Palpasi
dilakukan dengan meletakkan kedua telapak tangan kita menempel pada dinding
thoraks. Misalnya melakukan palpasi pada dada posterior atau punggung, pasien di
suruh berucap kata-kata seperti "tujuh puluh tujuh" dengan nada yang sedang,
kemudian secara simetris dibandingkan getaran yang timbulpada dinding thoraks
yang dirasakan pada kedua telapak tangan kita sebagai pemeriksa. Kata yang
diucapkan menimbulkan getaran yang dapat dirasakan pada kedua telapak tangan.
Fremitus taktil memberikan informasi yang berguna mengenai kepadatan jaringan
paru-paru dan rongga dada dibawahnya.
Fremitus meningkat pada keadaan dengan infiltrat paru, compressive atelektasis,
cavitas paru. Keadaan seperti ini kepadatan paru-paru meningkat seperti
konsolidasi, sehingga meningkatkan penghantaran fremitus taktil.
Fremitus menurun atau melemah pada keadaan penebalan pleura, efusi pleura,
pneumotoraks, emfisema paru dan obstruksi dari bronkus. Keadaan klinis yang
mengurangi penghantaran gelombang suara ini akan mengurangi fremitus taktil.
Jika ada jaringan lemak yang berlebihan di dada, udara atau cairan di dalam rongga
dada, atau paru-paru yang mengembang secara berlebihan, fremitus taktil akan
melemah.
PERKUSI THORAKS
Perkusi adalah jenis pemeriksaan fisik yang berdasarkan interpretasi dari suara
yang dihasilkan oleh ketukan pada dinding thoraks. Tekniknya : Pasien dalam posisi
tidur dan bisa juga dalam posisi duduk. Pemeriksa menggunakan jari tengah tangan
kiri yang menempel pada permukaan dinding thoraks, tegak lurus dan sejajar
dengan iga sebut sebagai fleksi meter. Sementara jari tengah tangan kanan
digunakan sebagai pemukul (pengetok) disebut fleksor pada fleksi meter tadi. Jika
pasien duduk, kedua tangan pasien pada paha dengan fleksi pada sendi siku. Jika
pasien tidur oleh karena tidak dapat duduk, maka untuk perkusi daerah punggung,
pasien dimiringkan ke kiri dan ke kanan secar bergantian. Perkusi dimulai dari
lapangan atas paru menuju ke lapangan bawah sambil membandingkan bunyi
perkusi anatara hemi thoraks kanan dan kiri.
Kekuatan perkusi disesuaikan, pada dinding dada yang ototnya tebal, maka perkusi
agak lebih kuat. Sedangkan pada daerah yang ototnya lebih tipis seperti daerah
axilla dan lapangan bawah paru, kekuatan perkusi tidak terlalu kuat.
Suara perkusi normal dari thoraks pada lapangan paru adalah sonor. Hiperinflasi
dari paru dimana udara tertahan lebih banyak dalam alveoli menghasilkan perkusi
yang hipersonor. Perkusi pada infiltrat paru dimana parenkim lebih solid
(padat/mengandung sedikit udara) perkusi akan menghasilkan redup (dullness).
Perkusi pada efusi pleura akan menghasilkan suara pekak (flatness), pada keadaan
ini rongga pleura berisi cairan yang merupakan struktur yang solid.
Adanya udara di dalam rongga pleura (pneumothoraks) akan menimbulkan suara
perkusi yang timpani atau hipersonor.
Bagian anterior thoraks bunyi sonor mulai dari clavikula ke arah arcus costarum,
kecuali pada daerah jantung dan hati yang memberikan perkusi redup atau pekak.
Pada daerah anterior kanan pada RIC 4-6 akan didapatkan overlap anatar parenkim
paru dengan hati (perkusi dilakukan pada linea midclavikula kanan). Dari RIC 6
sampai arcus costarum kanan, perkusi adalah pekak (daerah hati) yang tidak
ditutupi parenkim paru. Pada bagian anterior kiri bawah, didapatkan perkusi timpani
(daerah lambung). Daerah posterior thoraks, bunyi perkusi sonor dari apeks paru
sampai batas bawah.
AUSKULTASI THORAKS
Auskultasi paru dilaksanakan secara indirect yaitu dengan memakai stetoskop.
Posisi pasien sebaiknya duduk seperti melakukan perkusi, jika pasien tidak bisa
duduk, auskultasi dapat dilakukan dalam posisi tidur. Pasien dapat disuruh bernapas
dengan mulut, tidak melalui hidung. Yang diperiksa waktu auskultasi adalah :
- Suara napas/ bunyi pernapasan
- Ronchi (rales)
- Pleura Friction (bunyi gesekan pleura)
- Voice sounds (bunyi bersuara)
Untuk mendengar suara napas, maka perhatikan intensitas, durasi dan pitch (nada)
dari inspirasi dibandingkan dengan ekspirasi. Pada orang sehat, maka dapat
didengar suara napas yaitu vesikuler, trakeal, bronkial dan bronkovesikuler.
Pada pernapasan vesikuler, suara inspirasi jauh lebih panjang dibandingkan
ekspirasi yang jauh lebih lemah dan seringkali tidak terdengar. Bunyi vesikuler ini
merupakan bunyi lemah dengan tinggi nada rendah yang terdengar di atas
kebanyakan lapangan paru.
Bunyi pernapasan trakeal adalah bunyi yang sangat kasar, keras, dan dengan nada
tinggi yang terdengar pada bagian trakea ekstratoraks. Kedua komponen baik
inspirasi maupun ekspirasi sama panjangnya.
Bunyi pernapasan bronkial adalah bunyi yang keras dengan tinggi nada tinggi,
seperti udara mengalir melalui pipa. Komponen ekspirasinya lebih keras dan lebih
lama dibandingkan dengan komponen inspirasi. Bunyi ini biasanya ada bila kita
mendengarkan di atas manubrium.
Bunyi pernapasan bronkovesikuler adalah campuran bunyi bronkial dan vesikuler.
Komponen inspirasi dan ekspirasinya sama panjang. Dalam keadaan normal, bunyi
ini hanya terdengar pada sela iga pertama dan kedua di bagian depan dan diantara
skapula di bagian belakang, disekat karina dan bronkus utama.
Ronki (Rales)
Ronki adalah bunyi tambahan yang dihasilkan oleh aliran udara melalui saluran
napas yang berisi sekret/eksudat atau akibat saluran napas yang menyempit atau
oleh oedema saluran napas.
Ronki merupakan bunyi yang singkat, tidak kontinu, tidak musikal, banyak
terdengar selama inspirasi. Bunyi ronki seperti bunyi yang dibuat dengan
menggosokkan rambut di dekat telinga.
C. Pengkajian umum
1. Keluhan utama
Dalam membuat riwayat keperawatan yang berhubungan dengan dengan
gangguan sistem pernafasan , sangat penting untuk mengenal tanda dan gejala
umum maupun pernafasan. Yang termasuk keluhan utama sistem pernafasan
adalah batuk, produksi sputum berlebih, batuk darah, sesak nafas, dan nyri dada.
Sedangkan, keluhan secara umum meliputi: keluhan adanya jari tabuh dan
manifestasi lain yang berkaitan dengan gangguan pertukaran gas, malaise, nafsu
makan menurun BB menurun secara drastis dan keringat malam.
2. Riwayat kesehatan saat ini
Pengkajian RPS sistem pernafasan seperti menanyakan tentang perjalanan sejak
timbul keluan hingga klien meminta pertolongan. Misalnya:
a. Sejak kapan keluhan dirasakan
b. Berapa lama dan berapa kali keluhan terjadi
c. Bagaimana sifat dan hebatnya keluhan timbul
d. Apa yang sedang dilakukan ketika keluhan terjadi
e. Keadaan yang memperberat dan memperingan keluhan
f. Usaha mengatasi keluhan
g. Berhasil atau tidak tindakan yang dilakukan
3. Riwayat kesehatan dahulu
Perawat menanyakan penyakit-penyakit yang pernah dialami dahulu, misalnya:
a. Apakah pernah dirawat sebelumnya
b. Penyakit yang diderita
c. Apa pernah mengalami penyakit berat
d. Pengobatan lalu dan alergi
e. Riwayat diet
4. Riwayat keluarga
2. Palpasi
Tujuan pemeriksaan palpasi rongga dada meliputi:
1) Melihat adanya kelainan pada dinding toraks
2) Menyatakan adanya tanda-tanda penyakit paru dengan memeriksa:
a)
Letakkan kedua tangan pada dada klien sehingga kedua ibu jari memeriksa
terletak digaris tengah ditas sternum
Ketika klien mengambil nafas dalam-dalam, maka kedua kedua ibu jari
tangan harus bergerak secara simetris dan terpisah satu sama lain minimal 5
cm. Ekspansi yang berkurang pada satu sisi menunjukkan adanya lesi pada
sisi tersebut.
b)
Ekspansi dinding bawah dinilai dari arah belakang dengan palpasi. Beberapa
hal mengenai lobus atas dan media mungkin ditemukan bila manuver
tersebut diulangi pada dada depan, tetapi lebih bik dengn inspeksi
Ibu jari tangan kanan dan kiri harus bertemu digaris tengah dah harus agak
terangkat dari dinding dada sehingga dapat bergeraak bebas sesuai irama
pernafasan.
Ekspansi lobus bawah dinilai dari arah belakang dengan palpasi. Beberapa
hal mengenai ekspansi lobus ats dan media mungkin ditemukan bila
manuver tersebut diulangi pada dada depan, tetapi lebih baik dengan
inspeksi.
Getaran suara (fremitur vokal) getaran yang terasa oleh tangan pemeriksa
yang diletakkan pada dada klien sewaktu mengucap kata-kata.
Bunyi yang dibangkitkan oleh penjalaran dalam laring arah distal sepanjang
pohon bronkial untuk membuat dinding dada dalam gerakan resonan. Hal ini
terutama benar pada bunyi konsonan. Kapasitas untuk merasakan dinding
dada di sebut taktil fremitur.
3. Perkusi
Perkusi menentukan dinding dada dan dtruktur dibawahnya dalam gerakan,
menghasilkan fibrasi taktil dan dapat didengar. Pemeriksa menggunakan perkusi
untuk menentukan apakah jaringan dibawahnya terisi oleh udara, cairan, bahan
padat atau tidak. Pemeriksa juga menggunakan perkusi untuk memperkirakan
ukuran dan letak struktur tertentu didalam torak (diafragma, jantung, hepar dan
lain-lain)
Prosedur pemeriksaan
Perkusi biasanya dimulai dengan torak posterior. Klien dalam posisi duduk dengan
kepala posisi fleksi kedepan dan lengan disilangkan diatas pangguan. Posisi ini akan
memisahkan skapula dengan lebar dan memajan area paru lebih luas untuk
pengkajian. Prosedur tersebut adalah sebagai berikut:
Tangan kiri pada dinding dada dan jari-jari agak terpisah dan ejajar dengan
iga-iga , jari tengah ditekan dengan lembut pada dinding dada.
Ujung jari tengah kanan dipakai untuk mengetuk pada falang media dari jari
tengah tangan kiri
Jari yang melakukan perkusi harus cepat dingakat sehingga nada yang timbul
tidak teredam.
Jari yang melakukan perkusi harus dalam keadaan setengah fleksi dan
gerakan mengayun yang dijatuhkan harus dilakukan pada sendi pergelangan
tangan dan bukan pada lengan bawah.
Nada yang timbul dipengaruhi oleh ketebalan dinding dada, juga oleh strukturstruktur dibawahnya. Perkusi pada struktur yang padat seperti hepar atau daerah
konsolidasi pleura menimbulkan nada yang redup. Perkusi yang berisi cairan seperti
efusi pleura menimbulkan nada yang sangat redup atau nada pekak. Perkusi pada
paru menimbulkan nada sonor dan perkusi pada struktur yang berongga seperti
usus atau pneumothorak menimbulkan nada hipersonor.
4. Auskultasi
Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dengan menggunakan stetoskop. Dengan
mendengarkan paru-paru ketika klien bernapas melalui mulut, pemeriksa mampu
mengkaji karakter bunyi napas, adanya bunyi napas tambahan, dan karakter suara
yang diucapkan atau dibisikan. Dengarkan semua area paru dan dengarkan pada
keadaan tanpa pakaian; jangan dengarkan bunyi paru dengan klien mengenakan
pakaian, selimut, gaun, atau kaus. Karena bunyi yang terdengar kemungkinan
hanya bunyi gerakan pakaian di bawah stetoskop.
Status patensi jalan napas dan paru dapat dikaji dengan mengauskultasi napas dan
bunyi suara yang ditransmisikan melalui dinding dada. Untuk dapat mendengarkan
bunyi napas di seluruh bidang paru, perawat harus meminta klien untuk bernapas
lambat, sedang sampai napas dalam melalui mulut. Bunyi napas dikaji selama
inspirasi dan ekspirasi. Lama masa inspirasi dan ekspirasi, intensitas dan puncak
bunyi napas juga dikaji. Umumnya bunyi napas tidak terdengar pada lobus kiri atas,
intensitas dan karakter bunyi napas harus mendekati simetris bila dibandingkan
pada kedua paru. Bunyi napas normal disebut sebagai vesikular, bronkhial, dan
bronkhovesikular.
Perubahan dalam bunyi napas yang mungkin menandakan keadaan patologi
termasuk penurunan atau tidak terdengar bunyi napas, peningkatan bunyi napas,
dan bunyi napas saling mendahului atau yang dikenal dengan bunyi adventiosa.
Peningkatan bunyi napas akan terdengar bila kondisi seperti atelektasis dan
pneumonia meningkatkan densitas (ketebalan) jaringan paru. Penurunan atau tidak
terdengarnya bunyi napas terjadi bila transmisi gelombang bunyi yang melewati
jaringan paru atau dinding dada berkurang.
1)
Urutan auskultasi dan posisi klien adalah sama dengan pemeriksaan perkusi
Sangat penting artinya untuk mendengarkan dua kali inspirasi dan ekspirasi
penuh pada kedua lokasi anatomi untuk menentukan interpretasi valid dari
bunyi yang didengar