Anda di halaman 1dari 3

METODE PEMANFAATAN URANIUM SEBAGAI SUMBER

BAHAN BAKAR NUKLIR


Hasna Nadhifah1*), Atikah Ardi2
Prodi Fisika FMIPA Universitas Padjajaran, Jl. Raya Bandung Sumedang Km. 21, Jatinangor,
Jawa Barat 45363
*) Email: hasnanadhifah8@gmail.com
Abstrak
Kajian ini dilatarbelakangi oleh adanya ketergantungan penggunaan energi fosil yang tidak terbarukan
yang masih cukup tinggi hampir 50 persen dari kebutuhan, terutama energi minyak dan gas bumi.
Pemanasan global yang sedang terjadi saat ini dan akan memasuki tahap yang mengkhawatirkan
diyakini juga merupakan dampak dari penggunaan energi minyak bumi. Untuk itu diperlukan alternatif
sumber energi terbarukan yang potensial salah satunya adalah energi nuklir. Energi nuklir dapat
menghasilkan energi yang sangat besar dengan harga listrik yang sangat murah serta menghasilkan jauh
lebih sedikit polutan di udara. Uranium merupakan bahan bakar utama untuk pembangkit listrik tenaga
nuklir (PLTN). Uranium alami sebagaimana yang terdapat dalam lapisan kerak bumi utamanya tersusun
atas campuran isotop U-238 (99.3%) dan U-235 (0.7%).
Keywords: energi nuklir, Uranium, U-238, U-235, Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).

1. Pendahuluan
Kajian ini dilatarbelakangi oleh adanya
Permasalahan
mendasar
dibidang
energi.
Ketergantungan penggunaan energi fosil yang tidak
terbarukan yang masih cukup tinggi hampir 50 persen
dari kebutuhan, terutama energi minyak dan gas bumi.
Secara keseluruhan kebutuhan energi dalam
negeri 95 persen masih dipenuhi oleh energi fosil yang
tidak terbarukan, sementara cadangan energi fosil
dalam negeri terbatas sedangkan disisi lain laju
pertumbuhan konsumsi energi cukup tinggi yaitu 7
persen
pertahun
(ESDM,
2012).
Semakin
berkurangnya sumber energi, penelitian untuk
menemukan
sumber
energi
baru
maupun
pengembangan energi-energi alternatif semakin
meningkat. Penggunaan energi minyak bumi yang
merupakan sumber energi utama saat ini.
Pemanasan global yang sedang terjadi saat ini
dan akan memasuki tahap yang mengkhawatirkan
diyakini juga merupakan dampak dari penggunaan
energi minyak bumi. Alternatif sumber energi
terbarukan saat ini adalah Pembangkit listrik Tenaga
Nuklir. Uranium merupakan bahan bakar utama untuk
pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Uranium
adalah mineral yang memancarkan radiasi nuklir atau
bersifat radioaktif, uranium merupakan suatu unsur
kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang U
dan nomor atom 92. Sebuah logam berat, beracun,
berwarna putih keperakan dan radioaktif alami.
Uranium termasuk seri aktinida, biasanya terdapat
dalam jumlah kecil di bebatuan, tanah , air, tumbuhan,
dan hewan (termasuk manusia).
Dari hasil penambangan uranium terdapat tiga
jenis uranium berdasarkan isotopnya, yaitu U-238
dengan kadar 99.285%, U-235 dengan kadar 0.715%
dan U-234 dengan kadar yang sangat kecil. Uranium
yang di peroleh tersebut tidak dapat langsung

digunakan sebagai bahan bakar PLTN. Sehingga


diperlukan suatu proses pengayaan agar uranium yang
diperoleh dapat digunakan sebagai bahan bakar PLTN.
Kebanyakan pemberitaan mengenai energi Nuklir saat
ini tidak begitu baik hal ini disebabkan karena hanya
berkisar tentang penggunaan energi nuklir dalam
bentuk bom nuklir dan bayangan buruk tentang
musibah hancurnya reaktor nuklir di Chernobyl dan
Fukushima.
Padahal, Jika pemanfaatannya dapat dilakukan secara
bijaksana dan bertanggung jawab serta terkendali,
energi nuklir dapat meningkatkan taraf hidup
sekaligus memberikan solusi atas masalah kelangkaan
energi. Dibanding bahan bakar fosil, pembangunan
PLTN memang lebih mahal tetapi jauh lebih murah
dalam pengoperasiannya dan polutan yang dihasilkan
jauh lebih sedikit dibanding bahan bakar fosil.

2. Metode Penelitian
Karya tulis ilmiah dengan judul Pemanfaatan
Uranium Sebagai sumber bahan bakar Nuklir adalah
karya tulis ilmiah yang menerapkan metode penelitian
studi literatur (library research) dari jurnal literatur
dan web-web resmi tentang Energi Terbarukan dan
Uranium sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir.
Karya ilmiah ini berisikan Penelitian dari salah
satu jurnal mencakup metode yang digunakan pada
proses pengayaan uranium yaitu metode difusi dan
metode sentrifugal Gas.
Pada percobaan ini Uranium yang digunakan
adalah Uranium-235 yang persen komposisi
uraniumnya telah ditingkatkan melalui pemisahan
isotop.
Tujuan dari proses pengayaan ini yaitu untuk
meningkatkan kadar U-235 dalam Uranium hasil
penambangan agar dapat digunakan sebagai bahan
bakar (dari 0,715 % menjadi 2-4 %) seperti lazimnya

dibutuhkan oleh suatu Pembangkit Listrik Tenaga


Nuklir (PLTN).
Reaksi fisi akan lebih mudah terjadi pada isotop
yang lebih ringan yaitu U-235. Kita tahu bahwa U-235
memiliki persentase yang kecil di alam maka
dibutuhkan suatu proses untuk meningkatkan
persentase tersebut yakni pengayaan uranium. Dari
proses itulah persentase U-235 untuk bahan bakar
PLTN dapat mencapai 3-5%.

dikonversi menjadi cair dan kembali menjadi padatan


uranium.
Metode pengayaan uranium ini dikembangkan di
Amerika Serikat pada tahun 1940. Namun teknologi
lama ini memerlukan ruang yang besar dan juga
pengulangan proses pengayaan hingga ribuan kali,
yang menyebabkan biayanya melambung tinggi.
Metode pengayaan uranium ini sudah mulai
ditinggalkan dan digantikan dengan metode yang baru.

3. Hasil dan Pembahasan


Pada proses pertama pengayaan uranium, uranium
dilakukan proses pencacahan sebelum masuk proses
yang lebih jauh. Uranium akan berbentuk bijih
uranium dalam bentuk uranium oksida (U3O8) atau
biasa di sebut dengan yellowcake. Hal itu dikarenakan
warna pada uranium oksida adalah kuning tua.
Uranium oksida ini bukan merupakan bahan bakar
nuklir. Sehingga uranium oksida tersebut harus
memasuki proses pengayaan uranium, agar dapat
digunakan
sebagai
bahan
bakar
nuklir.
Gambar 2. Pengayaan uranium dengan metode difusi
(sumber: www.danielnugroho.com)

2.

Gambar 1.Proses pengayaan uranium yellowcake


(sumber: www.eia.gov)
Proses pengayaan uranium tersebut meliputi sebagai
berikut, konversi padatan uranium oksida menjadi gas
uranium hexaflorida (UF6). Gas uranium hexaflorida
ini kemudian ditingkatkan persentase uranium-235nya. Uranium hexaflorida dengan persentase uranium235 3-5% dikonversi menjadi UO2. Dalam proses
pengayaan tersebut didapatkan uranium yang
diperkaya (uranium yang memiliki U-235 lebih tinggi)
daan produk sisa yang memiliki U-238 lebih tinggi.
Sehingga produk sisa ini akan menjadi limbah nuklir.

Metode Sentrifugal Gas

Metode pengayaan uranium ini dikembangkan sejak


1960 dan menggunakan gaya sentrifugal dengan
memakai silinder putaran cepat untuk memisahkan
dua isotop dalam gas uranium hexaflorida. Saat
silinder berputar kencang, uranium-238 yang sedikit
lebih berat akan naik ke atas silinder dan akan disedot.
Sementara itu uranium-235 akan tertinggal di dalam
silinder. Dengan metode inilah, isotop dipisahkan
hingga persentase uranium-235 didapatkan. Metode
pengayaan ini mencukupi kebutuhan uranium dunia
hingga 50%. Metode ini juga dianggap lebih efisien
dibandingkan pengayaan uranium metode difusi.

1. Metode Difusi
Gas uranium hexaflorida ditekan untuk melewati
beberapa membran semi-permeabel (membran yang
hanya bisa dilewati oleh atom yang berukuran lebih
kecil dibanding lobang membran). Setiap kali
melewati membran, isotop uranium terpisah menjadi
dua. Namun diperlukan ribuan kali metode difusi guna
mendapatkan uranium-235 dengan persentase 3-5%.
Hasil proses pengayaan uranium kemudian akan

Gambar 3. Pengayaan uranium dengan metode sentrifugal


gas (sumber: www.danielnugroho.com)

3. Fabrikasi Bahan Bakar Nuklir

Gas UF6 yang telah diperkaya direaksikan untuk


membentuk serbuk uranium dioksida hitam. Bubuk
tersebut kemudian dipadatkan dan dibentuk menjadi
berbentuk pelet bahan bakar yang kecil. Pelet ditumpuk
dan disegel ke dalam tabung logam panjang yang
berdiameter sekitar 1 cm untuk membentuk batang
bahan bakar (fuel rod). Batang bahan bakar tersebut
kemudian digabungkan bersama untuk membentuk
sebuah fuel assembly (rangkaian bahan bakar nuklir).

Gambar 4. Assembly fuel (sumber:


www.indoenergi.com)

4.

Kesimpulan

Metode sentrifugal gas dianggap lebih efisien


dibandingkan pengayaan uranium dengan metode
difusi. Dua metode pengayaan uranium tersebut
adalah yang paling sering dipergunakan. Ada pula
metode lain seperti metode laser, aerodinamik,atau
elektromagnetik, namun masih bersifat eksperimen.

Daftar Pustaka
Jurnal
[1] Forsberg, C. W.; Hopper, C. M.; Richter,
J. L.; Vantine, H. C. (March 1998).
"Definition
of
Weapons-Usable
Uranium-233"
Web
[1] Akhadi, Mukhlis. 2000. Daur Bahan
Bakar
Nuklir.
http://www.elektroindonesia.com/elektr
o/ener33.html diakses pada 29 Mei
2015.
Prosiding
[3] Soedyartomo
Soentono.
1996.
Penelitian Perbandingan Analisa Bijih
Uranium dengan Metoda-Metoda
Kimia, Fluoresensi dan Spektrometri
Sinar Gamma. Jakarta.

[4] Soedyartomo Soentono. 1996.Kebijakan


Daur Bahan Bakar Nuklir Nasional.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai