TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pembebanan
Beban yang bekerja pada struktur dikelompokkan menjadi dua bagian,
yaitu beban vertikal dan beban horisontal. Beban vertikal meliputi beban mati dan
beban hidup. Untuk beban horisontal dalam hal ini yaitu berupa beban gempa.
B. Beban hidup
Beban hidup merupakan semua beban yang terjadi akibat
penghunian atau penggunaan suatu gedung, termasuk beban-beban pada
lantai yang berasal dari barang-barang yang dapat berpindah. Beban hidup
pada lantai gedung diambil menurut SNI 1727:2013 seperti terlihat pada
Tabel 2.1
2.
Analisa dinamis
Analisa modal
Metode ini dipakai untuk menyelesaikan analisa dinamik suatu
struktur dengan syarat bahwa respon spectrum masih elastis dan
struktur mempunyai standar mode shape.
10
1b
Penerapan
kategori desain
seismik
D, E, dan F
B, C, D, E, dan F
C, D, E, dan F
C, D, E, dan F
D, E, dan F
B, C, D, E, dan F
E dan F
D
B, C, dan D
C dan D
C dan D
D
B, C, dan D
D, E, dan F
D, E, dan F
D, E, dan F
D, E, dan F
B, C, D,E, dan F
D, E, dan F
B, C, D, E, dan F
D, E, dan F
B, C, D, E, dan F
Ketidakberaturan sistem nonparalel didefninisikan C, D, E, dan F
ada jika elemen penahan gaya lateral vertikal tidak B, C, D, E, dan F
paralel atau simetris terhadap sumbu-sumbu ortogonal D, E, dan F
B, C, D, E, dan F
11
b. Ketidakberaturan vertikal
Struktur bangunan gedung yang mempunyai satu atau lebih tipe
ketidakberaturan seperti yang terdaftar dalam Tabel 2.3 harus dianggap
mempunyai ketidakberaturan vertikal.Struktur-struktur yang dirancang
untuk kategori desain seismik sebagaimana yang terdaftar dalam Tabel 2.3
harus memenuhi persyaratan dalam pasal-pasal yang dirujuk dalam tabel.
1a
1b
12
Diskontinuitas
Arah
Bidang
dalam
Ketidakberaturan Elemen Penahan Gaya Lateral
Vertikal didefinisikan ada jika pegeseran arah bidang
elemen penahan gaya lateral lebih besar dari panjang
elemen itu atau terdapat reduksi kekakuan elemen
penahan di tingkat di bawahnya.
Diskontinuitas dalam Ketidakberaturan Kuat
Lateral Tingkat didefinisikan ada jika kuat lateral
tingkat kurang dari 80 persen kuat lateral tingkat di
atasnya. Kuat lateral tingkat adalah kuat lateral total
semua elemen penahan seismik yang berbagi geser
tingkat untuk arah yang ditinjau.
Diskontinuitas dalam Ketidakberaturan Kuat
Lateral Tingkat yang Berlebihan didefinisikan ada
jika kuat lateral tingkat kurang dari 65 persen kuat
lateral tingkat di atasnya. Kuat tingkat adalah kuat total
semua elemen penahan seismik yang berbagi geser
tingkat untuk arah yang ditinjau.
5a
5b
B, C, D, E, dan F
D, E, dan F
D, E, dan F
E dan F
D, E, dan F
D, E, dan F
B dan C
D, E, dan F
Arah pembebanan
2.
(2.1)
13
Cs =
(2.2)
Dimana:
Cs
SDS
Ie
Besarnya nilai faktor I, R, dan SDS dapat dilihat pada Tata Cara
Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung SNI
1726:2013.
(2.3)
(2.4)
Dimana:
SD1
S1
dipetakan
Gaya gempa lateral (Fx) yang timbul di semua tingkat harus ditentukan
dari persamaan berikut :
Fx = Cvx . V
(2.5)
Cvx =
(2.6)
14
Dimana:
Cvx
wi dan wx
hi dan hx
3.
(2.7)
Dimana :
hn = ketinggian struktur (m)
Ct dan x ditentukan dari Tabel 14 SNI 1726:2012 seperti terlihat pada
Tabel 2.4
15
(2.8)
Tabel 2.5 Koefisien untuk Batas Atas pada Periode yang dihitung (SNI 1726:2012)
Jika salah satu syarat dalam analisa beban statik ekuivalen tidak dapat
dipenuhi maka dalam analisa beban gempa harus menggunakan analisa dinamis
dan salah satunya dengan menggunakan analisa respons spektrum.
Analisa Respon Spektrum
Dalam hal analisis beban gempa, spektrum respon disusun berdasarkan
respon terhadap percepatan tanah (ground acceleration) beberapa rekaman
gempa. Spektrum desain merupakan representasi gerakan tanah (ground motion)
akibat getaran gempa yang pernah terjadi untuk suatu lokasi. Beberapa faktor
pertimbangan untuk pemilihan desain spektrum adalah besar skala gempa, jarak
lokasi ke pusat gempa, mekanisme sesar, jalur rambatan gelombang gempa, dan
kondisi tanah lokal (Chopra, 1995).
Grafik respon spektrum merupakan hasil plot nilai tanggapan/respon
maksimum terhadap fungsi beban tertentu untuk semua sistem derajat kebebasan
tunggal
yang
memungkinkan.
Absis
dari
grafik
tersebut
berupa
16
bangunan gedung dan non gedung, peta zonasi gempa di Indonesia, dan desain
spektra Indonesia.
Dalam SNI 176:2012 terdapat tahapan mendesain spektrum respon dengan
menghitung persamaan-persamaan sesuai dengan periode. Dari parameter
percepatan batuan dasar peiode pendek (Ss) dan parameter percepatan batuan
dasar periode 1 detik (S1), didapat parameter spektrum respon dengan
menggunakan persamaan berikut:
SMS = Fa Ss
(2.9)
SM1 = Fv S1
(2.10)
Faktor amplikasi getaran (Fa dan Fv) didapat dari hubungan percepatan batuan
dasar (Ss dan S1) dengan kelas situs. Faktor amplikasi getaran (Fa dan Fv) dihitung
sesuai SNI 1726:2012.
Setelah menghitung parameter spektrum respon, dapat dilakukan
perhitungan parameter percepatan spektral desain dengan persamaan:
SDS = 2/3 SMS
(2.11)
(2.12)
17
dimana:
T0 =
(2.13)
Ts =
(2.14)
Untuk T < T0
Sa = SDS(
(2.15)
(2.16)
Untuk T > Ts
Sa =
(2.17)
Hal yang perlu diperhatikan untuk metode analisis respon spektrum adalah
skala input pada SAP2000. Analisis respon spektrum dilakukan dengan input dari
grafik spektrum respon gempa rencana yang nilai ordinatnya dikalikan faktor
koreksi
f = Ie/R
(2.18)
dimana
f
: faktor skala
Ie
Nilai skala faktor dinyatakan dalam percepatan gravitasi bumi (g) yaitu 9,81
m/detik2.
18
19
2.2
oleh kolom tanpa adanya balok sebagai penumpu (Nawy, 1985). Pelat datar
memiliki ciri khusus yaitu tidak adanya balok-balok sepanjang garis kolom dalam,
namun untuk sepanjang garis kolom tepi balok diperbolehkan ada.
Beban gravitasi pada pelat meliputi beban pelat dan balok (bila ada) itu
sendiri yang membentang di antara tumpuan dan kolom atau dinding pendukung
yang membentuk rangka orthogonal, dapat direncanakan dengan metode
perencanaan langsung sesuai dengan SNI 2847:2013 pasal 13.6 atau dengan
metode rangka ekuivalen menurut SNI 2847:2013 pasal 13.7
Metode perencanaan langsung (Direct design method) adalah suatu cara
pendekatan dalam penentuan koefisien momen. Dalam metode ini, analisis
pendistribusian momen lentur total didasarkan atas koefisien momen pada jalur
perencanaan pelat yang telah ditentukan. Momen lentur total kemudian
didistribusikan menjadi momen-momen positif dan negatif menurut koefisien
momen dan pembagian selanjutnya dari momen-momen ini menjadi momenmomen pada kedua jalur perencanaan yang ditetapkan dalam suatu spesifikasi.
Metode rangka ekuivalen (Equivalen frame method) adalah suatu cara
dimana konstruksi dianggap terdiri dari portal-portal ekuivalen pada jalur
rencana memanjang maupun melintang dan masing-masing portal terdiri dari
deretan kolom-kolom ekuivalen dan jalur-jalur pelat dan balok (bila ada).
Seluruh lebar pelat, yaitu setengah lebar panel pada masing-masing sisi kolom,
dipertimbangkan pada waktu menentukan beban dan kekakuan pelat.
20
Untuk m lebih besar dari 0,2 tapi tidak lebih dari 2,0
Ketebalan pelat minimum harus memenuhi:
(
h=
)
(
(2.19)
Untuk m lebih besar dari 2,0, ketebalan pelat minimum tidak boleh
kurang dari:
(
H =
(2.20)
Untuk m yang sama atau lebih kecil dari 0,2, ketebalan pelat minimum
harus memenuhi ketentuan Tabel 2.6
Tabel 2.6 Tebal Pelat Minimum Pelat tanpa Balok Interior (SNI 2837:2013)
Tegangan
leleh
Tanpa penebalan
Panel eksterior
fy (Mpa)
Tanpa
balok
pinggir
Dengan
balok
pinggir
280
ln/33
ln/36
420
ln/30
520
ln/28
Panel interior
Dengan penebalan
Panel eksterior
Panel interior
Tanpa
balok
pinggir
Dengan
balok
pinggir
ln/36
ln/36
ln/40
ln/40
ln/33
ln/33
ln/33
ln/36
ln/36
ln/31
ln/31
ln/31
ln/34
ln/34
= 125 mm
= 100 mm
21
Dimana:
ln
fy
a. Kolom interior
22
1. Beban ultimit
Wu = 1,2 WD + 1,6 WL
(2.21)
(2.22)
(2.23)
4. Nilai terkecil Vc
(
(
(2.24)
(2.25)
(2.26)
Dimana:
c = Nilai banding sisi panjang dan pendek kolom.
d
b. Kolom eksterior
23
1. Beban ultimit
Wu = 1,2 WD + 1,6 WL
2. Keliling bidang kritis
b0 = 2(c1 + d + c2 + d)
3. Luas permukaan bidang geser
Ac = b0 d
4. Nilai terkecil Vc
(
(
Dimana:
c
Vu
24
< 5,0
(2.27)
Dimana:
(2.28)
1
Ib
Is
Ecb
Ecs
25
Gambar 2.5 Pembagian Jalur Kolom Dan Jalur Tengah (Theodosos, 2001)
= 0,65
= 0,35
26
(2)
Tepi
eksterior
takterkekang
Slab dengan
balok
diantara
semua
tumpuan
0,75
0,70
0,70
0,70
0,65
0,63
0,57
0,52
0,50
0,35
0,16
0,26
0,30
0,65
Momen terfaktor
negatif interior
Momen terfaktor
positif
Momen terfaktor
negatif eksterior
(3)
(4)
Slab tanpa balok
diantara tumpuan
interior
Tanpa
Dengan
balok
balok
tepi
tepi
(5)
Tepi
eksterior
terkekang
penuh
Tabel 2.8 Momen Terfaktor Negatif Dalam pada Lajur Kolom (SNI 2847:2013)
l2/l1
0,5
1,0
2,0
(m l2/l1) = 0
75
75
75
(m l2/l1) 1,0
90
75
45
27
Tabel 2.9 Momen Terfaktor Negatif Luar pada Lajur Kolom (SNI 2847:2013)
l2/l1
0,5
1,0
2,0
(m l2/l1) = 0
1 = 0
t 2,5
100
75
100
75
100
75
(m l2/l1) 1,0
t = 0
t 2,5
100
90
100
75
100
45
Ecb
Ecp
Ip
puntir.
(2.31)
28
Tabel 2.10 Momen Terfaktor Positif pada Lajur Kolom (SNI 2847:2013)
l2/l1
0,5
1,0
2,0
(m l2/l1) = 0
60
60
60
(m l2/l1) 1,0
90
75
45
b. Lajur tengah
Lajur tengah adalah suatu lajur rencana yang dibatasi oleh dua lajur
kolom. Momen terfaktor pada lajur tengah:
Bagian dari momen terfaktor negatif dan positif yang tidak dipikul
lajur kolom harus dibagikan secara proporsional pada setengah
lajur tengah yang berada di sebelahnya.
Lajur tengah yang berdekatan dan sejajar dengan suatu tepi yang
ditumpu oleh dinding harus direncanakan mampu memikul dua
kali momen yang dibagikan pada setengah lajur tengah yang
berdekatan dengan tumpuan dalam pertama.
2.2.4 Pelimpahan Momen dan Gaya Geser pada Pertemuan Pelat dan
Kolom
Gaya geser yang merupakan faktor kritis, yang terjadi pada pelat datar
adalah geser pons, dengan kemungkinan terjadi retak diagonal mengikuti
permukaan dari sebuah kerucut yang terpancung atau piramid yang mengelilingi
kolom, kepala kolom, atau panel yang direndahkan.
Analisa geser pons menganggap gaya geser Vu ditahan oleh tegangantegangan geser yang terdistribusi secara seragam di sekeliling penampang kritis
bo. menurut SNI 2847:2013, penampang kritis bo terletak pada jarak tidak kurang
dari d/2 dari perimeter beban terpusat atau daerah reaksi.
29
b1
Bagian lain t dari momen tak seimbang yang ditransfer oleh lentur diberikan oleh
dan bekerja pada sebuah lebar slab efektif antara garis-garis yang (1,5 h) di kedua
sisi tumpuan kolom.
t = 1 - u.
Distribusi tegangan geser di sekitar kolom eksterior dan interior dapat
dilihat dalam Gambar 2.5
30
dan
(2.33)
(2.34)
Dimana :
a = c1 + d
b = c2 + d
Dimana :
(2.35)
a = c1 +d
b = c2 +d
Tegangan geser maksimum akibat gaya geser dan momen terfaktor tidak boleh
melebihi ketentuan dari SNI 2847:2013 Pasal 11.11.7.2 yaitu:
a. Untuk komponen struktur tanpa tulangan geser
(2.36)
Dan tegangan maksimum akibat gaya geser dan momen terfaktor tidak boleh
melebihi dari:
.
31
32
33
Gambar 2.7 Perpanjangan Minimum untuk Tulangan pada Pelat tanpa Balok
(SNI 2847:2013)
34
2.3
utamanya adalah untuk memikul beban geser akibat pengaruh gempa gempa
rencana. Dalam hal ini dinding geser dimodelkan sebagai kantilever yang
terbebani oleh beban lateral dan beban aksial akibat beban gravitasi. Pemilihan
lokasi tempat dinding geser yang direncanakan sangat memberikan pengaruh
terhadap keefektifannya dalam memikul gaya horizontal akibat gempa.
Dalam pemilihan lokasi dinding geser sebagai pemikul gaya horizontal,
ada tiga tambahan aspek yang perlu diperhitungkan yaitu:
1. Untuk tahanan torsi, dinding geser sebanyak-banyaknya ditempatkan
sekeliling bangunan.
2. Semakin besar beban gravitasi yang bekerja pada dinding geser,
semakin sedikit tulangan lentur yang diperlukan, dan gaya semakin
besar disalurkan ke pondasi untuk menahan momen guling.
3. Jika gaya horisontal terpusat pada satu atau dua dinding geser, maka
gaya tersalur ke pondasi semakin besar sehingga ukuran pondasi
semakin besar pula.
35
0,0020 untuk jaring kawat baja las (polos atau ulir) < 16 atau
D16.
(2.38)
atau
*
(2.39)
Dimana:
h
lw
= 0,8 lw
fc
= Mutu beton
4. Pada dinding dengan ketebalan lebih besar daripada 250 mm, kecuali
dinding ruang bawah tanah, harus dipasang dua lapis tulangan di
masing-masing arah yang sejajar dengan bidang muka dinding dengan
pengaturan sebagai berikut:
36
2.4
Perencanaan Portal
Menurut SNI 2847:2013 terdapat 3 macam Sistem Rangka Pemikul
Momen, yaitu:
1. Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa (SRPMB).
2. Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM).
3. Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK).
Dalam perencanaan tugas akhir ini, digunakan Sistem Rangka Pemikul
37
c. g
(2.40)
Dimana:
Ec
Ig
keseluruhan. (
1,6
Untuk balok beton bertulang tunggal, pendekatan kekakuan yang aman adalah:
(
c. g
(2.41)
k dan
adalah kekakun relatif, yakni rasio dari penjumlahan kekakuan kolom dibagi
panjang kolom terhadap penjumlahan kekakuan balok dibagi dengan panjang
balok, yang dirumuskan sebagai berikut:
(2.42)
Dimana:
Lk
Lb
efektif kolom (k) dapat ditentukan berdasarkan nilai pada kedua ujung kolom.
38
(2.43)
Dimana:
k
Lu
M1
= momen ujung terfaktor yang lebih kecil pada komponen struktur tekan
M2
= momen ujung terfaktor yang lebih besar pada komponen struktur tekan.
(2.44)
(2.45)
k.
Bila tidak menggunakan perhitungan yang lebih akurat, EI boleh diambil sebesar:
((
(2.46)
Atau yang lebih konservatif:
(2.47)
Dimana:
Eo
Es
Ig
keseluruhan.
besaran yang tak berdimensi, dan ditentukan baik oleh faktor beban yang
dikalikan dengan beban aksial maupun mutu beton serta ukuran penampang.
Pada sumbu horisontal dinyatakan nilai (
) ( ), yang
40
yang ditunjukkan pada grafik. Sehingga luas tulangan (As) dapat dihitung
menggunakan persamaan ( s = . b. d).
41
b) 8D longitudinal
c) 24 d sengkang
d) 300 mm
Sengkang harus dispasikan tidak lebih dari d/2 sepanjang panjang balok.
2.5
Perencanaan Pondasi
Pondasi merupakan bagian dari struktur berfungsi meneruskan beban
Tipe pondasi yang digunakan pada perancangan kali ini adalah tipe
pondasi sumuran (caisson). Daya dukung dari pondasi sumuran berdasarkan data
sondir dibagi menjadi dua, yaitu daya dukung ujung pondasi dan daya dukung
kulit (friction).
42
(2.50)
dimana :
Qp = daya dukung ujung pondasi sumuran (kg)
qc = tahanan ujung (kg/cm2)
B = diameter pondasi sumuran (cm)
H = kedalaman pondasi sumuran (cm)
(2.51)
dimana :
Qs = daya dukung kulit pondasi sumuran (kg)
As = luas selimut pondasi sumuran (kg)
Fs = 0,012 . qc
(2.52)
(2.53)
dimana :
Qall = kapasitas dukung ijin (kg)
SF = safety factor (diambil 2)
Mx
My
x2
y2
dimana :
Mx
(kgm)
My
(kgm)
A
lx
ly
44