Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS


PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII-E SMP
NEGERI 1 KOTA MOJOKERTO PADA MATERI PESAWAT
SEDERHANA

Oleh:
YOSEFIN MARGARETTA
13030654036

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PRODI PENDIDIKAN IPA
2016
HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Judul PTK

: Penerapan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan


Hasil Belajar Siswa Kelas VIII-E SMP Negeri 1 Kota

Nama
NIM
Prodi
Fakultas

:
:
:
:

Mojokerto pada Materi Pesawat Sederhana


Yosefin Margaretta
13030654036
S1 Pendidikan IPA
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Mojokerto, 8 September 2016
Menyetujui,
1

Guru Pamong Mata Pelajaran

Dosen Pembimbing Lapangan

Ilmu Pengetahuan Alam

Lilis Firmayani, M.Pd


NIP. 19670218 199002 2 001

Renny Dwijayanti S.Pd., M.Pd


NIP. 198606292014042002
Mengetahui,
Kepala SMP Negeri 1 Kota Mojokerto

Mulib, S.Pd., M.Pd


NIP. 19700103 199702 1 002

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga proposal Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Proposal PTK ini
diajukan sebagai salah satu lampiran pada laporan akhir Mata Kuliah Program
Pengeloaan Pembelajaran (PPP) di SMP Negeri 1 Kota Mojokerto.
Proposal PTK ini tidak akan dapat terselesaikan dengan baik tanpa
partisipasi dari berbagai pihak yang telah membantu dan memberi masukan dalam
penyusunannya. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orang tua yang telah memberikan dukungan doa, bantuan moril, dan finansial
sehingga penulis dapat dengan lancar menyelesaikan program Mata Kuliah
Program Pengeloaan Pembelajaran (PPP) di SMP Negeri 1 Kota Mojokerto.

2. Bapak Mulib, S.Pd., M.Pd selaku kepala SMP Negeri 1 Kota Mojokerto yang
telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan Kegiatan Praktik
Pembelajaran selama 2 bulan.
3. Ibu Renny Dwijayanti, S.Pd., M.Pd selaku Dosen Pembimbing Lapangan yang
telah memberikan bimbingan pembekalan sebelum penulis melaksanakan
Kegiatan Praktik Pembelajaran di SMP Negeri 1 Kota Mojokerto.
4. Ibu Lilis Firmayani, M.Pd selaku guru pamong mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam yang telah memberikan bimbingan ilmu, pengalaman, dan
semangat menjadi guru selama penulis melaksanakan Kegiatan Praktik
Pembelajaran di SMP Negeri 1 Kota Mojokerto.
5. Ibu Fifin Misfasiroh, S.Pd selaku laboran IPA yang telah membantu dalam
mempersiapkan alat dan bahan untuk praktikum IPA.
6. Semua tenaga pendidik dan kependidikan SMP Negeri 1 Kota Mojokerto yang
telah memberikan bantuan dengan baik ketika Kegiatan Praktik Pembelajaran
di SMP Negeri 1 Kota Mojokerto.
7. Rekan-rekan seperjuangan yang melaksanakan Kegiatan Praktik Pembelajaran
di SMP Negeri 1 Kota Mojokerto atas segala dukungan, saran, dan nasehat
yang membangun dalam membuat laporan Kegiatan Praktik Pembelajaran.
8. Siswa-siswi kelas VIII-E SMP Negeri 1 Kota Mojokerto atas partisipasinya
dan semangatnya dalam melaksanakan proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam.
9. Siswa-siswi SMP Negeri 1 Kota Mojokerto yang telah bersedia membantu
demi kelancaran ketika Kegiatan Praktik Pembelajaran di SMP Negeri 1 Kota
Mojokerto.
Penulis sebagai manusia biasa, banyak memiliki kesalahan dalam
penyusunan proposal PTK ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan,
saran dan kritik dari semua pihak yang bersifat membangun guna memperbaiki
penyusunan laporan ini.
Penulis berharap semoga proposal PTK ini dapat memberikan kontribusi
yang positif bagi pembaca demi memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia.
Mojokerto, 8 September 2016

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...........................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A.
B.
C.
D.

Latar Belakang................................................................................................1
Rumusan Masalah..........................................................................................3
Tujuan Penelitian............................................................................................3
Manfaat Penelitian..........................................................................................3

BAB II KAJIAN TEORI.......................................................................................4


A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.

Profil Sekolah.................................................................................................4
Pembelajaran IPA...........................................................................................5
Pendekatan Kontekstual.................................................................................6
Hasil Belajar Siswa.........................................................................................7
Hubungan Pendekatan Kontekstual dengan Hasil Belajar.............................8
Hasil Penelitian Relevan.................................................................................9
Materi Pesawat Sederhana..............................................................................9
Kerangka Berpikir........................................................................................14

BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................16


A. Jenis Penelitian.............................................................................................16
B. Variabel Penelitian........................................................................................16
C. Setting Penelitian..........................................................................................16
D. Subjek Penelitian..........................................................................................17
E. Desain Penelitian..........................................................................................17
F. Prosedur Penelitian.......................................................................................17
G. Teknik Pengumpulan Data...........................................................................19
H. Instrumen Penelitian.....................................................................................19
I. Teknik Analisis Data.....................................................................................20
J. Kriteria Keberhasilan....................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................21

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya peningkatan kualitas pendidikan terus dilakukan oleh pemerintah,
salah satu upaya meningkatkan kualitas pendidikan adalah melalui perbaikan

kurikulum. Tugas dan peran guru sesuai dengan Kurikulum 2013 adalah
menjadi fasilitator yang memberi kemudahan belajar kepada seluruh
siswa untuk dapat mencapai kompetensi yang diharapkan. Guru harus
menciptakan kondisi dan lingkungan

belajar

yang

kondusif

dan

menyenangkan bagi siswa untuk belajar.


IPA adalah cara atau metode untuk mengamati alam yang sifatnya
analisis, lengkap, dan cermat. Berdasarkan pengertian tersebut, IPA bukan
hanya sekedar penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta,
konsep, atau prinsip IPA, tetapi juga berhubungan dengan cara mencari
tahu tentang alam secara sistematis atau proses untuk menemukan
pengetahuan tentang alam. Pengetahuan tentang alam hendaknya dibangun
melalui kegiatan nyata mengamati maupun mengalami langsung fenomenafenomena yang terjadi di alam sehingga siswa mampu memahami dan
menguasai konsep-konsep IPA beserta keterkaitannya dengan kehidupan nyata
untuk memecahkan masalah (Ahmad Susanto, 2013 : 167)
Pendidikan IPA disekolah diharapkan dapat menjadi sarana bagi siswa
untuk mempelajari diri sendiri, alam sekitar, dan penerapannya dalam seharihari. Masalah pendidikan yang menjadi perhatian saat ini adalah sebagian
besar siswa belum mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari
dengan bagaimana pemanfaatannya dalam kehidupan nyata karena model
pembelajaran yang digunakan lebih menekankan tingkat hafalan materi tanpa
diikuti pemahaman yang mendalam, yang dapat diterapkan ketika mereka
berhadapan dengan kehidupan nyata.
Kemampuan menghubungkan antara apa yang dipelajari dengan
pemanfaatannya dalam kehidupan nyata yang masih rendah ini akan
mempengaruhi hasil belajar siswa. Hasil belajar digunakan untuk mengetahui
sejauh mana siswa telah mencapai hasil belajar yang direncanakan
sebelumnya. Hasil belajar yang dicapai siswa dapat mencerminkan
kemampuan dasar yang siswa miliki. Dalam proses pembelajaran masih
banyak faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa salah satunya
proses pembelajaran.
Upaya yang telah dilakukan guru untuk memperbaiki proses
pembelajaran adalah

dengan

menggunakan

metode

demonstrasi

dan

penggunaan media, tetapi belum memberikan hasil yang optimal karena


2

pembelajaran masih berpusat pada guru. Demonstrasi masih dilakukan


sendiri

oleh

guru, sedangkan siswa belum diberi kesempatan untuk

melakukan demonstrasi atau bahkan eksperimen secara individu maupun


kelompok.

Untuk itu, diperlukan sebuah model

pembelajaran IPA yang

berpusat pada siswa (student centered) sehingga siswa dapat membangun


sendiri pengetahuannya.
Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
merupakan model pembelajaran yang tepat untuk pembelajaran IPA. Hal
ini dikarenakan

dengan menggunakan

model pembelajaran

Contextual

Teaching and Learning (CTL) akan membantu siswa mengaitkan materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata di sekitar siswa dan mampu
mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Daryanto, Muljo
Rahardjo 2012 : 153).

Materi pelajaran

IPA

seperti diungkapkan

sebelumnya, adalah tentang fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip


tentang lingkungan alam dan isinya yang dekat dengan kehidupan siswa.
Siswa seringkali mempunyai pengalaman berinteraksi dengan lingkungan
alam di sekitarnya yang berhubungan dengan materi pelajaran IPA, tetapi
mereka tidak memahami hubungan tersebut.
Berdasarkan uraian diatas perlu diadakan studi lebih lanjut mengenai
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual terhadap hasil belajar. Dengan
demikian perlunya dilakukan Penelitian Tindakan Kelas terkait Penerapan
Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIIIE SMP Negeri 1 Kota Mojokerto pada Materi Pesawat Sederhana.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana aktivitas siswa selama menerapkan pendekatan kontekstual
pada materi Pesawat Sederhana?
2. Bagaimana ketuntasan belajar siswa dengan menggunakan penerapan
pendekatan kontekstual pada materi Pesawat Sederhana?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan aktivitas siswa selama pembelajaran menerapkan
pendekatan kontekstual pada materi Pesawat Sederhana.
3

2. Mendeskripsikan peningkatan ketercapaian hasil belajar siswa dengan


menerapkan pendekatan kontekstual pada materi pesawat sederhana.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian sebagai berikut:
1. Bagi siswa, sebagai sarana dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada
materi Pesawat Sederhana.
2. Bagi guru, sebagai bahan masukan dalam memvariasi kegiatan
pembelajaran agar lebih menarik.
3. Bagi peneliti, sebagai sarana untuk pembelajaran dalam melakukan
penelitian.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Profil Sekolah
SMP Negeri 1 Kota Mojokerto ini menggunakan Kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut :
1. Mengembangkan keseimbangan antara sikap spiritual dan sosial,
pengetahuan, dan keterampilan, serta menerapkannya dalam berbagai
situasi di sekolah dan masyarakat;
2. Menempatkan sekolah sebagai bagian dari masyarakat yang memberikan
pengalaman belajar agar peserta didik mampu menerapkan apa yang
dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai
sumber belajar;

3. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai


sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
4. Mengembangkan kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk Kompetensi
Inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran;
5. Mengembangkan Kompetensi Inti kelas menjadi unsur pengorganisasi
(organizing elements) Kompetensi Dasar. Semua Kompetensi Dasar dan
proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang
dinyatakan dalam Kompetensi Inti;
6. Mengembangkan Kompetensi Dasar berdasar pada prinsip akumulatif,
saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar-mata
pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dalam Kurikulum 2013 berhubungan
dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematika, sehingga IPA
bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep -konsep atau prinsip -prinsip saja tetapi juga meruapakan suatu proses
penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta
didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannyaa di dalam kehidupan
sehari-hari.
Kondisi Pembelajaran IPA di SMP Negeri 1 Kota Mojokerto sudah
memenuhi kriteria yang diinginkan dalam Kurikulum 2013. Setiap
pembelajaran IPA, peserta didik dituntut untuk mencari dan menemukan
konsep-konsep IPA secara mandiri melalui aktivitas pembelajaran melalui
Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Selain itu dalam proses pembelajaran selalu
menggunakan pendekatan saintifik sehingga melatih anak untuk berpikir
kritis. Guru juga kreatif dalam membuat sebuah LKS dimana LKS tersebut
berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skills) pada materi yang dapat
diterapkan berbasis HOTS tersebut. Pembelajaran IPA di SMP Negeri 1 Kota
Mojokerto ini guru sebagai fasilitator dan mengklarifikasi konsep-konsep
penting pada akhir pembelajaran. Namun, pada materi tertentu yang dianggap
membutuhkan penjelasan lebih detail guru juga menggunakan metode
ceramah.
B. Pembelajaran IPA

Nana Djumhana (2007 : 1) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Sains


(Science) mempelajari sifat -sifat dan gejala-gejala alam. Dalam mempelajari
fenomena alam tersebut biasanya dilakukan pengamatan dan percobaanpercobaan untuk memperoleh informasi berupa fakta dan data, yang
dalam proses mempelajarinya, anda akan selalu berhubungan

dengan

pengukuran.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematika, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
kumpulan

pengetahuan

yang

berupa

fakta-fakta, konsep -konsep atau

prinsip -prinsip saja tetapi juga meruapakan suatu proses

penemuan.

Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan
lebih lanjut dalam menerapkannyaa di dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan teori pembelajaran IPA di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran IPA merupakan usaha-usaha yang dilakukan oleh guru untuk
membekali siswa dalam mempelajari sifat -sifat dan gejala-gejala
melalui proses penemuan.
C. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan Kontekstual

(Contextual

Teaching

and

alam

Learning)

merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi


yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. (Nurhadi, 2002 : 1).
Menurut Daryanto dan Muljo Rahardjo (2012 : 153) pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah

konsep belajar yang

membantu siswa mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi


dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka

sehari-hari,

dengan

menggunakan

tujuh

komponen

utama

pembelajaran yaitu konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning),


menemukan

(Inquiry),

masyarakat

belajar

(Learning Community),

pemodelan (Modelling) dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment).

Pembelajaran kontekstual

adalah

pembelajaran

yang menekankan

keterkaitan antara materi pembelajaran dengan kehidupan dunia nyata peserta


didik sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan
kompetensinya dalam kehidupan sehari-hari hingga dapat menemukan makna
dari apa yang dipelajarinya (Hamruni, 2012 : 151).
Berdasarkan beberapa definisi tentang pembelajaran Contextual Teaching
and Learning (CTL) di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
Contextual Teaching and Learning

(CTL) adalah pembelajaran yang

menekankan keterlibatan aktif siswa dalam pembelajaran melalui pengalaman


langsung,

agar

siswa

dapat

menemukan

sendiri pengetahuan

yang

dipelajari dengan mengaitkan atau menghubungkan pengetahuan tersebut


dengan kehidupan nyata sehari-hari.
Karakteristik pembelajaran berbasis CTL adalah ditandai oleh tujuh hal
utama yaitu:
1) Kontruktivisme (Contruktivisme)
Bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas.
2) Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan kegiatan inti dari pendekatan kontekstual, melalui
upaya akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan
serta kemampuan yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat
seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan sendiri.
3) Bertanya (Questioning)
Penerapan unsur bertanya dalam pendekatan kontekstual harus difasilitasi
oleh guru, kebiasaan siswa untuk bertanya atau kemampuan guru dalam
menggunakan pertanyaan yang baik akan mendorong pada peningkatan
kualitas dan produktivitas pembelajaran.
4) Masyarakat Belajar (Learning Community)
Membiasakan siswa untuk bekerja sama dan memanfaatkan sumber
belajar dari teman-teman belajarnya.
5) Pemodelan (Modelling)
Guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar bagi siswa, karena dengan
segala kelebihan dan keterbatasan yang dimiliki oleh guru akan mengalami
hambatan untuk memberikan pelayanan sesuai keinginan dan kebutuhan
siswa yang cukup heterogen.
6) Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara tentang apa yang baru terjadi atau baru saja dipelajari.

7) Authentic Assessmen
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang
bisa memberikan gambaran atau petunjuk terhadap pengalaman belajar
siswa. (Masitoh dan Laksmi, 2009: 281)
D. Hasil Belajar Siswa
Didalam menyelenggarakan proses belajar mengajar dapat dilhat dari
terjadinya perubahan yang diharapkan sesuai dengan tujuan yang telah
dirumuskan. Tujuan yang dimaksud tersebut berupa hasil belajar siswa. Hasil
belajar merupakan segala perilaku yang dimiliki siswa sebagai akibat proses
belajar yang di tempuh. Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang
dilakukan seseorang secara sadar untuk mendapatkan suatu perubahan tingkah
laku yang menyangkut segi-segi pengetahuan, keterampilan, kecakapan, dan
sebagainya.
Indikator hasil belajar yang dapat dijadikan tolak ukur dalam keberhasilan
dalam proses belajar mengajar adalah daya serap terhadap materi pelajaran
yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun
kelompok. Dalam sistem Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan nasional
baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional, menggunakan hasil belajar
dari Benyamin Bloom ataulebih dkenal dengan Taksonomi Bloom yang secara
garis besar dibedakan menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif
dan ranah psikomotorik.
Hasil belajar dapat diketahui dari hasil evaluasi yang diadakan. Evaluasi
atau penilaian hasil belajar merupakan usaha guru untuk mendapatkan
informasi tentang siswa baik kemampuan penguasaan konsep, sikap maupun
keterampilan. Hal ini dapat digunakan sebagai umpan balik yang sangat
diperlukan dalam menentukan strategi belajar siswa. Hasil belajar juga
dipengaruhi oleh intelegensi dan penguasaan awal anak tentang materi yang
akan dipelajari. Ini berarti bahwa guru perlu menetapkan tujuan belajar sesuai
dengan kapasitas intelegensi anak dan pencapaian tujuan belajar perlu
menggunakan apersepsi, yaitu bahan yang dikuasai anak sebagai batu loncatan
untuk menguasai pelajaran baru.
E. Hubungan Pendekatan Kontekstual (CTL) dengan Hasil Belajar
Pendekatan Kontekstual meminta siswa untuk bertindak dengan cara alami
bagi manusia cara itu berfungsi sesuai dengan fungsi otak, dengan psikologi
dasar manusia, saling bergantungan, memperhatikan keberagaman individu,
8

dan pengaturan diri sendiri. Kesesuaian ini membantu siswa mengolah


informasi baru secara bermakna sehingga berimplikasi pada hasil belajar yang
menyenangkan.
Pendekatan Kontekstual yang diajarkan menghubungkan materi yang
sudah ada dengan pengalaman dan menerapkannya dikehidupan sehari-hari.
Siswa memperoleh informasi yang baru dengan mengalami langsung dan
mengkontruksi sendiri pengetahuan barunya dengan menghubungkan dengan
pengetahuan yang dimilikinya. Hal tersebut akan berimplikasi pada
meningkatnya minat siswa terhadap mata pelajaran dan memperoleh hasil
yang diinginkan.
F. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:
1. Penerapan CTL untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa
SMP/MTs Kelas VII pada Konsep Pencemaran Lingkungan oleh Wawan
Darmawan.

Hasil

menunjukkan

bahwa

penerapan

CTL

dapat

meningkatkan hasil belajar Biologi siswa pada konsep pencemaran


lingkungan.
2. Penerapan Jigsaw Puzzle Competition dalam Pembelajaran Kontekstual
untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Fisika SMP oleh Yulianti,
Lestari, dan Yulianto. Hasil menunjukkan

bahwa

pembelajaran

kontekstual berbantuan jigsaw puzzle competition mampu meningkatan


minat dan hasil belajar siswa kelas VII H SMP Negeri 18 Semarang tahun
pelajaran 2008/2009 secara signifikan.
G. Materi Pesawat Sederhana
Manusia sering menggunakan alat bantu untuk mempermudah pekerjaan
yang dilakukan. Alat-alat yang digunakan manusia untuk mempermudah
dalam melakukan kerja atau usaha dalam fisika disebut sebagai pesawat.
Sebuah pesawat berfungsi untuk memperbesar gaya atau usaha. Alat pembuka
tutup botol, gunting rumput, komputer, dan mobil merupakan beberapa contoh
pesawat. Selain digunakan untuk memperbesar gaya, manusia juga
menggunakan pesawat untuk mengubah energi, memindahkan energi,
memperbesar kecepatan, dan mengubah arah benda.
Pesawat ada dua macam, yaitu pesawat sederhana dan pesawat rumit.
Pesawat sederhana merupakan peralatan yang dibuat sangat praktis dan mudah
digunakan. Pembuka tutup botol, gunting, resleting, dan tang merupakan

beberapa contoh pesawat sederhana. Pesawat rumit terdiri atas beberapa


pesawat sederhana. Contoh pesawat rumit antara lain komputer, mobil, dan
sepeda. Prinsip kerja pesawat sederhana dikelompokkan menjadi beberapa
bagian, yaitu tuas, katrol, dan bidang miring.
1. Tuas
Tuas adalah pesawat sederhana yang memiliki lengan yang berputar
pada sebuah titik tumpu. Perbandingan antara beban dan kuasa adalah
sama dengan perbandingan antara lengan kuasa dan lengan beban.

Gambar

2.1

merupakan

Gambar 2.1
tuas yang

digunakan

orang

untuk

memindahkan sebuah batu yang berat. Berat beban yang diangkat disebut
gaya beban (Fb) dan gaya yang digunakan untuk mengangkat batu atau
beban disebut gaya kuasa (Fk). Jarak antara penumpu dan beban disebut
lengan beban (lb) dan jarak antara penumpu dengan kuasa disebut lengan
kuasa (lk). Hubungan antara gaya beban (Fb), gaya kuasa (Fk), lengan
beban (lb), dan lengan kuasa (lk) menunjukkan bahwa perkalian gaya kuasa
dan lengan kuasa (Fklk) sama dengan gaya beban dikalikan dengan lengan
beban (Fblb), artinya besar usaha yang dilakukan kuasa sama dengan besar
usaha yang dilakukan oleh beban. Hubungan antara gaya beban dan gaya
kuasa pada tuas dapat ditulis seperti pada Persamaan 2.1
Keuntungan pada pesawat sederhana disebut Keuntungan Mekanis
(KM).

Secara

umum

keuntungan

mekanis

didefinisikan

sebagai

perbandingan gaya beban dengan gaya kuasa sehingga keuntungan


mekanis pada tuas atau pengungkit bergantung pada panjang masingmasing lengan. Semakin panjang lengan kuasanya, semakin besar
keuntungan mekanisnya. Secara matematis keuntungan mekanis dituliskan
seperti pada Persamaan 2.2.

10

Berdasarkan letak titik tumpu pada tuas, maka tuas atau pengungkit
diklasifikasikan menjadi tiga golongan, yaitu sebagai berikut:
a. Tuas Golongan Pertama
Tuas golongan pertama adalah tuas yang memiliki titik tumpu di
antara titik beban dan titik kuasa, seperti terlihat pada Gambar 2.2.
Contoh tuas golongan pertama seperti gunting, tang pemotong, gunting
kuku, dan linggis.

Gambar 2.2.a) Tuas golongan pertama b) gunting kuku


b. Tuas Golongan Kedua
Tuas golongan kedua adalah tuas yang memiliki titik beban berada
diantara titik tumpu dan titik kuasa. Contoh tuas jenis golongan ketiga
adalah gerobak beroda satu, pemotong kertas, dan pelubang kertas.
c. Tuas Golongan ketiga
Tuas golongan ketiga adalah tuas yang memiliki titik kuasa berada
di antara titik tumpu dan titik beban. Contoh tuas jenis golongan kedua
adalah lengan, alat pancing, dan sekop.
2. Katrol
Katrol merupakan pesawat sederhana berupa roda yang dikelilingi
rantai atau tali. Kegunaan katrol untuk mengangkut beban atau menarik
suatu

benda. Katrol

merupakan

pesawat sederhana

yang dapat

memudahkan melakukan usaha. Katrol dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu


katrol tetap, katrol bergerak, dan katrol berganda.
a. Katrol Tetap
Katrol tetap adalah katrol yang jika digunakan untuk melakukan
usaha, tidak berpindah tempat melainkan hanya berputar pada
porosnya. Bagian-bagian katrol tetap diperlihatkan pada Gambar 2.3

Gambar 2.3 Katrol Tetap

11

Katrol berfungsi untuk membelokkan gaya sehingga berat beban


tetap sama dengan gaya kuasanya tetapi dapat dilakukan dengan
mudah. Keuntungan mekanis katrol tetap sama dengan satu.
b. Katrol Tunggal Bergerak

Gambar 2.4 Katrol Tunggal Bergerak


Prinsip katrol tunggal bergerak hampir sama dengan tuas jenis
kedua, yaitu titik beban berada diantara titik tumpu dan titik kuasa.
Titik tumpu katrol tunggal bergerak berada di titik A. Lengan beban lb
adalah jarak AO dan lengan kuasa lk adalah jarak AB. Dengan
demikian, berlaku persamaan katrol tunggal bergerak seperti
ditunjukkan pada Persamaan 2.4.
lk = 2 lb

....(2.4)

Keuntungan mekanis katrol tunggal bergerak adalah seperti


ditunjukkan pada Persamaan 2.5.

c. Sistem Katrol

12

Gambar 2.5
Sisem katrol merupakan gabungan dari beberapa katrol sehingga
kerja yang dilakukan semakin mudah. Keuntungan mekanis dari katrol
majemuk bergantung pada banyaknya tali yang dipergunakan untuk
mengangkat beban. Pada Gambar 2.5. dapat dilihat empat tali
digunakan untuk mengangkat beban. Jadi, keuntungan mekanis katrol
majmuk adalah sama dengan 4.
3. Bidang Miring
Bidang miring merupakan bidang datar yang diletakkan miring atau
membentuk sudut terhadap lantai.

Gambar 2.6 Bidang Miring


Keuntungan mekanis bidang miring bergantung pada panjang landasan
bidang miring dan tingginya. Semakin kecil sudut kemiringan bidang,
semakin besar keuntungan mekanisnya atau semakin kecil gaya kuasa
yang harus dilakukan. Keuntungan mekanis bidang miring adalah
perbandingan panjang (l) dan tinggi bidang miring (h).

4. Roda Berporos
Roda merupakan pesawat sederhana, manusia dapat memindahkan
benda berat dengan menggunakan roda. Misalnya : Mobil, sepeda,
gerobak, dan kereta api.
H. Kerangka Berpikir
13

Pembelajaran IPA masih ditekankan pada hafalan fakta dan konsep yang
disampaikan guru, bukan upaya membangun pengetahuan siswa berdasarkan
pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan.
Penggunaan model pembelajaran yang tidak tepat oleh guru menyebabkan
siswa tidak tertarik terhadap pelajaran IPA. Pembelajaran menjadi
membosankan bagi siswa dan membuat siswa tidak antusias dalam belajar. Di
samping itu, siswa menjadi sulit memahami materi pelajaran IPA. Hal
ini menyebabkan prestasi belajar IPA pun menjadi rendah.
Pada pembelajaran IPA dibutuhkan pendekatan pembelajaran yang tidak
hanya

berupa

transfer

pengetahuan

dari

guru

ke

siswa

tetapi

pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran


sehingga bermakna bagi siswa. Dalam hal ini kemungkinan yang lebih tepat
adalah pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) yang
menekankan keterlibatan siswa secara aktif untuk menemukan sendiri
pengetahuannya dan menemukan makna dari apa yang dipelajari dengan
menghubungkan materi yang dipelajari tersebut dengan kehidupan seharihari.
Penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
dalam pembelajaran IPA akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
belajar aktif dengan melakukan atau mengalami langsung kegiatan yang
mengarah pada penemuan materi IPA. Selain itu, siswa akan dapat mengaitkan
antara materi yang dipelajarinya dengan kehidupan nyata sehari-hari.
Dengan demikian

pengetahuan

yang

didapat

siswa

adalah

hasil

temuannya sendiri sehingga akan bertahan lebih lama dalam ingatannya, lebih
mudah dipahami, dan lebih bermakna bagi siswa. Pembelajaran yang
bermakna akan meningkatkan antusias siswa dalam belajar. Berdasarkan hal
tersebut, maka pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat
meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa.

14

KENYATA
Pembelajaran IPA masih ditekankan pada hafalan
Hasil belajar siswa pada materi Pesa

Has

PENELITIAN YA
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaranPenerapan
yang menekankan
keterkaitan
antara
materi
pembelajaran
dengan
CTL untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswakehidupan
SMP/MTs
Penerapan Jigsaw Puzzle Competition dalam Pembelajaran Kontekstual untuk Men

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian

Penerapan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatk

Penelitian ini berjenis penelitian tindakan kelas (classroom action


research).

Penelitian

ini

dimaksudkan

untuk

memperbaiki

proses

pembelajaran sehingga dapat meningkatkan penguasaan konsep IPA siswa.


Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 96) penelitian tindakan kelas (classroom
action research), yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru ke kelas tempat ia

15

mengajar dengan menekankan pada peningkatan proses dan praktik


pembelajaran.
Penelitian tindakan kelas (classroom action research) bertujuan mengubah
cara mengajar guru, perilaku siswa di kelas, perbaikan praktik pembelajaran,
dan mengubah kerangka kerja pelaksanaan pembelajaran di kelas yang diajar
oleh guru, sehingga terjadi peningkatan layanan professional guru dalam
menangani proses pembelajaran. Guru melalui penelitian tindakan kelas, dapat
memperbaiki pembelajaran di kelas dengan mengembangkan keterampilan
atau pendekatan baru pembelajaran untuk memecahkan masalah kemudian
menerapkannya langsung di kelas (Wijaya Kusumah & Dedi Dwitagama,
2010: 15).
B. Variabel Penelitian
Suharsimi Arikunto (2006: 118) menyatakan variabel penelitian adalah
objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam
penelitian ini ada variabel yang mempengaruhi (penyebab) dan variabel
akibat. Variabel yang mempengaruhi disebut variabel bebas (X), sedangkan
variabel akibat disebut tidak bebas (Y). Pada penelitian ini variabelnya adalah:
a. pendekatan kontekstual sebagai variabel bebas (X), dan
b. peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII-E SMP Negeri 1 Kota
Mojokerto.
C. Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada semester 1 tahun pelajaran 2016/2017, pada
saat kegiatan belajar mengajar IPA berlangsung. Lokasi penelitian dalam
penelitian tindakan kelas ini adalah kelas VIII-E SMP Negeri 1 Kota
Mojokerto.
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII-E SMP Negeri 1 Kota
Mojokerto berjumlah 32 siswa, terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 20 siswa
perempuan.
E. Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan model Kemmis & Mc Taggart dengan
tahapan perencanaan, tindakan (perlakuan) dan pengamatan, serta refleksi.
Untuk lebih tepatnya, berikut ini gambar bentuk desain PTK model Kemmis
& Mc Taggart.

16

Gambar 1. Desain Penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006: 93)

F. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas dapat dilakukan beberapa siklus. Setiap siklus
dilakukan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Masing-masing siklus
dalam penelitian tindakan kelas terdiri dari perencanaan, tindakan dan
observasi, serta refleksi. Tahapan-tahapan akan dijabarkan sebagai berikut.
1. Siklus I
a. Perencanaan
Tahap pertama dalam melakukan penelitian tindakan kelas yaitu
mengindentifikasi masalah yang diteliti. Kegiatan dimulai dengan
melakukan penelitian pada kelas yang diteliti dengan observasi
langsung saat proses belajar mengajar berlangsung. Beberapa kegiatan
yang dilakukan pada tahap perencanaan meliputi:
1) Menentukan materi pelajaran.
2) Membuat skenario pembelajaran (RPP) dengan pendekatan
kontekstual (CTL).
3) Menyusun evaluasi (soal) untuk mengevaluasi hasil belajar siswa.
4) Menyusun lembar pengamatan prosedur pendekatan kontekstual
untuk kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan komponen
pendekatan kontekstual (CTL).
5) Menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan dalam
proses pembelajaran.
6) Menentukan kriteria keberhasilan pembelajaran.
b. Tindakan
Pada tahap ini guru melaksanakan pembelajaran yang telah
direncanakan berdasarkan skenario pembelajaran (RPP) yang telah
disusun menggunakan pendekatan kontekstual (CTL) yang berorientasi

17

ke arah perbaikan. Rencana tindakan bersifat fleksibel dan dapat


diubah sesuai dengan keadaan yang ada di lapangan.
c. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengetahui memperoleh

data

meliputi kegiatan guru dan siswa ketika proses pembelajaran


berlangsung di kelas. Observasi dilakukan berdasarkan lembar
pengamatan pelaksanaan pembelajaran IPA menggunakan pendekatan
konteksual.
d. Refleksi
Refleksi

merupakan

bagian

yang

sangat

penting

untuk

memahami dan memberikan makna terhadap proses dan hasil


pembelajaran

yang

mengkaji dan

terjadi.

Tahap

merenungkan

refleksi

kembali

dilakukan

kekurangan

untuk
proses

pembelajaran dan evaluasi tindakan. Refleksi dilakukan kolaboratif


antara peneliti dan guru untuk perbaikan siklus selanjutnya.
2. Siklus II
Siklus II dilaksanakan apabila hasil refleksi siklus I belum mencapai
keberhasilan yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini dilakukan
tindakan sampai dengan siklus II.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah
observasi, dan tes.
1. Observasi
Observasi dilakukan peneliti secara langsung selama pelaksanaan
tindakan sebagai upaya untuk mengetahui segala aktivitas guru dan siswa
pada saat proses pembelajaran IPA di kelas. Observasi dilakukan
dengan menggunakan lembar

pengamatan

prosedur pendekatan

kontekstual untuk memperoleh data yang diperlukan.


2. Tes
Tes ini digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa dan diberikan
pada akhir siklus.
H. Instrument Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah:
1. Lembar Pengamatan
Lembar pengamatan ini digunakan untuk mengumpulkan data dan
mencatat

kegiatan

yang

dilakukan

selama

proses

pembelajaran

berlangsung dengan penerapan pendekatan kontekstual.


18

2. Tes Tertulis
Tes tertulis digunakan untuk mengukur hasil belajar IPA pada
materi Pesawat Sederhana siswa

setelah

menggunakan

pendekatan

kontekstual.
I. Teknik Analisis Data
Penelitian tindakan kelas juga dapat disebut penelitian deskriptif. Analisis
data dilakukan secara deskriptif karena dilakukan dalam satu kelas yaitu kelas
VIII-E SMP Negeri 1 Kota Mojokerto. Data dalam penelitian ini di dapat
dari dua kelompok data, yaitu data kuantitatif yang berbentuk angkaangka dan data kualitatif yang dinyatakan dalam simbol-simbol.
Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis hasil belajar siswa yang
berupa nilai rerata, sedangkan analisis data kualitatif digunakan untuk
menganalisis hasil pengamatan siswa. Untuk menganalisis skor rerata hasil
belajar IPA digunakan rumus:

Keterangan :
x
= nilai rata-rata (mean)
x
= jumlah dari nilai-nilai yang ada
N
= banyaknya subjek
J. Kriteria Keberhasilan
Keberhasilan dari penelitian tindakan kelas ini adalah terdapatnya
perubahan-perubahan ke arah perbaikan, baik dengan siswa satu dengan yang
lainnya, guru hingga proses pembelajaran di kelas. Penelitian dikatakan
berhasil jika, terdapat peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII-E dilihat
dari nilai rata-rata siswa di atas KKM dan terdapat 80 % siswa tuntas
mengikuti proses pembelajaran, maka sudah dikatakan berhasil.

19

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Susanto. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Daryanto dan Mulyo Rahardjo. (2012). Model Pembelajaran Inovatif.
Yogyakarta: Gala Media.
Hamruni. (2012). Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani.
Masitoh dan Laksmi Dewi,2009. Strategi Pembelajaran. (Direktorat Jendral
Pendidikan Islam Departemen Agama RI 2009)
Nana Djumhana dan Muslim. 2007. Pendidikan IPA. Jakarta: Dirjen Dikti
Depdiknas. A
Nurhadi. 2002. Contextual Teaching and Learning. Bandung: Knife.
Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT. Rineka Cipta
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama. (2010). Mengenal Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta: PT. Indeks.
Yatim Riyanto. (2009). Paradigma baru Pembelajaran: Sebagai Referensi
bagi guru

dalam

implementasi

Pembelajaran

yang

Efektif

dan

Berkualitas. Jakarta: Kencana.

20

Anda mungkin juga menyukai