PPB Kel 7 Perbaikan
PPB Kel 7 Perbaikan
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis
perubahan psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah
mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan
adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian wanita
menganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan
selanjutnya.
Masa nifas adalah masa sejak selesainya persalinan hingga pulihnya
alat-alat kandungan dan anggota badan serta psikologis yang berhubungan
dengan kehamilan/persalinan selama 6 minggu. Dalam proses adaptasi pada
masa post partum terdapat tiga metode yang meliputi immediate
puerperineum yaitu 24 jam pertama setelah melahirkan, early
puerperineum yaitu 24 jam hingga 1 minggu setelah melahirkan, late
puerperineum yaitu setelah satu minggu samapi 6 minggu post partum.
Perubahan psikologi merupakan hal yang normal terjadi pada
seorang ibu yang baru melahirkan. Namun kadang-kadang terjadi
perubahan psikologis yang abnormal. Gangguan psikologi pascapartum
dibagi menjadi tiga kategori yaitu postpartum blues atau kesedihan
pascapartum, depresi pascapartum nonpsikosis, dan psikosis pascapartum.
Pada makalah ini kami akan membahas secara khusus mengenai postpartum
blues.(Berker,2009).
2. Tujuan penulisan
a. Tujuan umum
Untuk mengetahui dan memahami lebih dalam gangguan
psikologis pada ibu masa postpartum khususnya postpartum blue
s.
keperawatan
pada
klien dengan
postpartum blues.
Membuat pendokumentasian pada
blues.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2. ETIOLOGI
Penyebab pasti belum diketahui secara pasti, namun banyak faktor
yang diduga berperan dapat menyebabkan post partum blues, diantaranya :
Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen,
progesterone, prolaktin dan ekstradiol. Penurunan kadar estrogen setelah
melahirkan sangat berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum
karena estrogen memiliki efek supresi aktivitas enzim monoamine
aksidase
yaitu
suatu
enzim otak
yang
bekerja
menginaktifasi
beberapa
pendapat
yang
menyebutkan
bahwa
3. Manifestasi Klinik
a. Gangguan mood dan perasaan
b. Kurang tidur (insomnia)
c. Gangguang emosi
d. Harapan sia-sia
e. Sedih dan kurang menerima diri
f. Tidak konsentrasi
g. Kekhawatiran ibu (Arjatmo,2001).
4. Penatalaksanaan
Post-partum blues
atau
gangguan
mental
pasca-salin
seringkali
terabaikan dan tidak ditangani dengan baik. Banyak ibu yang berjuang
sendiri dalam beberapa saat setelah melahirkan. Mereka merasakan ada
suatu yang salah namun mereka sendiri tidak benar-benar mengetahui apa yang
sedang terjadi. Apabila mereka pergi mengunjungi dokter atau sumber- sumber
lainnya untuk minta pertolongan, seringkali hanya mendapatkan saran untuk
beristirahat atau tidur lebih banyak, tidak gelisah, minum obat atau
mengasihani
diri
sendiri
dan
mulai
merasa
berhenti
gembira menyambut
yang
sesungguhnya.
Para ibu
ini
membutuhkan dukungan psikologis seperti juga kebutuhan fisik lainnya yang harus
juga dipenuhi. Mereka membutuhkan kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan
perasaan mereka dari situasi yang menakutkan. Mungkin juga mereka membutuhkan
pengobatan dan atau istirahat, dan seringkali merasa gembira mendapat pertolongan
praktis. Dengan bantuan dari teman dan keluarga, mereka mungkin perlu untuk
mengatur atau menata kembali kegiatan rutin sehari-hari,atau mungkin menghilangkan
beberapa kegiatan, disesuaikan dengan konsep mereka tentang keibuan dan perawatan
bayi. Bila memang diperlukan dapat diberikan pertolongan dari para ahli, misalnya
dari seorang psikolog atau konselor yangberpengalaman dalam bidang tersebut.
Post-partum blues juga dapat dikurangi dengan cara belajar tenang dengan
menarik nafas panjang dan meditasi, tidur ketika bayi tidur, berolahraga ringan, ikhlas
dan tulus dengan peran baru sebagai ibu, tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi,
membicarakan rasa cemas dan mengkomunikasikannya,
bersikap
fleksibel,
bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru. Dalam penangganan para ibu yang
lingkungannya
yaitu
suami,
(Bobak,2004).
5. Patofisiologi
Beberapa dugaan kemunculan ini disebabkan oleh beberapa faktor dari dalam dan
luar individu. Penelitian dari Dirksen dan De Jonge Andriaansen (1985)
menunjukkan bahwa depresi tersebut membawa kondisi yang berbahaya bagi
perkembangan anak di kemudian hari. De Jonge Andriaansen juga meneliti
beberapa teknologi medis (penggunaan alat-alat obstetrical) dalam pertolongan
melahirkan dapat memicu depresi ini. Misalnya saja pada pembedahan caesar,
penggunaan tang, tusuk punggung, episiotomi dan sebagainya.
Perubahan hormon dan perubahan hidup ibu pasca melahirkan juga dapat
dianggap pemicu depresi ini. Diperikiran sekitar 50-70% ibu melahirkan
menunjukkan gejala-gejala awal kemunculan depresi post partum blues, walau
demikian gejala tersebut dapat hilang secara perlahan karena proses adaptasi dan
dukungan keluarga yang tepat.
Faktor biologis yang paling banyak terlibat adalah factor hormonal. Perubahan
kadar hormone pada wanita memegang peran penting ; perubahan suasana hati
biasa terjadi sesaaat sebelum menstruasi sesaat sebelum menstruasi (ketegangan
pramenstruasi) dan setelah persalinan (depresi post partum). Perubahan hormone
serupa biasa terjadi pada wanita pemakai pil KB yang mengalami depresi.
Kelainan fungsi tiroid yang sering terjadi pada wanita, juga merupakan factor
factor yang berperan dalam terjadinya depresi. Depresi juga bias terjadi karena
atau bersamaan dengan sejumlah penyakit atau kelainan fisik. Kelainan fisik bias
menyebabkan terjadinya depresi secara ; langsung, misalnya ketika penyakit tiroid
menyebabkan berubahnya kadar hormone. Yang bias menyebabkan terjadinya
depresi tidak langsung, misalnya ketika penyakit atritis rematoid menyebabkan
nyeri dan cacat, yang bias menyebabkan depresi.
Ada pula kelainan fisik menyebabkan depresi secara langsung dan tidak langsung.
Misalnya AIDS; secara langsung menyebabkan depresi jika virus penyebabnya
merusak otak; secara tidak langsung menyebabkan depresi jika menimbulkan
dampak negative terhadap kehidupan penderitanya
1. PENGKAJIAN
Pengkajian klien post-partum blues menurut Bobak ( 2004 ) dapat
dilakukan pada pasien dalam beradaptasi menjadi orang baru.
Pengkajiannya meliputi :
a.
Identitas klien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan,
pendidikan, alamat, medical record, dan lain-lain.
d.
keibuan
ataau
kebapaan
pada
perilaku
orang tua membantu perawatan dan perlindungan anak. Tandatanda yang menunjukan ada atau tidaknya kualitas ini, terlihat
segera setelah ibu melahirkan, saat orang tua bereaksi terhadap
bayi baru lahir dan melanjutkan proses untuk menegakkan
hubungan mereka.
e.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya kontraksi rahim
2. Gangguan Rasa Nyaman berhubungan dengan peningkatan progesteron yang
mengganggu pola asuh bayi dan konsep diri
3. Anxietas berhubungan dengan tidak mampu berperan sebagai pengasuh primer
4. Ketidakefetifan pemberian Asi berhubungan dengan kecemasan dan penyesalan
bayi
5. Ketidakmampuan menjadi orang tua berhubungan dengan kesiapan kognitif tidak
memadai untuk menjadi orang tua.
6. Tingkat kecemasan sosial b.d keparahan menarik diri dan penghindaran yang
tidak rasional serta adanya distress dalam mengantisipasi situasi sosial.
3. Kriteria Hasil
1. tingkat kecemasan sosial
a. Menghindari situasi sosial.
b. Menghindari orang yang tidak dikenal.
c. Antisipasi cemas pada situasi sosial.
d. Antisipasi cemas dalam menghadapi orang yang tidak dikenal.
e. Respon aktivasi sistem saraf simpati.
f. Persepsi diri yang negatif terhadap penerimaan orang lain.
2. Nyeri akut
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan.
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri.
c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri).
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
e. Tanda vital dalam rentang normal.
3. Ansietas
a. Memantau intensitas kecemasan.
b. Mengurangi penyebab kecemasan.
c. Mengurangi rangsang lingkungan ketika cemas.
d. Mencari inpormasi untuk mengurangi kecemasan.
e. Menggunakan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan.
f. Memantau lamanya waktu antara tiap episode cemas.
g.
Mengendalikan respon kecemasan.
4. Strategi Pelaksanaan
A. Pegurangan Kecemasan (5820)
a. Nyatakan dengan jelas harapan harapan tentang perilaku klien
b. Berada di sisi klien untuk meningkatkan perasaan nyaman dan aman
c. Lakukan usapan pada punggung atau leher dengan cara yang tepat
d. Identifikasi perubahan tingkat kecemasan
e. Berikan penjelasan yang tepat untuk mengurangi tingkat kecemasan
f. Berikan aktivitas pengganti yang dapat mengalihkan pikiran
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
a.Post partum blues yaitu suatu perasaan bercampur aduk, merupakan kemurung
an dan kesediahan.
b.Penyebab post partum blues belum diketahui secara pasti.
c. Penderita post partum blues dapat di deteksi melalui skrining yaitu
dengan kuesioner yang berupa pertanyaan tentang rasa cemas.
d. Asuhan keperawatan pada pasien post partum blues pada dasarnya harus
holistic yaitu menyeluruh dari Bio-Psiko-Sosial-Spiritual dan melibatkan orang
tua si anak yaitu ayah dan ibu si anak.
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Arjatmo T. ( 2001 ). Keadaan Gawat Yang Mengancam Jiwa. Jakarta: Gaya Baru.
Bobak, Lowdermilk, Jensen. ( 2004 ). Buku Ajar : Keperawatan maternitas edisi - 4. Jakarta: EGC.
Barker,P. (2009). Physiatric and Mental Health Nursing (2nd edition). London: HODDER ARNOLD.