Pengantar
Arsitektur hijau atau green architecture adalah istilah untuk arsitektur
yang berwawasan lingkungan. Arsitektur (bangunan atau kawasan) dimana dalam
siklusnya memikirkan dampaknya terhadap lingkungan tempat arsitektur tersebut
berada. Contoh penerapan arsitektur hijau sudah banyak dituliskan dalam jurnal
dan di Indonesia sudah ada GBCI (Green Building Council Indonesia) yang
memberi garis pedoman dalam merancang dan menghitung bangunan hijau
dengan menggunakan draft rating tool.
Penerapan Arsitektur Hijau
Penerapan konsep arsitektur hijau terdiri dari tahap perencanaan, proses
pembangunan, pemanfaatan atau operasional, dan pasca operasional. Semua tahap
tersebut harus memikirkan dampak, baik dampak positif dan terutama dampak
negatif terhadap kelestarian lingkungan.
diperlukan renovasi atau perbaikan di beberapa titik tetapi tidak perlu membangun
bangunan dari awal, sehingga lebih ramah lingkungan. Bangunan yang sudah
tidak lagi digunakan juga bisa dibongkar untuk diambil material yang masih bisa
digunakan untuk membangun bangunan lain. Kalaupun bangunan harus
dihancurkan semuanya, proses penghancuran dan sisa material sebaiknya tidak
mengganggu lingkungan.
Contoh Penerapan Arsitektur Hijau
Penerapan konsep arsitektur hijau sudah banyak dilakukan bahkan sudah
banyak desain yang sudah terbangun. Salah satu contoh penerapan arsitektur hijau
adalah perencanaan pengembangan kawasan pantai Pandansimo. Kawasan
tersebut sudah menggunakan konsep arsitektur hijau dalam perencanaannya, yaitu
konsep zero waste. Pada perencanaan kawasan pantai Pandansimo, semua sampah
baik sampah lingkungan maupun sampah dan limbah dari bangunan yang berada
di kawasan pantai tersebut semuanya diolah. Sehingga produk yang dihasilkan
bukan lagi berupa sampah dan limbah melainkan sesuatu yang berguna. Sebagai
contoh, sampah daun cemara dibuat pupuk kompos, dan sisa makanan berupa duri
ikan dibuat pakan ikan.
Dalam penerapan rumus T=W-D di perencanaan kawasan pantai
Pandansimo menghasilkan Welfare > Damage. Welfare atau kenyamanan dan
kesejahteraan pengguna kawasan dicapai dengan cara sebagai berikut:
dibuat pedestrian yang nyaman bagi pejalan kaki yang terpisah dari jalur
Kesimpulan
Kesimpulannya, Green Architecture adalah arsitektur yang berwawasan
lingkungan, yang dalam proses mendesain, membangun, menggunakan dan
menghancurkan harus memikirkan dampaknya terhadap lingkungan, tetapi harus
tetap memikirkan kenyamanan, funsional, dan konsumsi energinya.
Referensi
Kusumawanto, Arif, 200x, Penerapan Arsitektur Hijau Dalam Pengembangan
Kawasan
Kusumawanto, Arif dkk, 200x, Zero Waste Concepts on Pantai Baru Pandansimo
Master Plan by Applying Portable Reuse Material for Subsurface Flow
Constructed Wetland