Pendahuluan - Pimpinan Kompleks-Revisi
Pendahuluan - Pimpinan Kompleks-Revisi
KATA PENGANTAR
Salah satu tahap kegiatan yang perlu dilakukan sebagai realisasi dari Kontrak Kerja
antara PPK Perencanaan dan Program Satuan Kerja Balai Wilayah Sungai
Kalimantan I dengan PT. Geodinamik Konsultan untuk pekerjaan DETAIL
DESAIN PENINGKATAN JARINGAN REKLAMASI RAWA D.R. PIMPINAN
KOMPLEK 4.409 HA adalah menyusun Laporan Pendahuluan sesuai Kontrak
Kerja Nomor : 04/HK.02.03/SATKER-BWSK.I/PPK.02/2012, tanggal 16 Mei 2012,
dengan waktu pelaksanaan selama 180 (seratus delapan puluh) hari kalender,
terhitung mulai dari 16 Mei 2012 sampai dengan 11 November 2012.
Laporan Pendahuluan ini berisi latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran, lokasi,
lingkup kegiatan, gambaran umum pekerjaan, kondisi permasalahan lokasi
pekerjaan, Pendekatan dan Metodologi, Organisasi Pelaksana dan Jadwal Kegiatan
termasuk Rencana Kerja selanjutnya.
Demikian laporan ini kami dibuat dengan maksud agar Direksi Pekerjaan dapat
mengetahui gambaran umum mengenai pekerjaan yang dilaksanakan, sehingga
dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dan pemantauan terhadap pelaksanaan
pekerjaan ini, dengan harapan akan dapat memperlancara jalannya pekerjaan dan
hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara teknis dan administrasi.
Atas kepercayaan, kerja sama dan pengarahan serta petunjuk yang telah diberikan
Direksi Pekerjaan kepada kami, diucapkan terima kasih.
Laporan Pendahuluan
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR..................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL........................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................... v
BAB I. PENDAHULUAN...........................................................................I-1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang........................................................................................ I-1
1.2. Maksud dan Tujuan..................................................................................I-1
1.3. Sasaran................................................................................................... I-2
1.4. Lingkup Kegiatan..................................................................................... I-2
1.5. Lokasi Pekerjaan...................................................................................... I-5
BAB II. GAMBARAN UMUM DAERAH KAJIAN............................................II-1
2.1. Kondisi Lokasi Pekerjaan........................................................................II-1
2.1.1. Geografis........................................................................................ II-1
2.1.2. Klimatologi..................................................................................... II-1
2.1.3. Topografi........................................................................................ II-1
2.1.4. Tata Guna Lahan............................................................................ II-2
2.1.5. Struktur Geologi dan Kondisi Tanah................................................II-3
2.1.6. Geomorfologi.................................................................................. II-3
2.1.7. Sosial Ekonomi............................................................................... II-4
2.1.8. Demografi...................................................................................... II-4
2.2. Identifikasi Permasalahan.......................................................................II-6
BAB III. METODOLOGI PELAKSANAAN...................................................III-1
3.1. Umum.................................................................................................... III-1
3.2. Standart Teknis...................................................................................... III-2
3.3. Kerangka Pikir........................................................................................ III-3
3.4. Tahapan Kegiatan.................................................................................. III-4
3.4.1. Kegiatan Pendahuluan...................................................................III-4
3.4.2. Kegiatan Survey Lapangan............................................................III-5
3.4.3. Pengolahan dan Analisis Data.....................................................III-24
3.4.4. Penyusunan Desain Rinci............................................................III-41
3.4.5. Penyusunan Laporan-Laporan.....................................................III-46
3.4.6. Diskusi-Diskusi............................................................................III-49
ii
Laporan Pendahuluan
DAFTAR TABEL
iii
Laporan Pendahuluan
Halaman
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
2.1.
2.2.
3.1.
3.2.
3.3.
3.5.
3.6.
3.7.
3.8.
3.9.
4.1.
4.2.
4.3.
4.4.
DAFTAR GAMBAR
iv
Laporan Pendahuluan
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Halaman
1.1. Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan......................................................I-4
1.2. Peta Lokasi Pekerjaan..........................................................................I-5
3.1. Kerangka Pikir Pelaksanaan Pekerjaan..............................................III-4
3.2. Penentuan Posisi Horisontal Echosounder.........................................III-9
3.3. Penentuan Kedalaman Pada Kertas Echosounder............................III-10
3.4. Bentuk dan Ukuran BM, CP..............................................................III-12
3.5. Siklus Hidrologi................................................................................III-13
3.6. Pengikatan (levelling) Peilschaal.....................................................III-16
3.7. Prosedur Perencanaan Pengembangan Rawa Pasang Surut............III-35
3.8. Bagan Alir Penyusunan Model Matematis........................................III-43
4.1. Struktur Organisasi Personil Konsultan..............................................IV-3
Laporan Pendahuluan
BAB I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Daerah rawa di Kalimantan Barat khususnya di Kabupaten Sambas yang
dipengaruhi oleh pasang surut air laut telah cukup lama direklamasi/diusahakan
oleh sebagian penduduk setempat untuk lahan pertanian.
Peruntukan lahan adalah untuk tanaman pangan, utamanya padi, buah-buahan
duku / langsat, jeruk dan tanaman keras seperti : kelapa dan karet, dengan
pengaturan air dengan cara sederhana, yaitu mengatur genangan air drainase
dikaitkan dengan luas tata guna lahan yang terbatas dan proses pencucian lahan
sesuai dengan jenis tanaman padi yang diusahakan.
Permasalahan yang terjadi di Daerah Rawa Pimpinan Komplek saat ini adalah
diperlukan pengaturan tata air agar pengaruh air pasang surut tidak
mempengaruhi produksi tanaman pertanian dan perkebunan di daerah rawa ini,
sehingga pengaturan tata air dengan pengoperasian pintu sangat diperlukan.
Kegiatan Rehabilitasi terakhir dilakukan pada tahun 2010.
Oleh karena itu sebelum dilakukan rehabilitasi dan peningkatan jaringan reklamasi
rawa Pimpinan Komplek maka Kementerian Pekerjaan Umum melalui Satker Balai
Wilayah Sungai Kalimantan I akan melaksanakan Detail Desain Peningkatan
Jaringan Reklamasi Rawa Pimpinan Komplek.
I.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari pekerjaan ini adalah:
1. Mengidentifikasi, meneliti dan mengkaji potensi pendayagunaan lahan rawa
reklamasi.
2. Merencanakan jaringan reklamasi rawa sesuai dengan kondisi yang ada
untukmenunjang pengembangan budidaya pertanian yang berkelanjutan
3. Mengidentifikasi kepemilikan lahan, guna mendukung program yang
dicanangkan oleh pemerintah
4. Meneliti, mengkaji kondisi dan fungsi jaringan tata air yang ada beserta
bangunan airnya yang hubungannya dengan kesesuaian lahan.
5. Membuat rekomendasi kesesuaian lahan terkini dengan pola tanam sesuai
dengan konsep zona pengelolaan air.
6. Mengetahui tingkat kematangan tanah saat ini.
7. Mengetahui optimalisasi pendayagunaan lahan.
Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan
C. Pekerjaan Studio
MOBILISASI
MOBILISASI
a. Pengolahan
data monitoring lapangan.
PERSONIL
ALAT & BAHAN
b. Pembuatan peta lokasi kajian.
c. Pembuatan peta kelas hidrotopografi / peta tipologi lahan skala 1 : 25.000
PEMBUATAN RMK
d. Pembuatan peta kesesuaian lahan skala 1 : 5.000
e. Pembuatan peta wilayah pengelolaan air / peta sistem jaringan tata air
PENGUMPULAN
f. Pembuatan
peta tata guna lahan
SURVEY
DATA SEKUNDER &
PENDAHULUAN
STUDI TERDAHULU
g. Pembuatan
peta sebaran produktifitas lahan.
h. Pembuatan peta desain rinci tipikal saluran eksisting dan yang direncanakan.
i. Pembuatan peta elevasi bangunan
air eksisting dan yang direncanakan.
PENYUSUNAN
LAPORAN
j. Pembuatan peta zona pengelolaan air skala
PENDAHULUAN
k. Menyusun laporan dan membuat rekomendasi sistem jaringan tata air
SURVEY LAPANGAN
hubungannya dengan kesesuaian lahan, basis data dan system informasi
dengan teknik GIS untuk menyusun perencanaan pengembangan tanaman.
INVENTARISA
SI
LAPANGAN
SURVEY
TOPOGRAFI
SURVEY
TANAH
PERTANIAN
SURVEY
MEKTAN
SURVEY
AGRO
HIDROMETRI
SOSEK
SURVEY
SOSIAL
EKONOMI
ANALISA
DATA
ANALISA
TOPOGRAFI
ANALISA
TANAH
PERTANIAN
ANALISA
MEKTAN
ANALISA
SURVEY
AGRO
HIDROMETRI
SOSEK
ANALISA
SOSIAL
EKONOMI
ANALISA
KESESUAIAN
LAHAN
Gambar PENGGAMBARAN,
1.1. Bagan Alir
Pelaksanaan
PERHITUNGAN
BOQ DAN Pekerjaan
RAB, PENYUSUNAN DOKUMEN TENDER DAN
SPEKTEK
PENYUSUNAN LAPORAN
AKHIR SEMENTARA
LAPORAN AKHIR
DEMOBILISASI
SELES
Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan
Lokasi Pekerjaan
Laporan Pendahuluan
Geografis
Wilayah kecamatan Teluk Keramat terletak diantara 057' Lintang Utara serta 106'
Lintang Utara dan 10856' Bujur Barat serta 10914' Bujur Timur. secara
administratif, batas wilayah Kecamatan Teluk Keramat adalah :
- Sebelah utara
: Laut Natuna, Kecamatan Tangaran.
- Sebelah Selatan
: Kecamatan Sambas
- Sebelah Barat
: Kecamatan Jawai & laut natuna
- Sebelah Timur : Kecamatan sejangkung
Luas luas kecamatan Teluk Keramat adalah 525,38 km2 . Kecamatan Teluk Keramat
pada tahun 2008 terbagi menjadi 24 desa atau berkurang 7 desa dari tahun 2005
karena pada tahun 2006, tujuh desa di Teluk Keramat membentuk kecamatan baru
yaitu Kecamatan Tangaran. Desa terluas adalah desa Sekura dengan luas 46,58
km2 atau 8,87 persen sedangkan yang terkecil adalah desa Pedada dengan luas
4,00 km2 atau 0,76 persen dari luas wilayah kecamatan Teluk Keramat.
II.1.2.
Klimatologi
Kabupaten Sambas termasuk daerah beriklim tropis dengan curah hujan bulanan
rata-rata 187.348 mm dan jumlah hari hujan rata-rata 11 hari /bulan. Curah hujan
yang tertinggi terjadi pada bulan September sampai dengan Januari dan curah
hujan terendah antara bulan Juni sampai dengan bulan Agustus. Temperatur udara
rata-rata berkisar antara 22,9C. Sampai 31,05C. Suhu udara terendah 21,2C
terjadi pada bulan Agustus dan yang tertinggi 33,0C pada bulan Juli. Kelembaban
udara relatif 81-90%, tekanan udara 1,001- 1,01/ Hm Bar, kecepatan angin 155
173 Km/ hari, elipasi sinar matahari 50.73%, penguapan (evaporasi) harian antara
4,2-5,9 Hm dan evapotranspirasi bulanan 134,7 171,4 mm.
II.1.3.
Topografi
Wilayah rawa Pimpinan Komplek yang meliputi 2 Kecamatan yaitu Kecamatan Teluk
Keramat (Desa Sayang Sedayu, Desa Pipit Teja, Desa Matang Segantar) dan
Kecamatan Paloh (Desa Matang Danau dan Desa Tanah Hitam) topografinya
berupa dataran pantai / aluvial sungai yang hampir tanpa gelombang, sangat datar
dan landai. Wilayah ini berada pada ketinggian 0,0 5,2 meter di atas permukaan
laut dengan kemiringan lahan hanya 0 2 % saja.
Titik tertinggi berada di kawasan bagian Selatan di wilayah Desa Sayang Sedayu
dengan ketinggian 9,8 meter dpl sedangkan titik terendah berada di utara rawa
Pimpinan Komplek yang berbatasan langsung dengan laut Cina Selatan.
1
Laporan Pendahuluan
II.1.4.
Tata Guna lahan di lokasi pekerjaan terdiri bangunan dan pekarangan, hutan rawa
belukar dan semak belukar serta lahan sawah. Tipe penggunaan lahan yang ada
saat ini (Existing)
Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan tipe-tipe
penggunaan lahan sebagai berikut :
1. Pemukiman dan Pekarangan
2. Padi Ladang / Sawah
3. Kebun Jeruk
4. Kebun Campuran
5. Kebun Kelapa
Tipe Penggunaan Lahan saat ini yang ada di daerah survey dapat diuraikan sebagai
berikut :
1. Pemukiman Penduduk dan Lahan Pekarangan
Tipe ini merupakan kampung-kampung perumahan penduduk juga terdapat
bangunan-bangunan sarana umum. Umumnya jenis tanaman dominan yang
ditanam adalah Kelapa dan buahbuahan. Penyebaran tipe penggunaan lahan ini
umumnya memanjang dikiri kanan jalan yang ada.
2. Padi Ladang / Sawah
Padi merupakan tanaman utama, sistem pengairannya masih mengandalkan air
hujan (tadah hujan). Padi sawah sebagian besar diusahakan dengan pola padi
padi atau dua kali tanam dalam setahun dan sebagian diusahakan hanya satu
kali dalam satu tahun.
3. Kebun Jeruk
Kebun Jeruk adalah usaha kebun rakyat yang ada di daerah ini. Sebagian besar
Kebun jeruk menenempati hamparan yang sama dengany yaitu di blok-blok
persawahan.
4. Kebun Kelapa
Tipe penggunaan lahan ini merupakan daerah yang berdekatan dengan jalur
aliran sungai Sambas. Kebun Kelapa adalah areal pertanian dengan vegetasi
dominan kelapa. Dipelihara penduduk setempat secara turun menurun. Kelapa
sebagai tanaman utama, sedangkan lainnya antara lain adalah campuran
kebun pisang dan tanaman buah buahan lainnya.
5. Kebun Campuran
Tipe penggunaan lahan ini sebagian besar terletak di areal yang berdekatan
sepanjang pemukiman penduduk. Kebun campuran adalah suatu usaha
pertanian berupa tanaman tahunan. Jenis dominan adalah kelapa lokal dan
Pisang, sedangkan lainnya antara lain adalah campuran rambutan, kopi, kayu
kayuan, dan tanaman liar (rumput semak). Sedangkan untuk tanaman semusim
Laporan Pendahuluan
yang berada di tipe penggunaan lahan ini, adalah kacang-kacangan dan sayuran
serta palawija
II.1.5.
Secara umum kondisi batuan dasar yang terdapat di wilayah Pimpinan Komplek
dipengaruhi oleh kondisi geologi wilayah regionalnya. Bentuk morfografi
wilayahnya merupakan dataran. Kondisi ini memberikan gambaran bahwa batuan
dasar yang ada di wilayah Pimpinan Komplek berasal dari material nonvulkanik,
jenih tanah yang tersebar di wilayah Pimpinan Komplek terdiri dari jenis tanah
aluvial gleyk humic dan organosol (gambut).
Tanah aluvial gleyk yang merupakan bagian terluas umumnya tersebar di pinggiran
sungai. tanah ini memiliki tekstur halus/liat berlempung. Umumnya selalu jenuh
terhadap air. Daya dukung tanah agak rendah. Secara umum kawasan ini
tergenang sehabis hujan. Sebagian besar tergenang air akibat drainase buruk dan
kemiringan tanah.
Tanah aluvial gleyk humic tersebar di antara kawasan berjenis tanah aluvial gleyk
dengan tanah bergambut (organosol) yang mengelompok di empat kawasan. Jenis
tanah aluvial gleyk humic ini sangat jenuh terhadap air. Keasaman tanah cukup
tinggi yaitu pada kisaran ph antara 3 sampai 4. Tekstur halus/liat berlempung. Daya
dukung tanah rendah.
Kawasan-kawasan bergambut ini memiliki ketebalan gambut yang bervariasi
kurang dari 50 cm hingga lebih dari 1,5 m.
II.1.6.
Geomorfologi
Laporan Pendahuluan
o
o
o
o
Tebas
Selakau
Pemangkat
Teluk Keramat
Demografi
Laporan Pendahuluan
penduduk perempuan 29.737 jiwa terdiri dari Suku Dayak, Melayu Sambas, China
Hakka dan lain-lain.
Penduduk Kecamatan Paloh berdasarkan hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010
berjumlah 23.892 jiwa terdiri dari penduduk laki-laki 11.923 jiwa dan penduduk
perempuan 11.969 jiwa terdiri dari Suku Dayak, Melayu Sambas, China Hakka dan
lain-lain.
Tabel 2.1. Penduduk Kecamatan Teluk Keramat
menurut jenis kelamin 2010
No
[1]
1
2
3
4
Desa / kelurahan
[2]
Teluk Kaseh
Sengawang
Sungai Baru
Berlimang
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Puringan
Kubangga
Lela
Tambatan
Sepadu
Sungai Kumpai
Sekura
Sebagu
Tanjung Keracut
Kp. Keramat
Mekar Sekuntum
Teluk Kembang
Sungai Serabek
Pedada
Trimandayan
Sayang Sedayu
Samustida
Pipit Teja
Mulia
Matang Segantar
Jumlah
laki-laki
[3]
449
1683
1678
1192
perempua
n
[4]
529
1699
1724
1416
598
954
528
1090
1148
3821
838
1104
602
926
1628
838
1314
567
1054
1039
1968
1502
712
799
653
1077
653
1147
1328
4178
1767
1101
659
981
1655
983
1409
628
1204
1108
2147
1691
856
888
26521
29737
jumlah
[5]
978
3382
3402
2608
1251
2031
1181
2237
2476
7999
2605
2205
1261
1907
3283
1821
2723
1195
2258
2147
4115
3193
1568
1687
56,258.0
0
desa / kelurahan
Kalimantan
Matang Danau
lakilaki
805
1958
perempuan
807
2001
jumlah
1612
3959
Laporan Pendahuluan
3
4
5
6
7
8
Tanah Hitam
Malek
Nibung
Sebubus
Temajuk
Mentibar
Jumlah
1476
865
1237
3689
914
979
11923
1526
895
1239
3669
896
936
11969
3002
1760
2476
7358
1810
1915
23892
Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan
PPKI
2
Laporan Pendahuluan
j.
2.
3.
j.
5.
Laporan Pendahuluan
Kegiatan Pendahuluan
Setelah Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) diterima, maka konsultan segera
melakukan pekerjaan ini. Kegiatan pertama yang dilakukan adalah pekerjaan
persiapan, yaitu meliputi :
4
Laporan Pendahuluan
pada
proyek
ini,
untuk
segera
III.4.2.1.
Survey Topografi
Lingkup pekerjaan survei topografi yang paling pokok adalah pengukuran situasi.
Pengukuran
ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran topografi daerah yang disurvei
dengan sasaran
tinggi dan posisi detail lapangan. Pengukuran situasi tapak bangunan diukur
dengan metode trigonometri/tachimetri dengan dasar pengikatan kerangkan
pemetaan, dimana detail-detailnya diambil dengan teliti.
Tabel 3.1. Tingkat Kedalaman Survey Topografi Desain Rinci
Uraian
Peta Dasar
Kerangka Dasar (BM)
Ketinggian Tempat
Penampang Melintang Sungai Alam
Penampang Melintang Saluran Yang
Ada
Desain Rinci
1 : 5.000
4 BM per 500 Ha
1 titik per 0.5 Ha
Ya
Ya
Ya (N), Tidak (E)
5
Laporan Pendahuluan
Ya
Pengukuran topografi untuk desain rinci sedikitnya harus meliputi hal-hal sebagai
berikut :
Peta Dasar
Peta dasar dari areal survei dipersiapkan dari peta-peta yang ada, foto udara yang
sudah ada, peta rupa bumi dari Bakosurtanal (proyeksi UTM) sedang untuk desain
rinci harus dilengkapi pula dengan peta topografi dari hasil studi kelayakan.
Skala peta dasar biasanya 1 : 50.000 dari Bakosurtanal (proyeksi UTM). Untuk
desain rinci harus dilengkapi pula dengan peta dasar hasil studi kelayakan
(bila ada).
Peta dasar tersebut harus memperlihatkan perbatasanareal survei dan sifatsifat lapangan alam dan lapangan buatan manusia seperti sungai, anak
sungai, garis pantai, jalan, desa dan saluran.
Lokasi garis survei harus ditentukan dari peta dasar dan dipilih sedemikian
rupa sehingga garis survei tersebut meliputi ciri-ciri lahan yang diketahui
pada areal yang disurvey tersebut.
Koreksi terhadap peta dasar dapat dilakukan atas dasar hasil-hasil survei.
Titik Referensi
Titik referensi adalah benchmark yang terbuat dari beton yang sebagai titik kontrol
dan titik referensi untuk survei topografi yang sekarang dan yang akan datang,
semua pengukuran koordinat dan elevasi harus merujuk pada titik referensi
tersebut :
Jika pada lokasi survei sudah terdapat patok BM yang dapat dijadikan titik
referensi yang koordinatnya dan elevasinya telah diketahui. Elevasi titik
referensi menjadi tinggi referensi proyek atau PRL.
Jika dilokasi yang disurvei tidak dijumpai patok BM yang dapat dijadikan
titik referensi atau dijumpai BM namun koordinatnya dan elevasinya
tidak diketahui harus dibuat titik referensi yang dijadikan benchmark utama
yang akan diberi koordinat referensi dengan pengamatan GPS yang
sebaiknya (sangat disarankan) dipilih menggunakan GPS dengan tingkat
ketelitian yang sangat tinggi (1 cm/km).
Jika terdapat dua areal survei atau lebih yang terletak berdekatan satu
sama lainnya maka sangat disarankan agar menggunakan satu PRL
yang sama untuk semua areal survei tersebut.
Semua registrasi tinggi muka air dari hasil survei hidrometrik juga akan
dinyatakan dalam PRL ini.
Laporan Pendahuluan
Jika survei hidrometik meliputi registrasi tinggi muka air jangka panjang
dekat muara sungai, maka hubungan antara PRL dan tinggi laut rata-rata
(MSL) harus dibuat.
Benchmark
Sistem benchmark yang terbuat dari beton dapat dipergunakan sebagai titik kontrol
dan titik referensi untuk survei topografi yang sekarang dan yang akan datang:
Lokasi benchmark harus dipertimbangkan dikaitkan dengan pemetaan
kerangka dasar dan posisinya harus dikaitkan dengan penggunaan
mendatang dari benchmark yang akan dibuat, misalnya untuk pematokan
saluran atau alinemen tanggul, lokasi bangunan, dan lain-lain.
Untuk kebutuhan studi kelayakan kerapatan minimum sistem benchmark
baru harus 4 buah per 500 Ha. Untuk desain rinci kerapatan minimum sistem
benchmark baru harus 8 buah per 500 Ha. Setiap benchmark baru yang
dipasang harus dilengkapi dengan control point (CP).
Benchmark tambahan harus dipasang dekat semua lokasi yang direncanakan
akan dilakukan pencatatan tinggi muka air.
Benchmark dan CP harus dipasang pada lokasi yang aman dan mudah
ditemukan. Spesifikasi untuk pemasangan benchmark dan CP.
Untuk setiap benchmark harus dibuat sketsa situasi yang memperlihatkan
jarak ke benda-benda tetap, nomor identifikasi benchmark, koordinat dan
tanggal pemasangan.
Pemetaan Kerangka Dasar
Pemetaan kerangka dasar dapat digunakan untuk membuat suatu sistem referensi
topografi yang benar dimana hasil-hasil survei lainnya dapat dihubungkan pada
sistem referensi ini :
Kerangka dasar terdiri dari serangkaian garis melintang yang tertutup, yang
masing-masing mencakup suatu areal yang luasnya tidak lebih dari 500 Ha,
atau masing-masing panjang keseluruhan yang tidak lebih dari 500 Ha, atau
masing-masing panjang keseluruhan yang tidak lebih dari 10 km.
Kerangka horisontal (koordinat X, Y) ditetapkan dengan pengukuran sudut
mendatar dengan menggunakan alat T2 atau merek lain yang ketelitiannya
sederajat. Sedangkan sisi poligon diukur dengan alat ukur jarak elektronik
(EDM). Sebagai kontrol ukuran sudut dilakukan pengamatan astonomi atau
Gyro Compas.
Penelitian vertikal, jarak total pengukuran datar dibagi kedalam bagianbagian dengan panjang maksimum 2 km. Alat yang dipergunakan adalah
sipat datar otomatis (automatic level) seperti Zeiss Ni2 atau merek lain yang
sederajat. Setiap bagian diukur bolak-balik secara terpisah, dengan toleransi
kesalahan 10D mm. Dimana D = panjang sirkuit dalam km.
Laporan Pendahuluan
keseluruhan
titik
poligon
antara
dua
titik
kontrol azimut
maksimum 50 titik.
Koreksi sudut antara dua titik kontrol azimut adalah 20.
Maksimum kesalahan penutupan koordinat adalah 1 : 5000.
Ketelitian pemetaan : paling tidak 90 % dari tempat yang telah diketahui di
lapangan digambarkan pada peta dengan kesalahan planimetrik kurang dari
0,8 mm.
Pengukuran Ketinggian Tempat dan Peta Garis Ketinggian Survei topografi rinci
dilaksanakan dan dikaitkan dengan pemetaan kerangka dasar yang sudah
disiapkan:
Ketinggian tempat diukur dalam garis survei yang paralel yang berjarak 200
m. Ketinggian tempat diukur pada selang jarak 50 m dalam garis survei
tersebut.
Ketinggian tempat harus diukur pada lokasi-lokasi yang mewakili elevasi
lapangan yang berada disekitarnya.
Survei akan meliputi batas tataguna lahan dan ciri-ciri yang sudah ada,
seperti : saluran, anak sungai alam, pemukiman dan bangunan.
Garis-garis survei harus ditutup pada benchmark permanen atau pada titik
awal disepanjang rute terdekat. Kesalahan penutupan harus kurang daripada
15D mm, D = panjang sirkuit dalam km.
Ketinggian tempat harus diplot pada peta dasar dengan ketelitian sebagai
berikut : Ketinggian horisontal paling tidak 90 % dari tempat yang telah
diketahui dilapangan digambarkan pada peta dengan kesalahan planimetrik
kurang dari 0.8 mm.
Garis ketinggian digambarkan pada peta pada selang jarak 25 cm dengan
interpolasi antara ketinggian tempat yang mempertimbangkan ciri-ciri
lapangan yang dapat dilihat pada foto udara atau bahan sumber lainnya.
Kurva elevasi areal dipersiapkan dari ketinggian tempat untuk seluruh areal
survei serta blok-blok yang relevan dengan desain. Kurva tersebut akan
memudahkan perbandingan antara elevasi lahan dan tinggi muka air pada
sungai-sungai terdekat.
Pengukuran titik-titik kontrol vertikal
Semua titik poligon harus diukur ketinggiannya, titik referensi untuk kontrol vertikal
harus persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Pengukuran kontrol vertikal dilakukan
pulang pergi, alat yang digunakan alat ukur otomatis (N12, NAK atau yang
sejenis), sebelum dan sesudah pengukuran alat ukur harus diperiksa ketelitian
garis bidiknya, jumlah jarak belakang diusahakan sama dengan jumlah jarak muka
8
Laporan Pendahuluan
dan jarak dari alat ke rambu titik tidak lebih besar dari 60 m sedangkan alat
terdekat dari alat ke rambu tidak lebih dari 5 m.
Metodologi Pengukuran
Metode pengukuran adalah waterpass/penyipat datar
Alat yang digunakan : waterpass otomatis dan rambu ukur yang dilengkapi
dengan nivo.
Ketinggian setiap titik polygon dan BM ditentukan dengan pengukuran
waterpass.
Sebelum dan sesudah pengukuran (setiap hari) harus dilakukan checking
garis bidik
Metode pengukuran waterpass adalah double stand atau pergi pulang.
Dimana stand I dibaca lengkap (benang atas, benang tengah dan benang
bawah), sedangkan benang II dibaca benang tengah.
Penampang Memanjang dan Melintang
Penampang memanjang dan melintang dari semua saluran dan tanggul yang sudah
ada diukur
Profil memanjang harus diukur dengan selang jarak 50 meter dilakukan
dengan alat ukur waterpass otomatis, sedangkan pengukuran profil melintang
dapat juga dilaksanakan dengan pengukuran cara tachiometri (theodolit T0)
untuk sungai/saluran-saluran yang lebar dan kedalamannya lebih dari 3
meter.
Penampang melintang diukur tegak lurus terhadap susunan saluran, dan
harus diperluas dengan jarak minimum 25 meter ke kiri dan kanan untuk
saluran tersier dan sekunder dan minimum 100 meter ke kiri dan kanan untuk
saluran primer.
Penampang melintang dan memanjang harus memperlihatkan tinggi dasar
saluran (titik terendah dan sedikitnya 3 titik lainnya per penampang
melintang), dan tinggi tepian alam kiri dan kanan, tinggi puncak tanggul dan
berm (jika ada).
Penampang melintang harus diambil pada selang jarak 100 m.
Penampang
melintang
dan
profil
memanjang
harus
diukur
dengan
Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan
= D optis Cos 2
= D optis Sin 2
dimana :
Doptis = Jarak optis
H
= Beda tinggi
= sudut miring.
Alat yang digunakan adalah Theodolite T-0
Posisi tiitik ditentukan oleh arah dan jarak atau sudut dan jarak
Semua kenampakan yang ada baik alami maupun buatan manusia harus diukur
(jaringan saluran irigasi, pembuang, jalan kampung dan lain-lain)
Pengukuran harus diikatkan pada titik polygon
Beberapa titik spot height bervariasi tergantung kepada kecuraman dan
ketidakteraturan terrain. Kerapatan titik-titik spot height yang dibutuhkan dalam
11
Laporan Pendahuluan
daerah pengukuran tidak hanya daerah sungai, tetapi juga kampung, kebun, jalan
setapak, tanaman sepanjang jalan pada lokasi rencana.
Pengukuran situasi dilakukan dengan metode Tacheometry menggunakan
theodolith T.0 atau yang sejenis. Jarak dari alat ke rambu tidak boleh lebih dari 100
meter.
Kontur digambar apa adanya tetapi teliti, dan bagian luar daerah sungai kontur
diplot hanya berdasarkan titik-titik spot height, efek artistik tidak diperlukan.
Interval garis kontur sebagai berikut :
Kemiringan Tanah
Interval Kontur
Kurang dari 2 %
0,25 m
2 % sampai 5 %
0,50 m
Lebih dari 5 %
1,00 m
Pemberian angka kontur jelas terlihat, dimana setiap interval kontur 1.00 m dan
setiap kontur 5.00 m digambarkan lebih tebal.
a. Seluruh saluran, drainase, sungai (dasar terendah dan lebar harus jelas terlihat).
b. Jalan-jalan desa dan jalan setapak.
c. Bangunan irigasi dan drainase, batas kampung, rumah-rumah, jembatan dan
saluran. Diameter atau dimensi berikut ketinggian lantai semua gorong-gorong
dan jembatan, sekolah, masjid dan kantor pemerintah (camat, dll) harus terlihat.
d. Pohon-pohon besar (berdiameter lebih besar dari 20 cm dengan ketinggian
sekitar 12 m diatas tanah) bila pepohonan ini berada di site dan tiang
telpon,tiang listrik dll.
e. Daerah rawa.
f. Batas tata guna tanah (misalnya belukar berupa rerumputan dan alang-alang,
sawah, rawa, ladang, kampung, kebun, dan lain-lain).
g. Tiap detail topografi setempat (seperti misalnya tanggul curam, bukit kecil dan
lain-lain).
h. Batas pemerintahan (kecamatan, desa dan lain-lain).
Nama kampung,
kecamatan, nama jalan dan lain-lain diperlukan.
i. Jaringan kerangka dasar.
Survei Alinemen Saluran-saluran Baru
Setelah dipilih alinemen saluran-saluran baru, survei studi kelayakan mungkin
diperlukan untuk memeriksa kepemilikan lahan dan sanggahan-sanggahan.
Menindaklanjuti hal ini, penampang memanjang dan melintang harus diukur pada
selang jarak 100 m. Penampang melintang harus diperlukan 50 sampai 100 m ke
masing-masing sisi garis tengah.
12
Laporan Pendahuluan
1. Survey Hidrologi
Pekerjaan pengumpulan data hidrologi dimaksudkan untuk mengumpulkan data
curah hujan dan iklim dari terdekat guna dianalisa dan dievaluasi sesuai dengan
kebutuhan perencanaan. Data-data hidrologi dapat diperoleh dari Dinas Sumber
Daya Air atau BMG sepanjang data tersebut tersedia. Sedangkan data-data yang
belum tersedia dapat diperoleh dari instansi terkait lainnya baik yang ada di
daerah maupun yang ada di pusat. Tabel dibawah menyajikan gambaran umum
mengenai tingkat kedalaman survei hidrologi.
Tabel 3.2. Tingkat Kedalaman Survey Hidrologi
Uraian
Pengumpulan data iklim
Pengumpulan data curah hujan
bulanan
Pengumpulan data harian maksimum
Pengumpulan data harian jam-jaman
Desain Rinci
Ya
Ya
Ya
Ya (jika data tersedia)
13
Laporan Pendahuluan
a. Untuk stasiun yang memiliki catatan curah hujan sepuluh tahunan atau
lebih, curah hujan rata-rata per bulan harus ditentukan, serta curah
hujan minimum per bulan dengan kemungkinan kelebihan sebesar 80
%, 50 % dan 20 %.
c. Selanjutnya
Laporan Pendahuluan
Desain Rinci
Sebaiknya lebih dari 1 tahun
Min 2 x 25 jam
15
Laporan Pendahuluan
Ya
Ya
2 kali pada musim hujan dan
2 kali pada musim kemarau
5 sampel pada awal survei dan
5 sampel pada akhir survei
Ya
Ya
Laporan Pendahuluan
BT. 2
BT. 1
T.P
Nol Peilscaal
tanda-tanda
banjir,
wawancara
dengan
penduduk
3. Survei Sedimentasi
17
Laporan Pendahuluan
18
Laporan Pendahuluan
tataguna
lahan
yang
sekarang,
dipergunakan
Laporan Pendahuluan
Survei mekanika tanah dapat dilaksanakan hanya setelah lokasi yang tepat
untuk bangunan yang dibangun telah ditetapkan. Kriteria untuk berbagai
pengujian secara singkat diuraikan di bawah ini.
a. Pemboran tangan (hand boring)
Hand bor bertujuan untuk mengambil tanah asli dengan memakai hand auger
dengan tenaga manusia. Contoh tanah yang telah diambil di tutup rapat dengan
parafin agar kondisinya tetap terjaga sampai ke tempat pengujian di
laboratorium mekanika tanah.
Pemboran dilakukan dengan menggunakan mata bor Iwan biasa (Iwan
auger) dengan diameter 10 cm dan diputar dengan tangan sampai
mencapai kedalaman maksimum 8.0 m atau sampai pada suatu laporan
keras dimana pemboran tidak dapat diperdalam lagi.
Pekerjaan boring dilaksanakan untuk mendapatkan gambaran tentang
lapisan tanah, berdasarkan jenis dan warna tanah, melalui pengamatan
visual terhadap contoh tanah hasil pemboran. Dari hasil boring ini juga
dapat diperkirakan profil tanah di lokasi pekerjaan. Tanah hasil
pengambilan dengan bor dideskripsikan mengenai jenis, warna, dan
konsistensi / kepadatannya yang dicatat dalam Hand Boring Log.
Pada kedalaman tertentu dari lubang pemboran diambil contoh tanah
tidak terganggu (undisturbed sample) dengan menggunakan tabung baja
tipis (thin wall shelby tube) berdiameter 6,8 cm.
Setelah tabung diperkirakan penuh, maka bor kemudian diputar untuk
mematahkan contoh tanah pada bagian dasarnya, lalu tabung diangkat
keluar tabung bor. Kedua ujung tabung ditutup dengan parafin, untuk
melindungi contoh tanah dari penguapan dan perubahan struktur dan
selanjutnya diberi label.
Setelah terambil, kedua ujung tabung yang berisi tanah tersebut ditutup
denagn parafin supaya terjamin keasliannya. Contoh tanah asli
selanjutnya dikirim ke laboratorium mekanika tanah untuk diperiksa /
dianalisa guna memperoleh parameter fisik dan keteknikan.
b. Pengujian Vane Shear
Pengeboran dengan mempergunakan alat bor Vane borer dengan
kapasitas maksimum 20 ton/m2 sampai kedalaman 7 meter. Pengeboran
20
Laporan Pendahuluan
harus dilakukan pada zona yang terletak antara tanggul dan bagian atas
talud saluran.
Contoh bahan yang belum diganggu, harus diambil pada selang jarak 1,5
meter dan pada perubahan lapisan, dimulai dari 1 meter di bawah
permukaan. Contoh bahan tersebut harus ditutup dengan lak secara baik
dan disimpan sebagaimana mestinya. Sebelum ditutup dengan lak,
pembacaan penetrometer jinjing harus dilakukan di kedua ujung bahan
contoh tersebut. Pada kedalaman 2, 3, 4 dan 5 meter di bawah permukaan
harus dilakukan pengujian vane.
Catatan mengenai lapangan harus disimpan, yang menguraikan tentang
jenis dan kekentalan tanah, jenis alat pengambilan contoh dan penemuan.
c. Pengambilan Contoh Tanah
Untuk mengadakan penelitian tanah laboratorium maka pengambilan contoh
tanah harus dilakukan. Hal ini diperlukan untuk mengetahui sifat fisik dan
parameter tanahnya. Dalam pengambilan contoh tanah isi dilakukan 2 (dua)
cara, yaitu :
a) Pengambilan Contoh Tanah Asli (Undisturbed Sample)
Agar data parameter dan sifat-sifat tanahnya tidak berubah dan dapat
digunakan maka harus diperhatikan pada saat pengambilan, pengangkutan
dan penyimpangan contoh tanah agar :
Struktur tanahnya dan sifat-sifat tanahnya tidak berubah sehingga
mendekati keadaan yang sama dengan keadaan lapangan
Kadar air asli masih dianggap sesuai dengan mata tabung diameter
minimal 6,8 cm dan panjang minimal 50 cm
Sebelum pengambilan contoh tanah dilakukan dinding tabung sebelah
dalam diberi pelumas agar gangguan terhadap contoh tanah dapat
diperkecil terutama pada waktu mengeluarkan contoh tanahnya
Untuk menjaga kadar asli contoh tanah ini, maka pada kedua ujung
tabung harus ditutup dengan paraffin yang cukup tebal dan tabung
diberi symbol lokasi, diberi symbol lokasi nomor sample serta
kedalaman contoh diambil
Pada waktu pengangkutan dan penyimpanan tabung sample supaya
dihindarkan dari getaran yang cukup keras dan dihindarkan
penyimpnan pada suhu yang cukup panas
Pada waktu pengambilan contoh tanah ini diushakan dengan
memberikan tekanan centris sehingga struktur tanahnya sesuai
dengan di lapangan.
b) Pengambilan Contoh Tanah Terganggu (Disturbed Sample)
Contoh tanah tidak asli dapat diperoleh dari tanah/batuan dari sumuran uji
21
Laporan Pendahuluan
(test pit) atau dari paritan uji (trench) adapun cara pengambilan contoh
tanah ini adalah sebagai berikut :
Bila lapisan tanah masing-masing lapisan cukup tebal maka harus
diambil dari masing-masing lapisan dengan pengambilan vertikal
Bila lapisan tipis (0,5 meter), maka contoh tanah tersebut diambil
secara keseluruhan dengan cara pengambilan vertikal. Semua contoh
yang didapat diberi kode dan symbol dari lokasi, nomor sample dan
kedalaman
Untuk pengambilan sample yang digunakan Test Proctor (untuk
timbunan), harus diambil contoh tanah aslinya untuk tes kadar air,
yang diambil dengan tabung yang ditutup paraffin dikedua ujungnya.
III.4.2.5.
Laporan Pendahuluan
23
Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan
III.4.3.1.
1. Perhitungan
Semua pekerjaan hitungan sementara harus selesai di lapangan sehingga
kalau ada kesalahan dapat segera diulang untuk dapat diperbaiki saat itu
pula.
Stasiun pengamatan matahari harus tercantum pada sketsa.
Hitungan poligon dan sipat datar digunakan hitungan perataan dengan
metode yang ditentukan oleh Direksi.
Pada gambar sketsa kerangka utama harus dicantumkan hasil hitungan :
Salah penutup sudut poligon dan jumlah titiknya, salah linier poligon beserta
harga toleransinya, jumlah jarak, salah penutup sipat datar beserta harga
toleransinya, serta jumlah jaraknya.
Perhitungan dilakukan dalam proyeksi UTM.
2. Ketelitian Penggambaran
Semua tanda silang untuk grid koordinat tidak boleh mempunyai kesalahan
lebih dari 0,3 mm, diukur dari titik kontrol horizontal terdekat.
Titik kontrol posisi horizontal tidak boleh mempunyai kesalahan lebih dari 0,3
mm, diukur dari garis grid.
Pada sambungan lembar peta satu dengan yang lain, garis kontur,
bangunan, saluran, sungai harus tepat tersambung.
3. Penggambaran
Garis silang untuk grid dibuat setiap 10 cm
Gambar konsep (draft) harus dilakukan di atas kertas putih yang disetujui
Direksi.
Semua BM dan titik triangulasi (titik pengikat) yang ada di lapangan harus
digambar dengan legenda yang telah ditentukan dan dilengkapi dengan
elevasi dan koordinat.
Pada tiap interval 5 (lima) garis kontur dibuat tebal dan ditulis dengan
elevasinya.
25
Laporan Pendahuluan
Pencantuman legenda pada gambar harus sesuai dengan apa yang ada di
lapangan.
Penarikan kontur lembah /alur atau sadel bukit harus ada data elevasinya.
Detail penggambaran sungai harus lengkap terutama di sekitar lokasi
rencana bendungan.
Garis sambungan (overlaap) peta sebesar 5cm.
Titik pengikat/ referensi peta harus tercantum pada peta dan ditulis di bawah
legenda.
Gambar/peta situasi skala 1 : 5000 digambar di atas kertas kalkir dengan
ukuran A1. Untuk daerah genangan, dengan kontur interval 1m.
Pada peta situasi 1 : 500 untuk pemetaan di lokasi bangunan , interval kontur
1m.
Gambar kampung dan sungai harus diberi nama yang jelas.
Gambar kampung, sawah dan rawa harus diberi nama yang jelas.
Peta ikhtisar skala 1 : 10.000
Pada peta ikhtisar harus tercantum nama kampung, nama sungai, BM, jalan,
jembatan, rencana bendungan dan lain-lain tampakan yang ada di daerah
pengukuran
Interval kontur pada peta ikhtisar cukup tiap 2,5 m untuk daerah dataran dan
5 m untuk daerah berbukit.
Lembar peta harus diberi nomor urut yang jelas dan teratur.
Format gambar etiket peta harus sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan.
Sebelum Pelaksana memulai penggambaran halus harus asistensi dahulu
kepada Direksi Pekerjaan.
Titik poligon utama, poligon cabang dan poligon Raai digambar dengan
sistem koordinat (tidak diperkenankan digambar dengan cara grafis).
III.4.3.2.
Analisis Hidrometri dan Hidrologi
A. Hidrometri
a. Pengolahan data yang telah diperoleh, antara lain :
Perhitungan kecepatan air rata-rata pada tiap lokasi pengukuran.
Perhitungan tinggi muka air rata-rta, maximum, beda tinggi dan air
minum serta tinggi muka air banjir (jika ada).
Tinggi muka air ini sudah diikatkan dengan elevasi topografi (Bench
mark).
Perhitungan luas dan tinggi genangan.
Perhitungan
luas
penampang
basah
pada
tiap
lokasi
pengukuran
kecepatan.
Perhitungan debit run off.
Kemiringan dasar sungai.
26
Laporan Pendahuluan
Kwalitas air sungai, tingkat keasaman, temperatur air, DHL dan sedimen
transport (konsentrasi sedimen).
b. Analisis Data dan Laboratorium, meliputi :
Analisis kwalitas air untuk irigasi.
Analisis kwalitas air untuk air minum.
Dari data yang telah diolah kemudian dibuat gambar/grafik yang meliputi
hubungan antara :
Tinggi muka air dan waktu.
Kecepatan arus dan waktu.
Debit dan waktu.
DHL, pH dan waktu.
Pengukuran profil sungai/saluran yang telah diikatkan dengan BM.
Levelling peilschaal yang diamati ke BM terdekat.
B. Hidrologi
Analisis data hidrologi meliputi :
Pengolahan data klimatologi yang meliputi anasir-anasir suhu, kelembaban
relatif, lama penyelidikan matahari, kecepatan angin, curah hujan dan
penguapan (evapotranspirasi).
Data yang akan diolah diambil dari stasiun pencatat iklim yang berada di
wilayah studi/ terdekat atau yang berada dalam regime iklim yang sama
selama minimum 10 tahun berturut-turut.
Analisis frekwensi hujan harian extrim.
Runoff akibat hujan harian extrim.
Distribusi frekwensi curah hujan bulanan.
Perhitungan pola neraca air dan lengas tanah.
Perhitungan kemungkinan limpasan akibat banjir.
Perhitungan curah hujan maximum.
Perhitungan drainase modul untuk hujan 1,2,3,4,5, & 6 harian berturutan.
C. Analisis Data Curah Hujan
Dengan mengetahui tabel curah hujan di lokasi proyek atau di daerah
sekitarnya yang diperoleh dari Badan Geofisika dan Meteorologi setempat, maka
kita dapat menggunakannya untuk kepentingan pekerjaan perencanaan teknis.
Data-data curah hujan yang diperoleh pada suatu lokasi proyek kadang kala
tidak lengkap, berasal lebih dari satu stasiun pengamat hujan dan bahkan tidak
ada sama sekali. Untuk itu perlu dilakukan analisis agar data yang digunakan
mewakili karakteristik daerah proyek yang bersangkutan.
D. Memperkirakan Data Curah Hujan yang Hilang
27
Laporan Pendahuluan
Cara yang biasa digunakan disajikan dalam uraian berikut ini, yaitu cara ratarata aljabar, rasio normal dan kebalikan kuadrat jarak. Uraian cara tersebut
adalah sebagai berikut :
1) Rata-rata Aljabar
Cara rata-rata aljabar maksudnya adalah memperkirakan data curah hujan
yang tidak lengkap dengan menghitung rata-rata curah hujan dari stasiunstasiun yang terdekat dengan stasiun yang ditinjau pada waktu yang sama.
Misalkan A, B, C dan D adalah stasiun pengamat hujan, apabila pada stasiun
D ada data hujan yang tidak lengkap maka data hilang tersebut dapat
diperkirakan dengan rumus:
HD = 1/3 (HA + HB + HC),
dimana :
HA, HB, HC = data hujan teramati pada masing-masing stasiun (A, B, C)
HD
= data hujan yang diperkirakan pada stasiun D.
Cara tersebut berlaku, apabila perbedaan antara data hujan pada stasiun
terdekat untuk jangka waktu tahunan rata-rata < 10 %.
2) Perbandingan (Ratio) Normal
Bila ternyata perbedaan data hujan untuk jangka waktu tahunan rata-rata
antara stasiun hujan yang terdekat > 10 %, maka cara ratio normal lebih
dianjurkan.
Rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut:
HD =
N
N
1 ND
H A D H B D HC ,
3 NA
NB
NC
dimana :
NA, NB, NC
dan C
ND
HA, HB, HC
HD
=
=
=
mendekati
kenyataan
jika
E. Hujan Wilayah
Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan rancangan pemanfaatan air
adalah curah hujan rata-rata di seluruh daerah yang bersangkutan. Stasiunstasiun pengamat hujan yang tersebar pada suatu daerah aliran dapat dianggap
sebagai titik (point).
28
Laporan Pendahuluan
Tujuan mencari hujan rata-rata adalah mengubah hujan titik (point rainfall)
menjadi hujan wilayah (regional rainfall) atau mencari suatu nilai yang dapat
mewakili pada suatu daerah aliran. Ada tiga cara pendekatan untuk menghitung
hujan rata-rata yang akan diuraikan berikut ini.
1). Cara Rata-rata Aljabar
Metode ini adalah yang paling sederhana yaitu dengan merata-ratakan tinggi
curah hujan yang terukur dalam daerah yang ditinjau secara aritmatik. Hujan
rata-rata dapat dihitung dengan rumus pendekatan :
1 n
H
n i 1 i
RH =
dimana:
Hi
=
hujan pada masing-masing stasiun i (1,2,., n dalam areal yang
ditinjau).
N
=
jumlah stasiun,
RH
=
rata-rata hujan
Perlu diketahui bahwa untuk menghitung hujan wilayah dengan menerapkan
cara rata-rata aljabar, data hujan yang ditinjau dan diperhitungkan adalah
data hujan yang berada di dalam daerah aliran (cathment area) dalam hal ini
H1, H2, ., Hn
RH =
H .L
i
i 1
L
i 1
dimana:
Hi
=
Li
=
n
=
Laporan Pendahuluan
RH
rata-rata hujan.
RH =
H .L
i
i 1
L
i 1
dimana :
Hi = hujan pada masing-masing stasiun L1,L2,., Ln
Li = luas bagian-bagian antara garis-garis isohyet
N = jumlah bagian-bagian antara garis-garis isohyet,
RH = rata-rata hujan.
F. Analisis Curah Hujan Harian Maksimum dan Debit Banjir
Penentuan curah hujan maksimum dengan periode ulang
tertentu dapat
dihitung menggunakan metode analisis frekuensi. Beberapa metoda yang
sangat dikenal antara lain adalah Metoda Log Pearson Type III, Haspers dan
Gumbell. Metoda yang dipakai nantinya harus ditentukan dengan melihat
karakteristik distribusi hujan daerah setempat.
Periode ulang yang akan dihitung pada masing-masing metode adalah untuk
periode ulang 2, 5, 10, 25, 50 serta 100 tahun. Sebagai contoh di bawah ini
disajikan metoda perhitungan berdasarkan Gumbel.
a). Distribusi Log Pearson Type III
Metoda ini mempunyai persamaan sebagai berikut
log Xt = log Xi + G.Si
log
X=
log Xi
N
30
Laporan Pendahuluan
(log Xi log X ) 2
N 1
Si
= standar deviasi =
Cs
(log Xi log X ) 2
= Koefisien skewness =
( N 1).( N 2) Si 3
dimana :
G
(OF EF ) 2
EF
dimana :
X2Cr
EF
OF
= jumlah data
( Xi X )
n 1
Dimana :
Sx = Standart deviasi
Xi = Curah hujan maksimum
X = Curah hujan rata-rata
n = Banyaknya tahun pengamatan
f). Koefisien Skewness (Cs)
31
Laporan Pendahuluan
n ( Xi X ) 2
( n 1)(n 2) Sx 3
n 2 ( Xi X ) 4
4
Ck = ( n 1)(n 2)(n 3) Sx
Jenis distribusi
Distribusi Normal
Distribusi Log Normal
Distribusi Log Person
Distribusi Gumbel
Syarat
Cs 0
Cs 3Cv + Cv2
Cs 0,2146
Cs 0
Cs 1,1396
Ck 5,4002
32
Laporan Pendahuluan
III.4.3.3.
Laporan Pendahuluan
dengan karakteristik
lain yang saling terkait
rawa yang spesifik.
maka rawa dibedakan
34
Laporan Pendahuluan
b. Rawa yang terletak di pantai atau dekat pantai, di muara atau dekat muara
sungai, sehingga masih dipengaruhi oleh pasang-surut air laut.
c. Rawa Non Pasang-surut (Rawa Lebak/Pedalaman)
d. Rawa yang letaknya sedemikian jauh dari pantai sehingga tidak dipengaruhi
oleh pasang-surut air laut.
e. Selanjutnya Sandy dan Nad Darga (1979) membedakan wilayah rawa
berdasarkan kekuatan arus pasang dari laut (muara) dengan arus dari hulu
sungai.
Analog
dengan
pembagian
ini,
Widjaja-Adhi
(1992)
mengklasifikasikan areal rawa menurut sampainya pengaruh air pasang di
musim hujan dan intrusi salin di musim kemarau, menjadi tiga zona sebagai
berikut :
Zona I
:
Rawa Pasang-surut Payau/Salin
Merupakan zona rawa yang dipengaruhi pasang-surut air laut,
khususnya pada sungai-sungai utamanya, dimana terjadi intrusi
air asin/payau di musim kemarau.
Zona II
Zona III :
:
Merupakan areal lahan rawa yang dapat terluapi air
pasang, baik di musim hujan maupun di musim kemarau.
35
Laporan Pendahuluan
rendah
jika
Kategori B
:
Merupakan areal lahan rawa yang hanya dapat terluapi
air pasang di musim hujan. Permukaan lahan umumnya masih
lebih tinggi dari elevasi air pasang tinggi rata-rata di musim
kemarau, namun masih lebih rendah jika dibandingkan elevasi
air pasang tinggi rata-rata di musim hujan.
Kategori C
:
Merupakan lahan rawa yang tidak dapat terluapi oleh air
pasang sepanjang waktu (atau hanya kadang-kadang saja).
Permukaan lahan umumnya relatif lebih tinggi jika dibandingkan
kategori A dan B, sehingga air pasang hanya berpengaruh pada
muka air tanah dengan kedalaman kurang dari 50 cm dari
permukaan lahan.
Kategori D
:
Merupakan lahan rawa yang cukup tinggi sehingga sama
sekali tidak dapat terjangkau oleh luapan air pasang (lebih
menyerupai lahan kering). Permukaan air tanah umumnya lebih
dalam dari 50 cm dari permukaan lahan.
G. Prosedur Perencanaan
Proyek perencanaan pengembangan rawa secara terpadu haruslah melibatkan
semua unsur yang nantinya akan terlibat secara langsung pada tahap
implementasi dan operasi. Keterlibatan itu menyangkut dua hal pokok, yaitu
perencanaan tata ruang penggunaan lahan dan penetapan zona pengelolaan
air. Keterlibatan ini hendaklah sudah dimulai sejak tahap perencanaan dalam
memutuskan dua hal pokok tersebut, sehingga pada tahap implementasi dan
operasi kelak tidak lagi terdapat perbedaan pandangan atau keputusan yang
akan membingungkan pihak yang langsung berkepentingan terhadap
pemanfaatan lahan dan air, terutama pada para petani. Prosedur perencanaan
untuk pengembangan jaringan rawa pasang surut sebaiknya mengikuti
prosedur, seperti terlihat pada Gambar 3.7.
SURVEY INVESTIGASI
ZONA
KESESUAIAN LAHAN
- Existing Land use
KEPUTUSAN BERSAMA
- Hidrotopografihasil survey dan investigasi kondisi lapangan yang meliputi kondisi
Dari
- Kebijaksanaan Pemerintah
- Drainabilitas
- Aspirasi Petani
- Intrusi Air Asin
hidrotopografi,
karakteristik lahan serta potensinya
dapat ditentukan zona
- Masukan dari Instansi Terkait
- Keasaman
kesesuaian
lahan. Hasil ini harus didiskusikan antar
sektor-sektor
terkait untuk
- Batasan-Batasan
Lain
- Kedalaman Pirit
PERENCANAAN SISTEM
- Kedalaman Gambut
memutuskan perencanaan
Sistem dan Tata Guna Lahan yang disepakati
DAN TATA GUNA LAHAN
36
Konstruksi
Operasi dan Pemeliharaan
Laporan Pendahuluan
37
Laporan Pendahuluan
Pada tahapan ini, analisis dan pengolahan data harus dilakukan di laboratorium.
Pengujian laboratorium mekanika tanah dilakukan untuk keperluan :
Analisis Penurunan (Settlement)
Analisis Stabilitas Lereng
38
Laporan Pendahuluan
Simbol
w
Gs
%#
(LL, IP)
Cc, C v , k
, c
wopt,
Jenis Pengujian
A
1
2
3
SIFAT PHISIK
Kadar Air
Berat Jenis
Gradasi Butir
Batas Atterberg
B
1
2
SIFAT MEKANIS
Konsolidasi
Kekuatan Geser
- Kuat Geser
Langsung
- Triaxial
Kompaksi
ASTM
SNI
D 2216-66(71)
D 854-58(72)
D 421-58(72)
D 2217-66
D 422-63(72)
D 423-66
D 424-59(71)
D 427-61(67)
T 265-79
T 100-75(82)
T 87-80
T 146-79
T 88-81
T 89-81
T 90-81
T 92-68(82)
SNI 03-1965-1980
SNI 03-1964-1990
SNI 03-1975-1990
D 2435-70
T 216-81
SNI 03-2812-1992
D 3080-72(79)
D 2850-70
D 698-70
D 1557-70
T 236-72(82)
T 234-74(82)
T 99-81
T 180-74(82)
SNI
SNI
SNI
SNI
SNI
SNI
SNI
SNI
03-3423-1994
03-1967-1990
03-1966-1990
03-3422-1994
03-2813-1992
03-2455-1991
03-1742-1989
03-1743-1989
Laporan Pendahuluan
Analisis Sosio-Ekonomi
Penelitian luas dan pola usaha tani serta lapangan kerja yang lain dan
perkembangannya.
Analisis perkembangan pendapatan petani, pengeluaran keluarga dan investasi
usaha tani. Penelitian BCR usaha tani, BCR proyek, EIRR dari proyek yang
direncanakan. Hambatan yang dialami petani dalam rangka usaha taninya.
Masalah transport dan sarana pemasaran hasil.
III.4.3.6.
Apabila para petani dan instansi instansi pemerintah yang terkait telah sepakat
tentang type tata guna lahan di masa depan, system planing dapat disusun untuk
daerah yang direklamasi untuk ditingkatkan secara teknis.
System Planning akan menggambarkan ;
Skema umum jaringan.
Tata guna lahan usulan dimasa datang, termasuk jenis komoditi.
Jenis operasi jaringan untuk zona pengelolaan air yang berlainan.
Jenis dan fungsi bangunan hidraulik yang diusulkan. Disamping itu, rencana tata
letak harus mempertimbangkan pembukaan tanah minimal, penyediaan jalur
hijau, aspek aspek sosio kultural, budaya setempat dan lingkungan.
Setelah system planing dibuat, akan didiskusikan lagi dengan para petani /
pemakaian yang bersangkutan dan dengan instansiinstansi pemerintah yang
terkait untuk mencocokan bahwa pemecahan teknologi yang diusulkan tepat dan
sesuai dengan keinginan pemakainya.
Zona
pengelolaan air adalah satuan perencanaan penggunaan lahan yang
merupakan kombinasi karakteristik fisik (kualitas lahan) dan tipe penggunaan lahan
yang diusulkan.
Penetapan zona pengelolaan air ini perlu ditentukan, karena akan membawa
konsekuensi terhadap bentuk pengelolaan air yang diharus direncanakan, termasuk
juga pemilihan jenis infra struktur pengelolaan air dan prosedur untuk
mengoperasikannya.
40
Laporan Pendahuluan
Didaerah pasang surut, secara garis besar penggunaan lahannya dapat dibagi
menjadi 3 golongan, yaitu:
padi sawah irigasi pasang surut
padi tadah hujan
tanaman keras dan padi sawah irigasi pompa
Secara terperinci terdapat 8 zona pengelolaan air di daerah pasang surut , seperti
dalam tabel di bawah.
Satuan Lahan
[ Land Unit ]
KETERANGAN
Land Unit I
Area irigasi pasang surut (Tidal irrigated area). Lahan ini merupakan tanah mineral (KTK > 5
me/100 g) atau tanah organik dengan kadar abu > 25 % dan intrusi air asin kurang dari 1 bulan,
irigasi pasang empat kali atau lebih per siklus pasang.
Land Unit II
Tanah gambut dan berpirit, salin, kedalaman drainase 30-60 cm (Pyritic-and Muck soils, Saline,
drainase depth 30-60 cm). Lahan sebagai tanah mineral (KTK > 5 me/100g) dan bahan sulfidik
(pirit) terdapat pada kedal;aman <100 cm dari permukaan tanah mineral (<15 % C) atau tahan
organik dengan kadar abu (>25 %) dan intrusi air asin lebih dari satu bulan selama musim tanam
serta potensi drainasenya 30-60 cm. Daerah ini kemungkinan berpotensi atau tidak berpotensi
untuk pengembangan irigasi pasang surut.
Tanah gambut dan berpirit, salin, kedalaman drainase >60 cm (Pyritic-and Muck soils, Saline,
drainage depth >60 cm). Lahan sebagai tanah mineral (KTK > 5 me/100 g) dan bahan sulfidik
(pirit)Satuan
terdapat pada
kedalaman
< 100 cm
dari permukaan
tanahsecara
mineral (<15umum
% C), atau tanah
Tabel
3.8.
lahan
rawa
pasang
surut
Land Unit III
organik dengan kadar abu (>25 %) dan intrusi air asin lebih dari satu bulan selama musim tanam
serta potensi drainasenya >60 cm. Daerah ini kemungkinasn berpotensi atau tidak berpotensi
untuk pengembangan irigasi pasang surut.
Land Unit IV
Tanah gambut dan berpirit, non-salin, kedalaman drainase 30-60 cm (Pyritic and Muck soils,
Non-saline, drainage depth 30-60). Lahan sebagai tanah mineral (KTK > 5 me/100 g) dan bahan
sulfidik (pirit) terdapat pada kedalaman <100 cm dari permukaan tanah mineral (<15 % C), atau
tanah organik dengan kadar abu >25 % dan intrusi air asin lebih dari satu bulan selama musim
tanam serta potensi drainasenya >60 cm. Daerah ini hanya dapat diirigasi selama musim hujan.
Land Unit V
Tanah gambut dan berpirit, non-salin, kedalaman drainase >60 cm (Pyritic and Muck Soils, Nonsaline, drainage depth >60 cm). Lahan sebagai tanah mineral (KTK >5 me/100 g) dan bahan
sulfidik (pirit) terdapat pada kedalaman < 100 cm dari permukaan tanah mineral (<15 % C), atau
tanah organik dengan kadar abu (>25 %) dan intrusi air asin lebih dari satu bulan selama musim
tanam serta potensi drainasenya >60 cm. Irigasi pasang surut hanya dapat digunakan selama
musim hujan.
Land Unit VI
Tanah gambut (Peat soils). Tanah organik (total kandungan abu atau kadar abu 25 %) dan
potensi drainasenya > 30 cm.
Tanah yang mempunyai kesuburan rendah (Whitis, low fertility soils) sebagai tanah mineral
(KTK <5 me/100 g dan kejenuhan aluminium >50 %). Mempunyai atau tidak mengandung bahan
sulfidik (pirit) pada lapisan bawah (subsoil), potensi drainase >30 cm.
Tanah tidak berpirit, non-salin, dan kedalaman drainase 30-60 cm (Non Pyritic, non-saline,
drainage potential depth 30-60 cm). Sebagai tanah mineral (KTK > 5 me/100 g) tanpa bahan
sulfidik (pirit) atau dengan bahan sulfidik pada kedalaman > 100 cm dari permukaan tanah
lapisan atas (<15 C %), dan potensi drainase 30-60 cm. Daerah ini tidak dapat diirigasi dengan
pasang surut atau irigasi hanya selama musim hujan.
Land Unit IX
Tanah tidak berpirit, non-salin, dan kedalaman drainase >60 cm (Non pyritic, non salin, drainage
potential depth >60 cm). Sebagai tanah mineral (KTK > 5 me/100 g) tanpa bahan sulfidik (pirit)
atau dengan bahan sulfidik pada kedalaman > 100 cm dari permukaan tanah lapisan atas (<15
C%), dan potensi drainase > 60 cm. Daerah ini tidak dapat diirigasi dengan pasang surut atau
hanya selama musim hujan.
Land Unit X
Tanah tidak berpirit, salin atau bergaram (Non pyritic, saline). Sebagai tanah mineral (KTK > 5
me/100 g) tanpa bahan sulfidik (pirit) atau dengan bahan sulfidik pada kedalaman >100 cm dari
permukaan tanah dan intrusi air asin satu bulan atau lebih selama musim tanam, potensi
drainase >30 cm. Daerah berpotensi atau tidak berpotensi untuk pengembangan irigasi pasang
surut.
41
Laporan Pendahuluan
Land Unit
VI
VII
IV dan V
VIII dan IX
III,V dan IX
7
8
Rekomendasi Peruntukan
Tanaman keras
Tanaman keras
Padi sawah,tanaman
dapat
diusahakan
guludan(sorjan)
Padi sawah, tanaman
dapat
diusahakan
guludan(sorjan)
Padi sawah, tanaman
dapat
diusahakan
guludan(sorjan)
Tanaman Keras
keras
pada
keras
pada
keras
pada
Laporan Pendahuluan
III.4.4.
Setelah lay out ditetapkan, konsultan akan melanjutkan kegiatan perhitungan dan
perencanaan teknis yang lebih detail ( Design Calculation and Design Drawing ).
III.4.4.1.
Berdasarkan lay out yang ada konsultan akan melanjutkan perhitungan dan
perencanaan dimensi jaringan pengairan dengan memperhatikan pengaruh pasang
surut, modulus drainase, keseimbangan galian dan timbunan serta metoda
pelaksanaannya.
Bagianbagian yang perlu dihitung dimensinya terdiri dari saluran primer sekunder
dan tersier. Selain itu perlu dipertimbangkan fungsi masing - masing saluran
tersebut.
Untuk perhitungan dimensi jaringan pengairan termasuk perhitungan debit, elevasi
muka air dan kecepatan didasarkan pada model matematika untuk kondisi air tidak
langgeng ( unsteady flow ). model hidraulik akan menerapkan program perangkat
lunak DUFLOW, PENPAS atau SIVA.
u Vv gh gV |V | l.ga
2
0
t
x
x
C R
2lx
Persamaan Kesinambungan:
h q
0
t x
Gerak Garam:
Persamaan Pengangkutan:
T Q.S AD
c
x
43
Laporan Pendahuluan
Persamaan Kesinambungan:
T
(a.s)
b
0
x
t
Sementara hubungan nilai salinitas dan massa jenis adalah :
1000 0,75s
dimana:
V = Kecepatan aliran (m/det)
h,a= Kedalaman aliran (m)
C = Konstanta Chezy
R = Jari-jari hidrolis saluran (m)
q = Debit persatuan lebar (m3/det/m)
x = Jarak (m)
t = Waktu (det)
g = Percepatan Gravitasi (m/det2)
T
Q
A
S
b
D
C
=
=
=
=
=
=
=
Angkutan
Debit (m3/s)
Luas Penampang Basah
Salinity
Lebar Permukaan
Koefisien dispersif
Konsentrasi
Untuk solusi numerik diperlukan skematisasi pada sistem sungai ke dalam suatu
jaringan (Network) yang terdiri dari ruas (branch) dan titik (nodes). Pada proses
nodes muka air dan salinitas dihitung dengan persamaan kesinambungan dan pada
ruas (cabang) debit, kecepatan dan angkutan garam yang dihitung dengan
persamaan gerak kemudian angkutan sedimen.
Penyusunan Model Matematis
Pembuatan model matematis dengan menggunakan program DU-FLOW, dapat
dilihat pada Gambar 3.8.
44
Laporan Pendahuluan
MASALAH
PENYEDERHANAAN
MASALAH
PEMBUATAN
STRUKTUR MODEL
METODA
KOMPUTASI
KALIBRASI MODEL
Tidak
Ya
SENSITIVITAS MODEL
VERIFIKASI MODEL
III.4.4.2.
Perencanaan Bangunan Air / Bangunan Hidraulik
Bangunan air akan direncanakan sesuai dengan kebutuhan dan berfungsi sebagai
bangunan penahan air banjir atau bangunan pengendali air asin. Untuk menjaga
dan mempertahankan agar tinggi muka air di dalam sistem sesuai dengan Rencana
Pengolahan Air (Water Management Plan). Perhitungan bangunan air ini meliputi
faktor faktor berikut :
Ukuran bangunan yang diperlukan.
Bahan yang dipakai.
Stabilitas.
Untuk kelengkapan disain, konsultan akan menyiapkan :
Gambar detail bangunan air.
Untuk bangunan yang sama, disajikan tabel typikal bangunan air disertai
dengan dimensinya .
Peta lokasi / posisi bangunan bangunan yang direncanakan.
45
Laporan Pendahuluan
III.4.4.3.
Perencanaan Tanggul
46
Laporan Pendahuluan
III.4.4.6.
A. Dokumen Tender
Setelah persetujuan atas disain rinci, konsultan akan menyiapkan Dokumen
Tender untuk paket paket konstruksi sebagaimana ditunjukkan oleh direksi.
Penyiapan Dokumen Tender terdiri dari kegiatan sebagai berikut :
Menetukan ukuran, jumlah dan paket konstruksi.
Kondisi umum kontrak sesuai dengan standart Kimpraswil.
Penyusunan Spesifikasi Pekerjaan.
Penentuan volume / kwantitas pekerjaan ( BOQ ).
Pengurutan dan penjadwalan pekerjaan secara tentatif.
Perkiraan biaya konstruksi.
Penyusunan gambar gambar Tender.
47
Laporan Pendahuluan
B. Spesifikasi Teknis
Bangunan bangunan yang sudah di disain (saluran, bangunan air dan
bangunan pelengkap lainny) akan dilengkapi dengan spesifikasi teknis untuk
dipakai sebagai pedoman pelaksanaan selama konstruksi.
C. Penyusunan Sistem Operasi dan Pemeliharaan
Operasi dan Pemeliharaan disusun dengan setelah bangunan air nanti
dikonstruksi dharapakan ada acuan pola operasi dan pemeliharaan. Sehingga
umur dan fungsi dari bangunan dapat dioptimalkan.
III.4.5.
Penyusunan Laporan-Laporan
48
Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan
dilaksanakan diskusi Laporan Draft Akhir. Laporan ini dibuat sebanyak 2 (dua
puluh) buku. Laporan ini berisikan antara lain :
Kemajuan pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan
Seluruh hasil pekerjaan sementara sesuai dengan ruang lingkup pekerjaan
yang tercantum di dalam Kontrak
9. Laporan Akhir Final
Laporan Akhir Final berisi hasil akhir pelaksanaan pekerjaan yang meliputi
seluruh ruang lingkup pekerjaan sebagaimana tercantum di dalam Kontrak dan
merupakan penyempurnaan draft final report yang sudah mendapat berbagai
masukan dari Pengguna Jasa pada saat pembahasan/diskusi. Laporan Akhir
harus sudah diserahkan selambat-lambatnya bersamaan dengan pengajuan
pembayaran angsuran terakhir. Laporan yang diserahkan yaitu : Laporan Utama
sebanyak 5 (lima) buku.
10.
Executive Summary
Executive Summary berisikan berisi poin-poin utama dari laporan-laporan.
Laporan ini ditulis dan dikemas untuk kebutuhan penyajian informasi bagi
orang-orang non teknikal (lini manajemen) yang pada umumnya tidak
mempunyai banyak waktu untuk menyimak laporan utama. Executive Summary
sebanyak 5 (lima) buku.
11.
Laporan Survey
Laporan lapangan masing-masing sebanyak 2 (dua) buku, yang terdiri dari :
Laporan Topografi;
Laporan Hidrologi dan Hidrometri;
Laporan Mekanika Tanah;
Laporan Tanah Pertanian
Laporan Sosial Ekonomi
12.
Laporan Pendukung
Laporan pendukung masing-masing sebanyak 3 (tiga) buku, yang terdiri dari :
Laporan Topografi;
Laporan Hidrologi dan Hidrometri;
Laporan Geologi/Mekanika Tanah;
Laporan Tanah Pertanian
Laporan Pengelolaan Air
Laporan Sosial Ekonomi
Laporan Kelembagaan
Laporan Inventarisasi Basis Data
Laporan Sistem Planning / Nota Desain
Laporan Cost Estimate & Spektek
50
Laporan Pendahuluan
Diskusi-Diskusi
51
Laporan Pendahuluan
Susunan Personil
Laporan Pendahuluan
BWS KALIMANTAN
I
PPK
PERENCANAAN
DAN PRGRAM
Laporan Pendahuluan
Uraian tugas dan tanggungjawab tenaga ahli yang ditugaskan oleh penyedia jasa
pada pekerjaan DETAIL DESAIN PENINGKATAN JARINGAN REKLAMASI RAWA
D.R. PIMPINAN KOMPLEK 4.409 HA adalah sebagai berikut :
Laporan Pendahuluan
2. Ahli Hidrologi
Tugas dan tanggung jawabnya antara lain adalah sebagai berikut:
curah hujan kawasan dan pengisian data curah hujan yang kosong.
Memperkirakan evaportranspirasi
Mendampingi
Team
Leader
dalam
diskusi
dengan
pihak
Direksi
Laporan Pendahuluan
petani.
Status tanah pertanian dan pemukiman serta fasilitas umum yang ada.
Penelitian BCR usaha tani, BCR proyek, EIRR dari proyek yang
direncanakan
Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan