Anda di halaman 1dari 3

Masuk Dukung PPNI dalam Kebijakan Praktik Mandiri Perawat 06 Juni 2016 11:11:25

Diperbarui: 06 Juni 2016 11:16:26 Dibaca : 125 Komentar : 0 Nilai : 0 Oleh Dewi
Kusumaningsih Mahasiswa Program Magister Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia Kesehatan merupakan hak asasi manusia sebagaimana dimaksud dalam Undangundang Dasar 1945 bahwa setiap orang berhak untuk memperoleh pelayanan kesehatan.
Peraturan lain dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 4 disebutkan bahwa setiap
orang berhak atas kesehatan, serta pada Pasal 5 ayat (2) disebutkan setiap orang mempunyai
hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau. Upaya
kesehatan diselenggarakan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi
individu atau masyarakat. Dan karena itu, terselenggaralah upaya kesehatan yang terpadu dan
menyeluruh dalam bentuk Upaya Kesehatan Perseorangan dan Upaya Kesehatan Masyarakat
seperti yang dilakukan oleh perawat dalam melakukan praktik mandiri. Semakin maraknya
dibuka praktik mandiri perawat merupakan salah satu dampak dari disyahkannya UndangUndang No. 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan. Di satu sisi hal tersebut menunjukkan
upaya kontribusi perawat dalam meningkatkan taraf kesehatan masyarakat. Adanya praktik
mandiri perawat memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan yang terjangkau dan sesuai dengan pilihannya. Namun, di sisi lain pendirian
praktik mandiri perawat perlu ditinjau ulang mengenai urgensi, kompetensi dan regulasi yang
mendasarinya. Hal ini menjadi hal yang penting untuk dikritisi karena pelaksanaan praktik
mandiri sering ditemukan perawat melakukan tindakan invasif seperti pemberian obat
parenteral, hechtingluka bahkan sampai melakukan bedah minor. Padahal tindakan-tindakan
tersebut bukan merupakan kewenangan perawat. Hal tersebut dapat terjadi karena banyak
perawat yang belum memahami batasan dan wewenang praktik mandiri perawat, sehingga
tindakan yang dilakukan tidak sesuai dengan ketentuan kebijakan. Lahirnya Undang-Undang
No. 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan seharusnya dapat memberikan kejelasan dan
mengontrol praktik mandiri perawat di masyarakat. Undang-Undang ini menjadi tantangan
bagi perawat untuk membuktikan bahwa perawat adalah profesi tenaga kesehatan yang
mampu menyelenggarakan pelayanan keperawatan secara bertanggung jawab, akuntabel,
bermutu, aman, dan terjangkau oleh perawat yang memiliki etik dan moral tinggi, sertifikat,
registrasi dan lisensi. Dengan tuntutan semacam itu maka profesi perawat harus dapat
menjawabnya dengan memberikan pelayanan secara profesional. Sehingga perawat yang
melakukan praktik mandiri hendaknya memahami hak dan batasan wewenangnya, serta akan
lebik baik jika memiliki sertifikat keilmuan tertentu, seperti perawatan luka, perawatan
stoma, dll. Syarat dan ketentuan dalam membuka praktik mandiri perawat yang tertuang
dalam Undang-Undang Keperawatan tersebut yaitu (1) perawat yang menjalankan praktik
keperawatan wajib memiliki izin; (2) izin diberikan dalam bentuk SIPP; (3) untuk
mendapatkan SIPP, perawat harus melampirkan rekomendasi dari organisasi profesi perawat
dalam hal ini adalah Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI); (4) SIPP masih berlaku
apabila STR masih berlaku dan perawat berpraktik di tempat sebagaimana tercantum dalam
SIPP; (5) SIPP hanya berlaku untuk satu tempat praktik dan diberikan kepada Perawat paling
banyak untuk dua tempat; (6) Perawat yang menjalankan praktik mandiri harus memasang
papan nama Praktik Keperawatan. Sedangkan ketentuan SIPP tidak berlaku apabila dicabut
berdasarkan ketentuan Perundang-undangan, habis masa berlakunya dan atau atas permintaan
perawat; atau perawat meninggal dunia. Uraian yang tercantum dalam Undang-Undang No.
38 Tahun 2014 tersebut memberikan gambaran yang jelas bagi perawat yang ingin
menangkap peluang untuk membuka praktik mandiri perawat. Hal yang menjadi kendala
yaitu undang-undang sudah dua tahun disyahkan namun sampai saat ini belum memiliki
pentunjuk pelaksanaan, sehingga masih belum bisa diimplementasikan dengan baik. Crinson
(2009) dalam Ayuningtyas (2014) mengungkapkan bahwa kebijakan akan jauh lebih
bermanfaat apabila dilihat sebagai petunjuk untuk bertindak atau serangkaian keputusan atau

keputusan yang saling berhubungan satu sama lain. Kebijakan praktik mandiri perawat dapat
menjadi lebih baik dan bermanfaat jika serangkaian kebijakan yang ada saling mendukung
dan memiliki petunjuk teknis yang jelas dalam menjalankannya. Dari masalah yang muncul
dan kritisasi kebijakan yang melandasi praktik mandiri perawat, dapat diusulkan beberapa
hal, yaitu perawat beserta PPNI berupaya keras untuk mendorong anggota DPR agar segera
membuat petunjuk teknis pelaksanaan Undang-Undang No. 38 Tahun 2014 tentang
Keperawatan agar Undang-Undang ini dapat segera diimplementasikan dengan baik dan
menjadi payung hukum yang kuat bagi terselenggaranya praktik mandiri keperawatan.
Dimana hal-hal yang bersifat teknis dapat dijelaskan dengan lebih rinci dan dapat dibuat
panduan pelaksanaan praktik mandiri perawat. Hal ini bertujuan agar tugas dan wewenang
perawat yang membuka praktik mandiri dapat diuraikan dengan jelas, sehingga tidak
menimbulkan kasus pelanggaran hukum saat perawat menjalankan praktinya. Organisasi
Profesi PPNI juga perlu membuat draft panduan praktik mandiri perawat yang mencangkup
kompetensi perawat untuk dapat melaksanakan tugas dan wewenang sesuai dengan UndangUndang No. 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan. Hal ini diperlukan agar masyarakat
mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Selain itu, sosialisasi PPNI selaku
organisasi profesi juga perlu ditingkatkan agar perawat yang sudah atau hendak melakukan
praktik mandiri perawat dapat menjalankan langkah-langkah sesuai dengan peraturan yang
ada agar memenuhi syarat yang syah dan tanggungjawab serta tanggung gugat untuk
dibukanya praktik mandiri perawat. Hal lain yang perlu diperhatikan yaitu Peraturan Daerah
sebagai hiearki kebijakan lebih lanjut perlu mensinkronkan isi kebijakannya sesuai dengan
Undang-Undang No. 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan yang telah disyahkan. Serta
mejadikan Undang-Undang tersebut sebagai landasan hukum keluarnya Peraturan Daerah
agar sejalan dengan konsep praktik mandiri perawat yang diusung dalam Undang-Undang
No. 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan. Dan terakhir adalah peningkatan kegiatan
pembinaan dan pengawasan Pemerintah Daerah terhadap praktik mandiri perawat yang
merupakan amanat Permenkes Nomor 17 Tahun 2013. Tindakan pembinaan dan pengawasan
dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan mengikutsertakan PPNI Kabupaten dan Provinsi.
Melalui tindakan tersebut diharapkan pelaksanaan penyelenggaraan praktik mandiri sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang telah diatur, perawat menjalankan praktik sesuai dengan
kewenangan yang dimiliki. Berbagai rekomendasi yang dapat dilakukan untuk mendukung
upaya praktik mandiri perawat sangat membutuhkan keterlibatan PPNI sebagai organisasi
profesi keperawatan. Persatuan dan kepedulian perawat untuk mendukung PPNI sangat
dibutuhkan agar peran dan fungsi PPNI dapat berjalan dengan baik demi terwujudnya
pelayanan kesehatan yang profesional melalui praktik mandiri perawat. Referensi
Ayuningtyas. D (2014). Kebijakan kesehatan : Prinsip dan praktik. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada UU NO 36 Tahun 2014Tentang Tenaga Kesehatan UU No 38 Tahun 2014 Tentang
Keperawatan Permenkes No 17 Tahun 2013 Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat Dewi
Kusumaningsih /nersdewi1987 Selengkapnya... IKUTI Share Share 0 0 KOMPASIANA
ADALAH MEDIA WARGA, SETIAP KONTEN DIBUAT OLEH DAN MENJADI
TANGGUNGJAWAB PENULIS. LABEL kesehatan TANGGAPI DENGAN ARTIKEL
RESPONS : 0 NILAI : 0 Beri Nilai Featured Article Pasif dan Tidak Peduli: Ciri Khas
Pemuda Masa Kini? Naftalia Kusumawardhani 28 Oktober Headline 1 Perlukah Impor
Profesor? Selo Sulistyo 28 Oktober 2016 2 Inilah Pemenang Blog Competition Siaga
Bencana BNPB Kompasiana 28 Oktober 2016 3 Hal-hal yang Justru Dapat Membuat
Gebetanmu Menyingkir Pelan-pelan Listhia H Rahman 28 Oktober 2016 4 Ada Rossi KW
Super dan Hujan-hujanan di Pitlane Sepang Ya Yat 29 Oktober 2016 5 Beginilah Sistem
Pendidikan Sekolah Dasar di Kanada Eva Suarthana 29 Oktober 2016 Nilai Tertinggi Ketika
Tikus Membela Tikus Susy Haryawan 29 Oktober Dokter Gadungan Axtea 99 29 Oktober
Tidak Johanis Malingkas 29 Oktober Demo 4 November 2016: Kemampuan Komunikasi

Jokowi Akan Diuji Gatot Swandito 29 Oktober Cemas Sarung: Revolusi dalam Aborsi S Aji
29 Oktober Terpopuler Ketika Tikus Membela Tikus Susy Haryawan 29 Oktober Demo 4
November 2016: Kemampuan Komunikasi Jokowi Akan Diuji Gatot Swandito 29 Oktober
Saat Pondasi Bangsa Indonesia Diuji oleh Ahok dan FPI Araska Mada 29 Oktober 5 Hal yang
Perlu Diwaspadai Kalau Terjadi Unjuk Rasa Skala Besar Afifuddin lubis 29 Oktober
Memahami Gerakan Anti Ahok dari Perspektif Dunia Roh Omri L Toruan 29 Oktober Tren di
Google Jessica Sianida, Putri Kerajaan Plastik Australasia Ratu Adil 24 Oktober 2016 Ketika
Ahli Waris Tak Mampu Membayar Hutang Kartu Kredit Almarhum Uli Hartati 28 Oktober
2016 SBY Merusak Skenario Jokowi Yon Bayu 11 Oktober 2016 Demo 4 November 2016:
Kemampuan Komunikasi Jokowi Akan Diuji Gatot Swandito 29 Oktober 2016 Saat Pondasi
Bangsa Indonesia Diuji oleh Ahok dan FPI Araska Mada 29 Oktober 2016 Gres
#MudaBikinBangga Hentikan Perang di Dunia WAWAN G.C SIMBOLON 29 Oktober Surga
"Kremun-kremun" Milik Jawa Tengah Ernita Lim 29 Oktober Second Child Syndrom yang
Dirasa, Terbantah dengan Sikap Saling Terbuka Lina Ramdhani Nur Sari 29 Oktober Santun
Berbahasa sebagai Cermin Kepribadian Nur Kholis Huda 29 Oktober Pertambangan untuk
Indonesiaku Rachmat Hidayat 29 Oktober Tentang Kompasiana Syarat & Ketentuan
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/nersdewi1987/dukung-ppni-dalam-kebijakanpraktik-mandiri-perawat_5754f7ed377b61f5038b4578
http://www.kompasiana.com/nersdewi1987/dukung-ppni-dalam-kebijakanpraktik-mandiri-perawat_5754f7ed377b61f5038b4578

Anda mungkin juga menyukai