PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Perkembangan perempuan dari kanak-kanak menjadi dewasa melalui
pertumbuhan
sekunder.Adapun
pertumbuhan
peristiwa
payudara
disertai
yang
perkembangan
dialami
(telarche),
sebagai
pertumbuhan
karakteristik
seks
berikut:permulaan
rambut
pubis
mendahului
pematangan
telarche.
karakteristikseks
Perubahan
saatpubertasmelibatkan
sekunderdandinilaimenggunakanSexual
hipotalamus dan hipofisis dari kenaikan kadar estradiol dari ovarium. Puncak
estradiol menyebabkan terjadinya menarche. Pubertas berakhir ketika
ovarium telah berfungsi, dimana maturasi ovarium dipicu oleh sekresi FSH
dan LH. Tetapi tidak diketahui pasti yang memicu hipotalamus terkait
pubertas. Kemungkinan melatonin, sejak adanya penurunan konsentrasi
nokturnal dari hormon tertentu sebelum dan setelah pubertas. 1,3-5
Melatonin (aMT) merupakan suatu hormon peptida dan prototip dari
senyawa metoksi-indol sebagai produk utama dan hormon pineal yang
paling aktif. Kemampuan biosintesa pineal dalam memproduksi melatonin
mengikuti ritme sirkadian, diaktifkan oleh gelap dan dihambat oleh cahaya.
Setelah dilepaskan ke sirkulasi, melewati jaringan dan kompartemen sel
(saliva, urin, cairan serebrospinal, folikel preovulasi, semen, cairan amnion
dan testis). Pola sekresi melatonin pada manusia ditandai dengan kenaikan
nokturnal secara bertahap, dimulai sekitar 2 jam sebelum tidur dan
penurunan saat pagi hari. Kadar plasma mencapai maksimum pada pukul
02.00-04.00 a.m., sedangkan diurnal terdeteksi rendah atau tidak terdeteksi.
Kadar melatonin berkurangsejalan dengan usia. Melatonin mempengaruhi
kehidupan dalam hal tidur, ritme sirkadian, mood, maturasi seksual dan
reproduksi, kanker, imunitas dan penuaan.6-9
Melatonin mempengaruhi fisiologi seluler melalui reseptor membran
melatonin yaitu: MT1 dan MT2. Melatonin,bergantung pada sel yang spesifik
dan mengaktivasi berbagai kaskade second messengersetelah berikatan
dengan
reseptor
membran.
Reseptor
MT 1dan
MT2mengatur
proses
2
disebut
yang
tinggi
menghambat
fungsi
hipotalamus
pada
Rumusan Masalah
Belum adanya penelitian yang dilakukan untuk mengetahui perbedaan
kadar melatonin pada remaja yang belum menarche dan telah menarche
sebagai salah satu tanda maturasi seksual sehingga peneliti berusaha
merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: Apakah terdapat
perbedaan kadar melatonin pada remaja yang belum menarche dan telah
menarche sebagai salah satu tanda maturasi seksual.
3
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahuiperbedaan kadar melatonin pada remaja yang belum
menarche dan telah menarche sebagai salah satu tanda maturasi
seksual.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui karakteristik subjek penelitian berdasarkan usia dan IMT.
2. Mengetahui perbedaan kadar melatonin berdasarkan usia subjek
penelitian.
3. Mengetahui perbedaan kadar melatonin pada remaja yang belum
menarche dan telah menarche.
4. Mengetahui perbedaan kadar melatonin berdasarkan IMT subjek
penelitian.
5. Mengetahui korelasi kadar melatonin dengan usia pada remaja yang
telah menarche.
1.4.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1.4.1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian diharapkan menambah teori bahwa kadar melatonin
nokturnal yang menurun menyebabkan subjek mengalami maturasi seksual
yaitu menarche.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Fisiologi Pubertas
(telarche),
pertumbuhan
rambut
(pubarche),
kecepatan
Bagi
kebanyakan
remaja,
maturasi
seksual
melibatkan
diperkenalkan
oleh
Marshall
ada
10
2.2.
dengan
mensekresikan
hormon
melatonin
dan
indolamin
lainnya.15,21
13
2.3.
Hormon Melatonin
2.3.1. Sintesis
15
membuktikan
potensiasi
signifikan
perangsangan
N-acetyltransferase
(NAT).
Tryptophan
diubah
ke
5-
16
fotoreseptor
mensekresi
norepinefrin,
kemudian
mengaktifkan
reseptornya
akan
mengaktivasi
enzim
arylalkylamine
N-
2.3.2. Distribusi
Hormon pineal memiliki tempat kerja perifer yaitu gonad, dan bukti ini
memastikan bahwa normalnya melatonin disekresikan langsung ke sirkulasi
sistemik atau tak langsung ke dalam cairan serebrospinalis dalam sistem
ventrikel otak yang kemudian dibawa ke tempat kerjanya melalui jalur ini.
Melatonin bersifat tinggi lemak dan larut air (oktanol) untuk melewati
membran sel. Setelah dilepaskan ke sirkulasi, aksesnya ke jaringan dan
kompartemen sel (saliva, urin, cairan serebrospinal, folikel preovulasi,
17
18
bertahap pada usia 70 tahun. Akibatnya, individu yang lanjut usia dengan
perbedaan siang-malam hampir tidak ada mensekresikan melatonin. 8,9,14,25
Konsentrasi melatonin serum siang hari sejalan dengan siklus siangmalam.Permulaan sekresi biasanya sekitar pukul 21.00-22.00 dan menurun
pukul 07.00-09.00. Kadar plasma mencapai maksimum pada pukul 02.0004.00, sedangkan diurnal terdeteksi rendah atau tidak terdeteksi. Dengan
demikian, ritme dalam durasi 24 jam menetap pada subjek sewaktu
gelap.14,24,25
Melatonin disekresikan secara pulsatil pada fase gelap (malam hari) tiap 2-3
menit. Irama harian melatonin ini ternyata bersifat endogen dan tergantung
keterpaduan dari persarafan simpatis ke kelenjar.7,8,25
2.3.4. Metabolisme
Hepar
merupakan
tempat
utama
untuk
metabolisme
yang
hidroksilasi
pada
posisi
karbon-6,
melatonin
akan
enzim
oksidase
(isoenzim
CYP1A2,
CYP1A1
dan
glukoronide.
Beberapa
melatonin
diubah
ke
N-acetyl-5-
3-hydroxymelatonin,
N1-acetyl-N2-formyl-5-methoxykynuramine
2.3.5. Ekskresi
Sekitar 2-3% melatonin diekskresikan tidak berubah dalam urin atau
saliva sehingga hal ini dapat memperkirakan konsentrasi melatonin plasma.
Pada manusia, variasi kadar melatonin plasma searah dengan kadar
melatonin saliva. Meskipun kadar plasma 10 kali lebih tinggi dibandingkan
saliva, namun pengambilan sampel dengan saliva menguntungkan terutama
ketika prosedur invasif dihindari. Metabolit 6-sulfatoxymelatonin (aMT6S) dari
urin memiliki profil yang sama dengan melatonin plasma. 13,15,30,31
2.4.
Reseptor Melatonin
memiliki
aksi
reseptor-independen
terutama
kemampuan
membran yang asli dikloning dari melanosit Xenopus yang homolog pada
vertebrata. Pada mamalia, dua jenis reseptor membran melatonin yaitu MT 1
(Mel1a) dan MT2 (Mel1b). Suatu reseptor membran MT3disebut Mel1c yang
ditemukan pada amfibi tetapi tidak pada mamalia.Reseptor melatonin MT1
dan MT2 milik kelompok yang berbeda dalam superfamili reseptor pasangan
protein G-transmembran tujuh. Reseptor ini berbeda dalam afinitas ligan
asal dari melatonin. Dua membran tempat pengikatan melatonin yaituMT 1
dan MT2, masing-masing secara farmakologi dibedakan atas afinitas tinggi di
rentang pikomolar dan afinitas rendah di rentang nanomolar. Rentang ini
mirip dengan MT3 yang tampaknya identik dengan enzim sistosolik, quinone
reductase II.10-12,14
Tabel 2.2. Tempat pengikatan melatonin dan reseptornya.
(Sumber: Gene Regulation by Melatonin)
arteri,
proliferasi
sel
kanker,
fungsi
reproduksi
dan
arteri
serta
meningkatkan
respon
imun.Reseptor
MT1mengatur
23
protein
untuk
menghambat
adenylyl
cyclase
dan
aktivasi
ekstraseluler.
Pada
sel
prostat
manusia,
melatonin
66-70
asam
amino
membentuk
dua
struktur.
Karakteristik
danRZR
menunjukkan
perbedaan
pola
ekspresi
limfosit
darah
perifer
(sel
B,
sel
T,
dan
neutrofil)dan
ekspresi
RZRdiatur
oleh
cAMP
pada
irama
siang-
-adrenergik
pineal,
meningkatkan
konsentrasi
cAMP
dan
2.5.
28
2.6.
29
hanya
mengatur
reproduksi,
namun
juga
secara
fisiologis
fotoperiodik
yang
berlawanan,
masing-masing
disebut
31
Beberapa
studi
menunjukkan
melatonin
penting
pada
yang
sama,
karena
itu
diperlukan
studi
longitudinal
selanjutnya.20,41-43
Gupta et al menyimpulkan ketika laki-laki mengalami pubertas,
kenaikan konsentrasi LH terjadi bersamaan dengan sekresi melatonin.
Selama interval terkait dengan maturasi aksis neuroendokrin, secara
mendasar kadar melatonin nokturnal berkurang. Oleh karena efek
penekanan melatonin pada fisiologi reproduksi yang menurun bersamaan
dengan fase perkembangan, tidak menghambat generator pulsatil GnRH dan
akhirnya melepaskan FSH dan LH serta pertumbuhan organ reproduksi
perifer. Secara keseluruhan, kadar melatonin malam hari atau metabolit di
urin diamati pada berbagai tahap Tanner, keduanya dilaporkan menurun
antara tahap Tanner 1 dan 5. Sementara hubungan ini tidak membuktikan
hubungan kausa melatonin dan pubertas, temuan bersifat sugestif. Apakah
berkurangnya melatonin darah hanya akibat sekresi pineal berhubungan
33
2.7.
Kerangka Teori
Sinyal Lingkungan Eksternal
Fotoperiod
Hipotalamus
Suprachiasmatic Nucleus
Generator Pulsatil GnRH
GnRH
Hipofisis
Pineal
Melatonin
FSH
LH
Ovarium
35
Inhibin
Estradiol
Maturasi seksual :
- Telarche
- Pubarche
- Menarche
BELUM MENARCHE
MELATONIN
SALIVA
MENARCHE
Ket:
Variabel tergantung
Variabel bebas
36
2.9.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan literatur tersebut maka didapatkan hipotesis pada
37
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.
Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan
3.2.
3.3.
Populasi Penelitian
38
3.4.
ikut
dalam
menandatanganiformulir
penelitian
kesediaan
dan
dan
telah
memenuhi
3.5.
dan diperiksakan kadar melatonin, apakah ada perbedaan pada yang belum
menarche dan telah menarche.
39
x1-x2
Keterangan:
n1=n2 =Besar sampel minimal
Z= Derifat baku alfa, kesalahan tipe I sebesar 5 %, hipotesisdua arah
= 1,96
Z
3.6.
3.6.1 Anamnese
Semua peserta yang ikut dalam penelitian ini dilakukan wawancara
dan dicatat dalam status penelitian meliputi: usia, indeks massa tubuh, apa
telah mengalami menarche (bila sudah, kapan menstruasi pertama kali),
apakah memiliki riwayat gangguan tidur dan penggunaan obat tidur dan
apakah ada mengalami gangguan hormonal.
40
laboratorium
dilakukan
dengan
mengukur
kadar
3.7.
Etika Penelitian
Untuk izin penelitian, persetujuannya diperoleh dari subyek penelitian
dan Komite Etik FK-USU yang akan melakukan penilaian kelayakan proposal
penelitian.
3.8.
Alur Penelitian
Remaja usia 12-14 tahun
Subyek harus memenuhi
kriteria Inklusi
Proses perekrutan
sampel dengan
Pedoman data.
Pemeriksaan kadar
melatonin saliva
Analisis data
41
Menarche
a. Definisi: masa perubahan menuju pubertas yang ditandai
dengan timbulnya haid pertama kali sebagai salah satu tanda
maturasi seksual.
b. Cara ukur: anamnesa.
c. Alat ukur: usia 12-14tahun yang belum menarche dengan yang
telah menarche.
Indeks Massa Tubuh (IMT) dihitung sebagai berat badan dalam
satuan kilogram (kg) dibagi tinggi badan dalam satuan meter
dikuadratkan (m2). Klasifikasi IMTberdasarkan kriteria WHO untuk
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Karakteristik
Usia
IMT
4.2.
Belum menarche
n
%
Sudah menarche
n
%
12 tahun
13 tahun
14 tahun
Underweight
Normoweight
Overweight
Obese
Kelompok
penelitian
12 tahun
13 tahun
14 tahun
4.3.
Mean
SD
Kadar melatonin
Min-max
Nilai p
Kelompok
penelitian
Mean
Kadar melatonin
SD
Min-max
Nilai p
44
Belum menarche
Sudah menarche
4.4.
Kelompok
penelitian
Underweight
Normoweight
Overweight
Obese
Mean
Kadar melatonin
SD
Min-max
Nilai p
45
DAFTAR PUSTAKA
1. Boswell HB. Normal Pubertal Physiology in Females. Dalam: Dietrich
JE, editor. Female Puberty: A Comphrensive Guide for Clinicians. New
York: Springer Science+Business; 2014. H. 7-26.
2. Speroff L, Fritz MA. Abnormal Puberty and Growth Problems. Dalam:
Speroff L, Fritz MA, editor. Clinical Gynecology Endocrinology and
Infertility. Ed. 7. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins; 2005. H.
361-371.
3. Bose K. Concept of Human Physical Growth and Development. H. 1018.
4. Melatonin, the Pineal Gland and Circadian Rhythms; an Introduction.
H. 3-52.
5. Speroff L, Fritz MA. Neuroendocrinology. Dalam: Speroff L, Fritz MA,
editor. Clinical Gynecology Endocrinology and Infertility. Ed. 7.
Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins; 2005. H. 176-177.
6. Yonei Y, Hattori A, Tsutsui K, et al. Effects of Melatonin: Basic Studies
and Clinical Applications. Anti Aging Medicine 2010;7:85-91.
7. Claustrat B, Brun J, Chazot G. The Basic Physiology and
Pathophysiology of Melatonin. Sleep Medicine Reviews 2005;9:11-24.
8. Cagnacci A. Melatonin in Relation to Physiology in Adult Humans. J
Pineal Rez 1996;21:200-213.
9. Brzezinski A. Melatonin in Humans. The New England Journal of
Medicine 1997;336:186-195.
10. Reiter RJ, Tan DX, Fuentes-Bruto L. Melatonin: A Multitasking
Molecule. Progress in Brain Research 2010;181:127-151.
46
11. Gall VC, Stehle JH, Weaver DR. Mammalian Melatonin Receptors:
Molecular Biology and Signal Transduction. Cell Tissue Res
2002;309:151-162.
12. Reppert M. Melatonin Receptors: Molecular Biology of a New Family
of G Protein-Coupled Receptors. Journal of Biological Rhytms
1997;12:528-531.
13. Zawilska JB, Skene DJ, Arendt J. Physiology and Pharmacology of
Melatonin in Relation to Biological Rhytms. Pharmacological Reports
2009;61:383-410.
14. Karasek M, Winczyk K. Melatonin in Humans. Department of
Neuroendocrinology; 2006.
15. Jacoeb TZ. Endokrinologi
Winkjosastro
H,
Saifuddin
Reproduksi
AB,
pada
Rachimhadhi
Wanita.
T,
Dalam:
editor.
Ilmu
47
and
Sex
Hormone
of
Melatonin.
Frontiers
in
Neuroendocrinology
2004;25:177-195.
23. Comprehensive Melatonine Profile Application Guide. Dalam: Genova
Diagnostics; 2004.
24. Grivas TB, Savvidou OD. Melatonin the light of night in Human
Biology and Adolescent Idiopathic Scoliosis. Bio Med Central
2007;2:1-14.
25. Karasek M. Melatonin, Human Aging and Age-Related Diseases.
Experimental Gerontology 2004;39:1723-1729.
26. Wurtman R. Physiology and Clinical use of Melatonin. Up to Date
2009;20:1-4.
27. Vakkuri O. Melatonin The Hormone of Darkness. Physiology and
Maintenance 2005;3:1-5.
28. Carlberg C. Gene Regulation by Melatonin. Annals New York of
Sciences:387-395.
29. Eduardo AA, Paolo DM, Tatsuo H, et al. Measurement of Melatonin in
Body Fluids: Standards, Protocols and Procedures. Publicado en
Childs Nervous System 2011;27:1-15.
30. Benloucif S, Burgess HJ, Klerman EB. Measuring Melatonin in
Humans. Journal of Clinical Sleep Medicine 2008;4:66-69.
48
31. Dubocovich
M,
Markowska
M.
Functional
MT 1
andMT2
most
Versatile
Biological
Signal.
FEBS
Journal
2006;273:2813-2838.
34. Masana MI, Dubocovich L. Melatonin Receptor Signaling: Finding the
Path Through the Dark. Sciences STKE 2001:1-5.
35. Cajochen C, Krauchi A, Justice W. Role of Melatonin in the Regulation
of Human Circadian Rhytms and Sleep 2003;15:432-437.
36. Reiter RJ, Tan DX, Manchester LC, et al. Melatonin and Reproduction
Revisited. Biology of Reproduction 2009;81:445-456.
37. Aleandri V, Spina V, Morini A. The Pineal Gland and Reproduction.
Human Reproduction Update 1996;2:225-235.
38. Webb SM, Domingo MP. Role of Melatonin in Health and Diseases.
Clinical Endocrinology 1995;42:221-234.
39. Srinivisan V, Spence WD, Pandi-Perumal SR, et al. Melatonin and
Human Reproduction: Shedding Light on the Darkness Hormone.
Gynecological Endocrinology 2.
40. Tenorio F, Simoes MJ, Teixeira VW, et al. Effects of melatonin and
Prolactin in Reproduction: Review of Literature. Rev Assoc Med Bras
2015;61:269-274.
41. Reiter RJ. Melatonin
and
Human
Reproduction.
Ann
Med
1998;30:103-108.
42. Ebling FJP, Foster DI. Pineal Melatonin Rhytms and the timing of
Puberty in Mammals. Exporientia 1999;45:946-948.
43. Rojansky N, Brzezinski A, Schenker JG. Seasonality in Human
Reproduction: an Update. Human Reproduction 1992;7:735-745.
49
50