Anda di halaman 1dari 4

2.

3 Tugas Dokter Dalam Kasus Pembunuhan Anak

Pemeriksaan dilakukan terhadap :


1. Pelaku/tertuduh (ibu kandung/yang baru melahirkan)
2. Korban (bayi yang baru dilahirkan)
Pemeriksaan Terhadap Ibu
a. Tanda baru melahirkan anak :
- Robekan baru pada alat kelamin
- Ostium uteri dapat dilewati ujung jari
- Keluar darah dari Rahim
- Ukuran Rahim : post partum setinggi pusat
- 6-7 hari post partum setinggi tulang kemaluan
- Payudara mengeluarkan air susu
- Hiperpigmentasi areola mamma
- Striae gravidarum dari warna merah menjadi putih
b. Berapa lama telah melahirkan :
- Ukuran rahm : 2-3 minggu kembali ke ukuran pulih
- Getah nifas : 1-3 hari post partum berwarna merah
4-9 hari post partum berwarna putih
10-14 hari post partum getah nifas habis
- Robekan alat kelamin sembuh dalam 8-10 hari
c. Mencari tanda-tanda pertus precipitates :
- Robekan pada alat kelamin
- Inversio uteri (rahim terbalik) yaitu bagian dalam Rahim menjadi keluar, lebihlebih bila tali pusat pendek.
- Robekan tali pusat anak yang biasanya terdapat anak atau pada tempat lekat tali
pusat. Robekan ini harus tumpul dibuktikan dengan pemeriksaan histopatologis.
- Luka pada kepala bayi menyebabkan perdarahan di bawah kulit kepala, dan
perdarahan di dalam tengkorak
d. Pemeriksaan golongan darah
e. Pemeriksaan histopatologi : sisa plasenta dalam darah yang berasal dari Rahim
PEMERIKSAAN TERHADAP KORBAN/BAYI YANG BARU DILAHIRKAN
1. Viabilitas :
Viable bayi baru lahir dapat hidup tanpa perawatan khusus.
Syarat :
Umur 28 minggu dalam kandungan
Panjang badan 35 cm
Berat badan 2500 gram
Tidak ada cacat bawaan yang berat

Lingkaran fronto occipital 32 cm


2. Penentuan umur bayi
Berdasarkan panjang badan (Haase)
Berdasarkan ciri-ciri pertumbuhan
Inti penulangan :
- Calcaneus = 5-6 bulan
- Talus = 7 bulan
- Femur = 8-9 bulan
- Tibia = 9-10 bulan
3. Pernah atau tidak pernah bernafas. Hal ini dibuktikan dengan percobaan apung paru.
Hasil percobaan apung paru yang menyimpulkan belum pernah bernafas, belum dapat
menyingkirkan skemungkinan tindakan pembunuhan anak, karena bias jadi bayi lahir
hidup tetapi belum/tidak sempat bernafas dan dibunuh ibunya pada saat itu (bernafas
hanya salah satu bukti/tanda kehidupan).
4. Berapa lama bayi hidup
Lamanya bayi hidup (bila hidup lebih dari 24 jam) dapat dilihat pada :
Perubahan tali pusat
Perubahan pada pembuluh darah
Kalau bayi hidup kurang dari 24 jam, hal ini tidak dapat ditentukan dengan pasti
penutupan ductus arteriosus dan foramen ovale tidak dapat dipakai sebagai pegangan,
karena waktu penutupannya bervariasi (tidak tetap)
5. Apa sebab kematiannya.
6. Periksa golongan darah
7. Tanda- tanda perawatan
Selain yang telah disebutkan di atas, dalam kasus pembunuhan anak penting juga
menemukan adanya tanda- tanda perawatan karena dari sisni dapat diduga apakah kasus
yang dihadapi memang benar kasus pembunuhan anak atau menjadi kasus lain yang
ancaman hukumannya berbeda. Tanda- tanda perwatan bias berupa tubuh yang telah
dibersihkan, tali pusat yang dipotong dan diikat, diberi pakaian atau selimut
Cara- cara korban (bayi) menemui ajalnya:
1. Karena kelalaian
Pada peristiwa kelahiran sering dijumpai kelalaian melakukan suatu yang seharusnya perlu untuk
bayi yang baru lahir supaya dapat bertahan hidup. Keadaan ini dapat disengaja dapat pula tidak
disengaja.
Jenis- jenis kelalaian yang dapat terjadi :

Inhalasi cairan ketuban/darah atau terbenam dalam WC mati akibat asphyxia


Pemeriksaan : dengan mikroskop
Terjerat tali pusat, mati akibat asphyxia. Jeratan dengan tali pusat yang dilakukan setelah
bayi mati (dengan maksud untuk menimbulkan dugaan bahwa bayi tersebut mati akibat
lilitan tali pusat selama proses kelahiran) dapat dibedakan dengan kematian akibat lilitan

tali pusat yang terjadi intra uterin, yaitu pada bayi mati intra uterine menunjukkan paru
yang belum pernah bernafas.
Perdarahan dari tali pusat, karena setelah bayi lahir tali pusat tidak diikat dengan baik.
Suffocation, misalnya terjadi kelahiran di bawah selimut
Lalai membuat hangat (tidak dapat dibuktikan post mortem) atau tidak memberi
feeding. Dalam hal ini kematian bayi terjadi secara pasif (kedinginan dan starvation)
2. Karena kekerasan
Jenis-jenis kekerasan :
a. Kekerasan dalam uterus
Dinding perut tertumbuk sesuatu (jatuh, ditendang)
Pemasukan alat ke dalam vagina
b. Kekerasan selama proses kelahiran
Kemungkinan terjadinya trauma kelahiran yang wajar harus selalu dipikirkan
sebelum menduga adanya tindak kekerasan (misalnya ada kaput suksadenum).
Retak tulang tengkorak karena trauma kelahiran (biasanya pada os temporale)
pada umumnya hanya sedikit dan tidak disertai luka lecet.
Kekerasan pada kepala yang disengaja menimbulkan retak yang lebih besar, ada
luka lecet, mungkin ditemukan contusion/laceratio cerebri.
c. Kekerasan yang terjadi setelah kelahiran lengkap :
Kekerasan benda tumpul
Suffocation dan gagging
Jeratan atau cekikan
Luka iris atau luka tusuk
Tenggelam
Untuk memastikan bahwa sebab kematian bayi adalah suffocation, selain ditemukan
tanda-tanda asfiksia harus ditemukan juga bahan-bahan yang menyebabkan obstruksi
jalan nafas. Bila hanya ditemukan tanda-tanda asphyxia saja tanpa menemukan bahanbahan yang menyebabkan obstruksi jalan nafas atau tanda-tanda kekerasan seperti bekas
jerat/cekikan, maka kita hanya dapat memberi keterangan ada gangguan pada
pernafasan, sedang jenis gangguan tidak dapat dibuktikan.

Gagging
Pembuktian : ditemukan bahan yang dipakai untuk menyumbat di dalam mulut korban dekat
batang tenggorokan.

Strangulation

Terdapat bekas kuku/tangan sekitar leher dan mulut, dapat terjadi karena tindak
kejahatan, dapat pula karena bekas tangan si ibu waktu berusaha menarik keluar dari
rahim dengan mencekam bagian kepala/leher bayi.
Terdapat jerat oleh tali pusat. Bila setelah bayi mati jerat segera dilepaskan, tidak akan
meninggalkan bekas.
Terdapat jerat oleh kain, ikat pinggang, tali/sepatu, kawat.

Alur pada leher bayi belum tentu bekas jerat, bila :

Tidak ada tanda intravital


Letak alur tepat pada lipatan yang normal terdapat pada leher bayi; alur ini tidak
melingkari seluruh leher.
Tidak ditemukan tanda-tanda asphyxia.

Bila jerat oleh tali pusat tidak bersimpul atau bersimpul hanya 1 kali belum dapat dibuktikan
adanya suatu kesengajaan. Bila pada jerat oleh tali pusat terdapat simpul beberapa kali, dapat
dipastikan ada unsur kesengajaan.
Untuk memastikan bayi mati akibat jerat yang ditemukan pada lehernya haruslah dibuktikan :
a. Bayi pernah bernafas.
b. Jerat dilakukan pada waktu bayi masih hidup.
c. Jerat tersebut menyebabkan kematian.
Bila pada jenazah bayi ditemukan luka tusuk atau luka iris, harus dibuktikan :
a. Bayi pernah bernafas/hidup
b. Pada luka-luka terdapat tanda intravital.
c. Luka tersebut dapat menyebabkan kematian.
Untuk membuktikan kematian karena tenggelam (drowning), perlu dilaksanakan pemeriksaan
laboratorium terhadap cairan dalam bronchus dengan harapan dapat menemukan cairan Lysol, air
sabun, air ketuban, darah, dsb.
Banyak kesulitan untuk menjatuhkan pidana Pembunuhan Anak, kecuali bila si Ibu mengakui
sendiri atau bila tindakan dilakukan di hadapan saksi.

Anda mungkin juga menyukai