Cek
Cek
PRODUK HERBAL TOMMY EMILAN ASHFAR KURNIA BUDI UTAMI LILIEK NURLINDA
DIYANI ADHEN MAULANA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
DEPARTEMEN FARMASI PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HERBAL DEPOK 2011
DAFTAR ISI BAB 1
PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
BAB 2 JAMINAN BAHAN BAKU..................................................................................
5 2.1
SIMPLISIA.................................................................................................................
.. 5 2.2
EKSTRAK..................................................................................................................
.. 10 BAB 3 SERTIFIKASI STANDAR NASIONAL INDONESIA ....................................
18 BAB 4 NOMOR
REGISTRASI....................................................................................... 24 DAFTAR
ACUAN ............................................................................................................ 25 1
BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya akan
keanekaragaman hayati terutama tumbuh-tumbuhan. Ada lebih dari 30.000 jenis
tumbuhan yang terdapat di bumi Nusantara ini, dan lebih dari 1000 jenis telah
diketahui dapat dimanfaatkan untuk pengobatan. Tumbuhan obat sudah sejak
lama dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan kesehatan (promotif),
memulihkan kesehatan (rehabilitative), pencegahan penyakit (preventif), dan
penyembuhan penyakit (kuratif). Ramuan obat bahan alam hampir dimiliki oleh
setiap suku bangsa di Indonesia dan digunakan secara turun temurun sebagai
obat. Pada era globalisasi ini obat bahan alam baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar negeri sangat pesat perkembangannya, dengan demikian
supaya produk-produk herbal tersebut dapat terjaga kualitas dan khasiatnya
maka diperlukan suatu standarisasi baik pada bahan baku ataupun dalam bentuk
sediaan ekstrak atau sediaan galenik. Beberapa Negara baik di Eropa, Asia, dan
Amerika telah menetapkan beberapa standar terhadap bahan baku produk
herbal ini, bahkan WHO juga telah menetapkan standar terhadap beberapa
tanaman yang biasa digunakan sebagi bahan baku obat / produk herbal.
Beberapa contoh jenis standar yang dimaksud adalah BHP (British Herbal
Pharmacopoeia), USP (United States Pharmacopoeia), JSHM (Japanese Standards
For Herbal Medicines), API (The Ayurvedic Pharmacopoeia of India), WHO's
Guidelines For Medicinal Plant Materials. 2 Parameter yang terdapat dalam
British Herbal Pharmacopoeia/BHP a. Sinonim b. Definisi c. Deskripsi 1)
Makroskopik 2) Mikroskopik d. Parameter Fisika-Kimia 1) Kadar Air 2) Total abu /
Total abu tak larut asam / Total abu larut air 3) Bahan organic asing 4)
Kandungan alkaloid / Minyak volatile 5) TLC / GLC 6) Kadar sari larut air / Kadar
sari larut alcohol 7) Test Identifikasi e. Parameter aktifitas biologi 1) Swelling
index f. Terapetik 1) Efek samping 2) Saran penggunaan 3) Kontraindikasi 4)
Toksisitas 5) Inkompabilitas 6) Maksimum konsentrasi 7) Tindakan pencegahan 8)
Indikasi 9) Indikasi khusus g. Penyimpanan Parameter yang terdapat dalam
Japanese Standards For Herbal Medicines a. Nama tanaman b. Definisi c.
Deskripsi 3 1) Maksrokopik 2) Mikroskopik 3) Organoleptik d. Fisika-Kimia Test 1)
Kelarutan 2) pH 3) Kadar Air e. Test Identifikasi f. Test Kemurnian 1) Bahan asing
g. Susut pengeringan h. Total abu / Total abu tak larut asam / Total abu larut air i.
Kadar sari larut air / Kadar sari larut alcohol j. Kandungan alkaloid / Minyak
volatile k. Penyimpanan Parameter dalam The Ayurvedic Pharmacopoeia of India
(API) a. Definisi b. Sinonim c. Deskripsi d. Mikroskopik e. Identitas, Kemurnian 1)
Test identifikasi 2) Bahan asing 3) Kadar abu 4) Kadar abu tak larut asam 5)
Kadar sari larut alcohol 6) Total alkaloid / Total volatile oils f. Kosntituen g. Atribut
klasik (Rasa, Guna, Virya, Vipaka, dan Karma) h. Efek terapetik i. Formulasi 4 j.
Dosis Parameter dalam WHO's Guidelines For Madicinal Plant Materials a.
Botanical 1) Evaluasi sensori (Visual, aroma, rasa, tekstur) 2) Bahan asing
(Tamanan asing, binatang, mineral) 3) Deskripsi mikroskopik b. Fisika-Kimia 1)
TLC 2) Kadar abu (Total, larut air, tak larut asam) 3) Kadar sari (air panas, air,
alcohol) 4) Kadar air (Susut pengeringan) 5) Kadar minyal (Volatile oils) c.
Farmakologi 1) Bitternes value 2) Haemolytic Activity 3) Serling Index 4)
Astringency 5) Foaming Index d. Toksikologi 1) Residu pestisida 2) Arsen 3)
Cadmium 4) Timbal 5) Kontaminasi mikroba (TPC, Enterobacteriaceae, E.coli,
Salmonella, S. aureus, P. aerogenosa). 6) Aflatoxin 7) Kontaminasi radiokatif 5
BAB 2 JAMINAN BAHAN BAKU Untuk menjamin bahwa kualitas herbal sama pada
setiap produksinya dan memenuhi standar minimal maka harus ada penetapan
standar dari hulu ke hilir. Kita haruslah memperhatikan dari mana tumbuhan itu
berasal, bagaimanakan cara panennya, dan bagaimana proses selanjutnya. 2.1
SIMPLISIA 2.1.1 Penyiapan simplisia Dalam penyiapan atau pembuatan simplisia,
tahapan yang perlu diperhatikan adalah (a) bahan baku simplisia, (b) proses
pembuatan simplisia, dan (c) cara pengepakan/pengemasan dan penyimpanan
simplisia. a. Bahan baku simplisia. Dalam pembuatan simplisia, kualitas bahan
baku simplisia merupakan faktor yang penting yang perlu diperhatikan. Sumber
bahan baku dapat berupa tumbuhan, hewan, maupun mineral. Simplisia nabati
yang ideal dapat ditinjau dari asal tumbuhan tersebut. Tumbuhan tersebut dapat
berasal dari tanaman budidaya maupun tumbuhan liar. b. Tanaman budidaya.
Tanaman ini sengaja dibudidaya untuk itu bibit tanaman harus dipilih yang baik,
ditinjau dari penampilan dan kandungan senyawa berkhasiat, atau dengan kata
lain berkualitas atau bermutu tinggi. Simplisia yang berasal dari tanaman
budidaya selain berkualitas, juga sama rata atau homogen sehingga dari waktu
ke waktu akan dihasilkan simplisia yang bermutu mendekati ajeg atau konsisten.
Dari simplisia tersebut akan dihasilkan produk obat tradisional yang
reproducible atau ajeg khasiatnya. Perlu diperhatikan pula bahwa tanaman
budidaya dapat bervariasi kualitasnya bila ditanam secara monokultur (tanaman
tunggal) dibanding dengan tanaman tumpangsari. Demikian juga terdapat faktor
lain yang berpengaruh terhadap penampilan dan kandungan kimia suatu
tanaman, 6 antara lain tempat tumbuh, iklim, pemupukan, waktu panen,
pengolahan pasca panen dsb. c. Tumbuhan liar. Tumbuhan liar artinya tumbuhan
tersebut tidak dibudidaya atau tumbuh liar. Sebetulnya tumbuhan liar tersebut
dapat dibudidayakan. Namun hal ini jarang dilakukan oleh petani karena tradisi
atau kebiasaan. Agar bahan tumbuhan yang berasal dan tumbuhan liar ini
mutunya dapat dipertahankan, diperlukan pengawasan kualitas secara intern
yang baik. Apabila suatu bahan baku simplisia yang berasal dari tumbuhan liar
ini melangka, padahal permintaan pasar tinggi, maka sering kita jumpai adanya
pemalsuan. Dan pengalaman dapat kita lacak kemudian dicatat asal-usul bahan
tumbuhan yang berasal dari tumbuhan liar tersebut, kita periksa kadar bahan
berkhasiat, sehingga kita dapat memilih bahan simplisia serupa untuk produk
kita di masa mendatang. 2.1.2 Pemanenan pada saat yang tepat Waktu
pemanenan yang tepat akan menghasilkan simplisia yang mengandung bahan
berkhasiat yang optimal. Kandungan kimia dalam tumbuhan tidak sama
sepanjang waktu. Kandungan kimia akan mencapai kadar optimum pada waktu
tertentu. Di bawah ini akan diuraikan kapan waktu yang tepat untuk memanen
bagian tumbuhan. Ketentuan saat pemanenan tumbuhan atau bagian tumbuhan
adalah sebagai benikut. a. Biji (semen) dipanen pada saat buah sudah tua atau
buah mengering, misalnya biji kedawung. b. Buah (fructus) dikumpulkan pada
saat buah sudah masak atau sudah tua tetapi belum masak, misalnya Iada
(misalnya pada pemanenan lada, kalau dilakukan pada saat buah sudah tua
tetapi belum masak akan dihasilkan lada hitam (Piperis nigri Fructus); tetapi
kalau sudah masak akan dihasilkan lada putih (Piperis aIbi Fructus). c. Daun
(folia) dikumpulkan pada saat tumbuhan menjelang berbunga atau sedang
berbunga tetapi belum berbuah. 7 d. Bunga (flores/flos) dipanen pada saat masih
kuncup (misalnya cengkeh atau melati) atau tepat mekar (misalnya bunga
mawar, bunga srigading). e. Kulit batang (cortex) diambil dari tanaman atau
tumbuhan yang telah tua atau umun yang tepat, sebaiknya pada musim
kemarau sehingga kulit kayu mudah dikelupas. f. Umbi Iapis (bulbus) dipanen
pada waktu umbi mencapai besar optimum, yaitu pada waktu bagian atas
tanaman sudah mulai mengering (misalnya bawang putih dan bawang merah).
g. Rimpang atau empon-empon (rhizomad) dipanen pada waktu pertumbuhan
maksimal dan bagian di atas tanah sudah mulai mengering, yaitu pada
permulaan musim kemarau. 2.1.3 Proses Pembuatan Simplisia Setelah dilakukan
pemanenan bahan baku simplisia, maka tahapan penanganan pasca panen
adalah sebagai berikut. a. Sortasi basah.Tahap ini perlu dilakukan karena bahan
baku simplisia harus benar dan murni, artinya berasal dari tanaman yang
merupakan bahan baku simplisia yang dimaksud, bukan dari tanaman lain.
Dalam kaitannya dengan ini, perlu dilakukan pemisahan dan pembuangan bahan
organik asing atau tumbuhan atau bagian tumbuhan lain yang terikut. Bahan
baku simplisia juga harus bersih, artinya tidak boleh tercampur dengan tanah,
kerikil, atau pengotor lainnya (misalnya serangga atau bagiannya). b. Pencucian.
Pencucian seyogyanya jangan menggunakan air sungai, karena cemarannya
berat. Sebaiknya digunakan air dari mata air, sumur, atau air ledeng (PAM).
Setelah dicuci ditiriskan agar kelebihan air cucian mengalir. Ke dalam air untuk
mencuci dapat dilarutkan kalium permanganat seperdelapan ribu, hal ini
dilakukan untuk menekan angka kuman dan dilakukan untuk pencucian rimpang.
c. Perajangan. Banyak simplisia yang memerlukan perajangan agar proses
pengeringan berlangsung lebih cepat. Perajangan dapat dilakukan manual atau
dengan mesin perajang singkong dengan ketebalan yang 8 sesuai. Apabila
terlalu tebal maka proses pengeringan akan terlalu lama dan kemungkinan dapat
membusuk atau berjamur. Perajangan yang terlalu tipis akan berakibat rusaknya
kandungan kimia karena oksidasi atau reduksi. Alat perajang atau pisau yang
digunakan sebaiknya bukan dan besi (misalnya stainless steel eteu baja
nirkarat). d. Pengeringan. Pengeringan merupakan proses pengawetan simplisia
sehingga simplisia tahan lama dalam penyimpanan. Selain itu pengeringan akan
menghindari teruainya kandungan kimia karena pengaruh enzim. Pengeringan
c) Asesmen awal terhadap proses produksi atau system mutu, sesuai kebutuhan
d) Evaluasi laporan pengujian atau asesmen e) Pengambilan keputusan f)
Penerbitan lisensi g) Surveilan proses produksi atau system mutu atau keduanya
h) Surveilan dengan cara pengujian atau inspeksi sampel dari pabrik atau dari
pasar, atau keduanya. 22 g. Sistem 6 Sistem ini khususnya mengarah pada
sertifikasi proses atau jasa. System sertifikasi ini mencakup : a) Determinasi
karakteristik melalui pengujian atau asesmen b) Asesmen awal terhadap system
mutu, sesuai kebutuhan c) Evaluasi d) Pengambilan keputusan e) Penerbitan
lisensi f) Surveilan dengan audit system mutu g) Surveilan dengan cara asesmen
terhadap proses atau jasa 23 CONTOH ALUR PROSES SPPT SNI (TIPE 5)
Keterangan : *Total waktu untuk memproses SPPT SNI adalah 41 hari kerja *
Waktu untuk menyelesaikan proses bertanda * tidak termasuk dalam 41 hari
kerja tersebut diatas 1 Hari Perusahaan menyerahkan Dokumen permohonan
SPPT SNI Pemeriksaan kelengkapan Dokumen Kaji ulang Permohonan Penerbitan
Tagihan Biaya (Invoice) Perusahaan membayar sesuai tagihan dan mengirim/faks
bukti transfer ke LSPro Audit Kebenaran Dokumen dan Audit Kecukupan Audit
Kesesuaian Penerbitan SPPT SNI Konsep SPPT SNI Rapat Panel Penyiapan Bahan
Panel Audit Sistem Manajemen Mutu Perusahaan melakukan Tindakan Perbaikan
(jika ditemukan ketidaksesuaian Pengambilan Contoh Pengujian Produk oleh
Laboraturium Uji Perusahaan melengkapi Dokumentasi Perusahaan Melakukan
Tindakan Perbaikan (Jika ditemukan Ketidaksesuaian Klarifikasi Perusahaan 1 Hari
1 Hari * 5 Hari 20 Hari * 7 Hari 1 Hari 4 Hari 1 Hari 24 BAB 4 NOMOR REGISTRASI
Setelah melakukan langkah-langkah jaminan mutu tersebut selanjutnya kita
melakukan registrasi untuk mendapatkan bukti bahwa produk yang kita buat
memiliki kualitas yang memadai. Yang berhak mengeluarkan bukti registrasi
adalah pemerintah melalui Badan Pengawasan Obat dan Makanan. Bilamana
diperlukan pendaftaran kepada Departeman Agama juga dapat dilakukan, guna
mendapatkan bukti bahwa produk kita terhindar dari bahan-bahan yang dilarang,
dengan begitu masyarakat akan semakin yakin bahwa produk herbal yang
diproduksi aman, bermanfaat, dan halal. 25 DAFTAR ACUAN Departemen
Kesehatan RI. (1985). CaraPembuatan Simplisia. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia: Jakarta. Departemen Kesehatan RI. (1995). Farmakope
Indonesia edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. (1994). Kodifikasi Peraturan Perundang-undangan
Obat Tradisional, Dirwas Obat Tradisional: Jakarta. Departemen Kesehatan RI.
(1976). Materia Medika Indonesia, Jilid I-VI, Dirjen Pengawasan Obat dan
Makanan, Jakarta. Departemen Kesehatan RI. (1990). Cara Pembuatan Simplisia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta. Departemen Kesehatan RI.
(1992). Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia: Jakarta. Seabaugh,K. and Smith, M., (1996). USP Open
Conference on Botanicals for Medical and Dietary Uses: Standards and
Information Issues. The United States Pharmacopeial Convention, Inc., Rockville,
Maryland Bruneton,J.,(1999). Pharmacognosy Phytochemistry Medicinal
Plants, Second edition, Lavoisier Pub. Inc. c/o Springen Verlag, Secaucus USA.
Dewick, P.M., (1997). Medicinal Natural Products-A Biosynthetic Approach. John
Wiley & Sons, Chichester. Evans,W.C. and Evans,D., (2002). Phamacognosy, 15 th
Edition, W.B.Saunders, Edinburg, London Samuellsson, G., (1999). Drugs of
Fotocopy Ijazah & Surat Izin Kerja Apoteker penanggung jawab Teknis atau Surat Penugasan
Certificate Non GMO (untuk produk yang mengandung bahan berpotensi GMO)
Kemasan
Contoh Produk Min 10 buah, (untuk pengujian laboratorium dan sampel BPOM)
Makanan & Minuman (MAKMIN)
Contoh Produk Min 10 buah, (untuk pengujian laboratorium dan sampel BPOM)
Kosmetik
Komposisi
Contoh Produk Min 5 buah, (untuk pengujian laboratorium dan sampel BPOM)
TANYA JAWAB
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- A. TANYA JAWAB UMUM IMPLEMENTASI INSW DI BADAN POM 1. Tanya: Apakah
yang dimaksud dengan Portal INSW (Indonesia National Single Window)? Jawab:
Sistem yang akan melakukan integrasi informasi berkaitan dengan proses
penanganan dokumen kepabeanan dan pengeluaran barang, yang menjamin
keamanan data dan informasi serta memadukan alur dan proses informasi antar
sistem internal secara otomatis, yang meliputi sistem kepabeanan, perizinan,
kepelabuhanan/ kebandarudaraan, dan sistem lain yang terkait dengan proses
penanganan dokumen kepabeanan dan pengeluaran barang. 2. Tanya: Apakah
Tujuan Umum Penerapan Sistem NSW? Jawab: - Meningkatkan kecepatan
penyelesaian proses ekspor-impor melalui peningkatan efektifitas dan kinerja
sistem layanan yang ter-integrasi antar seluruh entitas yang terkait. Meminimalisasi waktu dan biaya yang diperlukan dalam penanganan lalulintas
barang ekspor-impor, terutama terkait dengan proses customs release and
clearance of cargoes. - Meningkatkan validitas dan akurasi data dan informasi
yang terkait dengan kegiatan ekspor dan impor. - Meningkatkan daya saing
perekonomian nasional dan mendorong masuknya investasi 3. Tanya: Apa saja
Komponen Utama dan Konsep Dasar Sistem NSW? Jawab: - Seluruh instansi
Pemerintah (GA) dan institusi pendukung lainnya antara lain Customs, Instansi
Perijinan (GA) Impor/Ekspor, Port Operator, Bank dll. 205 - Pengguna Jasa (pelaku
usaha dan masyarakat) antara lain : Importir, Eksportir, PPJK, Forwader,
Shipping/Air-Line, Persh.Transportasi, Warehousing. - Sistem NSW Negara lain
(ASEAN) yaitu NSW System di 10 (sepuluh) ASEAN Member Countries. - Pengelola
Portal INSW yaitu Tim Nasional atau Badan yang ditetapkan Pemerintah. 4.
Tanya: Apakah Dasar hukum Penerapan Sistem NSW? Jawab: - Keputusan
Presiden No. 54 Tahun 2002 jo. Keppres No. 24 Tahun 2005 Tentang Tim
Koordinasi Peningkatan Kelancaran Arus Barang Ekspor dan Impor - Instruksi
Presiden No.3 Tahun 2006 dilanjutkan Inpres No. 6 Tahun 2007 dan Inpres No. 5
Tahun 2008 berkaitan dengan Peningkatan Investasi & Fokus Program Ekonomi. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2008 tanggal 26 Pebruari 2008: Penggunaan
Sistem Elektronik dalam rangka Indonesia National Single Window (NSW) Keputusan Menko Perekonomian No. 22/M.Ekon/03/2006 jo. KEP19/M.EKON/04/2008 tentang Pembentukan Tim Persiapan NSW, yang
ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Keuangan selaku Ketua Tim Persiapan
NSW. 5. Tanya: Sebutkan cakupan sistem INSW? Jawab: - Sistem NSW-Impor :
Diberlakukan secara penuh (mandatory) di 5 Pelabuhan Utama - Sistem NSWEkspor : Diberlakukan secara penuh (mandatory) di 5 Pelabuhan Utama - Sistem
NSW-SeaPort : Diberlakukan secara penuh (mandatory) di Tanjung Priok, Tanjung
Emas, Tanjung Perak dan Belawan - Sistem NSW-AirPort : Diberlakukan secara
penuh (mandatory) di di Bandara Soekarno Hatta 6. Tanya: Apakah peran Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dalam sistem INSW? Jawab: BPOM adalah
GA yang memberikan perijinan untuk komoditi makanan, minuman 206 dan obat
(MMO). 7. Tanya: Bagaimanakah tahapan cara menggunakan aplikasi e-bpom?
Jawab: - Registrasi melalui http://e-bpom.go.id/ isi data yang diperlukan dan klik
tombol Daftar. - Tunggu email konfirmasi dari administrator yang menyatakan
registrasi telah diterima. - Permohonan ijin sudah dapat dilakukan dengan
menggunakan user login dan password yang telah disetujui - Klik Menu dan
Dokumen baru kemudian masukkan data yang dibutuhkan dan jika sudah
lengkap klik tombol Kirim - Rekomendasi akan diterbitkan setelah aplikasi
yang dituliskan dalam form registrasi 6. Tanya : Jika satu sarana akan melakukan
importasi dengan berapa produk yang berbeda (misal 3 produk: obat, pangan,
OT-kosmetik), berapa kali registrasi yang harus dilakukan? Jawab : Saat ini,
system Single Sign On (SSO) belum operasional, oleh karena itu untuk 3 produk
yang berbeda tersebut, dilakukan 3 kali registrasi. 7. Tanya : Jika alamat sarana
di Jakarta, akan tetapi produk yang diimpor pelabuhan bongkarnya di Surabaya,
apakah untuk memperoleh SKI dokumen elektronik harus di-apply ke Badan POM
di Jakarta? Jawab : Semua Balai Besar/Balai POM di seluruh Indonesia dapat
menerbitkan SKI, sehingga untuk pengajuan dokumen tidak harus datang ke
Badan POM di Jakarta. Demikian pula sesuai dengan prinsip NSW menggunakan
system elektronik, maka dimanapun (baik Jakarta maupun Surabaya) dapat
diterbitkan SKI. Akan tetapi untuk mempermudah pengawasan dan hal lain yang
diperlukan maka sebaiknya pengajuan SKI dilakukan di Balai Besar POM
Surabaya, wilayah pelabuhan bongkar. 8. Tanya : Mengapa produk jadi impor
tertentu yang telah mendapat Nomor Ijin Edar (NIE) baru tidak dapat di-apply di
e-bpom? Jawab : Sebelum melakukan importasi produk jadi, sebaiknya
melakukan verifikasi NIE di website pom.go.id subsite KOMODITI. Segera hubungi
petugas kedeputian dimaksud jika NIE belum ada di website pom.go.id 9. Tanya :
Jika importasi produk setiap shipment-nya mencapai puluhan item, maka jika
kami memasukkan satu per satu produk ke dalam e-bpom maka proses importasi
akan memakan waktu yang cukup lama, bagaimana mengatasi hal seperti ini?
210 Jawab : Untuk produk dengan jumlah item lebih dari 10 item, disediakan
fasilitas comma separate value (CSV) yang dapat di download dari e-bpom,
sehingga proses dapat dilakukan sekaligus, dengan waktu cepat. 10. Tanya :
Bagaimana dapat mengetahui / memantau dokumen produk importasi, apakah
data yang kami berikan sudah tepat, apakah masih ada kekurangan atau apakah
SKI telah diterbitkan? Jawab : Pada aplikasi e-bpom disediakan fasilitas
TRACKING, yaitu fasilitas untuk memantau status dokumen, baik informasi
kekurangan data, informasi dokumen importir telah terkirim ke Badan POM,
informasi ditolak atau direkomendasikan. 11. Tanya : Bagaimana mengetahui
bahwa SKI telah dikirim ke Ditjen Bea dan Cukai? Jawab : Untuk mengetahuinya
ada dua cara: 1. Menggunakan username masing-masing, lihat di e-bpom
fasilitas tracking, jika Status di-REKOMENDASI maka data SKI secara otomatis
akan terikirim dari Portal Badan POM ke Portal INSW (Ditjen Bea & Cukai) 2. Lihat
di INSW, cek No. SKI yang telah diterbitkan oleh Badan POM. Jika data SKI telah
di upload di INSW berarti data tersebut telah sampai di Portal Ditjen Bea dan
Cukai 12. Tanya : Jika pada TRACKING status di-REKOMENDASI tetapi dokumen
ditolak di Ditjen Bea dan Cukai dengan alasan data tidak ada di INSW, siapa
person di Badan POM yang harus dihubungi? Jawab : Proses seperti ini sangat
jarang terjadi, karena aliran data dilakukan secara otomatis. Meskipun demikian
jika hal ini terjadi agar menghubungi: TIM Help Desk Bidang TI PIOM, Badan POM
Telp : 021-42878164 ; 021 - 4244691 pes 1006 211 Fax:021-42889117 - Email:
bidang_ti@pom.go.id C. TANYA JAWAB TERKAIT REKOMENDASI IMPOR BAHAN
BAKU OBAT DAN OBAT JADI 1. Tanya: Surat Keterangan Impor (SKI) bahan baku
obat dan obat jadi apakah berlaku selamanya? Jawab: Tidak, SKI hanya berlaku
untuk satu kali impor atau satu kali pemasukan barang. Importir harus
mengajukan permohonan untuk mendapatkan SKI pada setiap kali importasi. 2.
Tanya: Apa saja dokumen yang perlu dilampirkan pada saat mengajukan
permohonan SKI? Jawab: Untuk impor bahan baku obat, perlu melampirkan
dokumen Certificate of Analysis (CoA) untuk setiap bets, invoice dan Air Way Bill
(AWB) atau Bill Of Loading (BOL). Sedangkan untuk impor obat jadi, ada
tambahan dokumen yang perlu dilampirkan selain ketiga dokumen tersebut,
yaitu Nomor Izin Edar. Untuk impor vaksin, satu dokumen lagi yang perlu
dilampirkan yaitu batch release. 3. Tanya: Siapa saja yang boleh melakukan
impor obat jadi? Jawab: Sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Badan POM No.
HK.00.05.1.3459 tentang Pengawasan Pemasukan Obat Impor, yang berhak
memasukan obat impor ke dalam wilayah Indonesia adalah Industri Farmasi atau
Pedagang Besar Farmasi sebagai Pendaftar yang telah memiliki Izin Edar atas
Obat Impor dari Kepala Badan Pengawas 212 Obat dan Makanan. 4. Tanya: Siapa
saja yang boleh melakukan impor bahan baku obat? Jawab: Sesuai dengan Surat
Keputusan Kepala Badan POM No.HK.00.05.1.3460 tentang Pengawasan
Pemasukan Bahan Baku Obat, yang berhak memasukan bahan baku obat ke
dalam wilayah Indonesia adalah Industri Farmasiatau Pedagang Besar Bahan
Baku Farmasi yang memiliki ijin sesuai dengan ketentuan peraturan Perundangundangan yang berlaku. 5. Tanya: Apakah yang dimaksud dengan sistem
elektronik dalam proses SKI? Jawab: Sistem elektronik penanganan dokumen
kepabeanan dan perizinan yang berkaitan dengan ekspor dan/atau impor obat
dan makanan dalam kerangka Indonesia National Single Window di lingkungan
Badan Pengawas Obat dan Makanan. Setiap Importir atau eksportir dapat
mengajukan permohonan Surat Keterangan Impor atau Surat Keterangan Ekspor
obat dan makanan dengan melakukan registrasi elektronik melalui website
Badan Pengawas Obat dan Makanan, http://e-bpom.pom.go.id, untuk
mendapatkan user name dan password. Setelah mendapatkan user name dan
password yang telah dikonfirmasi melalui email, importir dapat menggunakan
aplikasi e-bpom tersebut untuk mengajukan permohonan SKI. 6. Tanya: Dengan
sistem elektronik tersebut, apakah dokumen yang dilampirkan tetap diperlukan?
Jawab: Dokumen pendukung pada permohonan SKI tetap dilampirkan dengan
cara mengupload dokumen elektronik ke aplikasi e-bpom. Tetapi apabila
dokumen tersebut tidak dapat dikirim secara elektronik, dokumen harus
diserahkan dalam bentuk hard copy. Penerimaan dokumen (hardcopy) mulai jam
08.00 12.00 WIB di gedung B 213 lantai 4. 7. Tanya: Importir dapat entry data
di kantor atau lokasi manapun, dengan cara seperti itu apakah diperbolehkan
importir melakukan entry kapan saja? Jawab: Importir dapat melakukan entri
data permohonan kapan saja, tidak terbatas waktunya, tetapi penerimaan
dokumen (elektronik) di atas jam 12.00 WIB akan diproses pada hari berikutnya.
Sedangkan penerimaan dokumen (elektronik) pada hari libur, akan diproses pada
hari kerja berikutnya. 8. Tanya: Untuk importasi bahan baku yang HS Code nya
sama dengan HS Code obat tetapi digunakan bukan untuk obat, pengajuan
permohonan untuk mendapatkan SKI ke bagian apa dan syaratnya apa aja?
Jawab: Importasi bahan baku yang HS Code nya sama dengan HS Code obat atau
komoditi lain yang diawasi Badan POM, permohonan dapat diajukan ke Direktorat
Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT di gedung B lantai 4 dengan
melampirkan: surat pernyataan bahwa bahan baku tersebut tidakdigunakan
untuk obat, obat tradisional, kosmetik, suplemen makanan atau makanan tetapi
untuk kegunaan lain, Matery Safety Data Sheets (MSDS), CoA untuk setiap bets,
AWB/BOL dan Invoice. 9. Tanya: Apabila nama obat jadi yang akan diimpor tidak
terdapat dalam database obat jadi di aplikasi e-bpom, apa yang harus dilakukan?
Jawab: Database obat jadi di aplikasi e-bpom akan selalu diupdate. Selama
menunggu updating data tersebut, apabila ada obat jadi yang belum terdapat
dalam database, pengajuan permohonan SKI dilakukan secara manual. Proses
SKI dilakukan juga secara manual dan SKI tersebut tetap akan kami kirim ke
Portal INSW melalui webform di aplikasi e-bpom. 214 D. TANYA JAWAB TERKAIT
REKOMENDASI IMPOR BAHAN BAKU PANGAN, BAHAN TAMBAHAN PANGAN DAN
PRODUK PANGAN 1. Tanya: Apakah yang dimaksud dengan sertifikasi impor
pangan ? Jawab: Sertifikasi impor pangan adalah proses penerbitan Surat
Keterangan Impor yang dilakukan oleh Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan
Badan POM RI. 2. Tanya: Pangan apa saja yang diterbitkan SKI-nya oleh Badan
POM ? Jawab: Penerbitan SKI berlaku untuk seluruh jenis pangan olahan, yaitu
untuk produk pangan (retail packing), bahan baku pangan dan bahan tambahan
pangan. 3. Tanya: Pangan apa saja yang tidak diterbitkan SKI-nya oleh Badan
POM? Jawab: Pangan yang termasuk kategori pangan segar, seperti daging
segar, buah segar, sayuran segar, beras, dan lainnya serta pangan yang diatur
tata niaganya seperti minuman beralkohol; gula; garam 4. Tanya: Bagaimana
cara mendapatkan SKI ? Jawab: SKI diperoleh dengan mengajukan surat
permohonan SKI yang ditujukan kepada Direktur Inspeksi dan Sertifikasi Pangan,
Deputi III, Badan POM RI dan menyerahkan dokumen/berkas yang disyaratkan. 5.
Tanya: Kemanakah surat permohonan dan dokumen/berkas persyaratan tersebut
harus diserahkan ? 215 Jawab: Permohonan SKI beserta berkas/dokumen
persyaratan harus diajukan secara elektronik melalui situs e-bpom (http://ebpom.pom.go.id) kemudian disampaikan secara langsung ke pusat pelayanan
sertifikasi pangan, gedung B lantai 3, Badan POM RI, Jl. Percetakan Negara No.
23, Jakarta Pusat. 6. Tanya: Apakah setiap permohonan SKI harus diajukan secara
elektronik? Apa saja yang perlu dilakukan? Jawab: Ya, setiap permohonan SKI
harus diajukan terlebih dahulu secara elektronik melalui situs e-bpom.
Perusahaan pemohon (baru) terlebih dahulu harus mendaftar sebagai pengguna
atau pemilik account dengan cara mendaftar secara elektronik, kemudian
megajukan permohonan pendaftaran (registrasi NSW) secara langsung yang
ditujukan kepada Direktur Inspeksi dan Sertifikasi Pangan, menyerahkan surat
pernyataan beserta dokumen/berkas persyaratan kepada petugas pendaftaran di
pusat pelayanan sertifikasi pangan, gedung B lantai 3, Badan POM RI, Jakarta. 7.
Tanya: Apa yang perlu dilakukan untuk mendapatkan SKI untuk produk pangan ?
Jawab: Produk pangan dalam kemasan eceran (retail packing) yang akan diimpor
harus memiliki surat persetujuan pendaftaran (nomor ML) dari Badan POM RI. 8.
Tanya: Pada importasi bahan baku pangan dan bahan tambahan pangan, apakah
boleh menggunakan sertifikat lain selain sertifikat kesehatan (health
certificate) ? Jawab: Selain Health Certificate boleh digunakan Certificate of Free
Sale (sertifikat bebas jual) yang dikeluarkan atau diendorsed/ dilegalkan oleh
Kamar Dagang negara setempat (chamber of commerce). 9. Tanya: 216 Berapa
lama masa kadaluwarsa yang diperbolehkan untuk mengimpor pangan ? Jawab:
Berdasarkan Keputusan Dirjen POM No. 0018/BB/E.M/4.4/IV/90 tahun 1990
tentang Sertifikat Kesehatan, Sertifikat Radiasi dan Tanggal Kadaluwarsa, maka
tradisional dan kosmetik? Jawab: Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan
Makanan Republik Indonesia Nomor HK.00.05.1.42.4974, Tgl 23 September 2008
Tentang Pengawasan Pemasukan Bahan Kosmetik Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor Hk.00.05.42.2995, Tgl
10 Juni 2008 Tentang Pengawasan Pemasukan Kosmetik Peraturan Kepala
Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor :
Hk.00.05.42.1018, Tgl 25 Pebruari 2008 Tentang Bahan Kosmetik Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor
HK.00.05.1.42.0115, Tgl 13 Januari 2009 Tentang Pengawasan Pemasukan Bahan
Baku Obat Tradisional Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan
Republik Indonesia Nomor HK.00.05.42.2996, Tgl 10 Juni 2008 Tentang
Pengawasan Pemasukan Obat Tradisional 219 ---------000-------------- 220