Anda di halaman 1dari 8

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan biodiversitas yang tinggi.
Sekitar 30 persen jenis hewan dan tumbuhan yang ada di muka bumi
berada di Indonesia. Letak Indonesia yang sangat strategis menyebabkan
Indonesia memiliki keanekaragaman plasma nutfah yang beragam. Hingga
saat ini, para ilmuwan masih terus mencari jenis tumbuhan baru yang ada
di Indonesia. Seiring dengan ditemukannya jenis-jenis baru, ternyata
ribuan jenis tanaman terancam punah dan mengalami kepunahan.
Plasma nutfah adalah substansi yang terdapat dalam setiap makhluk
hidup dan merupakan sumber sifat keturunan yang dapat dimanfaatkan dan
dikembangkan atau ditarik untuk menciptakan jenis unggul atau kultivar
baru. Termasuk dalam kelompok ini adalah semua kultivar unggul masa
kini atau masa lampau, kultivar primitif, jenis yang sudah dimanfaatkan
tapi belum dibudidayakan, jenis liar kerabat jenis budidaya dan jenis-jenis
budidaya.
Tanaman obat di Indonesia merupakan salah satu kekayaan plasma
nutfah yang harus dijaga kelestariannya. Karena plasma nutfah merupakan
sebuah sumber genetik yang dapat digunakan untuk tujuan penelitian dan
pemuliaan. Namun pada umumnya industri jamu menggunakan bahan
tanaman obat yang berasal dari alam, misalnya hutan. Tanpa adanya usaha
pelestarian atau konservasi, tanaman obat di alam akan mulai jarang dan
akhirnya punah.
Seiring dengan adanya keinginan untuk back to nature, masyarakan
berlomba-lomba untuk kembali ke alam, yaitu menggunakan bahan-bahan
alami, khususnya obat herbal. Hal ini mendorong munculnya tumbuhnya
industri obat herbal yang semakin meningkat. Produsen herbal mengambil
bahan baku dari alam. Jika para produsen menggunakan bahan baku dari
alam secara terus menerus, tidak menutup kemungkinan jika suatu vaietas
tertentu akan punah. Untuk itu perlu adanya suatu pelestarian untuk
plasma nutfah tanaman obat-obatan tradisional,dengan cara pelestarian
secara In-situ maupun Ex-situ.
B. Tujuan Praktikum

1.

Tujuan dari praktikum plsma nutfah ini antara lain sebagai berikut :
Mahasiswa mengetahui macam keanekaragaman plasma nutfah di alam

bebas.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi jenis jenis plasma nutfah.
3. Mahasiswa mengetahui dan mampu melestarikan tanaman obat secara insitu.
4. Mahasiswa terampil dalam membudidayakan tanaman obat secara ex-situ.

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Keanekaragaman Hayati
Plasma nutfah adalah keanekaragaman genetik yang dimiliki oleh
satu spesies tanaman atau seluruh kisaran keanekaragaman sifat di dalam
satu jenis tana-man budidaya. Kekayaan plasma nutfah adalah banyaknya
kultivar, strain, galur, kerabat liar, land races, mutan yang dimiliki oleh
setiap spesies tanaman. Pengelolaan plasma nutfah tanaman di Indonesia
tersebar di berbagai instansi tanpa ada koordinasi dan kebijakan
pengelolaan secara nasional (Sastrapraja 2009).
Permasalahan pelestarian Tumbuhan Obat Indonesia disebabkan
karena a) Kerusakan habitat, b) Punahnya budaya dan penge-tahuan
tradisional penduduk asli/lokal di dalam atau sekitar hutan, c) Pemanenan
tumbuhan obat yang berle-bihan. Adanya eksploitasi terhadap kayu yang

sekaligus pohon tersebut yang juga merupakan spesies tumbuhan obat juga
merupakan ancaman terhadap kelestarian tumbuhan obatnya (Zuhud et al
2001).
Beberapa spesies tumbuhan obat dinyatakan langka serta terancam
kepunahan. Di Indonesia, kegiatan eksploitasi hutan, konversi hutan dan
pemanfaatan lahan hutan oleh masyarakat, serta pengambilan tumbuhan
obat dengan tidak mempertimbangkan aspek kelestarian dapat dipandang
sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi kelestarian dan penurunan
populasi tumbuhan obat, sehingga secara tidak disadari kelangkaan spesies
tumbuhan obat terus meningkat (Sastroamidjojo 1997).
Penyebab kelangkaan tumbuhan obat dapat diklasifikasikan dalam
dua kategori, yaitu kelangkaan secara alami dan kelangkaan yang
diakibatkan oleh aktivitas manusia yang tidak sesuai dengan kaidah
ekologi/lingkungan. Penyebab utama kepunahan adalah perburuan dan
perdagangan yang tidak terkendali dari spesies langka serta kerusakan
habitat yang diakibatkan oleh kegiatan manusia. Maka dari itu perlu
adanya pelestarian tanaman obat (Siswanto 2004).
Di Amerika Serikat menurut, dari 45 macam obat penting berasal
dari tumbuhan obat tropika, 14 spesies barasal dari Indonesia diantaranya
obat anti kanker vinblastin dan vincristine yang berasal dari tapak dara
(Catharanthus roseus) dan obat hipertensi reserpine yang berasal dari
puleai pandak (Rauvolfia serpentina). Dari penelitian yang telah dilakukan
Sirait (2001) menunjukan bahwa 80% tanaman-tanaman obat untuk jamu
didominasi

oleh

famili

Zingiberaceae

menyusul

Piperaceae

dan

Umbeliferae. Ketiga famili tersebut mempunyai aroma, warna bunga,


umbi yang jelas dan mudah ditanam (Pramono 2001).
B. Pelestarian Insitu
Pelestarian secara in situ yang umum dilakukan adalah dengan cagar
alam atau daerah lindung. Pengawasan plasma nutfah di daerah lindung
harus dilakukan secara teratur dan berkesinambungan. Pelestarian secara
in situ dilaksanakan dalam hutan, semak, savana, stepa atau biota yang
lain, jadi cara pelestarian ini dalam bentuk koleksi tumbuhan hidup.

Sehubungan dengan tujuan pelestarian plasma nutfah yang ada, maka


pengelolaan hutan seharusnya : keseimbangan ekosistem dijaga sestabil
mungkin guna melindungi plasma nutfah yang belum diusahakan (Lukman
2005)
Dalam pemanfaatannya bahan baku tumbuhan obat masih tergantung
pada tumbuhan yang ada di hutan alam atau berasal dari pertanaman
rakyat yang diusahakan secara tradisional. Pengadaan bahan baku obat
atau jamu dengan cara pemungutan langsung dari hutan alam akan
mengancam keberadaan populasinya. Kegiatan eksploitasi tanaman liar
secara berlebihan melebihi kemampuan regenerasi dari tanaman dan tanpa
disertai usaha budidaya, akan mengganggu kelestarian tanaman tersebut
(Herlina 2010).
Pelestarian In situ, yaitu suatu upaya pelestarian sumber daya alam
hayati di habitat atau tempat aslinya. Hal ini dilakukan dengan
pertimbangan karakteristik tumbuhan atau hewan tertentu sangat
membahayakan kelestariannya apabila dipindahkan ke tempat lainnya
(Sasmita 2002)
Hal yang perlu diperhatikan dalam usaha pemanfaatan tumbuhan obat
adalah kelestarian dari jenis tumbuhan tersebut agar tidak punah. Upaya
peningkatan budidaya, selain melestarikan sumber bahan OT (Obat
Tradisional)/OAI

(Obat

Asli

Indonesia),

diharapkan

dapat

mengembangkan produksi tumbuhan obat dalam negeri, dan selanjutnya


dapat diekspor sehingga memberikan nilai tambah dalam pertumbuhan
ekonomi (Muharso 2000).
Permasalahan

pelestarian Tumbuhan

Obat

Indonesia

menurut

disebabkan karena a) Kerusakan habitat, b) Punahnya budaya dan pengetahuan tradisional penduduk asli/lokal di dalam atau sekitar hutan, c)
Pemanenan tumbuhan obat yang berle-bihan. Adanya eksploitasi terhadap
kayu yang sekaligus pohon tersebut yang juga merupakan spesies
tumbuhan obat juga merupakan ancaman terhadap kelestarian tumbuhan
obatnya (Zuhud et al.2001).

C. Pelestraian Exsitu
Pelestarian ex-situ adalah pelestarian dengan mengeluarkan plasma
nutfah dari wadahnya, ekosistemnya atau biotanya (ke tempat yang baru).
Kelebihan pelestarian ex-situ adalah ruang yang diperlukan relatif sempit,
pemeliharaan murah dan sederhana, tidak ada erodi genetika, potensi
perbanyakan tinggi, yang bebas dari pathogen dapat dipelihara dan
diperbanyak. Kekurangan pelestarian ex-situ adalah tidak semua jenis
dapat dilakukan dengan cara ini, regenerasi tumbuhan dari jaringan tidak
selalu berhasil, potensi perkembangan bentuk dapat hilang pada jangka
penyimpanan tertentu (Noerdjito dan Maryanto 2005).
Habitat didefinisikan sebagai daerah tempat tinggal organisme.
Kekurangan habitat diyakini manjadi penyebab utama kepunahan
organisme. Jika habitat rusak maka organisme tidak memiliki tempat yang
cocok untuk hidupnya. Kerusakan habitat dapat diakibatkan karena
ekosistem diubah fungsinya oleh manusia, misalnya hutan ditebang
dijadikan lahan pertanian, pemukiman dan akhirnya tumbuh menjadi
perkotaan. Kegiatan manusia tersebut mengakibatkan menurunnya
keanekaragaman ekosistem, jenis, dan gen (Fauzan 2009).
Konservasi plasma nutfah secara ex situ merupakan cara pelestarian
yang aman dan efisien dan membuat sumber genetik selalu tersedia bagi
para pemulia dan pengguna lainnya. Pada saat ini, kebun koleksi
merupakan cara paling efektif di Indonesia untuk menyelamatkan dan
mempertahankan keanekaragaman plasma nutfah tana-man. Plasma nutfah
tersebut perlu dipelihara sesuai dengan cara budidaya untuk masingmasing tanaman. Tanaman koleksi tersebut diamati pertumbuhannya,
diukur semua organ tanaman, dan dicatat sifat-sifat morfologinya berupa
data deskripsi varietas (Ford Llyod dan Jackson 2002).
Kegiatan penelitian konservasi tumbuhan obat adalah kegiatan
penelitian di hulu yang amat sangat terbatas dan kurang mendapat
perhatian. Tiga lembaga yaitu Hostus Medicus Tawangmangu, Balai
penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro) serta Kebun Raya dapat
menjadi garda terdepan dalam kegiatan pe-nyediaan plasma nutfah secara

ex situ untuk menunjang pelestarian secara in situ yang dilakukan oleh


Depar-temen Kehutanan. Konservasi in situ pada sejumlah Taman
Nasional, daerah yang dilindungi telah dilakukan seperti di Meru Betiri
(Jawa Timur), Gunung Leuser di Aceh, Gunung Halimun dan Gunung
Gede Pangrango di Jawa Barat, Kerinci-Seblat in Jambi, Gunung Palung
(Kalimantan), Gunung Rinjani (Nusa Tenggara), Rawa Aopa, Dumoga
Bone (Sulawesi), Manusela (Maluku) dan Gunung Lorentz di Irian Jaya
(Bermawie dan Sutisna 2000).

III.
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Keanekaragaman hayati dan

Pelestarian

In-situ

dilaksanakan pada hari dan Pelestarian Ex-situ dilaksanakan pada hari di


Green House Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
B. Alat dan Bahan

1. Alat
Alat tulis
Camera
Pot
Sekop
2. Bahan
a. Media tanaman, berupa pasir,tanah dan pupuk kandang
b. Bibit tanaman obat : Kemangi (Ocimum sanctum), Temulawak
a.
b.
c.
d.

(Curcuma
C.

xanthorhiza),

Jahe

(Zingiber

officinale),

Kunyit

(Curcuma longa), Sirih ( Piper battle)


Cara Kerja
1. Keanekaragaman Sumberdaya Hayati
a. Melakukan survey di pasar jenis-jenis simplisia
b. Melakukan inventarisasi jenis-jenis tanaman obat
c. Mencari di lapangan tanaman dari simplisia yang didapat di pasar
d. Menguraikan cara hidup tanaman tersebut
e. Menunjukkan dengan foto tanaman dan simplisia yang disurvey
2. Pelestarian In-situ
a. Melakukan survey di pasar jenis-jenis simplisia
b. Mencari di lapang tanaman dari simplisia yang didapat di pasar
c. Menguraikan cara hidup tanaman tersebut
d. Menunjukkan dengan foto tanaman dan simplisia yang disurvey dan
melampirkannya dalam laporan sementara

3. Pelestarian Tanaman Kemangi (Ocimum sanctum)


a. Budidaya kemangi dilakukan secara generatif dari biji. Pembibitan
dilakukan dengan cara merendam biji sambiloto selama 24 jam
kemudian dikeringkan sebelum disemaikan.
b. Media persemaian terdiri atas tanah dan pupuk kandang dengan
pebandingan 2:1.
c. Mengecambahkan benih kemangi pada media pembibitan. Pada saat
di persemaian, benih sebaiknya disiram 2 kali sehari, yakni pagi dan
sore hari dan tempat penyemaian harus cukup naungannya.

d. Pemindahtanaman dilakukan pada umur 7 HST atau saat jumlah


daun 5 helai.
e. Menyiram bibit dan memelihara tanaman
f. Mengamati pertumbuhan dari tanaman
4. Pelestarian Tanaman Kunyit (Curcuma longa)
a. Menyiapkan media tanam yang telah dihomogenkan, yaitu tanah dan
pupuk kandang dengan perbandingan 2:1
b. Menanam bibit yang telah disiapkan dengan kedalaman 3 cm
c. Menyiram bibit dan memelihara tanaman
d. Mengamati pertumbuhan dari tanaman
5. Pelestarian Tanaman Jahe (Zingiber officinale)
a. Menyiapkan media tanam yang telah dihomogenkan, yaitu tanah dan
pupuk kandang dengan perbandingan 2:1
b. Menanam bibit yang telah disiapkan dengan kedalaman 3 cm
c. Menyiram bibit dan memelihara tanaman
d. Mengamati pertumbuhan dari tanaman
6. Pelestarian Tanaman Temulawak (Curcuma xanthorrhiza)
a. Menyiapkan media tanam yang telah dihomogenkan, yaitu tanah dan
pupuk kandang dengan perbandingan 2:1
b. Menanam bibit yang telah disiapkan dengan kedalaman 3 cm
c. Menyiram bibit dan memelihara tanaman
d. Mengamati pertumbuhan dari tanaman

Anda mungkin juga menyukai