Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1 Pusat Pertanggungjawaban
1.1.1 Pengertian Pusat Pertanggungjawaban
Suatu pusat pertanggungjawaban dibentuk untuk mencapai salah satu atau beberapa
tujuan. Tujuan suatu pusat pertanggungjawaban secara individual diharapkan dapat
membantu pencapaian tujuan suatu organisasi sebagai suatu keseluruhan sehingga tercapai
keselarasan tujuan. Aktivitas suatu ousat pertanggungjawaban dapat dihubungkan ke dalam
hubungan masukan, proses, keluaran, dan tujuan. Suatu pusat pertanggungjawaban
menggunakan masukan (input) untuk diproses menjadi keluaran (output) dalam rangka
mencapai tujuan dengan menggunakan investasi (aktiva atau modal).
Masukan adalah sumber-sumber ekonomi yang digunakan ke dalam proses, seperti:
sumber daya bahan, sumber daya manusia, sumber daya kapasitas dan fasilitas, serta sumber
daya lainnya. Proses adalah pengolahan atau pengerjaan masukan menjadi keluaran. Keluaran
adalah produk atau hasil suatu pusat pertanggungjawaban. Keluaran atau produk dapat
digolongkan ke dalam: (1) barang, jika berwujud, dan (2) jasa, jika tidak berwujud. Keluaran
suatu suatu pusat pertanggungjawaban mungkin dijual kepada pihak luar (eksternal)
organisasi atau mungkin dikonsumsi oleh oihak dalam (internal) organisasi yaitu oleh pusat
pertanggungjawaban lainnya.
Struktur pengendalian manajemen memfokuskan pada berbagai jenis pusat
pertanggungjawaban. Pusat pertanggungjawaban adalah unit organisasi yang dipimpin oleh
seorang manajer yang bertanggungjawab atas aktivitas yang dilakukan unit tersebut yang
didefinisikan oleh Anthony Vijay (2000:128) adalah sebagai berikut A responsibility center
is an organization unit that headed by a manager by manager who is responsible for its
activities.
Pusat pertanggungjawaban yang merupakan bagian atau unit organisasi yang
dipimpin oleh seorang manajer terhadap unit yang dipimpinnya. Setiap pusat
pertanggungjawaban mempunyai wewenang dan tanggung jawab sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan oleh organisasi yang bersangkutan.
Anderson dan Sollenderger (1992:102) menyatakan bahwa pusat pertanggungjawaban
adalah tiap-tiap unit dalam organisasi mempunyai manajer yang bertanggungjawab terhadap
aktivitasnya. Manajer unit tersebut juga mengendalikan biaya dan pendapatan.
A responsibility center (1) is any organization unit where management control exist
over incurring cost or generating revenue. Organizational unit maybe departement,
plants, divitions, subsidiaries, gropp, or an entire organizational. (2) is any
organizational that has a spesific manager responsibilty for activities.
Dengan demikian, sebuah unit atau bagian dalam perusahaan dapat dikategorikan
sebagai pusat pertanggungjawaban bila unit tersebut mempunyai wewenang, tugas dan
tanggung jawab yang jelas sehingga dapat diukr kinerja dari unit organisasi tersebut.
Unit kerja dalam suatu organisasi selain dapat efisien juga harus efektif sebab salah
satu syarat penting organisasi adalah mengahasilkan laba. Pengendalian manajemen adalah
suatu proses dimana manajemen menjamin bahwa organisasi telah melaksanakan strateginya
dengan efektif dan efisien. Dalam hal ini efektivitas diukur berdasarkan kaitan antara
keluaran (output) pusat pertanggungjawaban dengan tujuan atau target yang ditetapkan.
Sedangkan efisiensi adalah perbandingan keluaran dengan masukan (input) pusat
pertanggungjawaban.
Pusat pertanggungjawaban dalam organisasi juga diciptakan manajemen puncak agar
tidak kewalahan dalam melaksanakan tugas-tugasnya, dengan cara menugaskan manajer yang
ada dibawahnya untuk menangani wilayah yang menjadi tanggungjawabnya.
Seperti yang dikemukakan oleh Hansen & Mowen (2000:62) yang diterjemahkan oleh
Ancella A. Hermawan dalam bukunya Akuntansi Manajemen, bahwa :
Pusat pertanggungjawaban (responsibility center) merupakan suatu segmen bisnis
yang manajernya bertanggungjawab terhadap pengaturan kegiatan-kegiatan tertentu.
Pendapat tersebut didukung oleh Supriyono (2000:326) dalam bukunya Sistem
Pengendalian Manajemen, yang menyatakan bahwa :
Pusat pertanggungjawaban adalah unit organisasi yang dipimpin oleh seorang
manajer yang bertanggung jawab atas aktivitas-aktivitas pusat
pertanggungjawabannya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pusat pertanggungjawaban merupakan
bagian dari suatu organisasi yang didalamnya terdapat berbagai kegiatan yang membutuhkan
suatu masukan berupa sumber daya yang digunakan, yang dapat diukur dengan uang untuk
diproses sehingga menghasilkan suatu keualaran yang dapat berupa barang atau jasa, yang
semuanya itu menjadi tanggungjawab manajer yang bersangkutan.
1.1.2 Jenis-jenis Pusat Pertanggungjawaban
Dalam suatu organisasi, penentuan daerah pertanggungjawaban dan manajer yang
bertanggungjawab dilaksanakan dengan menetapkan pusat-pusat pertanggungjawaban,
seperti yang dikemukakan oleh Hansen & Mowen (2000:63) yang diterjemahkan oleh
Ancella A. Hermawan dalam bukunya Akuntansi Manajemen, ada empat jenis pusat
pertanggungjawaban dalam suatu organisasi, antara lain sebagai berikut :
1. Pusat biaya (cost center), yaitu suatu pusat pertanggungjawaban yang manajernya
bertanggungjawab hanya terhadap biaya.
2. Pusat pendapatan (revenue center), yaitu suatu pusat pertanggungjawaban yang
manajernya bertanggungjawaban hanya terhadap penjualan.
3. Pusat laba (profit center), yaitu suatu pusat pertanggungjawaban yang manajernya
bertanggungjawab hanya terhadap pendapatan maupun biaya.
4. Pusat investasi (investment center), yaitu suatu pusat pertanggungjawaban yang
manajernya bertanggungjawab hanya terhadap pendapatan, biaya, dan investasi.
Selanjutnya penulis tidak akan membahas semua jenis pusat pertanggungjawaban
tersebut, penulis hanya akan membahas mengenai pusat laba dan pusat investasi karena
sesuai dengan materi yang dipresentasikan.
1.2 Pusat Laba
1.2.1 Pengertian Laba
Laba atau profit merupakan indikasi kesuksesan suatu badan usaha dengan mengukur
efektivitas dan efisien. Walaupun tidak semua perusahaan menjadikan profit sebagai tujuan
utamanya tetapi dalam mempertahankan usahanya memerlukan laba. Laba merupakan bagian
dari ikhtisar keuangan yang memiliki banyak kegunaan dalam berbagai konteks, laba pada
umumnya dipandang sebagai suatu dasar bagi perpajakan, penentuan kebijakan pembayaran
deviden, pedoman investasi, dan pengembalian keputusan.
Pengertian laba menurut Syahrul dkk (2000:666) dalam bukunya kamus istilahistilah Akuntansi, adalah sebagai berikut :
1. Laba adalah perbedaan positif sebagai hasil penjualan produk-produk dan jasa-jasa
dengan harga yang lebih tinggi daripada biaya untuk menghasilkannya.
2. Laba adalah perbedaan antara harga jual dan harga beli dari suatu komoditi atau surat
berharga apabila harga jual lebih tinggi.
Sedangkan, pengertian laba menurut Sofyan Syafri Harahap (2004:288) dalam bukunya
Teori Akuntansi, yaitu sebagai berikut :
Laba adalah naiknya nilai equity dari transaksi yang sifatnya insidental dan bukan
kegiatan utama entity dan dari transaksi kejadian lainnya yang mempengaruhi entity selama
satu periode tertentu kecuali yang berasal dari atau investasi dari pemilik.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa laba merupakan hasil dari
pengurangan antara pendapatan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan guna memperoleh
tercapainya laba yang maksimum. Dalam kenyataannya pusat laba tidak diukur kinerjanya
dengan laba saja. Tanpa menghubungkan laba dengan investasi yang digunakan untuk
mengahasilkan laba, kinerja pusat laba tidak akan tercermin dari ukuran kinerja tersebut.
Oleh karena itu, pusat laba dan pusat investasi pada dasarnya sama. Kedua tipe pusat
pertanggungjawaban tersebut diukur kinerjanya dari kemampuan dalam menghasilkan laba
dari investasi yang ditanamkan dalam pusat pertanggungjawaban tersebut.
1.2.2 Jenis-jenis Laba
Laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan menimbulkan beberapa jenis laba yang
ada dalam perhitungan laba rugi. Menurut Sofyan Syafri Harahap (2000:58) dalam bukunya
Teori Akuntansi Lapaoran Keuangan, jenis-jenis laba dalam kaitanya dengan perhitungan
laba rugi, terdiri dari :
1.
2.
3.
4.
Laba kotor,
Laba operasional,
Laba sebelum pajak,
Laba setelah pajak atau laba bersih.
dalam suatu organisasi yang menjadi tanggungjawab seorang manajer. Sehingga pusat laba
dapat mengukur efisiensi dan efektivitas dalam suatu perusahan, termasuk penentuan harga
transfer.
1.2.5 Manfaat Pusat Laba
Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa pusat laba merupakan pusat
pertanggungjawaban dan dinilai atas dasar selisih pendapatan dengan biaya dalam suatu
organisasi yang menjadi tanggungjawab seorang manajer mempunyai manfaat pusat laba agar
pusat laba tersebut menjadi efektif.
Menurut Robert N.Anthony & Vijay Govindarayan (2002:170) diterjemahkan oleh
Kurniawan Tjakrawala dalam bukunya Sistem Pengendalian Manajemen, manfaat pusat
laba diantaranya sebagai berikut :
1. Kualitas keputusan dapat meningkat karena keputusan tersebut dibuat oleh para
manajer yang paling dekat dengan titik keputusan.
2. Kecepatan dari pengambilan keputusan operasional dapat meningkat karena tidak
perlu mendapat persetujuan terlebih dahulu dari kantor pusat.
3. Manajemen kantor pusat bebas dari pengambilan keputusan harian sehingga dapat
berkonsentrasi pada hal-hal yang lebih baik.
4. Karena pusat-pusat laba serupa dengan perusahaan yang independen, maka pusat laba
memberikan tempat pelatihan yang sempurna baik manajemen umum.
5. Kesadaran laba dapat ditingkatkan karena para manajer yang bertanggungjawab atas
laba akan selalu mencari cara untuk meningkatkan labanya.
6. Pusat laba memberikan informasi yang siap pakai bagi manajemen puncak mengenai
profitabilitas dari komponen-komponen individual perusahaan.
7. Karena keluaran yang dihasilkan telah siap, maka pusat laba sangat responsif terhadap
tekanan untuk meningkat kinerja kompetitifnya.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pusat laba sangat bermanfaat guna
kelangsungan sebuah organisasi atau perusahaan tersebut. Manfaat yang dapat diambil dari
pusat laba tersebut adalah bahwa dengan adanya manfaat tersebut manajemen puncak
ataupun manajer dapat meningkatkan kinerja kerjanya lebih baik.
1.2.6 Permasalahan Pada Pusat Laba
Selain manfaat yang diperoleh tadi, pusat laba dapat menimbulkan beberapa masalah.
Menurut Robert N.Anthony & Vijay Govindarayan (2000:171) diterjemahkan oleh
bagi pencapaian tujuan perusahaan. Dengan kata lain, efektivitas pusat laba merupakan
maksimalisasi laba dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan.
Namun, laba yang diperoleh perusahaan tidak terlepas dari pajak penghasilan atas
laba dengan dibebani pajak penghasilan atas laba dan nilai laba perusahaan akan menjadi
berkurang. Pihak manajemen biasanya telah memperhitungkan hal tersebut, maka pihak
manajemen mempunyai cara-cara untuk bisa mencapai efektivitas pusat laba ini dan salah
satu cara yang ditempuh adalah dengan menetapkan harga tranfer.
1.4 Pusat Investasi
1.4.1 Pengertian Investasi
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No. 13 paragraf 03 mendefinisikan investasi
sebagai berikut :
Investasi adalah suatu aktiva yang digunakan perusahaan untuk pertumbuhan
kekayaan (accretion of wealth) melalui distribusi hasil investasi (seperti bunga, royalty,
deviden, dan uang sewa), untuk apresiasi nilai investasi, atau untuk manfaat lain bagi
perusahaan yang berinvestasi seperti manfaat yang diperoleh melalui hubungan perdagangan.
Selanjutnya definisi menurut Mulyadi (2001:284) yaitu Investasi adalah pengkaitan
sumber-sumber dana dalam jangka panjang untuk menghasilkan laba di masa yang akan
datang.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa investasi adalah pengadaan atau
pembelian barang dengan tujuan untuk dipergunakan secara aktif dalam operasi perusahaan
atau sebagai penggerak kegiatan produksi. Sekali investasi diputuskan maka perusahaan akan
terikat pada jangka panjang di masa yang akan datang yang sudah dipilih dan tidak mudah
disampingi. Oleh karena itu, investasi mengandung resiko dan ketidakpastian.
didalam semua divisi yang dipimpinnya. Kemudian secara periodik manajer tersebut akan
bertanggungjawab hasil kerjanya kepada pimpinan perusahaan.
Para manajer pusat dapat menilai prestasi yang telah dicapai oleh masing-masing
manajer. Berdasarkan inforasi dan model analisis yang digunakan manajer tersebut berupaya
mencari jawaban jika hasil yang dicapai tidak sesuai dengan apa yang telah direncanakan
sebelumnya. Pada umumnya dilakukan dengan suatu model pengukuran kinerja.
Pengukuran kinerja pusat investasi merupakan perluasan dari pengukuran kinerja
pusat laba. Pengukuran kinerja ini diperlukan karena suatu divisi yang memperoleh laba
tinggi tidak berarti mempunya kinerja yang baik jika laba tersebut dihubungkan dengan
investasi yang digunakan untuk menghasilka laba tersebut. Disini prestasi manajer dinilai atas
laba dan investasi yang diperlukan untuk memperoleh laba.
Tujuan pengukuran prestasi suatu pusat investasi adalah :
1. Menyediakan informasi yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan mengenai
investasi yang digunakan oleh manajer divisi dan memotivasi mereka untuk
melakukan keputusan yang tepat.
2. Mengukur prestasi divisi sebagai kesatuan usaha yang berdiri sendiri.
3. Menyediakan alat perbandingan prestasi antar divisi untuk penentuan alokasi sumber
ekonomi.
Informasi dari pusat investasi dapat digunakan memotivasi manajer divisi dalam :
1. Menghasilkan laba yang memadai dengan wewenang mengambil keputusan tentang
sumber ekonomi dan fasilitas fisik yang digunakan.
2. Mengambilkan keputusan untuk menambah investasi bila investasi tersebut
memberikan kembalian (return) yang memadai.
3. Mengambil keputusan untuk melepas/ mengurangi investasi yang tidak memberikan
kembalian (return) yang memadai.
1.4.4 Ukuran Kinerja Investasi
Pengembangan model ukuran-ukuran kinerja dan spesifikasi struktur penghargaan
merupakan isu utama dalam organisasi yang didesentralisasi. Karena tolak ukur kinerja dapat
mempengaruhi perilaku para manajer, pemilihan tolak ukur dapat mendukung tingginya
keserasian tujuan. Dua tolak ukur evaluasi kinerja untuk pusat investasi adalah Economic
Value Added (EVA) dan Return On Investment (ROI)
a. Economic Value Added
Istilah EVA pertamakali dipopulerkan oleh G. Benet Stewart & Joel M.Stern.
EVA merupakan suatu metode untuk menentukan apakah perusahaan telah
menciptakan nilai ekonomis yang diatas atau dibawah dari biaya modal yang dimiliki
perusahaan dalam pengoperasian kekayaan yang dimilikinya.
Dalam hal investasi, EVA mampu mendorong manajer berpikir dan bertindak
yaitu memilih investasi yang memaksimumkan pengembalian dengan biaya modal
yang minimum sehingga nilai perusahaan bisa ditingkatkan (misalnya para pemegang
saham). Selain itu, faktor biaya modal yang terdapat dalam EVA mendorong manajer
untuk berhati-hati dalam menentukan kebijakan struktur modal perusahaannya.
EVA merupakan laba operasi setelah pajak dikurang total biaya modal tahunan. Jika
EVA lebih dari nol, maka perusahaan telah terjadi nilai tambah ekonomis. Jika EVA
kurang dari nol, maka perusahaan belum berhasil menciptakan nilai tambah
ekonomis, karena laba bersih operasional tidak dapat memenuhi harapan para
penyandang dana, yaitu para penanam modal tidak mendapatkan pengembalian yang
sebanding dengan investasi yang ditanamkan dan kreditur hanya mendapat bunga
sedangkan pokok pinjaman belum dikembalikan atau dikembalikan sebagian saja.
Jika EVA sama dengan nol menunjukkan posisi impas yang berarti perusahaan hanya
mampu menghasilkan laba yang cukup untuk memenuhi kewajibannya pada
penyediaan dana baik kreditur dan pemegang saham. EVA adalah metode untuk
mengukur kinerja atau prestasi manajer pusat investasi. Di sisi lain, EVA mempunya
keunggulan dan keterbatasan, antara lain :
Keunggulan :
1. EVA mudah dihitung dan mudah dipahami.
2. EVA menggambarkan arus kas perusahaan yang sebenarnya yang memfokuskan
penilaiannya pada nilai tambah dengan mengikut sertakan beban biaya modal
sebagai konsekuensi investasi, yang tak dilakukan pada pendekatan akuntansi
tradisional.
3. EVA mengurangi terjadinya kesalahan dalam pengambilan kesimpulan atas
kondisi perusahaan yang sesungguhnya, karena adanya pertimbangan penanaman
modal atas faktor risiko dan hasil diperoleh berupa deviden dan bunga.
4. EVA membantu para penyandang dana untuk mendapatkan penghasilan yang
maksimal.
5. Penilaian kinerja dengan menggunakan EVA menyebabkan perhatian manajemen
sesuai dengan keputusan pemegang saham sehingga para manajer akan berpikir
dan bertindak seperti yang dipikirkan oleh para penyandang dana, yaitu :
pemegang saham dan kreditur untuk memilih investasi yang memaksimalkan
tingkat pengembalian dan meminimalkan tingkat biaya modal sehingga nilai
perusahaan dapat dimaksimalkan.
6. Metode EVA memiliki arti sekalipun dihitung secara mandiri tanpa memerlukan
data pembanding seperti data historis perusahaan atau standar perusahaan.
Keterbatasan :
1. Metode EVA adalah sulit untuk meghitung biaya modal, membutuhkan sumber
daya (waktu, tenaga) yang besar untuk mendasarkan perhitungan biaya modal dan
jika terjadi kesalahan perhitungan biaya modal akan mengurangi manfaat EVA.
2. Perhitungan EVA memerlukan estimasi atas biaya modal dan estimasi ini sulit
dilakukan untuk perusahaan yang belum go-public, dengan menggunakan estimasi
tersebut dapat menyebabkan kesalahan dalam perhitungan biaya modal.
3. EVA sulit diterapkan pada perusahaan yang beroperasi pada negara yang kondisi
perekonomian tidak stabil dengan tingkat suku bunga yang berfluktuasi.
4. EVA hanya mengukur hasil akhir dan tidak mengukur aktivitas (seperti tingkat
loyalitas konsumen dan tingkat retensi konsumen) perusahaan sehingga nilai suatu
perusahaan merupakan akumulasi EVA selama umur perusahaan tersebut.
5. Masih banyak perusahaan yang mengukur kinerja investasi perusahaan yang
bersifat jangka pendek sehingga selalu metode EVA bukan menjadi pengukuran
kinerja investasi.
6. EVA adalah ukuran kinerja investasi berdasarkan pada peristiwa yang sudah
terjadi.
Rumus perhitungan EVA adalah :
EVA = Laba operasi setelah pajak (rata-rata tertimbang biaya modal x total modal yang
dipakai).
b. Return On Investment
Salah satu indikator tingkat profitabilitas yaitu Return on Investment (ROI),
yang merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, sebagai
pengembalian dari setiap Rp. 1 investasi yang dilakukan dalam aktiva usaha. Semakin
besar laba yang dicapai semakin tinggi ROI.
Keberhasilan usaha adalah perolehan pendapatan atau laba yang diperoleh
suatu perusahaan. Keampuan perusahaan dalam menghasilkan laba digambarkan oleh
Return on Investment (ROI).
Bagi perusahaan pada umumnya, masalah Return on Investment (ROI) adlah
hal penting dari masalah laba, karena laba yang besar bukan merupakan jaminan
bahwa perusahaan itu telah dapat bekerja dengan efisien. Dengan demikian, yang
harus diperhatikan oleh perusahaan tidak hanya bagaimana untuk memperoleh laba
saja tetapi bagimana cara untuk mempertinggi Return on Investment (ROI).
Analisis ROI dalam analisa keuangan mempunya arti yang sangat penting
sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh (komprehensif),
yang digunakan untuk mengukur efisiensi tindakan yang akan dilakukan oleh bagian
atau divisi.
Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa ROI merupakan
ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan suatu tingkat keuntungan bersih
dengan menggunakan keseluruhan aktiva yang tersedia dalam perusahaan tersebut.
ROI merupakan salah satu rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan
dengan kemampuan investasi yang ditanamkan dalamoperating assets yang digunakan
untuk memperoleh keuntungan. Dengan demikian rasio ini mengubungkan
keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan (net operating income) dengan
jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan dari
operasi tersebut (net operating assets). Disisi lain, ROI mempunya keunggulan dan
keterbatasan, antara lain :
Keunggulan :
1. Mudah menghitungnya karena angka diambil dari laporan laba rugi dan laporan
neraca.
2. Mudah dipahami. Semakin besar angka ROI, semakin baik kinerja unit bisnis atau
divisi dan semakin disukai oleh penanam modal atau calon penanam modal.
3. Mendorong manajer untuk memfokuskan pada hubungan antara penjualan, beban,
dan investasi.
4. Mendorong manajer untuk meningkatkan penjualan dengan meningkatkan
keahlian penjualan dan fasilitas penjualan.
5. Mendorong manajer untuk meningkatkan efisiensi biaya perusahaan.
6. Mendorong manajer untuk meningkatkan efektivitas pengguna aktiva operasi.
Keterbatasan :
1. Ada beberapa cara menghitung tingkat pengembalian investasi atau return on
investment sehingga sulit untuk menentukan angka ROI yang akan digunakan
sebagai standar untuk mengukur kinerja perusahaan.
2. ROI tidak menghitung laba menurut nilai waktu dari uang, sehingga hal ini
menyebabkan keputusan yang diambil kurang tepat.
3. Manajer pusat investasi cenderung menolak investasi yang bisa menurunkan ROI
pusat pertanggungjawabannya, walaupun akan meningkatkan profitabilitas
perusahaan secara keseluruhan.
4. Manajer pusat investasi hanya berfokus pada laba dan ROI pada jangka pendek
tanpa memperhatikan kepentingan jangka panjang.
DAFTAR PUSTAKA
Robert N. Anthony Vijay Govindarajan. 2005. Management Control System. Jakarta:
Salemba Empat
Halim, Abdul, dkk. 2009. Sostem Pengendalian Manajemen. Jogjakarta: UPP STIM
YKPN