Anda di halaman 1dari 5

1.

Penerapan produksi bersih di paper machine


Kegiatan produksi bersih yang dilakukan di paper machine meliputi beberapa tindakan house
keeping dan reuse sebagai berikut (Nugraha, 2006) :
a. Mengurangi fiber loss
1. Mengoptimalkan kinerja mesin-mesin produksi yang ada di paper machine.
2. Pengontrolan mesin secara intensif yaitu dilakukan sebulan sekali.
3. Memperhatikan formula dari bahanbahan pembuatan kertas.
Manfaat yang diperoleh dari kegiatan ini adalah :
1. Kerusakan mesin yang dapat menyebabkan lolosnya serat atau dapat menghambat kelancaran proses
dapat teratasi dengan baik.
2. Diperoleh buburan serat yang memiliki karakter sesuai dengan standar mesin yang digunakan, misalnya
dari segi konsentrasi buburan serat.
3. Mengurangi penggunaan bahan kimia untuk memisahkan serat dari air.
4. Meningkatkan efisiensi produksi dengan minimnya serat yang lolos.
b. Efisiensi bahan kimia
1. Pengurangan dosis bahan kimia dalam proses produksi sedikit dengan tidak mengurangi kualitas
2. Pemilihan bahan baku yang tidak mengkonsumsi bahan kimia terlalu banyak yaitu dengan menggunakan
bahan baku dari waste paper yang masih cukup bagus.
c. Efisiensi penggunaan steam
Tindakan yang dilakukan adalah menutup mesin menggunakan bahan dari besi.
Tindakan ini mendatangkan manfaat berupa:
1. Mengurangi lolosnya uap panas yaitu uap panas yang terdistribusi ke lingkungan yang memiliki suhu
yang lebih rendah dari steam dapat ditekan.
2. Tercipta lingkungan kerja yang nyaman bagi karyawan, yaitu lingkungan yang tidak terlalu panas.
d. Mengurangi terjadinya broke
1. Mengatur dengan baik turbulensi buburan yang menuju head box.
2. Mengatur tekanan roll saat pengepresan, yaitu jangan terlalu kuat karena dapat memutuskan lembaran
kerja yang terbentuk.
3. Mengontrol kualitas buburan di stock preparation untuk memastikan buburan terbebas dari kotoran
yang dapat menghambat proses pembentukan lembaran kerja di paper machine.
Manfaat dari kegiatan ini adalah:
1. Mengurangi jumlah broke sehingga dapat melakukan efisiensi biaya produksi.
2. Memperlancar proses produksi.
e. Reuse Broke
Broke adalah terputusnya lembaran kerja saat melalui Wire Part yang terjadi di paper machine. Broke
terjadi dikarenakan tekanan yang terlalu kuat, atau adanya kotoran yang masih terbawa dalam buburan
serat. Broke akan dikembalikan ke machine chest untuk diproses kembali melalui tahapan awal di
paper machine. Jumlah broke mencapai 10 % dari jumlah produksi kertas. Pada bulan September 2005
jumlah produksi di paper machine adalah 35.000 ton sehingga jumlah broke adalah 3.500 ton. Dengan
harga serat Rp 3.600.000,00 per ton maka keuntungan yang dapat dikantongi perusahaan adalah Rp
12.600.000.000, 00 per bulan atau Rp 420.000.000,00 per hari.
Nugraha, Winardi Dwi; Susanti, Ina. 2006.

STUDI PENERAPAN PRODUKSI BERSIH


(STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN PULP AND PAPER SERANG).
Semarang: Program Studi Teknik Lingkungan FT Undip

PT. DAMAITEX SEMARANG


Teknologi bersih yang telah diterapkan yaitu (Moertinah, 2008):
2. Aplikasi Teknologi Bersih Industri Tekstil Finishing Bleaching

- Daur ulang sebagian air pendingin mesin yaitu dari proses pendingin
merserisasi didinginkan dalam menara pendingin dan digunakan kembali.
- Recovery coustic soda
Perusahaan sudah mempunyai mesin recovery coustic soda limbah merserisasi
hanya saja pada saat ini mesin tersebut sudah tidak tidak dimanfaatkan
dengan informasi mesin tersebut tidak ekonomis.
- Pakai ulang buangan pertama dari proses bleaching cotton.
- Bleaching rayon sudah menggunakan H2O2 yaitu bahan pemutih yang lebih
ramah lingkungan dibandingkan kaporit.
- Dalam proses penggelantangan ada berbagai senyawa kimia (oksidator)
yang dpat digunakan yaitu khlor aktif, kalsium hipoklorit, natrium hipoklorit
dan hidrogen peroksida. Penggunaan hidrogen peroksida lebih ramah
lingkungan karena akan terurai menjadi air dan oksigen.
moertinah, sri. 2008. PELUANG-PELUANG PRODUKSI BERSIH PADA INDUSTRI
TEKSTIL FINISHING BLEACHING (STUDI KASUS PABRIK TEKSTIL FINISHING
BLEACHING. PT. DAMAITEX SEMARANG). Semarang: PROGRAM MAGISTER
ILMU LINGKUNGAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO

3. Aplikasi Teknologi Bersih PADA INDUSTRI SUSU PT.GRENNFIELD INDONESIA


Upaya produksi bersih yang sudah dilakukan perusahaan (Fathimah, 2014):
a. CIP (Clean In Place)
CIP (Clean In Place) merupakan proses pembersihan mesin-mesin dan
peralatan yang digunakan di dalam proses pengolahan susu tanpa harus
memindahkan atau membongkar mesin atau peralatan yang digunakan. CIP
dilakukan setiap sebelum dan setelah melakukan proses produksi. CIP yang ada di
PT. Greenfields Indonesia memiliki tiga buah line pembersihan, yaitu : 1) CIP
processing line, 2) CIP storage line, dan 3) CIP aseptic line. Selain itu juga terdapat
lini CIP sendiri yang terintegrasi dengan mesin untuk bagian sterilisasi VTIS dan TAflex. CIP yang dilakukan terdiri atas dua jenis, yaitu CIP intermediate dan CIP final.
CIP intermediate berlangsung selama 45 menit dan dilakukan ketika mesin
mengalami masalah/trouble. CIP final berlangsung selama 1,5 jam dan dilakukan
pada saat awal dan akhir proses produksi. CIP dilakukan melalui beberapa tahapan,
yaitu : 1) pencucian dengan air suhu 50 0C, 2) pencucian dengan soda kaustik
(NaOH) 2-2,5 % suhu 85 0C, 3) pembilasan dengan air suhu 60 0C, 4) pencucian
dengan asam nitrit (HNO3) 1-1,5 % suhu 70 0C, 5) pembilasan dengan air suhu 60
0C, 6) sirkulasi dengan air panas suhu 85 0C, dan 7) pembilasan dengan air suhu 30
0C. CIP intermediate dilakukan hanya sampai tahap pencucian dengan soda kaustik
kemudian dibilas dengan air.
b. Improvement (perbaikan)
Improvement biasanya terkait dengan project, tetapi lebih ditujukan untuk
meningkatkan fungsi bangunan yang sudah adaSalah satu contohnya adalah
improvement yang dilakukan pada ruang packaging material. Ruangan tersebut
dulunya masih berupa ruangan terbuka, sehingga rentan terkena cahaya matahari,
hujan, atau debu secara langsung yang dapat menyebabkan barang di dalamnya
lebih cepat rusak. Sekarang ruangan tersebut sudah dilengkapi dengan dinding
untuk melindungi barang yang disimpan di dalamnya.
Improvement lainnya dilakukan terhadap lantai dan dinding di ruang
produksi.Lantai ruang proses produksi harus dilengkapi dengan epoksi agar lebih
tahan terhadap beban dan bahan-bahan kimia. Dinding ruang produksi dulunya juga
dilapisi dengan menggunakan epoksi. Namun, karena epoksi merupakan senyawa
kimia dari minyak (solvent base) dan dapat menimbulkan bau, maka dinding ruang
produksi sekarang dilapisi dengan cat elastomeric (water base) agar lebih mudah
dibersihkan dan tidak menimbulkan bau yang dapat mengontaminasi produk.
c. Maintenance
Maintenance adalah upaya yang dilakukan untuk menjaga bangunan dan
peralatan yang ada agar dapat berfungsi secara optimal. Maintenance dilakukan
terhadap bangunan dan peralatan seperti dinding, lantai, forklift, AC, lampu, cold

storage, dan sebagainya. Maintenance forklift dilakukan setiap 6 bulan sekali dari
kontraktor yang bersangkutan. Akan tetapi, sebagai upaya pencegahan, juga
dilakukan maintenance mandiri setiap bulannya. Maintenance cold storage dan
lampu di ruang proses produksi dilakukan setiap 3 bulan. Lampu di ruang proses
produksi dilengkapi dengan cover akrilik yang biasanya diganti setiap 3 bulan.
Fathimah, Rai Nurul.2014. PENERAPAN TEKNOLOGI BERSIH DAN PRODUKSI BERSIH PADA

INDUSTRI SUSU PT.GRENNFIELD INDONESIA. Tasikmalaya: STIKes BAKTI TUNAS


HUSADA

4. Aplikasi Teknologi Bersih di Industri Pengolahan Karet

PT CONDONG GARUT

Bahan baku berupa lateks kebun hasil sadapan yang diterima oleh pabrik, sebelum
dikirim ke pabrik untuk diolah telah mengalami penyaringan di stasiun penerimaan lateks yang
berada di areal perkebunan karet. Penyaringan tersebut menyebabkan lateks yang diterima oleh
pabrik, telah bebas dari limbah padat berupa ranting, daun ataupun bahan padat lain yang
tercampur dalam lateks. Usaha penyaringan lateks di stasiun dapat mengurangi beban limbah yang
akan ditangani oleh IPAL pabrik (Hapsari, 2012).
Selain itu usaha produksi bersih dilakukan dengan cara menggunakan kembali lump
mangkok, scraps dan serpihan sisa pengolahan RSS (slab basah) untuk bahan baku pembuatan
estate brown crape. Selain itu menggunakan kembali lump busa untuk diolah dan digunakan
sebagai pelapis RSS jenis cutting. Selain itu, tata letak di PT Condong Garut sudah sesuai urutan
proses produksi sehingga proses produksinya efisien dan lantai produksi juga sudah berupa
keramik sehingga keadaan ruangan produksi terlihat bersih(Hapsari, 2012).

Hapsari, Pramita Umi. 2012. KAJIAN

PELUANG IMPLEMENTASI PRODUKSI BERSIH DI


INDUSTRI PENGOLAHAN KARET (Studi Kasus di PT CONDONG GARUT). Bogor:
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

5. Aplikasi Teknologi Bersih di Industri Tahu


Penerapan Produksi Bersih perlu disosialisasikan pada industri tahu karena dapat membantu
pencegahan dan menurunkan dampak lingkungan melaui siklus hidup produk. Siklus hidup produk
dimulai dari penyediaan bahan baku hingga menjadi produk dan sampai pada pembuangan akhir.
Strategi produksi bersih yang dapat diterapkan pada inidustri ini meliputi strategi dengan melihat
proses dan melihat produk akhir. Strategi dengan melihat proses berupa pencegahan kerusakan pada
bahan baku, meminimumkan penggunaan energi, menghilangkan penggunaan bahan baku yang
berbahaya dan beracun serta mengurangi kadar racun yang terkandung di emisi dan limbah sebelum
meinggalkan proses. Strategi pada produk akhir dilakukan dengan mengurangi dampak lingkungan
sepanjang daur hidup produk mulai dari pembuatan produk hingga pembuangan akhir (Djayanti,
2015)
Djayanti, Silvy. 2015. KAJIAN

PENERAPAN PRODUKSI BERSIH DI INDUSTRI TAHU DI


DESA JIMBARAN, BANDUNGAN, JAWA TENGAH. Semarang: Balai Besar Teknologi
Pencegahan Pencemaran Industri

Anda mungkin juga menyukai