Tugas Jumat
Tugas Jumat
Tugas Jumat
Sejarah
Istilah sectio caesarea dihubungkan ke pendeta Jesuit Theophilus Raynaudus di
abad ke tujuh belas (1637) yang memperbaharuinya untuk kemudian menggantikan
pengucapannya dalam penggunaannya, partus caesareus dan persalinan seksio, yang
rupa-rupanya untuk tujuan psikologik. Kata caesar maupun kaiser Jerman, menurut Pliny
berasal dari caedere, memintas karena kaisar pertama memintasi badan ibunya (Martius,
1997).
Teori kedua adalah bahwa nama operasi ini berasal dari hukum Romawi, konon
dibuat pada abad ke-8 SM oleh Numa Pompilius, memerintahkan bahwa prosedur bedah
dalam melahirkan anak dilakukan pada perempuan yang telah meninggal dalam beberapa
minggu terakhir kehamilan dengan harapan dapat menyelamatkan sang anak. Hukum ini
dibuat oleh ini raja Romawi sat itu, Lex Regia, yang kemudian dikenal menjadi lex caesarea,
dan operasi itu sendiri dikenal sebagai operasi caesar. Penjelasan ketiga adalah bahwa kata ini
muncul pada abad pertengahan , yang berasal dari caedere , kata kerja latin, yang berarti
untuk memotong. Penjelasan ini tampaknya adalah yang paling logis. Di Amerika Serikat,
huruf ae di suku kata pertama caesar diganti dengan huruf e. Di Inggris, Australia, dan
sebagian besar negara persemakmuran, huruf ae ini tetap dipertahankan (Emir,2011).
Jenis jenis operasi sectio caesarea
1. Sectio caesarea transperitonealis
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri 10 cm.
a. Kelebihan :
Mengeluarkan janin dengan cepat
Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik
Sayatan bias diperpanjang proksimal atau distalb.
b. Kekurangan
Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperitonealis
yang baik
Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan
Kelebihan :
penjahitan luka lebih mudah
Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik
Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi
uterus ke rongga peritoneum
Perdarahan tidak begitu banyak
Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil
Kekurangan :
Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga
menyebabkan
uteri
uterine
pecah
sehingga
dapat
mengakibatkan perdarahan
banyak
Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi
Epidemiologi
Sectio Caesaria adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada
dinding abdomen dan uterus. Akan tetapi, persalinan melalui Sectio Caesaria bukanlah
alternatif yang lebih aman karena di perlukan pengawasan khusus terhadap indikasi di
lakukannya Sectio Caesaria maupun perawatan ibu setelah tindakan Sectio Caesaria, karena
tanpa pengawasan yang baik dan cermat akan berdampak pada kematian ibu (Wiknjosastro,
2005).
Sekitar 15% persalinan di seluruh dunia dilakukan melalui seksio sesarea. Amerika
latin dan Caribbean memiliki angka seksio sesarea tertinggi (29,2%), dan Afrika memiliki
angka terendah (3.5%). Di negara-negara berkembang, proporsi seksio sesarea sebesar
21.1%, sedangkan di negara yang kurang berkembang hanya sebesar 2% kelahiran dilakukan
melalui seksio sesarea. Analisis menunjukkan perbandingan terbalik antara angka kejadian
seksio sesarea dengan mortalitas maternal, anak, dan neonatus di negara-negara dengan
tingkat mortalitas tinggi (Betran , 2007).
Indikasi
Persalinan sesar dibutuhkan ketika kehamilan tidak aman baik bagi ibu maupun bagi
janinnya, ketika persalinan tak dapat diinduksi, ketika persalinan per vaginam gagal, dan
ketika keadaan gawat yang mengharuskan persalinan segera dilakukan. Banyak indikasi yang
diterima, namun sejumlah penyebab bersifat subjektif atau selektif diaplikasikan pada
individu dan penyebab lainnya masih controversial. Mayoritas seksio sesaria dilakukan atas
dasar indikasi janin, beberapa dari indikasi maternal, dan banyak keuntungan diperoleh untuk
janin dan ibunya. Sesaria yang berulang sekarang terhitung 35% di USA. Distosia, distress
fetal, bokong, dan kondisi obstetric lainnya merupakan indikasi bagi sebagian besar kasus
seksio sesaria (Gibbs, et al. 2008).
Berikut ini merupakan tabel tentang indikasi kelahiran dengan bedah sesar (absolut
maupun relatif) (Norwitz, Schorge. 2007)
INDIKASI KELAHIRAN DENGAN BEDAH SESAR
Absolut
Relatif
Ibu
Induksi persalinan yang gagal
Bedah sesar elektif berulang
Proses persalinan tidak maju Penyakit ibu (pre-eklamsia berat,
(distosia persalinan)
Disproporsi sefalopelfik
serviks)
Uteroplasent Bedah uterus sebelumnya (sesar Riwayat bedah uterus sebelumnya
a
Janin
klasik)
(miomektomi dengan ketebalan
Riwayat ruptur uterus
penuh)
Obstruksi jalan lahir (fibroid)
Presentasi funik (tali pusat) pada
Plasenta previa, abruptio plasenta
saat persalinan.
berukuran besar
Gawat janin/hasil pemeriksaan Malpresentasi janin (sungssang,
janin yang tidak meyakinkan
presentasi
alis,
presentasi
Prolaps tali pusat
gabungan)
Malpresentasi
janin
(posisi Makrosomia
Kelainan janin (hidrosefalus)
melintang)
Status maternal yang kurang baik (misalnya penyakit paru-paru berat) sehingga
operasi dapat membahayakan keselamatan ibu. Pada situasi yang sulit seperti itu,
tentukan keputusan bersama keluarga melalui pertemuan multidisiplin(Gibbs, et al.
2008).
Dengan modifikasi insisi Pfannenstiel, jaringan kulit dan subkutan diiris melalui
transversal bagian bawah, insisi kurvalinier. Insisi akan membuat posisi batas rambut
pubis dan memperluas batas lateral otot rektus. Setelah jaringan subkutan terpisah dari
fascia yang melekat sekitar 1 cm dan sama pada tiap sisinya, fascia dinsisi secara
transversal panjang total insisi. Secara sekuen, pertama bagian superior dan selanjutnya
sisi inferior fascia dipegang dengan kelm yang cocok dan diangkat oleh asisten sementara
operator memisahkan lapisan fascia dari otot rektus baik secara tumpul maupun tajam.
Pembuluh darah berjalan di antara otot dan fascia diklem, dipotong dan diligasi, atau bisa
menggunakan elektrokauter. Pada insisi ini, otot rektus dibagi secara tajam atau dengan
elektrokauter. Insisi juga berguna khususnya
riwayat insisi
amnion
terinfeksi,
di
cekungan
peritoneum
untuk
masing-masing
menyerap
lateral
cairan
dan
Uterus dibuka melalui segmen bawah sekitar 1 cm di bawah batas atas lipatan
peritoneum. Insisi uterus perlu dibuat relatif tinggi pada wanita dengan pembukaan
serviks yang besar atau lengkap agar kemungkinan perluasan insisi ke lateral menuju
arteri uterina berkurang. Insisi uterus dapat dilakukan dengan berbagai teknik. Semuanya
dimulai dengan menyayat segmen bawah uterus yang terpajan menggunakan skalpel
secara melintang sepanjang sekitar 1 sampai 2 cm separuh jalan antara kedua a. uterina.
Tindakan ini harus dilakukan dengan hati-hati sehingga sayatan memotong seluruh
ketebalan dinding uterus tetapi tidak cukup dalam untuk melukai janin di bawahnya.
Pembukaan otot uterus secara tumpul dengan klem mungkin bermanfaat. Apabila uterus
telah terbuka, insisi dapat diperluas dengan memotong ke lateral dan kemudian sedikit ke
atas dengan gunting perban. Cara lain, apabila segmen bawah, uterus tipis, insisi masuk
dapat diperluas hanya dengan tekanan ke lateral dan atas menggunakan kedua jari
telunjuk. Rodriguez dkk. (1994) memperlihatkan bahwa perluasan secara tumpul dan
tajam terhadap insisi awal uterus setara dalam aspek keamanan dan penyulit pascaoperasi.
Insisi uterus harus dibuat cukup lebar agar kepala dan badan janin dapat lahir tanpa
merobek atau harus memotong arteri dan vena uterina yang berjalan sepanjang batas
lateral uterus. Apabila ditemukan plasenta di garis insisi, plasenta tersebut harus
dilepaskan atau diinsisi. Apabila plasenta tersayat, perdarahan janin dapat parah sehingga,
pada kasus semacam ini, tali pusat harus secepatnya diklem (Cunningham, 2005).
Teknik Anestesi
1. Anestesia Lokal untuk Seksio Sesarea
Anestesia lokal merupakan alternatif yang aman dan dilakukan jika fasilitas anestesia
lain tidak ada. Keuntungan analgesia lokal adalah penderita tetap sadar, sehingga
refleks jalan napas tetap terpelihara. Muntah dan aspirasi bukan aspek yang terlalu
membahayakan pada teknik ini. Pengaruh obat yang mendepresi bayi dapat dicegah.
Obat analgetika lokal seperti (bupivakain) markain tidak terlalu toksik untuk janin
(Saifuddin AB, 2010).
Analgesia lokal memerlukan pengalaman dan keterampilan tersendiri supaya
dapat dilakukan dengan aman. Tindakan ini memerlukan waktu banyak, karena itu
tidak begitu tepat digunakan untuk keadaan darurat seperti gawat janin akut, tali
pusat menumbung, ruptura uteri membakat, dan perdarahan antepartum yang
hebat(Saifuddin AB, 2010).
INDIKASI
Seksio sesarea (terutama bagi
pasien dengan gagal jantung)
PERINGATAN
Jangan digunakan untuk pasien dengan
eklamsia, preeklamsia berat, atau sebelum
laparotomi
berpengalaman
Jangan menyuntik ke dalam pembuluh darah
Indikasi dan peringatan dalam anestesi lokal pada seksio sesarea.
Analgesia spinal lebih cepat dapat dilakukan, efek analgesia lebih nyata, cepat dan kuat,
tetapi efek samping hipotensi lebih cepat terjadi dan lebih berat dibandingkan analgesia
epidural. Analgesia epidural mempunyai keuntungan untuk mengontrol tinggi analgesia,
dengan memasukkan analgetika lokal ke dalam kateter epidural (Saifuddin AB, 2010).
Pemilihan analgetika lokal
Analgesia spinal. Obat analgetika lokal yang sering dipergunakan lalah lidokain 5%
(50-75 mg) dengan masa kerjanya 60-150 menit, bupivakain 0,5% (1520 mg) dengan
masa kerjanya 120180 menit. Karena pemberian zat analgetika lokal sangat kecil,
jarang dijumpai reaksi toksik dan transfer melalui plasenta (Saifuddin AB, 2010).
Analgesia epidural. Bupivakain 0,5% - 0,75% merupakan obat analgetika lokal yang
sering dipergunakan, karena ikatan dengan protein plasma lebih besar, sehingga sangat
kecil sekali pengaruhnya terhadap bayi. Lidokain dan mepivakain kadang-kadang
menyebabkan penurunan tonus dan kekuatan otot bayi, sehingga menurunkan adaptasi
terhadap pengaruh luar. Dianjurkan pemberian zat analgetika lokal dengan adrenalin
1/200.000, untuk mengurangi absorbsi sistemik, memperpanjang masa kerja, dan
meningkatkan blok motorik. Pemberian obat analgetika harus dikurangi 25-50% dari
dosis biasa. Dosis zat analgetika lokal yang diberikan 15 ml20 ml tergantung tinggi
badan (Saifuddin AB, 2010).
Periksa tanda vital. Hipotensi terlentang yang tidak dapat diatasi dengan mendorong
Sebelum mulai anestesi blok harus memeriksa kelengkapan alat-alat dan obat:
o Alat anestesi.
o Alat jalan napas.
o Laringoskop
o Pipa endotrakeal, balonnya dan konektornya.
o Sungkup muka yang tepat
o Alat penghisap
o Tiopental atau diazepam kalau terjadi konvulsi.
o Efedrin untuk mengatasi hipotensi.
Bila tekanan sistolik mulai turun 10 mmHg infus dipercepat, diberi efedrin 5 mg-10
mencegah fasikulasi
otot
dapat diberikan
enfluran
atau
isofluran)
dilakukan
sampai
bayi
lahir. Napas
Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi mengikuti seksio sesarea, antara lain
(Cunningham FG, 2014). :
Sekitar 2 kali peningkatan mortalitas dan morbiditas ibu secara relatif terhadap
persalinan pervaginam. Sebagian terkait dengan prosedur itu sendiri, dan sebagian
DAFTAR PUSTAKA
Martius, Gerhard. 1997. Bedah Kebidanan Martius, Edisi 12, Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
Betran AP, Merialdi M, Lauer JA, Bing-Shun W, Thomas J, Van Look P, Wagner M.,
2007. Rates of Caesarean Section: Analysis of Global, Regional, and National
Estimates.
United
States
of
America.
Available
from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17302638
Winkjosastro, H. 2009.
Prawirohardjo: Jakarta.
Ilmu Kebidanan.
Gibbs, Ronald S.; Karlan, Beth Y.; Haney, Arthur F.; Nygaard, Ingrid E. 2008,
Danforth's Obstetrics and Gynecology, 10th Edition, Lippincott Williams & Wilkins,
Baltimore
Emir, F. 2011. Perkembangan Teknik Seksio Sesarea Menurut Evidence-Based.
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Refrat Iii Ppds I Obgyn Rsmh/Fk Unsri.
Available
from:
https://ml.com/doc/56006242/PERKEMBANGAN-TEKNIK-
SEKSIO-SESAREA-MENURUT-EVIDENCE-BASED
Norwitz, Schorge. 2007. At A Glance: Obstetri dan Ginekologi. 2 nd ed. Penerbit
Erlangga : Jakarta.
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL, Casey
BM, et al., 2014. Williams obstetrics, 24th Edition. United States of America:
McGraw-Hill Education.