HYPERTENSION
Fun-Sun F. Yao
Chee-Yueh A. Ho
Seorang pria berumur 70 tahun dengan kolelitiasis akan direncanakan untuk
dilakukan kolesistektomi. Tekanan darahnya 230/120 mmHb, Nadi 60 kali/ menit.
Hematokrit 38%, sodium darah 140 mEq/L, potassium darah 2,7 mEq/L. pengobatan
yang diterima olehnya adalah propranolol dan hydrochlorothiazide.
Apakah
seharusnya
hipomagnesemia
diobati
dahulu
sebelum
anestesi?
Mengapa?
6. Apakah adanya bruit karotis yang tidak bergejala beresiko pada pasien ini?
7.Pembedahan ditunda sampai 6 minggu. Pasien telah menerima propranolol,
captopril, hidrochlortiazid dan KCL. Namun tekanan darahnya 160/95 dan potassium
4,0 mEq/L. bagaimana premedikasi pada pasien ini?
8. Jika pasien hipertensi tidak mendapatkan pengobatan dengan tekanan darah
170/100mmHg apakah kamu akan mengobati sebelumnya pasien tersebut sebelum
operasi dengan obat anti hipertensi?
5. Apa yang terjadi pada fraksi ejeksi ventrikel kiri dan munculnya hipertensi selama
intubasi?
6. Apakah pengukuran lainnya yang dapat mencegah hipertensi dan takikardi pada
saat intubasi?
7. Setelah induksi dan intubasi, tekanan darah turuh hingga 70/40 mmHg. Apakah
yang akan dilakukan?
8. Apakah obat yang diberikan untuk pemeliharaan dari anastesi? Mengapa?
9. Bagaimana cara mengelola terapi cairan pada pasien hipertensi?
10. Selama pembedahan, tekanan darah naik hingga 220/120 mmHg. Bagaimana
cara mengatasi hipertensinya?
11. Apakah cara yang bisa dilakukan untuk mencegah hipertensi selama extubasi
dan
12. Apakah akan dipertimbangkan dilakukan anastesi regional pada pasien seperti
ini?
: 70/45 mmHg
Batas atas yang diterima saat pengukuran normal pada orag dewasa adalah 140/90
mmHg sampai 160/95 mmHg (kriteria WHO) Karena tekanan darah sistolik diatas
140 mmHg dan diastolik diatas 90 mmHg dikaitkan dengan resiko peningkatan
terjadinya penyakit kardiovaskular.
A.2. Bagaimana prevalensi hipertensi?
Prevalensi hipertensi tergantung pada ras suatu populasi dan kriteria yang
digunakan dalam menjabarkan hipertensi. Pada populasi kulit putih pinggiran kota
seperti pada penelitian Framingham, seperlima dari populasi mempunyai tekanan
darah lebih dari 160/95 mmHg dan hampir setengahnya mempunyai tekanan darah
lebih dari 140/90 mmHg. Prevalensi tertinggi ditemukan pada populasi non-kulit
putih. Peningkatan frekuensi usia juga didapatkan pada suatu populasi. estimasi
angka kejadian hipertensi di US pada 1983 berkisar antara 57,7 juta lebih banyak
dua kali lipat dibandingkan estimasi pada tahun 1960-1962.
A.3. Bagaimana klasifikasi umum dari hipertensi? Sebutkan penyebab dari setiap
tipe hipertensi.
Rangkuman klasifikasi dari klasifikasi tersebut terangkum dalam tabel 14.2.
Hipertensi esensial
Penyebab tidak diketahui
Ginjal
Glomerulonefritis akut dan kronik, pyelonephritis kronik, ginjal polikistik,
nefropati
diabetic,
hidronefrosis,
akromegali,
hipotiroidisme,
karsinoid,
Ginjal
Endokrin
Neurogenik
berbagai macam lainnya
Hipertensi sistolik dengan melebarnya tekanan nadi
peningkatan tekanan nadi
rigiditas aorta
intubasi trachea
Peningkatan besar pada tekanan darah dengan vasokonstriksi dan penurunan
tekanan darah dengan vasodilatasi oleh karena peningkatan penebalan dari
dinding arteri dan ratio yang tinggi dari penebalan dinding luar ke diameter
dalamnya.
Tingkat tertinggi pada tekanan darah, lebih banyak di sebabkan oleh berbagai
penyakit jantung yang berkembang melalui adanya pertumbuhan yang cepat dari
aterosklerosis. Jika tidak diobati, sekitar 50% dari pasien hipertensi meninggal
akibat penyakit jantung koroner atau gagal jantung kongestif, sekitar 33% karena
stroke dan 10 sampai 15% karena gagal ginjal.
A.6. Organ- organ yang mengalami kerusakan karena hipertensi berkepanjangan?
Organ yang mengalami kerusakan tahap akhir disebabkan oleh karena
hipertensi berkepanjangan
adalah sebagai berikut :
Yang berkaitan dengan jantung :
Hipertfori ventrikel kiri
Aritmia
Gagal jantung kongestif
Yang berkaitan dengan mata :
Perubahan vaskular pada refleks fundus retinopati hipertensi dan
retinopati arteriosklerosis
Yang berkaitan dengan ginjal :
Nefropati
Yang berkaitan dengan otak :
Stroke atau TIA ( Transient ischemic attack)
Komplikasi dari hipertensi ke penyakit vascular melibatkan tiga proses yang
berkaitan : aliran pulsasi, disfungsi sel endotel, dan hipertrofi sel otot polos. Tiga
proses yang berkaitan kemungkinan besar bertanggung jawab pada arteriola dan
sklerosis arterial
yang
paling
sering
berefek
dari
adanya
hipertensi
yang
berkepanjangan. Vena besar seperti aorta mungkin berefek secara langsung dan
beresiko untuk menjadi aneurisma dan diseksi.
A.7. Apakah pasien hipertensi berada pada resiko tinggi untuk morbiditas penyakit
jantung?
Pasien dengan hipertensi berada pada resiko tinggi untuk penyakit arteri
koroner, iskemik miokard tidak terdeteksi, gagal jantung, dan stroke. Akan tetapi,
apakah hipertensi merupakan morbiditas selama operasi untuk penyakit jantung
masih menjadi kontroversi. Beberapa peneliti memperlihatkan pasien tanpa
pengobatan, kurang control, atau hipertensi yang naik ketika sebelum operasi
adalah resiko tinggi untuk labilitas selama operasi. Disritmia, iskemik miokard, dan
komplikasi neurologik. Beberapa saran saat hipertensi selama operasi diramalkan
mana signifikan
untuk
hipertensi
lama
yang
tidak
terkontrol,
dapat
berada
pada
resiko
tinggi
untuk
kejadian
serebrovaskular dan gagal ginjal akut selama operasi. kebanyakan dosis obat
anastesi diciptakan berhubungan dengan depresi dari kontraktilitas miokardium
dengan menurunkan pengeluaran curah jantung dan penurunan aliran darah ke
otak dan ginjal. Kerana autoregulasi seolah dlumpuhkan pasa pasien seperti ini,
terdapat kelemahan yang besar pada otak dan ginjal lalu perubahan tekanan secara
tiba-tiba. Pada pasien hipertensi, autoregulasi pada aliran darah otak ditempatkan
lagi pada kisaran yang tinggi disbanding normal, dan meskipun terdapat
perlindungan otak mencegah peningkatan tiba-tiba pada tekanan, hal ini membuat
lebih rentan terjadi hipotensi. Itulah mengapa, kapan tekanan darah menurun
secara drastic, pasien hipertensi akan memperlihatkan tanda dari iskemik serebral
saat tekanan darah yang tinggi disbanding pada pasien dengan tensi yang normal.
Hipertensi dapat mempercepat pengurangan kognitif disbanding umur.
Hipertensi, khususnya sistolik, merupakan faktor resiko untuk awal dan strok
berulang dan serangan iskemik oleh karena aterosklerosis ekstrakranial.
Insufisiensi ginjal kronik biasanya merupakan lanjutan dari hipertensi. Pasien
dengan hipertensi seharusnya mempunyai garis dasar pengukuran kreatinin serum.
Pada indeks resiko jantung, peningkatan kreatinin serum >3,0 mg/dL (> 265,2
mol/L) yang mana merupakan faktor resiko yang dapat di prediksi menjadi resiko
peningkatan kardiovaskular.
A.9 Dapatkah kamu memakai tehnik mengontrol hipotensi untuk pasien hipertensi?
Berapa tekanan darah yang aman untuk diturunkan?
Tidak terkontrolnya atau hipertensi berat yang tidak diobati adalah kontraindikasi
untuk control hipotensi. Walaupun begitu, control hipotensi mungkin dapat
digunakan dengan berhati-hati pada pasien hipertensi yang diobati. Karena
autoregulasi otak bergeser ke kanan dengan hipertensi kronik, batas bawah dari
kontrol hipotensi seharusnya lebih tinggi untuk hipertensi kronik. Akan tetapi, pada
pengobatan jangka panjang, kurva autoregulasi berpindah kearah kiri mendekati
kearah normal. Strangaard menemui batas bawah dari autoregulasi berada pada
113mmHg pada hipertensi berat tidak diobati atau hipertensi tidak terkontrol. 96
mmhg berat dulunya, sekarang hipertensi yang diobati, dan 73 mmHg pada pasien
dengan tensi normal. Level terendah dari .. tekanan darah yang ditolerasi tanpa
gejala dari hipoperfusi berada 65 mmHg pada hipertensi berat, dan 53 mmHg pada
pasien yang terobati, dan 43 mmhg pada pasien normal. Akan tetapi, meskipun
autoreguasi berpindah kearah normal dengan pengobatan, pada banyak pasien
autoregulasi tidak kearah normal sampai setelah 12 bulan dari pengobatan. Karena
1 pasien tak dapat mengukur autoregulasi, manfaat pembimbing klinik dapat
menurunkan 25% MAP (mean arterial pressure) mencapai batas bawah autoregulasi
dan dapat menurunkan mencapai 55% MAP
yang lain dianjurkan adalah hipotensi terkontrol dari tekanan sistolik seharusnya
lebih rendah daripada tekanan diastolik pada pasien biasa.
Akhir-akhir ini, oximeter noninvasive serebral menggunakan spektroskopi
mendekati inframerah mungkin digunakan ke monitor pada saturasi oksigen korteks
serebri. Menilai repon saturasi oksigen serebral dengan campuran dari 85 %
saturasi O vena jugular dan 15% saturasi artesi O. Hal ini mencerminkan
keseimbangan antara penerimaan O pada serebral dan kebutuhan O. pada
ketentuan yang ada pada anestesi, kebutuhan O serebral tidak berubah secara
signifikan. Untuk itu, saturasi O serebral tidak akan menurun sampai tekanan darah
turun inilah batas autoregulasi. Oleh karena itu, oxymeter cerebral dapat dipakai
untuk menentukan batas terendah autoregulasi dan untuk memastikan adekuat
oksigenasi serebral.
A.10. Bagaimana mekanisme aksi obat-obatan anti hipertensi?
Obat anti hipertensi dikategorikan menurut mekanisme aksi sebagai berikut :
Diuretik
kuat
(furosemid,
asam
ethakrinik),
dan
diuretic
hemat
kalium
resistensi
perifer.
Diuretic
dapat
menyebabkan
hipokalemia,
(Regitine)
Reseptor
-prazosin
menghalangi
(Minipress),
doxazosin
(Cardura)
Dengan
mediasi
Vasodilatorlangsung
Mereka termasuk hydralazine , nitroprusside , nitrogliserin , dan calcium channel
blockers . Obat ini dapat langsung melemaskan resistensi otot polos resistensi dan
kapasitansi pembuluh pada derajat yang berbeda.
Agonis dopaminergik (DA)
Diklasifikasikan menjadi DA1 dan DA2.
selain Stimulasi reseptor DA menyebabkan vasodilatasi , dan penghambatan
sodium aktif mengangkut tubulus proksimal , yang menyebabkan natriuresis .
Stimulasi reseptor DA menghambat pelepasan norepinefrin dan memperlihatkan
vasodilatasi perifer. Fenoldopam ,menghambat reseptor dopamin
( selektif DA), vasodilator sistemik dan ginjal , keuntungan yang signifikan sebagai
parenteral diberikan untuk pengelolaan tekanan darah pada keadaan darurat
hipertensi dan dalam pengaturan perioperatif . Fenoldopam parenteral memiliki
onset cepat dan offset efek , dengan eliminasi babak pertama sekitar 10 menit .
konsentrasi yang tersedia adalah 10 mg dalam 250 mL ( 40 mg / mL ) , dosis awal
yang direkomendasikan adalah 0,05 ug / kg / menit .
Hal ini harus dititrasi untuk efek dengan 0,025 mg / kg / menit setiap 10
sampai
15
menit
untuk
dosis maksimum 0,5 hingga 0,8 mg / kg / menit . Obat ini tidak boleh diberikan
dalam bolus ; kejadian takikardia refleks berhubungan dengan kecepatan titrasi ke
atas . Tidak seperti dopamin , ia tidak memiliki atau tidak ada reseptor - atau
stimulasi - adrenergik dan peningkatan dosis akan menghasilkan peningkatan
vasodilatasi tanpa adanya tachycardia atau takiaritmia . Calcium channel blockers
Efek kardiovaskular antagonis kalsium tercantum dalam Tabel 14.3 . obat ini
menghambat konversi dari dekapsid angiotensin 1
ke aktivasi oktapeptid
Penghambat
ACE
memperlambat
degradasi
dari
vasodilatasi
Tambahan dari persiapan fisik dan sejarah operasi sistemik yang rutin
dilakukan , perhatian khusus yang seharusnya dilakukan adalah dengan mengikuti :
setiologi dan beratnya hipertensi, terapi yang saat ini diterima, dan kerusakan
organ yang terjadi pada hipertensi kronik.
Dasar penyebab hipertensi seharusnya jelas. Mortalitas pembedahan relative
tinggi pada pasien ddengan hipertensi ginjal vascular. Apalagi kegagalan diagnosa
pheochromocytoma sebelum operasi mungkin membuktikan fatal, karena obatobatan anastesi diketahui baik dapat menjadikan krisis pengendapan pada setiap
pasien. Sementara, beratnya hipertensi akan menjadi resiko anastesi.
Obat anti hipertensi mempunyai implikasi anastesi berbeda. Diuretic sering
menyebabkan hipokalemia kronik dan hipomagnesia, yang mana meningkatkan
resiko dari aritmia. Untuk itu elektrolit darah seharusnya diperiksa sebelum operasi.
Adanya bagian tubuh yang menjadi kegagalan organ adalah otak, jantung,
dan ginjal yang signifikan pada hipertensi yang lama, dan hipertensi yang kurang
terkontrol.
Untuk evaluasi jantung, elektrokardigrafi (EKG) dan foto rontgen dada dapat
menjadi
uji
minimal,
ekokardiogram
dapat
pula
membantu.
LVH
dapat
jantung yang
rendah saat operasi dan tidak diwajibkan evaluasi lanjutan untuk operasi. Pasien
dengan hipertensi berat juga meningkatkan faktor resiko untuk CHF dan edema
paru.
Untuk evaluasi ginjal, urinalisis, kreatinin serum, dan ureum nitrogen darah
seharusnya diukur untuk menemukan ada dan derajt dari penyakit parenkim ginjal.
Jika gagal ginjal kronik ditemukan, hiperkalemia dan peningkatan volume plasma
seharusnya dipertimbangkan.
Untuk evaluasi serebrovaskular, riwayat dari adanya CVA dan TIA, retinopati
hipertensi seharusnya dicari.
B.2. Akankah kamu menunda operasi? Kenapa? Berapa tekanan darah yang
harusnya dicapai sebelum pembedahan?
Ya, saya akan menunda operasi karena tekanan darah harus 230/ 120 mmHg.
Pada umunya, operasi yang direncanakan seharusnya ditunda untuk pasien dengan
hipertensi yang berat ( diastolik tidak lebih dari 115mmHg) atau dengan hipertensi
sistolik ( sistolik tidka lebih dari 200 mmHg) sampai tekanan darah dibawah
180/110 mmHg. Jika dibolehkan, tekanan darah seharusnya diturunkan sampai 6-8
minggu untuk mencapai 140/90 mmHg. Kontol akut dengan beberapa jam tidak
disarankan sebelum pembedahan yang direncanakan, karena praktis dapat
menyebabkan resiko pada otak dan resiko pada sirkulasi iskemik
Pada pasien hipertensi sedang dengan keterlibatan berat pada bertanya
organ, tekanan darah sebelum operasi seharusnya dinormalkan semaksimal
meskipun pasien tidak memperlihatkan gejala pada pasien hipertensi ringan sampai
sedang ( tekanan darah diastolik kurang dari 110mmHg) , operasi yang
direncanakan
mungkin
dapat
dilakukan
tanpa
adanya
peningkatan
resiko
kardiovaskular.
B.3. Apakah semua atau beberapa dari pengobatan kronik hipertensi dihentikan
sebelum operasi?
Pendapat
sekarang
lebih
mendahulukan
meneruskan
pengobatan
kekambuhan
pengendapan
dari
akut
adanya
dari
pengobatan
iskemik
otot
dan
jantung.
mungkin
Karena
saja
tahanan
adanya
tidak
berbeda
sedikit
apakah
pasien
tersebut
menerima
penyekat
-,
penghambat kanal kalsium, penghambat ACE atau diuretic. Akan tetapi, Coriat dan
kawan-kawan melaporkan pemeliharaan terapi penghambat ACE sampai pada saat
pembedahan mungkin akan meningkatkan probabilitas hipotensi saat anestesi
induksi dan kejadian hipotensi mudah dikoreksi dengan pemberian ephedrine.
B.4 Apakah seharusnya hipokalemia diobati sebelum anestesi? Mengapa?
Hipokalemia biasanya ditemukan pada pasien yang diterapi dengan diuretic
thiazid. Sangat penting untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit pada
pasien dengan penyakit jantung atau penyakir arteri koronari. Nilai potassium yang
rendah ( 3,0- 3,5 mEq/L) pada pasien ini mungkin dikarenakan aritmia, peningkatan
sensitivitas digitalis, dan penurunan fungsi neuromuscular. Pada pasien tanpa resiko
komplikasi jantung pada pembedahan dan anestesi, di reduksi (3,0 -3,5 mEq/L)
seharusnya tidak dilakukan penundaan pembedahan atau mengganti potassium
dengan segera. Pasien dengan deplesi potassium yang berat (2,9 mEq/L atau lebih
rendah) harus diobati. Pada pasein di kasus ini, paling cepat 1 minggu sebelum
pembedahan seharusnya diberikan suplemen potassium diberikan jika fungsi ginjal
tidak rusak. Pada kegawatdaruratan pembedahan, potassium mungkin dapat
diberikan dengan cepat tapi tidak melebihi 0,5 mEq/kg per berat badan per jam.
pemberian harus dihentikan selama pembedahan dan diulangi setelah operasi,
bergantung pada penentuan potassium secara berkala. Vitez dan kawan-kawan
memutuskan hipokalemia kronik tidak berkatitan denagn peningkatan kejadian
aritmia selama operasi.
B.5 Apakah seharusnya hipomagnesemia diobati sebelum anestesi? Mengapa?
Tingkat normal magnesium antara 1,5 dan 2,5 mEq/L. Ion magnesium
esensial untuk fungsi dari banyak sistem enzim. Deplesi diperlihatkan dengan
mudah terangsangnya neuromuscular dan sistem saraf pusat. Tandanya sama
dengan defisiensi kalsium. Abnormalitas kardiovaskular termasuk spasme arteri
koroner,
gagal
jantung,
dan
disaritmia.
Jika
berat,
hipomagnesemia
dapat
antihipertensi
dilanjutkan
sampai
saat
pembedahan
dengan
pengecualian penghambat ACE, yang tidak dilanjutkan dari sore sebelum operasi.
Coriar dan kawan-kawan melaporakn kejadian induksi menyebabkan hipotensi saat
induksi berkurang secara signifikan saat enalapril dan kaptopril tidak diberikan. Jika
penghambat ACE dipertahankan sampai hari pembedahan, fenilephrin atau efedrin
sebaiknya disiapkan untuk mengobati kemungkinan hipotensi pada saat induksi.
B.8. Jika pasien hipertensi tidak dilakukan pengobatan dengan tekanan darah
170/100 mmHg, apakah kamu akan mengobati pasien sebelum operasi dengan
obat anti hipertensi?
Ya. Pemberian klonidin, penyekat , atau pengahambat ACE dianjurkan
sebelum operasi untuk menurunkan labilitas hemodinamik selama operasi dan
iskemik otot jantung pada pasien hipertensi. Klonidin, agonis -2 sentral,
menurunkan
curah
simpatis
dan
menurunkan
katekolamin
plasma.
Tingat
aldosteron, dan aktivitas rennin. Penggunaan dosis tunggal klonidin 5 g/kg oral, 2
jam sebelum pembedahan menurunkan secara signifikan kegagalan anestesi dan
labilitas hemodinamik pasien pada hipertensi ringan sampai sedang. Walaupun
begitu, pemberian klonidin sebelum operasi tidak menurunkan labilitas tekanan
darah selama operasi aorta.
Pengobatan terbaik mungkin dengan obat penyekat kardioselektif. Dosis
tunggal kecil dari agen adrenergic sperti labetolol, atenolol atau oxprenolol diberi
sebelum operasi, tanpa pengobatan, tidak bergejala, pasien hipertensi ringan
dengan takikardi yang diredakan dengan intubasi trakea dan keadaan darurat.
Kejadian iskemik miokardium menurun dari 28% pada kelompok control menjadi 2%
pada kelompok penghambat . Dosis oral penghambat ACE seperti enapril diberikan
multiple
analisis
ST,
jika
penyakit jantung
Tekanan darah. Pemantauan tekanan darah sangat perlu karena labilitas
dari tekanan darah pada pasien ini. Pengukuran langsung intraarteri
dibolehkan dengan observasi denyut jantung. Walaupun begitu, teknik
normal karbondioksida.
Suhu.
hipertensi
Gagal ginjal dari adanya hipoperfusi ginjal.
intubasi
endotrakea,
insisi
pembedahan
dan
manipulasi,
dan
sadarkan diri, diikuti dengan pemberian succinylkolin 1mg/kg atau pelemas otot non
depolarisasi untuk memfasilitiasi intubasi trakea.
Semua obat anestesi cocok diberikan kecuali ketamin, yang mana obat ini mungkin
menghasilkan hipertensi signifikan dan takikardi. Selain itu, anestesi dalam dengan
pemberian inhalasi potent untuk menepiskan takikardi dan hipertensi tidak
dianjurkan karena kejadianhipotensi
depresi jantung.
C.4. Bagaimana intubasi trakea menjadikan hipertensi?
Intubasi translaringeal pada trakea menstimulai reseptor pada laring dan trakea,
yang berakhir pada peningkatan amin simpatomimetik. Stimulasi simpatis ini
mengakibatkan takikardi dan peningkatan tekanan darah. Pada pasien dengan
tekanan darah yang normal, peningkatan kira-kira 20-25mmHg dan hal ini akan
meningkat lebih pada pasien hipertensi. Peningkatan tekanan darah mengakibatkan
vasokonstriksi, karena terhambatnya stimulasi alpha pada pasien hipertensi yang
diterapi dengan obat penghambat- .
C.5. Apa yang terjadi dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri selama dan sewaktu
anestesi dan diikuti dengan intubasi?
Selama dan pada saat dilakukan anestesi dan diikuti dengan intubasi
dihubungkan dengan takikardi dan hipertensi, dan terdapat penurunan pada fraksi
ejeksi ventrikel kiri. Ini adalah tanda khusus pada pasien dengan penyakit arteri
koroner.
C.6. Apakah pengukuran yang lain untuk mencegah hipertensi dan takikardia pada
saat intubasi?
Kenaikan tekanan darah dan denyut jantung sekitar 14 detik setelah
dimulainya laringoskopi dan menjadi maksimal setelah 30 sampai 45 detik pada
laringoskopi langsung. Jika mungkin, saat laringoskopi seharusnya 15 detik atau
kurang untuk mengecilkan kenaikan tekanan darah. Administrasi bersaman dengan
fentanil 7-8g/kg dengan dosisi induksi thiopental dapat memperlihatkan adanya
respon kardivaskular pada intubasi trakea. Pengukuran lain yang dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Lidokain 1,5 mg/kb diberikan 2 menit sebelum intubasi
Sodium nitroprusida 1-2 g/kg dianjurkan
Esmolol sampai 2mg/kg memperlihatkan efektivitas khusus asalkan konsisten
dan menjaga reliabilitas hipertensi dan takikardi selama intubasi. Sangat
sangat
perlu
phentolamin
Penghambat beta : propranolol, metoprolol
Penghambat alpha dan beta : labetolol
Penghambat kanal kalsium : diltiazem, nikardipin,
verapamil
Penghambat ACE : enalapril
Vasodilator langsung : Hydralazine, nitrogliserin,
nitroprusida
Agonis dopaminergik : fenoldopam
C.11. Apakah yang akan kamu lakukan untuk mencegah hipertensi selama
ekstubasi dan saat terjadinya hipertensi?
Hipertensi selama operasi apat dikontrol dengan salah satu anestesi yang
adekuat dengan dosis sedang hingga dosis tinggi dari narkotik atau agen inhalasi
atau dengan obat anti hipertensi yang berada pada pertanyaan A.8. sangat logis
untuk menggunakan obat anestesi untuk mencegah hipertensi selama induksi dan
intubasi dan untuk penggunaan obat anti hiperetensi selama ekstubasi dan saat
munculnya hipertensi, karena pasien bangun saat akhir dari pembedahan. Ukuran
alternative lain dapat dilihat pada pertanyaan C.7 mungkin dapat diaplikasikan
untuk mencegah hipertensi. Saya lebih suka memberikan dosis rendah saat
seharusnya
ditentukan
dan
pengobatannya
secara
bersamaan.