1
Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Jl. Ahmad Yani No. 70 Bogor 16161
Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Kerjasama Internasional, Jl. Harsono RM. No. 3, Ragunan-Jakarta 1 2550
e-mail: pse@litbang.deptan.go.id
ABSTRAK
Kebutuhan jagung untuk industri pakan tiap tahun terus
meningkat sejalan dengan perkembangan industri peternakan.
Permasalahnnya adalah adanya ketidak-sinkronan antara
permintaan dan penawaran jagung untuk pakan. Pabrik pakan
sering mengeluh sulit memperoleh jagung, namun petani juga
sering mengeluh sulit menjual jagung. Kondisi ini mendorong
penulis untuk mengkaji senjang penawaran dan permintaan
jagung pakan dengan pendekatan sinkronisasi sentra produksi,
pabrik pakan dan populasi ternak. Hasil analisis menunjukkan
bahwa: (1) dari 10 provinsi sentra produksi jagung, 7 provinsi
diantaranya merupakan sentra pabrik pakan; (2) kebutuhan
jagung untuk pakan pabrikan 36,28% lebih tinggi dari
pendekatan populasi; dan (3) Pada tahun 2020, proyeksi
permintaan jagung untuk pabrik pakan 28,52% diatas proyeksi
kebutuhan berdasarkan populasi ternak. Jika produksi pakan
pabrikan disesuaikan dengan populasi ternak, maka kebutuhan
jagung untuk bahan baku pakan jauh lebih kecil. Ada inidikasi
bahwa orientasi pabrik pakan saat ini tidak hanya untuk
pemenuhan kebutuhan pakan dalam negeri, tetapi juga untuk
ekspor. Dengan sumberdaya yang terbatas, terutama produksi
jagung dalam negeri, maka sebaiknya pabrik pakan
memfokuskan produksi pakan konsentrat untuk kebutuhan
dalam negeri, sehingga tidak mengganggu perkembangan
industri peternakan dalam negeri.
Kata kunci: Penawaran, Permintaan, Jagung Pakan, Pabrik Pakan,
Populasi Ternak.
ABSTRACT
Gap analysis of supply and demand of corn forage production
approach sync center, feed plant, animal and
population in Indonesia
The demand for feed maize continues to increase each year in
line with the development of livestock industry. Feed mills
often complain of difficulties in getting maize, but farmers also
often complain of difficulties to sell their maize. This prompted
the authors to assess the gap of supply and demand for feed
maize by synchronization approach to production centers, feed
mills, and livestock population. The results showed that: (1) out
of 10 provinces of maize production centers, 7 of which are the
centers of feed mills (2) the demand for maize for manufactured
feed in 2010 is 36.28% above the demand base on livestock
population, and (3) in 2020, the demand for maize for
manufactured feed is projected to be 28.52% above that of using
population approach. If the production of manufactured feed
is adjusted to meet only the existing livestock, the need for feed
maize is much smaller. There is an indication that the
orientation of the feed mills is not only to meet domestic
demand, but also for export. With the limited resources,
especially domestic maize production, the manufactured feed
should be focused to meet the domestic demand for feed, so that
would not interfere the development of domestic livestock
industry.
Key Words: Supply, Demand, Feed Maize, Feed Mills, Livestock
Popula tion.
PENDAHULUAN
Jagung merupakan komponen terpenting pakan
pabrikan di dunia, terutama di daerah tropis. Di
Indonesia, sekitar 51 persen komponen pakan
pabrikan (terutama pakan komplit) adalah jagung.
Kandungan energi, protein dan gizi lain pada jagung
sangat sesuai untuk kebutuhan ternak, terutama
untuk unggas dan babi. Berbagai upaya untuk
menggantikan jagung dengan bahan pakan lain di
Indonesia belum berhasil. Kedelai segar, selain mahal
juga tidak dapat digunakan langsung sebagai
komponen pakan, kecuali dalam bentuk bungkil
kedelai yang merupakan hasil sampingan pabrik
minyak kedelai dan seluruhnya masih diimpor.
Ubikayu, meskipun berlimpah, masih memerlukan
pengolahan antara, sebelum digunakan sebagai bahan
campuran pakan pabrikan. Gaplek (ubikayu kering)
mempunyai kandungan protein rendah, sehingga
masih memerlukan tambahan sumber protein agar
dapat memenuhi kebutuhan ternak. Sorgum adalah
satu-satunya bahan pakan yang mempunyai
kandungan gizi hampir sama dengan jagung, namun
ketersediaannya di Indonesia sangat terbatas
(Tangendjaja, et al. 2003).
Kebutuhan jagung untuk industri pakan tiap tahun
terus meningkat secara signifikan sejalan dengan
pesatnya perkembangan industri peternakan (Rachman,
2003). Zubachtirodin, et.al (2007) mengungkapkan
selama periode 2001-2006, kebutuhan jagung untuk
bahan industri pakan ternak, makanan, dan minuman
65
66
Analisis Senjang Penawaran dan Permintaan Jagung Pakan dengan Pendekatan Sinkronisasi Sentra Produksi, Pabrik Pakan
dan Populasi Ternak di Indonesia
(Dewa K.S. Swastika, Adang Agustian dan Tahlim Sudaryanto)
Keterangan:
A = wi layah s entr a pr oduksi jagung
B = wi layah pabri k (s entr a produksi) pakan
A B = i nt ers eksi , yai tu perpaduan antar a wi layah sent ra
produksi jagung dengan sentra produksi pakan.
(1)
Dimana:
St = Penawaran jagung pada tahun t
Yt = Produksi jagung dalam negeri pada tahun t
Mt = Volume Impor jagung pada tahun t
Xt = Volume ekspor jagung pada tahun t
Zt = perubahan stok jagung nasional pada tahun t.
Ternak yang mengkonsumsi pakan pabrikan berbahan
baku jagung adalah ayam ras petelur, ayam ras
pedaging, babi dan ternak lainnya. Patokan
perhitungan menggunakan beberapa konsep dan hasil
kajian Tangenjaya, et.al. (2003). Kebutuhan pakan
seekor ayam atau babi dihitung berdasarkan jumlah
pakan yang dibutuhkan untuk mencapai bobot atau
umur optimal ternak siap dijual. Untuk ayam petelur,
kebutuhan pakan dihitung dari jumlah pakan yang
dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg telur.
Pada ternak ayam ras pedaging, untuk menghasilkan
seekor ayam siap potong dengan rataan bobot 1,2 kg
dibutuhkan 2,28 kg pakan, dan untuk ayam petelur
dibutuhkan 2,5 kg pakan untuk 1 kg telur. Rataan
kebutuhan pakan ayam ras petelur selama 5 bulan
sebelum berproduksi adalah 6,5 kg per ekor dan
kebutuhan pakan untuk periode ini dapat dihitung.
Untuk babi, bobot siap jual yang diminta pasar adalah
90 kg per ekor. Untuk mengahasilkan babi dengan bobot
badan tersebut dibutuhkan pakan 315 kg. Berdasarkan
angka-angka kebutuhan pakan per ekor dan populasi
ternak, dapat dihitung kebutuhan pakan pabrikan
komplit (formula lengkap) untuk ayam ras petelur, ayam
ras pedaging, babi dan ternak lainnya.
Permintaan jagung untuk pakan dianalisis
berdasarkan dua pendekatan, yaitu (1) pendekatan
populasi ternak dan kebutuhan pakan untuk masingmasing jenis ternak; dan (2) pendekatan jumlah dan
kapasitas produksi pabrik pakan. Dengan
menggunakan pendekatan populasi ternak, permintaan
jagung untuk pakan pabrikan komplit dirumuskan
sebagai berikut:
67
n
DFt = (i Fit PTit) .. (2)
i =1
Dimana:
DFt = Permintaan jagung untuk pakan pada tahun t
i = proporsi jagung dalam pakan pabrikan untuk
jenis ternak-i
Fit = kebutuhan pakan pabrikan per satuan ternak-i
pada tahun t
Ptit = populasi jenis ternak-i pada tahun t
Dengan pendekatan pabrik pakan, kebutuhan jagung
dihitung berdasarkan formula:
n
QFt = (j Fjt) . (3)
j =1
Dimana:
QFt = Kebutuhan jagung untuk pabrik pakan pada
tahun t
j = Proporsi jagung dalam pakan pabrikan yg
dihasilkan pabrik-j pada tahun t
Fjt = Volume pakan pabrikan yang dihasilkan oleh
pabrik-j pada tahun t
Proyeksi populasi ternak dilakukan dengan formula:
Pi t = Pi o (1 + ri) t (4)
Dimana:
Pit
= populasi ternak-i pada tahun t
= populasi ternak-i pada tahun dasar proyeksi
Pio
ri
= pertumbuhan populasi ternak-i
t
= periode tahun proyeksi
Proyeksi kebutuhan pakan masing-masing ternak
adalah hasil perkalian antara kebutuhan pakan per
satuan jenis ternak dengan proyeksi populasi ternak
tersebut pada tahun t. Sedangkan proyeksi kebutuhan
jagung untuk pakan berdasarkan populasi ternak adalah
penjumlahan kebutuhan jagung pakan untuk masingmasing jenis ternak pada tahun t. Secara matematis
proyeksi kebutuhan jagung untuk pakan pada tahun t
adalah:
n
FFt = (i FFit) (5)
i=1
Dimana:
FFt = proyeksi kebutuhan jagung untuk pakan
konsentrat pada tahun t
i = proporsi jagung dalam pakan pabrikan untuk
ternak-i
FFit= proyeksi kebutuhan pakan pabrikan untuk jenis
ternak-i pada tahun t
68
Analisis Senjang Penawaran dan Permintaan Jagung Pakan dengan Pendekatan Sinkronisasi Sentra Produksi, Pabrik Pakan
dan Populasi Ternak di Indonesia
(Dewa K.S. Swastika, Adang Agustian dan Tahlim Sudaryanto)
Tabel 2. Sebaran populasi ayam ras petelur di Indonesia, 20002009 (000 ekor).
69
Analisis Senjang Penawaran dan Permintaan Jagung Pakan dengan Pendekatan Sinkronisasi Sentra Produksi, Pabrik Pakan
dan Populasi Ternak di Indonesia
(Dewa K.S. Swastika, Adang Agustian dan Tahlim Sudaryanto)
71
72
Analisis Senjang Penawaran dan Permintaan Jagung Pakan dengan Pendekatan Sinkronisasi Sentra Produksi, Pabrik Pakan
dan Populasi Ternak di Indonesia
(Dewa K.S. Swastika, Adang Agustian dan Tahlim Sudaryanto)
Tabel 11. Pemetaan Sentra Produksi dan Konsumsi Jagung di
Indonesia, 2008.
74
KESIMPULAN
Permintaan terhadap jagung untuk kebutuhan dalam
negeri dalam 10 tahun ke depan akan makin
meningkat, seiring dengan meningkatnya produksi
pakan pabrikan dan berkembangnya industri
peternakan. Di sisi lain, di pasar internasional
penggunaan jagung makin kompetitif, karena
penggunaan jagung tidak hanya untuk bahan baku
pakan ternak dan industri makanan, melainkan juga
untuk bahan bakar nabati (biofuel). Pemenuhan
kebutuhan jagung yang mengandalkan impor akan
berisiko tinggi, dan akan berdampak negatif terhadap
industri pakan dan peternakan dalam negeri. Oleh
karena itu, diperlukan upaya terus menerus untuk
meningkatkan produksi jagung dalam negeri.
Hasil analisis sinkronisasi menunjukkan bahwa 7 dari
10 provinsi sentra produksi jagung adalah juga sentra
konsumsi jagung untuk pabrik pakan. Ini berarti bahwa
penempatan pabrik pakan sudah hampir sinkron dengan
sentra produksi jagung. Tiga provinsi yang bukan
merupakan sentra produksi jagung dapat memperoleh
jagung dari provinsi terdekat yang produksi jagungnya
surplus.
Berdasarkan analisis proyeksi, pada tahun 2020
diprediksi kebutuhan jagung pada pabrik pakan sekitar
28,52 persen diatas kebutuhan sesuai pendekatan
populasi. Dengan demikian, sesungguhnya jika
produksi pakan disesuaikan dengan populasi ternak
yang ada, maka kebutuhan jagung untuk bahan baku
pakan jauh lebih kecil dibanding dengan kebutuhan
jagung sesuai permintaan pabrik pakan.
Dengan sumberdaya yang terbatas, termasuk
produksi jagung dalam negeri, maka sebaiknya pabrik
pakan memfokuskan produksi pakan konsentrat untuk
kebutuhan dalam negeri, sehingga tidak mengganggu
perkembangan industri peternakan dalam negeri.
Kebijakan strategis yang perlu dilakukan pemerintah
antara lain adalah (a) regulasi pembatasan impor
jagung, agar petani jagung lebih terangsang untuk
memproduksi jagung; (2) membatasi ekspor pakan,
untuk menjamin pemenuhan kebutuhan pakan ternak
dalam negeri; serta (3) membangun sistem kemitraan
antara petani jagung dengan pabrik pakan yang saling
menguntungkan. Dengan kemitraan, petani bisa
memperoleh sarana produksi dari perusahaan untuk
menerapkan teknologi maju dalam usahatani jagung dan
lebih mudah memasarkan jagung dengan harga yang
disepakati bersama dalam kontrak kemitraan. Bagi
perusahaan pabrik pakan lebih mudah memperoleh
jagung sebagai bahan baku pabrik.
Analisis Senjang Penawaran dan Permintaan Jagung Pakan dengan Pendekatan Sinkronisasi Sentra Produksi, Pabrik Pakan
dan Populasi Ternak di Indonesia
(Dewa K.S. Swastika, Adang Agustian dan Tahlim Sudaryanto)
DAFTAR PUSTAKA
Antara News. 2008. Ekonomi dan Bisnis: Departemen Pertanian
(Deptan) akan menghentikan impor jagung pada tahun 2009.
Jakarta.
Bachtiar, S. Pakki, dan Zubachtirodin. 2007. Sistem Perbenihan
Jagung. Buku Jagung: Teknik Produksi dan Pengembangan. (Eds:
Sumarno, Suyamto, A. Widjono, Hermanto, H. Kasim). Puslitbang
Tanaman Pangan, Badan Litbang Pertanian. p177-191.
Badan Litbang Pertanian. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan
Komoditas Jagung di Indonesia. Jakarta.
BPS. 2010. Data Produksi Pertanian. www.bps.go.id
Datacon. 2008. Market Intelligence Report On Perkembangan
Industri Pakan di Indonesia http://www.datacon.co.id.
Destiana, M. 2010. Prospek Industri Pakan Nasional. Economic
Review No.29. Maret 2010.
Ditjend Peternakan. 2010a. Produksi Pabrik Pakan Ternak 200420 08 (per provinsi).
http://www.ditjenna k. go.id/
bank\Tabel_11_8.pdf
Ditjend Peternakan. 2010b. Data Produksi, Populasi, NBM dan
Perdaganga Ternak. www.ditjennak.go.id.
Ditjen Tanaman. Pangan. 2006. Program Peningkatan Produksi
Jagung Nasional. Makalah disampaikan pada Seminar nasional
dan Ekspose Inovasi Teknologi. Makassar Pangkep, 15-16
September 2006.
FAO. 200 9. Production, Trade, and Food Balence Sheet.
www.fao.org.
FAO. 2010a. Food Balance Sheet.
http://fa osta t.fa o.org/site/6 1 7 /Desk to pDefa u lt.a spx
?PageID=617#a ncor
FAO. 2010b. Maize Balance Sheet.
http://fa osta t.fa o.org/site/6 1 6 /Desk to pDefa u lt.a spx
?PageID=616#a ncor
Hutabarat, B., Y. Yusdja, E. Basuno, A. Subekti, I. Sadikin, dan V.
Siagian. 1993. The Regional Trade Pattern of Corn Commodity
in Indonesia. Research Report. Center for Agro-Socio Economic
Research. Bogor.
Hu tabara t B. 2 003 . Prospect of Feed Crops to Support the
Livestock Evolution in South Asia: Framework of the Study
Project. In Proceeding of Workshop on the CGPRT Feed Crops
Supply/Demand and Potential/Constraints for Their Expansion
in South Aasia held in Bogor, Indonesia, Sept 3-4, 2002. CGPRT
Centre Monograph No. 42. Bogor. Indonesia.
75