disimpan 1 bulan. Benih memerlukan penyemaian lebih dahulu agar tidak agar tidak banyak
yang mati karena kekeringan, rusak oleh terik matahari, terlalu basah atau lembab dan
pengaruh lain dari keadaan lingkungan yang buruk (8).
2.2. Makroskopik dan Mikroskopik Daun Tempuyung
2.2.1. Makroskopik
Daun : tunggal, tidak bertangkai, helaian daun berbentuk lonjong atau berbentuk
lanset, berlekuk menjari atau berlekuk tidak teratur; pangkal daun menyempit atau berbentuk
panah sampai berbentuk jantung; pinggir daun bergerigi tidak teratur; permukaan daun
sebelah atas agak kasar dan berwarna lebih pucat; panjang daun 6 cm sampai 48 cm, lebar
daun 2 cm sampai 10 cm (8).
Dengan
pereaksi
Tanpa
pereaksi
Dengan
pereaksi
1
50 60
Biru
Biru kuning
2
64 71
Biru kuning
3
121 129
Kuning
Kuning
4
130 134
Merah jingga Merah jingga
5
139 - 141
hijau
Merah jingga Merah jingga
Catatan : harga hRx dihitung terhadap bercak biru
Kadar abu : tidak lebih dari 17 %
Kadar abu yang tidak larut dalam asam : tidak lebih dari 0.25 %
Kadar sari yang larut dalam air : tidak kurang dari 24 % Kadar sari yang larut dalam etanol :
tidak lebih dari 2 % (8)
2.6. Penelitiaan penelitiaan
2.6.1. Analisa Senyawa Golongan Flavonoid Herba Tempuyung (Sonchus arvensis L.).
ABSTRAK: Tempuyung (Sonchus arvensis) dari suku asteraceae merupakan salah
satu jenis tanaman yang memiliki beberapa golongan senyawa flavonoid. Telah dilakukan
isolasi senyawa golongan flavonoid terhadap ekstrak methanol herba tempuyung kering
menggunakan kromatografi kertas dengan eluen n-butanol-asam asetat-air (4:1:5). Analisa
dilakukan terhadap bercak yang diperoleh menggunakan metoda spektrofotometeri UV-vis
dengan bantuan pereaksi geser natrium hidroksida, alumunium (III) klorida, natrium asetat
dan asam borat. Hasil analisa menunjukkan bahwa senyawa flavonoid yang diperoleh
termasuk dalam golongan flavon tersubstitusi yaitu 7,4-hidroksi flavon (9).
(lihat di prosedur modul)
Gambar 2.4 Tahap penelitiaan
2.6.2. Pengaruh Sukrosa Terhadap Kadar Kumarin Pada Kultur Suspensi Sel Tempuyung.
ABSTRAK: Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh
variasi kadar sukrosa terhadap kadar kumarin serta untuk mengetahui persen kadar kumarin
pada kalus tempuyung. Hasil penelitiaan diperoleh bahwa penambahan variasi kadar sukrosa
dapat meningkatkan kadar kumarin pada kultur suspensi sel tempuyung dengan kadar ratarata sukrosa 0 g/l = 0.0113 g/g kalus, sukrosa 20 g/l = 0.00172 g/g kalus, sukrosa 40 g/l =
0.0242 g/g kalus, dan sukrosa 60 g/l adalah 3X dari berat kumarin tanpa penambahan sukrosa
(10).
2.6.3. Ekstrak Tempuyung Sebagai Antioksidan, Antirheumatik dan Inhibisi Pembentukan Asam Urat
Tempuyung atau Sonchus Arvensis (Asteraceae) selama ini dikenal sebagai
penghancur batu ginjal dan diuretik. Beberapa fakta baru menunjukkan bahwa tumbuhan ini
juga dapat mengeliminasi kelebihan asam urat di dalam tubuh dengan adanya senyawasenyawa bioaktif yang terkandung, yaitu senyawa flavonoida sehingga asam urat tidak
terbentuk dan ion-ion mineral yang ada dapat meningkatkan kelarutan asam urat dalam cairan
tubuh (11).
2.6.4. Tempuyung Sebagai Obat Batu Ginjal
Dalam penelitian itu dia merendam batu ginjal seseorang dalam rebusan daun
tempuyung pada suhu kamar dan pada suhu 37oC. Bahan percobaan tadi ada yang digoyang
seperti gerakan tubuh manusia, ada pula yang tidak. Setelah itu batu ditimbang dan kalsium
dalam larutan diukur secara kimia. Hasilnya, semua batu ginjal berkurang bobotnya.
Sarjito juga meneliti daya penghancuran batu ginjal manusia dengan melakukan
pemeriksaan kristal dalam air seni dan dengan menggunakan sinar rontgen. Hasilnya,
diketahui tanaman tempuyung dapat menghancurkan batu ginjal. Sayangnya, sampai
sekarang belum diketahui senyawa yang melarutkan atau menghancurkan batu ginjal (12).
DAFTAR PUSTAKA
Staf Pengajar Bagian Patologi Anatomik., 1979, Patologi, FKUI, Jakarta, 5-7.
Ardiansyah,2005, Pangan Tradisional Sebagai Pangan Fungsional, Artikel IPTEK, Jakarta,
22,59,24.
Ibnu, A, 2003, Pengobatan dan Perawatan Kecantikan Secara Tradisional, HKPN, Jawa Tengah,
69.
Soenanto, H dan Sri Kuncoro, 2005, Hancurkan Batu Ginjal Dengan Ramuan Herbal, Puspa
Swara, Jakarta, 7-10.
Tersono, A, 2003, Permanfaatan Obat dan Jus Obat, Cipta Adi Pustaka, Jakarta, 113.
http://bebas.ulsm.org/VR/artikel/ttg_tanaman_obat/depkes/buku1/1-268.pdf, 1 mei 2007.
http://www.indomedia.com/intisari/1999/juni/tempuyung.htm, 10 Mei 2007.
Depkes RI, 1997, Materia Medika Indonesia Jilid I, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan, Jakarta, 100-104.
http://72.14.235.104/search?
q=cache:qcLFc1VTQjsJ:www.iptek.net.id/ind/pustaka_pangan/pdf/Senaki_V/SRININGSIH.
pdf+tempuyung+pdf&hl=id&ct=clnk&cd=3&gl=id, 14 Juni 2007.
http://72.14.235.104/search?q=cache:uqGlrXPgjIsJ:alatkesehatan.com/index2.php%3Foption
%3Dcom_content%26do_pdf%3D1%26id
%3D65+tempuyung+pdf&hl=id&ct=clnk&cd=2&gl=id, 14 Juni 2007.
http://72.14.235.104/search?q=cache:z5h39R7jC7sJ:lipi.inovasiindonesia.com/A6.pdf+tempuyung+sebagai+batu+ginjal+pdf&hl=id&ct=clnk&cd=1&gl=id,
14 Juni 2007.
http://fa.lib.itb.ac.id/go.php?id=jbptitbfa-gdl-s1-1994-nenenghary-834&node=63&start=6, 14 Juni
2007.