gangguan
asosiasi
pikiran
(inkoherensi),
gangguan
persepsi
SKIZOFRENIA
Definisi Skizofrenia
Skizofrenia adalah sekelompok gangguan psikologi dengan gangguan
dasar pada kepribadian dan distorsi khas proses pikir yang ditandai dengan proses
pikir penderita yang lepas dari realita sehingga terjadi perubahan kepribadian
seseorang yang reversible dan menuju kehancuran serta tidak berguna sama
sekali.
Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan
karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar
(inappropriate)
atau
tumpul
(blunted).
Kesadaran
yang
jernih
(clear
dewasa dan biasanya onsetnya pada usia remaja akhir atau awal masa dewasa.
Pada laki-laki biasanya gangguan ini mulai pada usia lebih muda yaitu 15-25
tahun sedangkan pada perempuan lebih lambat yaitu sekitar 25-35 tahun. Insiden
skizofrenia lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan dan lebih besar di
daerah urban dibandingkan daerah rural.
Etiologi Skizofrenia
Penyebab pasti dari skizofrenia sebenarnya belum diketahui. Berikut ini
adalah beberapa teori yang mungkin bisa menjelaskan penyebab skizofrenia.
Adapun faktor-faktor yang berpengaruh antara lain:
1. Faktor Genetik
Dalam studi terhadap keluarga menyebutkan pada orangtua 5.6%; saudara
kandung 10.1 %; anak-anak 12.8 %; dan penduduk secara keseluruhan 0.9 %.
Dalam studi terhadap orang kembar (twin) menyebutkan pada kembar identik
(monozygote) 59.2 %, sedangkan kembar non identik atau fraternal (dizygote)
adalah 15.2 %.
Risiko berkembang menjadi skizofrenia pada masyarakat umum 1%, pada
orang tua resiko 5%, pada saudara kandung 8% dan pada anak 15%-20% apabila
salah satu orang tua menderita skizofrenia walaupun anak telah dipisahkan dari
orang tua sejak lahir, anak dari kedua orang tua skizofrenia 30%-40%, pada
kembar monozigot 40%-50%, sedangkan untuk kembar dizigot sebesar 5%-10%.
Dari penelitian epidemiologi keluarga terlihat bahwa resiko untuk keponakan
adalah 3%, masih lebih tinggi dari populasi umum yang hanya 1%. Demikian juga
dari penelitian anak yang diadopsi dikatakan, anak penderita skizofrenia yang
diadopsi orang tua normal, tetap mempunyai resiko 16.6%, sebaliknya anak sehat
yang diadopsi penderita skizofrenia resiko 1.6%, dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa semakin dekat hubungan keluarga biologis semakin tinggi
resiko terkena skizofrenia.
2. Faktor Biokimia
psikososial
dalah
setiap
keadaan
atau
peristiwa
yang
perceraian kedua orang tua, salah satu orang tua menderita gangguan kejiwaan
dan orang tua yang pemarah.
Klasifikasi
1. Skizofrenia Paranoid
Memenuhi kriteria diagnostik skizofrenia. Sebagai tambahan : Halusinasi
dan atau waham harus menonjol. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien
atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi
pluit, mendengung, atau bunyi tawa. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa,
atau bersifat seksual, atau lain-lain perasaan tubuh halusinasi visual mungkin ada
tetapi jarang menonjol.
Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan
(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau Passivity
(delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah
yang paling khas.Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta
gejala katatonik secara relatif tidak nyata / menonjol.
Pasien skizofrenik paranoid biasanya berumur lebih tua daripada pasien
skizofrenik terdisorganisasi atau katatonik jika mereka mengalami episode
pertama penyakitnya. Pasien yang sehat sampai akhir usia 20 atau 30 tahunan
biasanya mencapai kehidupan social yang dapat membantu mereka melewati
penyakitnya. Juga, kekuatan ego paranoid cenderung lebih besar dari pasien
katatonik dan terdisorganisasi. Pasien skizofrenik paranoid menunjukkan regresi
yang lambat dari kemampuanmentalnya, respon emosional, dan perilakunya
dibandingkan tipe lain pasien skizofrenik.
Pasien skizofrenik paranoid tipikal adalah tegang, pencuriga, berhati-hati,
dan tak ramah. Mereka juga dapat bersifat bermusuhan atau agresif. Pasien
skizofrenik paranoid kadang-kadang dapat menempatkan diri mereka secara
adekuat didalam situasi social. Kecerdasan mereka tidak terpengaruhi oleh
kecenderungan psikosis mereka dan tetap intak.
2. Skizofrenia Hebefrenik
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.
Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta
mannerisme; ada kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan
perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan;
5. Depresi Pasca-Skizofrenia
Diagnosis harus ditegakkan hanya kalau :
Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi mendominasi
gambaran klinisnya); dan
10
mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial
yang buruk;
Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau
yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofenia;
Menurut DSM IV, tipe residual ditandai oleh bukti-bukti yang terus menerus
adanya gangguan skizofrenik, tanpa adanya kumpulan lengkap gejala aktif atau
gejala yang cukup untuk memenuhi tipe lain skizofrenia. Penumpulan emosional,
penarikan social, perilaku eksentrik, pikiran yang tidak logis, dan pengenduran
asosiasi ringan adalah sering ditemukan pada tipe residual. Jika waham atau
halusinasi ditemukan maka hal tersebut tidak menonjol dan tidak disertai afek
yang kuat.
7. Skizofrenia Simpleks
Diagnosis skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena
tergantung pada pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan dan progresif
dari :
halusinasi jarang sekali terdapat. Jenis ini timbulnya perlahan-lahan sekali. Pada
permulaan mungkin penderita mulai kurang memperhatikan keluarganya atau
mulai menarik diri dari pergaulan. Makin lama ia makin mundur dalam pekerjaan
atau pelajaran dan akhirnya menjadi pengangguran, dan bila tidak ada orang yang
menolongnya ia mungkin akan menjadi pengemis, pelacur, atau penjahat.
8. Skizofrenia lainnya
Selain beberapa subtipe di atas, terdapat penggolongan skizofrenia lainnya (yang
tidak berdasarkan DSM IV TR), antara lain :
Konsep diagnostik Perancis dibedakan dari skizofrenia terutama atas dasar lama
gejala yang kurang dari tiga bulan. Diagnosis adalah mirip dengan diagnosis
gangguan skizofreniform didalam DSM-IV. Klinisi Perancis melaporkan bahwa
kira-kira empat puluh persen diagnosis delirante berkembang dalam penyakitnya
dan akhirnya diklasifikasikan sebagai media skizofrenia.
Skizofrenia laten.
Sindroma
juga
dinamakan
skizofrenia
ambang
(borderline
Oneiroid.
Keadaan oneiroid adalah suatu keadaan mirip mimpi dimana pasien mungkin
pasien sangat kebingungan dan tidak sepenuhnya terorientasi terhadap waktu dan
tempat. Istilah skizofrenik oneiroid telah digunakan bagipasien skizofrenik yang
khususnya terlibat didalam pengalaman halusinasinya untuk mengeluarkan
keterlibatan didalam dunia nyata. Jika terdapat keadaan oneiroid, klinisi harus
12
berhati-hati dalam memeriksa pasien untuk adanya suatu penyebab medis atau
neurologist dari gejala tersebut.
Parafrenia.
dari
istilah
ini
menyebabkannya
tidak
sangat
berguna
dalam
mengkomunikasikan informasi.
Pseudoneurotik.
Skizofrenia Tipe I.
Skizofrenia dengan sebagian besar simptom yang muncul adalah simptom positif
yaitu asosiasi longgar, halusinasi, perilaku aneh, dan bertambah banyaknya
pembicaraan. Disertai dengan struktur otak yang normal pada CT dan respon yang
relatif baik terhadap pengobatan.
Psikopatologi
Tanda awal dari skizofrenia adalah simtom-simtom pada masa premorbid.
Biasanya simtom ini muncul pada masa remaja dan kemudian diikuti dengan
berkembangnya simtom prodormal dalam kurun waktu beberapa hari sampai
beberapa bulan. Adanya perubahan social / lingkungan dapat memicu munculnya
simtom gangguan. Masa prodormal ini bisa langsung sampai bertahun-tahun
sebelum akhirnya muncul simtom psikotik yang terlihat.
Perjalanan penyakit skizofrenia yang umum adalah memburuk dan remisi.
Setelah sakit yang pertama kali, pasien mungkin dapat berfungsi normal untuk
waktu lama (remisi), keadaan ini diusahakan dapat terus dipertahankan. Namun
yang terjadi biasanya adalah pasien mengalami kekambuhan. Tiap kekambuhan
yang terjadi membuat pasien mengalami deteriorasi sehingga ia tidak dapat
kembali ke fungsi sebelum ia kambuh. Kadang, setelah episode psikotik lewat,
pasien menjadi depresi, dan ini bisa berlangsung seumur hidup.Seiring dengan
berjalannya waktu, simtom positif hilang, berkurang, atau tetap ada, sedangkan
simtom negative relative sulit hilang bahkan bertambah parah.
Faktor-faktor resiko tinggi untuk berkembangnya skizofrenia adalah
Mempunyai anggota keluarga yang menderita skizofrenia, terutama jika salah satu
orang tuanya/saudara kembar monozygotnya menderita skizofrenia, kesulitan
pada waktu persalinan yang mungkin menyebabkan trauma pada otak, terdapat
penyimpangan dalam perkembangan kepribadian, yang terlihat sebagai anak yang
sangat pemalu, menarik diri, tidak mempunyai teman, amat tidak patuh, atau
sangat penurut, proses berpikir idiosinkratik, sensitive dengan perpisahan,
mempunyai orang tua denga sikap paranoid dan gangguan berpikir normal,
memiliki gerakan bola mata yang abnormal, menyalahgunakan zat tertentu seperti
amfetamin,
kanabis,
kokain,
Mempunyai
riwayat
epilepsi,
memilki
ketidakstabilan vasomotor, gangguan pola tidur, control suhu tubuh yang jelek dan
tonus otot yang jelek.
14
Manifestasi klinis
Gejala Positif Skizofrenia
Gejala-gejala positif yang diperlihatkan pada penderita Skizofrenia adalah sebagai
berikut:
a) Delusi atau waham, yaitu suatu keyakinan yang tidak rasional (tidak
masuk akal). Meskipun telah dibuktikan secara obyektif bahwa keyakinan
itu tidak rasional, namun penderita tetap meyakini kebenarannya.
b) Halusinasi, yaitu pengalaman panca indera tanpa ada rangsangan
(stimulus).
Misalnya
penderita
mendengar
suara-suara/bisikan
di
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya
dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang
jelas) :
a. Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
sama, namun kualitasny berbeda atau
-
16
c. Halusinasi Auditorik
-
Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara
jelas:
e. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungn afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan
(over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus;
f. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan, yang
berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau
neologisme;
g. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (Posturing), arau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme,
dan stupor;
h. Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya
kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
Harus ada suatu perubahan yang kosisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi
(personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self
absorbed attitude), dan penarikan diri secara social.
Catatan:
Fase Prodromal: deteriorasi yang jelas dalam fungsi sebelum fase aktif penyakit
itu, dan yang tidak disebabkan oleh Gangguan Afek atau akibat Gangguan
penggunaan zat (NAZA : Narkotika, Alkohol dan Zat Adiktif lainnya), serta
mencakup paling sedikit 2 dari 8 gejala yang tersebut di bawah ini yang menetap
(gejala sisa), dan yang tidak disebabkan oleh gangguan Afek atau gangguan
penggunaan zat (NAZA).
Gejala Prodromal dan Residual Skizofrenia
Sebelum seseorang secara nyata aktif (manifes) menunjukkan gejala-gejala
Skizofrenia, yang bersangkutan terlebih dahulu menunjukkan gejala-gejala awal
yang disebut gejala prodromal. Sebaliknya jika penderita Skizofrenia tidak lagi
aktif
menunjukkan
gejala-gejala
Skizofrenia,
maka
yang
bersangkutan
18
Afek (alam perasaan) yang tumpul atau miskin, mendatar dan tidak serasi,
wajahnya tidak menunjukkan ekspresi dan terkesan dingin.
Ide atau gagasan yang aneh dan tidak lazim atau pikiran magis, seperti
takhayul, kewaskitaan (clairvoyance), telepati, indera keenam, orang lain
dapat merasakan perasaannya, ide-ide yang berlebihan, gagasan mirip
waham yang menyangkut diri sendiri (ideas of refference).
Penghayatan persepsi yang tidak lazim, seperti ilusi yang selalu berulang,
merasa hadirnya kekuatan atau seseorang yang sebenarnya tidak ada.
Catatan: berbeda dengan halusinasi, yang dimaksud dengan ilusi adalah
pengalaman panca indera dimana ada sumber atau stimulus, namun
ditafsirkan salah.
Diagnosis Banding
keadaan medis psikiatrik dan dapat diakibatkan oleh berbagai macam zat. Jika
psikosis atau katatonia disebabkan oleh kondisi medis nonpsikiatrik atau
diakibatkan oleh suatu zat, diagnosis yang paling sesuai adalah gangguan psikotik
akibat kondisi medis umum, atau gangguan katatonia akibat zat. Manifestasi
psikiatrik dari banyak kondisi medis nonpsikiatrik dapat terjadi awal dalam
perjalanan penyakit, seringkali sebelum perkembangan gejala lain. Dengan
demikian klinisi harus mempertimbangkan berbagai macam kondisi medis
nonpsikiatrik dii dalam diagnosis banding psikosis, bahkan tanpa adanya gejala
fisik yang jelas. Pada umumnya, pasien dengan gangguan neurologist mempunyai
lebih banyak tilikan pada penyakitnya dan lebih menderita akibat gejala
psikiatriknya daripada pasien skizofrenik, suatu kenyataan yang dapatmembantu
klinisi untuk membedakan kedua kelompok tersebut.
Saat memeriksa seorang pasien psikotik, klinisi harus mengikuti tiga
pedoman umum tentang pemeriksaan keadaan nonpsikiatrik. Pertama, klinisi
harus cukup agresif dalam mengejar kondisi medis nonpsikiatrik jika pasien
menunjukkan adanya gejala yang tidak lazim atau jarang atau adanya variasi
dalam tingkat kesadara. Kedua, klinisi harus berusaha untuk mendapatkan riwayat
keluarga yang lemgkap, termasuk riwayat gangguan medis, neurologist, dan
psikiatrik. Ketiga, klinisi harus mempertimbangkan kemungkinan suatu kondisi
medis nonpsikiatrik, bahkan pada pasien dengan diagnosis skizofrenia
sebelumnya. Seorang pasien skizofrenia mempunyai kemungkinan yang sama
untuk menderita tumor otak yang menyebabkan gejala psikotik dibandingkan
dengan seorang pasien skizofrenik.
diagnosis yang sesuai pada pasien yang meniru gejala skizofrenia tetapi
sebenarnya tidak menderita skizofrenia. Orang telah menipu menderita
skizofrenia dan dirawat dan diobati di rumah sakit psikiatrik. Orang yang secara
lengkap mengendalikan produksi gejalanya mungkin memenuhi diagnosis
berpura-pura (malingering); pasien tersebut biasanya memilki alasan financial dan
hokum yang jelas untuk dianggap gila. Pasien yang kurang mengendalikan
pemalsuan gejala psikotiknya mungkin memenuhi diagnosis suatu gangguan
buatan (factitious disorder). Tetapi, beberapa pasien dengan skizofrenia seringkali
20
Gangguan Mood
Diagnosis banding skizofrenia dan gangguan mood dapat sulit, tetapi
penting karena tersedianya pengobatan yang spesifik dan efektif untuk mania dan
depresi. Gejala afektif atau mood pada skizofrenia harus relative singkat terhadap
lama gejala primer. Tanpa adanya informasi selain dari pemeriksaan status mental,
klinisi harus menunda diagnosis akhir atau harus menganggap adanya gangguan
mood, bukannya membuat diagnosis skizofrenia secara prematur.
Gangguan Kepribadian
Berbagai gangguan kepribadian dapat ditemukan dengan suatu cirri
Terapi
Psikofarmaka
Kemajuan di bidang Ilmu kedokteran jiwa (psikiatri) akhir-akhir ini
mengalami kemajuan pesat, baik di bidang organobiologik maupun obatobatannya. Dari sudut organobiologik sudah diketahui bahwa pada Skizofrenia
(dan juga gangguan jiwa lainnya) terdapat gangguan pada fungsi transmisi sinyal
penghantar saraf (neurotransmitter) sel-sel susunan saraf pusat (otak) yaitu
pelepasan zat dopamin dan serotin yang mengakibatkan gangguan pada alam
pikir, alam perasaan dan perilaku. Oleh karena itu obat psikofarmaka yang akan
diberikan ditujukan pada gangguan fungsi neurotransmitter tadi sehingga gejalagejala klinis tadi dapat dihilangkan dengan kata lain penderita Skizofrenia dapat
diobati.
Hingga sekarang belum ditemukan obat yang ideal, dari banyak jenis obat
psikofarmaka yang ada. Masing-masing obat mempunyai kelebihan dan
kekurangan selain juga ada efek samping. Misalnya ada jenis psikofarmaka yang
lebih berkhasiat menghilangkan gejala negatif Skizofrenia atau sebaliknya, ada
juga yang lebih cepat menimbulkan efek samping dan lain sebagainya.
Adapun obat Skizofrenia yang ideal yaitu yang memenuhi syarat antara lain:
Lebih cepat memulihkan fungsi kognitif (daya pikir dan daya ingat).
22
Berbagai jenis obat yang beredar di pasaran yang diperoleh dengan resep dokter,
dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu golongan generasi pertama (typical) dan
golongan generasi kedua (atypical). Contoh yang beredar di Indonesia tahun
2001:
Termasuk golongan generasi pertama misalnya:
Nama Generik
Nama Dagang
1. chlorpromazine HCl
Largactil,Promactil,Meprosetil
2. Trifluoperazine HCl
Stelazine
3. Thioridazine HCl
Melleril
4. Haloperidol
Nama Dagang
1. Risperidone
2. Clozapine
Clozaril
3. Quetiapine
Seroquel
4. Olanzapine
Zyprexa
5. Zotetine
Lodopin
6. Aripiprazole
Abilify
Dari berbagai jenis obat psikofarmaka di atas, efek samping yang sering
dijumpai meskipun relatif kecil dan jarang adalah gejala ekstra-piramidal (Extra
pyramidal Syndrome/ EPS) yang mirip dengan penyakit Parkinson, misalnya
kedua tangan gemetar (tremor), kekakuan alat gerak (kalau berjalan seperti robot),
otot leher kaku sehingga kepala yang bersangkutan seolah-olah terpelintir atau
ketarik dan lain sebagainya. Bila terdapat efek samping ekstra-piramidal tadi
dapat
diberikan
obat
penawarnya
yaitu
obat
dengan
nama
generik
Tryhexyphenydyl
kedua
(atypical)
pada
pemakaian
jangka
panjang
umumnya
dalam
mengatasi
gejala-gejala
positif
Skizofrenia,
sehingga
2-klor-N-(dimetil-aminopril)-fenotiazin
Indikasi
berbagai
reseptor
-adrenergik,
and
gejala
idiosinkrasi(ikterus,
dermatitis,dan
leucopenia)
Interaksi obat
2. Fluphenazin
Indikasi
Efek samping
: antipsikosis atipikal
:Sedasi,hiperprolaktinemia,efek
samping
ekstrapiramidal
Interaksi obat
P450
dari
yang
obat
dapat
meningkatkan
antipsikosis
seperti
haloperidol,clozapin,flupenasin.
3. Haloperidol
Indikasi
farmakokinetik
Efek samping
Kontraindikasi
Interaksi Obat
agranulositosis
: sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil.
: Karbamazepin dapat menginduksi enzim hati
cytokrom
metabolism
P450
dari
yang
obat
dapat
dan
meningkatkan
antipsikosis
seperti
haloperidol,clozapin,flupenasin, olanzapin.
4. Loxapin
Indikasi
Farmakokinetik
Efek samping
Kontraindikasi
5. Molindon
Indikasi
dari
dihidroksifenilalanin
dan
5-
26
Efek samping
Sedasi,hiperprolaktinemia,efek
samping
Interaksi Obat
6. Mesoridazine,Pherphenazin, Thioridazine,ThiothixeneTrifluoperazine
Indikasi
Efek samping
: antipsikosis, skizofrenia
:Pruritus,fotosensitifitas,eosinofilia,
trombositopenia.Hiperprolaktinemia,konstipasi,dysp
epsia,reaksi ekstrapiramidal.
Kontraindikasi
mengalami
depresi
SSP,kerusakan
otak
Indikasi
Farmakokinetik
Efek samping
Kontraindikasi
Interaksi Obat
karena
kemungkinan
terjadi
Indikasi
28
Farmakokinetik
Efek samping
berat badan,hiperprolaktinemia
reaksi ekstrapiramidal yaitu
tardiv diskinesia.
Interaksi Obat
Olanzapine
Indikasi
Farmakokinetik
Efek Samping
Interaksi Obat
glukosa,hiperglikemia,hiperlipidemia.
: Karbamazepin dapat menginduksi enzim hati
cytokrom P450 yang dapat meningkatkan
metabolism dari obat antipsikosis seperti
haloperidol,clozapin,flupenasin, olanzapin
Quetiapin
Indikasi
Farmakokinetik
Efek samping
berat
badan,hiperprolaktinemia
Interaksi Obat
5. Ziprasidon
Indikasi
Farmakokinetik
bipolar
: Absorbsinya cepat dan ikatan protein plasmanya
99 %.
30
Efek Samping
Interaksi Obat
berat
badan,hiperprolaktinemia
: Kombinasi antara antipsikosis dengan
pengkonduksi miokardial dapar meningkatkan efek
samping dari antipsikosis.
PSIKOTERAPI
Ragam psikoterapi banyak macamnya, tergantung dari kebutuhan dan latar
belakang penderita sebelum sakit (Pramopbid), sebagai contoh misalnya:
Psikoterapi Suportif
Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk memberikan dorongan, semangat
dan motivasi agar penderita tidak merasa putus asa dan semangat juangnya
dalam mengahadapi hidup ini tidak kendur dan menurun.
Psikoterapi Re-edukatif
Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untk memberikan pendidikan ulang
yang maksudnya memperbaiki kesalahan pendidikan di waktu lalu dan
juga dengan pendidikan ini dimaksudkan mengubah pola pendidikan lama
dengan yang baru sehingga penderita lebih adaptif terhadap dunia luar.
Psikoterapi Re-konstruktif
Jenis
psikoterapi
ini
dimaksudkan
untuk
memperbaiki
kembali
Psikoterapi Kognitif
Jenis psikoterapi ini maksudkan untuk memulihkan kembali fungsi
kognitif rasional sehingga penderita mampu membedakan nilai nili
moral etika, mana yang baik dan buruk, mana yang boleh dan tidak, mana
yang halal dan haram dan lain sebagianya.
Psikoterapi Psikodinamik
Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk menganalisa dan menguraikan
proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan seseorang jatuh sakit
dan upaya untuk mencari jalan keluarnya. Dengan psikoterapi ini
diharapkan penderita dapat memahami kelebihan dan kelemahan dirinya
dan mampu menggunakan mekanisme pertahana diri yang baik.
REHABILITASI
Program rehabilitasi ini biasanya dilakukan dilembaga rahabilitasi misalnya
dibahagian lain di Rumah Sakit Jiwa khusus untuk untuk penderita yang kronis.
Di lembaga itu penderita tidak hanya diberi terapi psikofarmaka tetapi juga
menintegrasikan dengan jenis jenis terapi yang lainnya termasuk keterampilan.
Dalam lembaga rehabilitasi ini para penderita merupakan kelompok atau
komunitas diman terjadi interaksi antar sesama penderita dengan para pelatih.
Program rehabilitasi ini tidak hanya diikuti oleh penderita yang dirawat
jalan.Program rehabilitasi sebagai persiapan kembali ke keluarga dan masyarakat
meliputi berbagai macam kegiatan, antara lain :
Terapi kelompok
Prognosis
32
Prognosis
untuk
skizofrenia
pada
umumnya
kurang
begitu
menggembirakan. Sekitar 25% pasien dapat kembali pulih dari episode awal dan
fungsinya dapat kembali pada tingkat prodromal (sebelum munculnya gangguan
tersebut). Sekitar 25% tidak akan pernah pulih dan perjalanan penyakitnya
cenderung memburuk. Sekitar 50% berada diantaranya, ditandai dengan
kekambuhan periodik dan ketidakmampuan berfungsi dengan efektif kecuali
untuk waktu yang singkat. (Imam Setiadi daam Skizofrenia, Refika Aditama,
2006).
Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis skizofrenia
Keluarga
Skizofrenia tidak hanya menimbulkan penderitaan bagi individu
penderitanya, tapi juga bagi orang-orang terdekat kepadanya. Biasanya,
keluarganyalah yang paling terkena dampak dari hadirnya skizofrenia.
Pasien
membutuhkan
perhatian
dari
masyarakat,
terutama
dari
Inteligensi
Pada umumnya pasien Skizofrenia yang mempunyai Inteligensi yang
tinggi akan lebih mudah sembuh dibandingkan dengan orang yang
inteligensinya rendah. Karena orang yang mempunyai inteligensi tinggi
biasanya mudah diberi pemahaman, mudah mengerti akan pentingnya
pengobatan.
Pengobatan
Obat memiliki dua kekurangan utama. Pertama hanya sebagian kecil
pasien (kemungkinan 25%) cukup tertolong untuk mendapatkan kembali
jumlah fungsi mental yang cukup normal. Kedua antagonis reseptor
dopamine disertai dengan efek merugikan yang mengganggu dan serius.
Namun pasien skkizofrenia perlu di beri obat Risperidone serta Clozapine.
ReaksiPengobatan
Dalam proses penyembuhan skizofrenia, orang yang bereaksi terhadap
StressorPsikososial
Dengan semakin bertambah meningkatnya perkembangan teknologi, akan
mempengaruhi juga pada proses penyembuhan penyakit skizofrenia.
Biasanya negara berkembang, penderita skizofrenia bisa lebih cepat
disembuhkan karena adanya dukungan dari masyarakat sekitar. Sedangkan
pada Negara-negara maju, prognosis lebih susah dikarenakan, biasanya
pada Negara-negara maju masyarakatnya cenderung individual, tidak
mengenal tetangga, dan tidak perdui terhadap lingkungan sekitar.
Apabila stressor dari skizofrenia ini berasal dari luar, maka akan
mempunayi dampak yang positif, karena tekanan dari luar diri individu
dapat diminimalisir atau dihilangkan. Begitu pula sebaliknya apabila
stressor datangnya dari luar individu dan bertubi-tubi atau tidak dapat
diminimalisir maka prosgnosisnya adalah negatif atau akan bertambah
parah.
Kekambuhan
penderita skizofrenia yang sering kambuh prognosisnya lebih buruk.
Dengan seringnya penderita skizofrenia kambuh maka akan semakin
lemah pula system yang ada pada dirinya.
GangguanKepribadian
Pada gangguan kepribadian ini, orang yang mempunyai tipe introvert lebih
susah dideteksi apakah ia mempunyai gejala skizofrenia karena orang
tersebut cenderung menutup diri. Prognosis untuk orang yang mempunyai
gangguan
kepribadian
akan
sulit
disembuhkan.
Besar
kecilnya
Onset
Jenis onset yang mengarah ke prognosis yang baik berupa onset yang
lambat dan akut, sedangkan onset yang tidak jelas memiliki prognosis
yang lebih baik.
34
Proporsi
Orang yang mempunyai bentuk tubuh normal (proporsional) mempunyai
prognosis yang lebih baik dari pada penderita yang bentuk tubuhnya tidak
proporsional.
Perjalananpenyakit
Pada penderita skizofreniayang masih dalam fase prodromal prognosisnya
lebih baik dari pada orang yang sudah pada fase aktif dan fase residual.
Kesadaran
Kesadaran orang yang mengalami gangguan skizofrenia adalah jernih. Hal
inilah yang menunjukkan prognosisnya baik nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rosani, S dan Diatri, H. 2014. Skizofrenia.
Riset
Kesehatan
Dasar
(RISKESDAS).
Diunduh
dari
depkes.go.id/downloads/riskesdas2013/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf:p.1306. 17 November 2016.
36