Anda di halaman 1dari 28

TUGAS # 2

GENESIS MINERAL

DISUSUN OLEH :

NAMA

: HAIDIR ALI

NO.MAHASISWA

: 410013156

JURUSAN

: TEKNIK GEOLOGI

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA
( STTNAS )
2013

Kata pengantar

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena atas berkat dan
limpahan rahmatnyalah maka penulis dapat menyelesaikan sebuah karya tulis dengan tepat
waktu.
Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul genesis mineral, yang
menurut penulis dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajari genesis
mineral.
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohondi maklumi bila
mana isi makalah ini ada kekurangan dan kesalahan yang kurang tepat atau menyinggu
perasaan pembaca.
Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga
makala ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

ii

DAFTAR ISI
Lembaran Sampul...................................................................................................... i
Kata Pengantar.......................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................................ 1
B. Tujuan............................................................................................................. 1
C. Rumusan Masalah........................................................................................... 1
D. Manfaat........................................................................................................... 1
E. Metode...................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................... 3
2. Pengertian mineral.................................................................................................3
2.1 Sifat-sifat fisik mineral........................................................................................5
BAB III GENESIS MINERAL
3.Pengertian Genesis mineral....................................................................................13
3.1.Keterpadatan mineral biji ...................................................................................13
3.2.Pengertian mendala metalogenik........................................................................14
3.3.Proses pembebtukan endapan mineral primer................................................15
3.4.Proses pembentukan endapan sedimenter......................................................19
3.5.Contoh beberapa endapan mineral yang penting.............................................22
BAB III PENUTUP
Daftar Pustaka

iii

BAB I
Pendahuluan

A.Latar belakang
Laju pertumbuhan penduduk dunia yang terus meningkat disertai standar hidup
masyarakat yang semakin tinggi,menyebabkan kebutuhan produksi untuk semua jenis mineral
juga terus meningkat.Pada saat kebersamaan,usaha pencarian cadangan bijih semakin
kompleks.Semakin jarang ditemukan cadangan yang tersingkap di permukaan,sehingga
pencarian terutama di tujukan pada cadangan yang berada dibawah permukaan,ini pun
semakin lama semakin dalam.
Untuk itu dibutuhkan kerja lebih keras di lapangan dan analisis laboratorium lebih teliti
disertai kerja terpadu oleh para ahli geologi,geokimia,geofisika,matematika dan untuk semua
itu dibutuhkan keahlian komputer dari setiap orang yang terlibat di dalamnya .Disamping
itu,industri pertambangan harus terus mengembangan exploration thingking yang berbasis
pada pemahaman mendalam tentang geologi sstruktur,stratigarfi,petrologi,dan bagiamana
fluida berimigrasi dibawah permukaan atau genesa dari suatu deposit bijih.

B. Tujuan
Tuj uan uta ma mempelajari genesa suatu endapan bahan galian adalah sebagai
pegangan dalammenemukan dan mencari endapan-endapan baru, mengungkapkan sifat-sifat
fisik dankimia endapan bahan gal ian, me mbantu dala m penentu an
(pen yus unan) mod el e k s p l o r a s i y a n g a k a n d i t e r a p k a n , s e r t a m e m b a n t u
d a l a m p e n e n t u a n m e t o d a penambangan dan pengolahan bahan galian tersebut.
C. Rumusan masalah
1.Apa itu mineral?
2.Apa itu genesa mineral?
D.Manfaat
1. Memahami mineral dan genesis mineral
2. Memahami konsep genesa cebakan mineral
3. Mengetahui proses-proses geologi yang mengontrol terbentuknya cebakan mineral
4. Mengetahui pola sebaran mineral
5. Memahami landasan atau pegangan dalam mencari dan menemukan endapan-endapan
ekonomis yang baru
6. Memahami model, sifat-sifat fisika dan kimia endapan mineral kaitannya untuk
rekomendasi metode eksplorasi, penambangan, dan pengolahannya

1
D.Metode
Metode yang digunakan melalui media internet yaitu google dan yahoo

BAB II
Pembahasan

2.Pengertian Mineral
Mineral adalah senyawa alami yang terbentuk melalui proses geologis.
Istilah mineral termasuk tidak hanya bahan komposisi kimia tetapi juga
struktur mineral. Mineral termasuk dalam komposisi unsur murni dan
garam sederhana sampai silikat yang sangat kompleks dengan ribuan
bentuk yang diketahui (senyawaan organik biasanya tidak termasuk). Ilmu
yang mempelajari mineral disebut mineralogi.
Klasifikasi dan definisi mineral
Agar dapat diklasifikasikan sebagai mineral sejati, senyawa tersebut
haruslah berupa padatan dan memiliki struktur kristal. Senyawa ini juga
harus terbentuk secara alami dan memiliki komposisi kimia yang tertentu.
Definisi sebelumnya tidak memasukkan senyawa seperti mineral yang
berasal dari turunan senyawa organik. Bagaimanapun juga, pada tahun
1995 the International Mineralogical Association telah mengajukan definisi
baru tentang definisi material:
Mineral adalah suatu unsur atau senyawa yang dalam keadaan normalnya
memilili unsur kristal dan terbentuk dari hasil proses geologi.
Klasifikasi modern telah mengikutsertakan kelas organik kedalam daftar
mineral, seperti skema klasifikasi yang diajukan oleh Dana dan Strunz.
Mineral adalah zat padat berupa bahan an-organik yang terbentuk secara alamiah berupa
unsur atau persenyawaan dengan komposisi kimia tertentu dan umumnya mempunyai struktur
kristal tertentu yaitu bentuk-bentuk geometris beraturan.
Kristal adalah zat padat yang mempunyai bentuk bangun beraturan yang terdiri dari atomatom dengan susunan teratur.
Perbedaan kristal dan mineral :
Mineral

- Terbentuk oleh proses alam


- Tidak selalu membentuk kristal
Kristal :
- Dapat buatan manusia
- Tidak selalu membentuk mineral

Sampai sekarang sudah diketahui ada lebih dari 2300 macam mineral (tahun 1989).Jumlah ini
bertambah terus, setiap tahun dapat diketahui ada 25 macam mineral baru. Untuk
mempelajari mineralogy secara sistematis dengan menggunakan semacam klasifikasi yaitu
berdasarkan sifat-sifat kimia mineral atau berdasarkan sifat fisiknya.
Klasifikasi berdasarkan sifat kimia mineral pertama dikemukakan oleh BERZELIUS sebagai
berikut :

I. Native Elements
Emas (Au) Perak (Ag) Tembaga (Cu) Intan (C)
II. Sulphides
Galena (PbS) Chalcopyrite (CuFeS2) Pyrite (FeS2)
III. Oxides dan Hydroides
Cuprite (Cu2O) Hematite (Fe2O) Gouthite (HfeO2)
IV. Halides
Halite (NaCl) Fluorite (CaF2) Sylvite (KU)
V. Carbonates, Nitrates dan Borates
Kalsit (CaCO3) Dolomit (Ca,Mg(CO3)2) Soda Niter (NaNO3)
VI. Sulphates, Chromates, Molybdates dan Tungstates
Barite (BaSO4) Gypsum (CaSO4, 2H2O) Crocoite (PBCrO4)
VII. Phospates, Arsenates dan Vanadates
Xenotime (YPO4) Apatite (Ca5(PO4)3,(F,Cl,OH)

Untuk mengenali dan mengidentifikasi mineral-mineral dalam latihan dan praktikum,


digunakan klasifikasi berdasarkan sifat fisik mineral. Setiap mineral mempunyai karakteristik
masing-masing yang berbeda.

2.1 SIFAT-SIFAT FISIK MINERAL


1. Bentuk kristal (Crystal Form)
Suatu bentuk mineral dapat berupa kristal tunggal atau rangkaian kristal. Struktur kristal
berkembang pada saat penghabluran dari larutannya. Bentuk ini mempunyai pola teratur pada
sisi-sisinya dengan sudut aturannya yang dapat digolongkan ke dalam sistim kristal utama
(Gambar 1.1) merupakan ciri setiap mineral. Bentuk-bentuk kristal yang sempurna jarang
ditemukan dan sulit untuk dapat melakukan pemerian.
2. Warna (Colour)
Adalah yang ditampilkan dan dapat terlihat dipermukaan mineral oleh mata telanjang. Warna
biasanya lebih bersifat umum daripada menunjuk yang spesifik.
Pada umumnya warna mineral ditimbulkan karena penyerapan beberapa jenis panjang
gelombang yang membentuk cahaya putih, jadi warna itu timbul sebagai hasil dari cahaya
putih yang dikurangi oleh beberapa panjang gelombang yang terserap.
Mineral berwarna gelap adalah mineral yang secara merata dapat menyerap seluruh panjang
gelombang pembentuk cahaya putih.
Mineral-mineral yang mempunyai warna-warna tetap dan tertentu disebut
IDIOCHROMATIC, sedangkan mineral yang mempunyai warna yang dapat berubah-ubah
disebut ALLOCHROMATIC.
Adapun faktor-faktor yang menimbulkan warna dalam mineral antara lain :
- Komposisi Kimia
Contoh : warna biru dan hijau pada mineral-mineral Cooper sekunder.
- Struktur kristal dan ikatan atom
Contoh : polymorph dari Carbon : intan tidak berwarna dan transparant sedangkan graphite
berwarna hitam dan opaque.
Polymorph adalah suatu unsur atau senyawa yang dapat membentuk lebih dari satu susunan
atom. Tiap-tiap susunan mempunyai sifat-sifat fisik dan struktur kristal yang berbeda. Jadi
atom-atom/ion-ion disusun secara berbeda dalam polymorph yang berbeda untuk zat yang
sama. (bentuk lain, rumus kimia analog)
- Pengotoran mineral
Contoh : Calcedon yang berwarna
Sedangkan ion-ion maupun kelompok-kelompok ion yang dapat menimbulkan warna khas
pada mineral disebut CHROMOPHORES, sebagai contoh :

5
- Ion-ion Cu2 yang terkena hidrasi merupakan chromophore di dalam mineral-mineral Cu
sekunder yang berwarna hijau dan biru.
- Ion-ion Cr3 adalah chromophore di dalam uvarovite (garnet hijau); di dalam muscovite
yang mengandung chrom (hijau) dan juga di dalam emerald.

3.Belahan (Cleavage)
Sifat mineral untuk pecah sepanjang satu atau lebih arah tertentu dan bentuk rata, umumnya
sejajar dengan salah satu sisi kristal.
Dengan memperhatikan cleavage yang terdapat dalam fragmen-fragmen mineral maka kita
dapat menentukan sistem kristal dari mineral itu. Contohnya mineral yang hanya
memperlihatkan sebuah cleavage saja, tidak mungkin termasuk dalam sistem kristal
isometrik, karena pada kenyataannya setiap bentuk yang terdapat di dalam sistem kristal
tersebut terdapat lebih dari dua permukaan. Demikian juga suatu mineral yang menunjukkan
tiga buah arah cleavage yang tidak sama satu sama lain, mungkin termasuk sistem
orthorombik, monoklin, triklin; sedangkan apabila ke-3 arah cleavage tersebut masing-masing
tegak lurus satu sama lain maka sistem kristalnya orthorombik.
Cleavage merupakan suatu reflesesi daripada struktur dalamnya. Adanya cleavage pada
mineral-mineral disebabkan oleh kekuatan dalam struktur yang berbeda-beda. Cleavage
dapat dibagi berdasarkan baik/bagus tidaknya permukaan bidangnya (sifat cleavage dapat
dinyatakan dengan menggunakan istilah-istilah) :
- Sempurna (Perfect)
Bila bidang belahan sangat rata (terbelah melalui cleavagenya) diperoleh permukaan licin dan
berkilauan (contohnya mika), sedangkan bila pecah tidak melalui bidang belahan agak sukar
untuk memecahnya.
- Baik (Good)
Bidang belahan rata, tetapi tidak sebaik yang sempurna, masih dapat pecah pada arah lain,
contohnya Feldspar.
- Jelas (Distinct)
Bidang belahan jelas, tetapi tidak begitu rata, dapat pecah pada arah lain dengan mudah,
contohnya Scapolite.
- Tak Jelas (Indistinct)
Kemungkinan membelah melalui bidang belahan/pecah melalui permukaan pecahan kesegala
arah, akibat adanya tekanan, contohnya Beryl.

4.Pecahan (Fracture)
Suatu permukaan yang terbentuk akibat pecahnya suatu mineral dan umumnya tidak teratur,
disebabkan suatu mineral mendapat tekanan yang melebihi batas-batas elastis dan plastisnya.

Tabel. 1.2. Pecahan berdasarkan bentuk pecahnya.

PECAHAN

KETERANGAN
Pecah bergelombang melengkung seperti kulit bawang
atau botol pecah.

Conchoidal

Contoh : Kuarsa, Olivin

Hackly

Fibrous/Splintery

Pecah tajam-tajam, seperti besi pecah.


Contoh : Stibnite
Pecahan menunjukkan bentuk seperti serat.
Contoh : Asbestos, Gypsum, Anhydrite
Bidang pecah halus-agak kasar, masih mendekati bidang
datar.

Even

Contoh : Galena

Uneven

Permukaan pecah kasar dan tidak teratur seperti


kebanyakan mineral.
Contoh : Hematite

5.Kilap (Luster)
Cahaya yang dipantulkan oleh permukaan mineral. Kilap tergantung pada kualitas fisik
permukaan (jumlah cahaya yang dipantulkan). Sebagian luster tidak dipengaruhi oleh warna
dari mineral itu.
Kilap/Luster secara umum dapat dibedakan menjadi :

a.Metallic Luster/Kilap logam


Mineral-mineral yang dapat menyerap pancaran secara kuat, disebabkan oleh sifat opaque
atau hampir opaque walaupun mineral-mineral ini terbentuk sebagai fragmen-fragmen yang
tipis. Mineral-mineral ini mempunyai indeks bias sebesar 3 ke atas. Mineral-mineral yang
mempunyai Metallic Luster seperti Logam Mulia (Native Element) serta sebagian besar
Sulfida Logam, contohnya Cooper, Bysmuth, Arsenic, Antimony, Pyrite, Chalcopyrite,
Galena, Grafit, Hematite, Magnetite.
b.Non-Metallic Luster/Kilap non-Logam
Mineral-mineral yang dapat meluluskan cahaya pada bagian-bagian yang tipis dari mineral
tersebut. Kilap bukan logam umumnya terdapat pada mineral-mineral yang warna muda (light
coloures).
Kilap bukan logam dapat dibedakan menjadi 7, yaitu :
- Intan (adamantine)
Kilap sangat cemerlang, seperti pada intan permata. Contohnya Diamond, Wulfenite,
Vanadinite, Pyrargyrite.
- Kaca (vitreous)
Kilap seperti pada pecahan kaca. Contohnya Celestine, Beryl, Tourmaline.
- Damar (resineous)
Kilap seperti damar, contohnya Sphalerit, Realgar.
- Lemak (greasy)
Kilap seperti lemak, seakan-akan permukaan mineral tersebut berlemak/berminyak,
contohnya Nefelin, Zircon, Jadeite, Chrysolite, Talk, Carnalite.
- Mutiara (pearly)
Kilap seperti mutiara, biasanya terlihat pada bidang-bidang belah mineral. Contohnya
Muscovite, Glacaophone, Lepidolite, Albite.
- Sutera (silkly)
Kilap seperti sutera, biasanya terlihat pada mineral-mineral menyerat, contohnya Serpentin,
Asbes, Aurichalcite.
- Tanah (earthy)
Biasanya juga disebut kilap guram (dull), biasanya terlihat pada mineral yang kompak.
Contohnya Lazurite, Glauconite, Kaolinite, Chamosite.

6. Gores atau Cerat (Streak)


Warna yang dihasilkan apabila mineral dalam keadaan bubuk yang sangat halus. Gores dapat
diperoleh dengan jalan menggoreskan di atas porselen goresan yang berwarna putih (streak
plate). Gores sebuah mineral dianggap sebagai salah satu unsur penentu yang baik, lebih
konstan daripada warna mineralnya. Pada mineral yang mempunyai kilap bukan logam akan
menghasilkan goresan warna muda atau lebih ringan dibandingkan warna mineralnya. Pada
mineral logam (Kilap Logam) kadang-kadang mempunyai gores yang berwarna lebih gelap
daripada mineralnya sendiri. Gores dapat sama atau berbeda dengan warna mineralnya.

7.Kekerasan (Hardness)
Ukuran daya tahan mineral terhadap goresan (scratching). Kekerasan relatif dari suatu
mineral dapat ditetapkan dengan membandingkan mineral tersebut dengan urutan mineral
yang dipakai sebagai standar kekerasan. MOHS (1822) telah membuat sekala kekerasan
mineral secara kualitatip (scale of relative hardness).

Skala Kekerasan Alat-alat Penguji

Kekerasan

Alat Penguji

2,5

Kuku Manusia

Kawat Tembaga

5,5 6

Pecahan Kaca

5,5 6

Pisau Baja/Paku
Baja

6,5 7

Kikir Baja

Tabel. 1.4. Skala Kekerasan Relatif Mineral (SEKALA MOHS)


Kekerasan

Nama Mineral

Unsur/Senyawa Kimia

Talc (Talk)

Hydrat Magnesium Silikat

Gypsum (Gipsum)

Hydrat Kalsium Fosfat

Calcite (Kalsit)

Kalsium Karbonat

Fluorspar (Fluorit)

Kalsium Flour

Apatite (Apatit)

Kalsium Fosfat

Feldspar/Ortoklas

Alkali Silikat

Quartz (Kuarsa)

Silika

Topaz

Alumina Silikat

Corondum

Alumina

10

Diamond (Intan)

Karbon

8.Perawakan (Crystal Habit)


Bentuk khas mineral yang ditentukan oleh bidang-bidang yang membangunnya, termasuk
bentuk dan ukuran relatif bidang-bidang itu. Artinya ; bentuk bangunan suatu mineral yang
benar-benar terlihat, bukan bentuk sempurna atau bukan bentuk sistim kristal utama.
Perawakan kristal bukan merupakan ciri yang tetap, karena bentuknya sangat dipengaruhi
dengan keadaan lingkungan sewaktu pembentukkannya, sedang keadaan itu sangat berubahubah. Untuk mineral tertentu sering menunjukkan perawakan kristal tertentu, seperti mineral
Mika memperlihatkan perawakan mendaun (foliated), mineral Amphibole perawakan
meniang/tiang (columnar).
Perawakan Kristal dibedakan menjadi 3 golongan (Richard Pearl,1975) yaitu :
1)

Elongated habits (meniang/berserabut)

2)

Flattened habits (lembaran tipis)

3)

Rounded habits (membutir)

10

9.Berat jenis (Density)


Adalah suatu bilangan murni (tidak mempunyai satuan), yaitu angka yang menyatakan berapa
kali berta suatu benda jika dibandingkan dengan berat air yang mempunyai volume sama
dengan benda itu, dengan kata lain, ialah perbandingan antara berat jenis benda tersebut
dengan berat jenis air.
Berat jenis suatu mineral terutama ditentukan oleh struktur kristal dan komposisi kimianya.
Berat jenis akan berubah sesuai dengan perubahan suhu dan tekanan, hal ini disebabkan
perubahan kedua faktor ini dapat mengakibatkan pemuaian dan pengkerutan, maka mineral
dengan komposisi kimia dan struktur kristal tertentu akan mempunyai suatu berat jenis yang
tetap apabila pengukuran dilakukan pada suhu dan tekanan tertentu.
Cara menentukan Berat Jenis pada mineral-mineral antara lain dengan pengukuran sebagai
berikut :
- Berat mineral diukur secara langsung, kemudian isinya diukur berdasarkan prinsip
Archimides.
Isinya ditentukan dengan jalan mengukur kehilangan berat yang terdapat ketika fragmen
mineral yang sebelumnya telah ditimbang beratnya (ditimbang beratnya dalam keadaan
kering), kita masukkan ke dalam air. Fragmen mineral tersebut akan memindahkan sejumlah
zat cair dengan isi/berat yang sama dengannya, dan beratnya seolah-olah berkurang sebesar
berat zat cair yang dipindahkan.
Jika :

W1 = Berat fragmen mineral kering di udara

W2 = Berat fragmen mineral di dalam air


Maka Berat Jenisnya (B.J.) adalah :
B.J. = W1 / (W1 W2)
Setiap jenis mineral mempunyai berat jenis tertentu, sedangkan Berat Jenis ditentukan
struktur atom/kristalnya dan komposisi kimianya.

10.Tenacity
Tenacity yaitu kemampuan mineral untuk ditempa atau dibentuk (tingkat kekenyalan
mineral). Tenacity terdiri atas :
a. Brittle (rapuh), bila mineral mudah retak atau dihancurkan.
b. Elastis, bila mineral dapat kembali kekeadaan semula setelah dibentuk.
c. Fleksibel, bila mudah dibentuk tetapi tidak dapat kembali kekeadaan semula.
d. Sectile, bila dapat diiris dengan pisau.

e. Ductile, bila mineral dapat ditempa.

11

11. Magnetisme
Hanya beberapa mineral saja yang bersifat magnet, diantaranya yang paling umum adalah
Magnetite (Fe3O4), Phyrotite (Fe1-nS) dan polymorph dari Fe2O3 maghnite. Sebenarnya semua
mineral mempunyai sifat magnetis. Mineral yang bersifat sedikit di tolak oleh magnet disebut
Diamagnetis, sedangkan yang sifatnya sedikit tertarik oleh magnet disebut Paramagnetis.
Semua mineral yang mengandung besi bersifat Paramagnetis, tetapi ada juga mineral-mineral
yang tidak mengandung besi seperti Beryl dapat juga bersifat Paramagnetis.
Sifat-sifat magnetis dari mineral telah dipergunakan di dalam penyelidikan-penyelidikan
geofisis dengan menggunakan sebuah magnetometer, sebuah alat yang dapat mengukur segala
perubahan dari medan magnet bumi yang kemudian kita nyatakan di dalam Peta.
Penyelidikan magnetis ini sangat berguna untuk menentukan suatu cebakan bijih, juga untuk
mengetahui perubahan-perubahan jenis batuan dan untuk mengikuti formasi-formasi batuan
yang mempunyai sifat-sifat magnetis tertentu.

12
BAB III
GENESIS MINERAL
Secara umum genesis /genesa bahan galian mencakup aspek-aspek keterdapatan, proses
pembentukan, komposisi, model (bentuk, ukuran, dimensi), kedudukan, dan faktor-faktor
pengendali pengendapan bahan galian (geologic controls)..
Endapan-endapan mineral yang muncul sesuai dengan bentuk asalnya disebut dengan
endapan primer (hypogen). Jika mineral-mineral primer telah terubah melalui pelapukan atau
proses-proses luar (superficial processes) disebut dengan endapan sekunder (supergen).
3.1 KETERDAPATAN MINERAL BIJIH
Kerak bumi terdiri dari batuan-batuan beku, sedimen, dan metamorfik.Pengertian bijih adalah
endapan bahan galian yang dapat diekstrak (diambil) mineral berharganya secara ekonomis,
dan bijih dalam suatu endapan ini tergantung pada dua faktor utama, yaitu tingkat
terkonsentrasi (kandungan logam berharga pada endapan), letak serta ukuran (dimensi)
endapan tsb.
Untuk mencapai kadar yang ekonomis, mineral-mineral bijih atau komponen bahan galian
yang berharga terkonsentrasi secara alamiah pada kerak bumi sampai tingkat minimum yang
tertentu tergantung pada jenis bijih atau mineralnya.
Batuan merupakan suatu bentuk alami yang disusun oleh satu atau lebih mineral, dan kadangkadang oleh material non-kristalin. Kebanyakan batuan merupakan heterogen (terbentuk dari
beberapa tipe/jenis mineral), dan hanya beberapa yang merupakan homogen. Deret reaksi
Bowen (deret pembentukan mineral pada batuan) telah dimodifikasi oleh Niggli, V.M.
Goldshmidt, dan H. Schneiderhohn.
Sedangkan proses pembentukan mineral berdasarkan komposisi kimiawi larutan (konsentrasi
suatu unsur/mineral), temperatur, dan tekanan pada kondisi kristalisasi dari magma induk
telah didesign oleh Niggli.
Jika pembentukan endapan mineral dikelompokkan menurut proses pembentukannya, maka
salah satu pengklasifikasiannya adalah sebagai berikut :
Klasifikasi Lindgren (Modifikasi)
1. Endapan yang terbentuk melalui proses konsentrasi kimia (Suhu dan Tekanan Bervariasi)
a. Dalam magma, oleh proses differensiasi
*) Endapan magmatik (segresi magma, magmatik cair); T 700-15000C; P sangat tinggi.
*) Endapan Pegmatit; T sedang-sangat tinggi; P sangat tinggi

b. Dalam badan batuan


*) Konsentrasi karena ada penambahan dari luar (epigenetik)

13
*) Asal bahan tergantung dari erupsi batuan beku
- Oleh hembusan langsung bekuan (magma)
+ Dari efusif; sublimat; fumarol, T 100-6000C; P atmosfer-sedang
+ Dari intrusif, igneous metamorphic deposits; T 500-8000C, P sangat tinggi
- Oleh penambahan air panas yang terisi bahan magma
+ Endapan hipothermal; T 300-5000C, P sangat tinggi
+ Endapan mesothermal; T 200-3000C, P sangat tinggi
+ Endapan epithermal; T 50-2000C, P sangat tinggi
+ Endapan telethermal; T rendah, P rendah
+ Endapan xenothermal; T tinggi-sedang, P sedang-atmosfer

*) Konsentrasi bahan dalam badan batuan itu sendiri :


- Konsentrasi oleh metamorfosis dinamik dan regional, T s/d 4000C; P tinggi.
- Konsentrasi oleh air tanah dalam; T 0-1000C; P sedang
- Konsentrasi oleh lapukan batuan dan pelapukan residu dekat permukaan; T 0-1000C; P
sedang-atmosfer
c. Dalam masa air permukaan
*) Oleh interaksi larutan; T 0-700C; P sedang
- Reaksi anorganik
- Reaksi organik
*) Oleh penguapan pelarut
2. Endapan-endapan yang dihasilkan melalui konsentrasi mekanis; T & P sedang.

3.2. PENGERTIAN MENDALA METALOGENIK


Istilah Mendala Metalogenik atau Metallogenic Province memiliki pengertian suatu area yang
dicirikan oleh kumpulan endapan mineral yang khas, atau oleh satu atau lebih jenis-jenis
karakteristik mineralisasi. Suatu mendala metalogenik mungkin memiliki lebih dari satu
episode mineralisasi yang disebut dengan Metallogenic Epoch.
Beberapa contoh mendala metalogenik antara lain ; segregasi lokal dari kromium dan nikel di
bagian yang paling dalam dari kerak samudera, dan pengendapan sulfida-sulfida masif dari
tembaga dan besi di tempat-tempat yang panas, metal-bearing brine menuju samudra melalui
zona regangan, endapan-endapan mineral magmatik-hidrotermal berhubungan dengan prosesproses subduksi. Tumbukan dan subduksi membentuk gunung-gunung yang besar seperti di
Andes, yang mana endapan-endapan mineral dibentuk oleh diferensiasi magma.

14
Contoh mendala metalogenik yang terdapat di Indonesia antara lain: mendala metalogenik
Malaya (terdiri dari batuan beku asam dengan mineral berharga kasiterit), manda metalogenik
Sunda (terdiri dari batuan intermediet dengan mineral berharga elektrum (Au, Ag)), serta
mendala metalogenik Sangihe-Talaut (terdiri dari batuan ultrabasa dengan mineral berharga

3.3 PROSES PEMBENTUKAN ENDAPAN MINERAL PRIMER


Pembentukan bijih primer secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi lima jenis
endapan, yaitu :
a. Fase Magmatik Cair
b. Fase Pegmatitil
c. Fase Pneumatolitik
d. Fase Hidrothermal
e. Fase Vulkanik
Dari kelima jenis fase endapan di atas akan menghasilkan sifat-sifat endapan yang berbedabeda, yaitu yang berhubungan dengan :
1. Kristalisasi magmanya
2. Jarak endapan mineral dengan asal magma
a. intra-magmatic, bila endapan terletak di dalam daerah batuan beku
b. peri-magmatic, bila endapan terletak di luar (dekat batas) batuan beku
c. crypto-magmatic, bila hubungan antara endapan dan batuan beku tidak jelas
d. apo-magmatic, bila letak endapan tidak terlalu jauh terpisah dari batuan beku
e. tele-magmatic, bila disekitar endapan mineral tidak terlihat (terdapat) batuan beku

3. Bagaimana cara pengendapan terjadi


a. terbentuk karena kristalisasi magma atau di dalam magma
b. terbentuk pada lubang-lubang yang telah ada
c. metosomatisme (replacement) yaitu :reaksi kimia antara batuan yang telah ada dengan
larutan pembawa bijih
4. Bentuk endapan, masif, stockwork, urat, atau perlapisan
5.Waktu terbentuknya endapan
a. syngenetic, jika endapan terbentuk bersamaan waktunya dengan pembentukan batuan
b. epigenetic, jika endapan terbentuk tidak bersamaan waktunya dengan pembentukan batuan.

15

a. Fase Magmatik Cair (Liquid Magmatic Phase)


Liquid magmatic phase adalah suatu fase pembentukan mineral, dimana mineral terbentuk
langsung pada magma (differensiasi magma), misalnya dengan cara gravitational settling
(Gambar 6). Mineral yang banyak terbentuk dengan cara ini adalah kromit, titamagnetit, dan
petlandit (lihat juga Gambar 4). Fase magmatik cair ini dapat dibagi atas :
1. Komponen batuan, mineral yang terbentuk akan tersebar merata diseluruh masa batuan.
Contoh intan dan platina.
2. Segregasi, mineral yang terbentuk tidak tersebar merata, tetapi hanya kurang terkonsentrasi
di dalam batuan.
Injeksi, mineral yang terbentuk tidak lagi terletak di dalam magma (batuan beku), tetapi telah
terdorong keluar dari magma.
b. Fase Pegmatitik (Pegmatitic Phase)
Pegmatit adalah batuan beku yang terbentuk dari hasil injeksi magma. Sebagai akibat
kristalisasi pada magmatik awal dan tekanan disekeliling magma, maka cairan residual yang
mobile akan terinjeksi dan menerobos batuan disekelilingnya sebagai dyke, sill, dan
stockwork.
Kristal dari pegmatit akan berukuran besar, karena tidak adanya kontras tekanan dan
temperatur antara magma dengan batuan disekelilingnya, sehingga pembekuan berjalan
dengan lambat. Mineral-mineral pegmatit antara lain : logam-logam ringan (Li-silikat, Besilikat (BeAl-silikat), Al-rich silikat), logam-logam berat (Sn, Au, W, dan Mo), unsur-unsur
jarang (Niobium, Iodium (Y), Ce, Zr, La, Tantalum, Th, U, Ti), batuan mulia (ruby, sapphire,
beryl, topaz, turmalin rose, rose quartz, smoky quartz, rock crystal).
1. Vesiculation, Magma yang mengandung unsur-unsur volatile seperti air (H2O), karbon
dioksida (CO2), sulfur dioksida (SO2), sulfur (S) dan klorin (Cl). Pada saat magma naik
kepermukaan bumi, unsur-unsur ini membentuk gelombang gas, seperti buih pada air soda.
Gelombang (buih) cenderung naik dan membawa serta unsur-unsur yang lebih volatile seperti
sodium dan potasium.
2. Diffusion, Pada proses ini terjadi pertukaran material dari magma dengan material dari
batuan yang mengelilingi reservoir magma, dengan proses yang sangat lambat. Proses diffusi
tidak seselektif proses-proses mekanisme differensiasi magma yang lain. Walaupun demikian,
proses diffusi dapat menjadi sama efektifnya, jika magma diaduk oleh suatu pencaran
(convection) dan disirkulasi dekat dinding dimana magma dapat kehilangan beberapa
unsurnya dan mendapatkan unsur yang lain dari dinding reservoar.

3. Flotation, Kristal-kristal ringan yang mengandung sodium dan potasium cenderung untuk
memperkaya magma yang terletak pada bagian atas reservoar dengan unsur-unsur sodium dan
potasium.
16
4. Gravitational Settling, Mineral-mineral berat yang mengandung kalsium, magnesium dan
besi, cenderung memperkaya resevoir magma yang terletak disebelah bawah reservoir dengan
unsur-unsur tersebut. Proses ini mungkin menghasilkan kristal badan bijih dalam bentuk
perlapisan. Lapisan paling bawah diperkaya dengan mineral-mineral yang lebih berat seperti
mineral-mineral silikat dan lapisan diatasnya diperkaya dengan mineral-mineral silikat yang
lebih ringan.
5. Assimilation of Wall Rock, Selama emplacement magma, batu yang jatuh dari dinding
reservoir akan bergabung dengan magma. Batuan ini bereaksi dengan magma atau secara
sempurna terlarut dalam magma, sehingga merubah komposisi magma. Jika batuan dinding
kaya akan sodium, potasium dan silikon, magma akan berubah menjadu komposisi granitik.
Jika batuan dinding kaya akan kalsium, magnesium dan besi, magma akan berubah menjadi
berkomposisi gabroik.
6. Thick Horizontal Sill, Secara umum bentuk ini memperlihatkan proses differensiasi
magmatik asli yang membeku karena kontak dengan dinding reservoirl Jika bagian sebelah
dalam memebeku, terjadi Crystal Settling dan menghasilkan lapisan, dimana mineral silikat
yang lebih berat terletak pada lapisan dasar dan mineral silikat yang lebih ringan.
c. Fase Pneumatolitik (Pneumatolitik Phase)
Pneumatolitik adalah proses reaksi kimia dari gas dan cairan dari magma dalam lingkungan
yang dekat dengan magma. Dari sudut geologi, ini disebut kontak-metamorfisme, karena
adanya gejala kontak antara batuan yang lebih tua dengan magma yang lebih muda. Mineral
kontak ini dapat terjadi bila uap panas dengan temperatur tinggi dari magma kontak dengan
batuan dinding yang reaktif. Mineral-mineral kontak yang terbentuk antara lain : wolastonit
(CaSiO3), amphibol, kuarsa, epidot, garnet, vesuvianit, tremolit, topaz, aktinolit, turmalin,
diopsit, dan skarn.
Gejala kontak metamorfisme tampak dengan adanya perubahan pada tepi batuan beku intrusi
dan terutama pada batuan yang diintrusi, yaitu: baking (pemanggangan) dan hardening
(pengerasan).
Igneous metamorfism ialah segala jenis pengubahan (alterasi) yang berhubungan dengan
penerobosan batuan beku. Batuan yang diterobos oleh masa batuan pada umumnya akan terrekristalisasi, terubah (altered), dan tergantikan (replaced). Perubahan ini disebabkan oleh
panas dan fluida-fluida yang memencar atau diaktifkan oleh terobosan tadi. Oleh karena itu
endapan ini tergolong pada metamorfisme kontak.
Proses pneomatolitis ini lebih menekankan peranan temperatur dari aktivitas uap air.
Pirometamorfisme menekankan hanya pada pengaruh temperatur sedangkan
pirometasomatisme pada reaksi penggantian (replacement), dan metamorfisme kontak pada

sekitar kontak. Letak terjadinya proses umumnya di kedalaman bumi, pada lingkungan
tekanan dan temperatur tinggi.

17
Mineral bijih pada endapan kontak metasomatisme umumnya sulfida sederhana dan oksida
misalnya spalerit, galena, kalkopirit, bornit, dan beberapa molibdenit. Sedikit endapan jenis
ini yang betul-betul tanpa adanya besi, pada umumnya akan banyak sekali berisi pirit atau
bahkan magnetit dan hematit. Scheelit juga terdapat dalam endapan jenis ini (SingkepIndonesia).

d. Fase Hidrothermal (Hydrothermal Phase)


Hidrothermal adalah larutan sisa magma yang bersifat "aqueous" sebagai hasil differensiasi
magma. Hidrothermal ini kaya akan logam-logam yang relatif ringan, dan merupakan sumber
terbesar (90%) dari proses pembentukan endapan. Berdasarkan cara pembentukan endapan,
dikenal dua macam endapan hidrothermal, yaitu :
1. Cavity filing, mengisi lubang-lubang (opening-opening) yang sudah ada di dalam batuan.
2. Metasomatisme, mengganti unsur-unsur yang telah ada dalam batuan dengan unsur-unsur
baru dari larutan hidrothermal.
Berdasarkan cara pembentukan endapan, dikenal beberapa jenis endapan hidrothermal, antara
lain Ephithermal (T 00C-2000C), Mesothermal (T 1500C-3500C), dan Hipothermal (T
3000C-5000C). Setiap tipe endapan hidrothermal diatas selalu membawa mineral-mineral
yang tertentu (spesifik), berikut altersi yang ditimbulkan barbagai macam batuan dinding.
Tetapi minera-mineral seperti pirit (FeS2), kuarsa (SiO2), kalkopirit (CuFeS2), florida-florida
hampir selalu terdapat dalam ke tiga tipe endapan hidrothermal.Paragenesis endapan
hipothermal dan mineral gangue adalah : emas (Au), magnetit (Fe3O4), hematit (Fe2O3),
kalkopirit (CuFeS2), arsenopirit (FeAsS), pirrotit (FeS), galena (PbS), pentlandit (NiS),
wolframit : Fe (Mn)WO4, Scheelit (CaWO4), kasiterit (SnO2), Mo-sulfida (MoS2), Ni-Co
sulfida, nikkelit (NiAs), spalerit (ZnS), dengan mineral-mineral gangue antara lain : topaz,
feldspar-feldspar, kuarsa, tourmalin, silikat-silikat, karbonat-karbonat
Sedangkan paragenesis endapan mesothermal dan mineral gangue adalah : stanite (Sn, Cu)
sulfida, sulfida-sulfida : spalerit, enargit (Cu3AsS4), Cu sulfida, Sb sulfida, stibnit (Sb2S3),
tetrahedrit (Cu,Fe)12Sb4S13, bornit (Cu2S), galena (PbS), dan kalkopirit (CuFeS2), dengan
mineral-mineral ganguenya : kabonat-karbonat, kuarsa, dan pirit.
Paragenesis endapan ephitermal dan mineral ganguenya adalah : native cooper (Cu), argentit
(AgS), golongan Ag-Pb kompleks sulfida, markasit (FeS2), pirit (FeS2), cinabar (HgS),
realgar (AsS), antimonit (Sb2S3), stannit (CuFeSn), dengan mineral-mineral ganguenya :
kalsedon (SiO2), Mg karbonat-karbonat, rhodokrosit (MnCO3), barit (BaSO4), zeolit (Alsilikat).

18

e. Fase Vulkanik (Vulkanik Phase)


Endapan phase vulkanik merupakan produk akhir dari proses pembentukkan bijih secara
primer. Sebagai hasil kegiatan phase vulkanis adalah :
1. Lava flow
2. Ekshalasi
3. Mata air panas
Ekshalasi dibagi menjadi : fumarol (terutama terdiri dari uap air H2O), solfatar (berbentuk
gas SO2), mofette (berbentuk gas CO2), saffroni (berbentuk baron). Bentuk (komposisi
kimia) dari mata air panas adalah air klorida, air sulfat, air karbonat, air silikat, air nitrat, dan
air fosfat.
Jika dilihat dari segi ekonomisnya, maka endapan ekonomis dari phase vulkanik adalah :
belerang (kristal belerang dan lumpur belerang), oksida besi (misalnya hematit, Fe2O3).
Sulfida masif volkanogenik berhubungan dengan vulkanisme bawah laut, sebagai contoh
endapan tembaga-timbal-seng Kuroko di Jepang, dan sebagian besar endapan logam dasar di
Kanada.

3.4 PROSES PEMBENTUKAN ENDAPAN SEDIMENTER


Mineral bijih sedimenter adalah mineral bijih yang ada kaitannya dengan batuan sedimen,
dibentuk oleh pengaruh air, kehidupan, udara selama sedimentasi, atau pelapukan maupun
dibentuk oleh proses hidrotermal. Mineral bijih sedimenter umumnya mengikuti lapisan
(stratiform) atau berbatasan dengan litologi tertentu (stratabound). Endapan sedimenter yang
cukup terkenal karena proses mekanik seperti endapan timah letakan di daerah BangkaBelitung dan endapan emas placer di Kalimantan Tengah maupun Kalimantan Barat. Endapan
sedimenter karena pelapukan kimiawi seperti endapan bauksit di Pulau Bintan dan laterit
nikel di Pomalaa/Soroako Sulawesi Tengah/ Selatan.
Y. B. Chaussier (1979), membagi pembentukan mineral sedimenter berdasarkan sumber metal
dan berdasarkan host rock-nya.
Berdasarkan sumber metal dibagi dua yaitu endapan supergen endapan yang metalnya berasal
dari hasil rombakan batuan atau bijih primer), serta endapan hipogen (endapan yang metalnya
berasal dari aktivitas magma/epithermal). Sedangkan berdasarkan host-rock (dengan
pengendapan batuan sedimen) dibagi dua, yaitu endapan singenetik (endapan yang terbentuk
bersamaan dengan terbentuknya batuan) serta endapan epigenetik (endapan mineral terbentuk
setelah batuan ada).
Terjadinya endapan atau cebakan mineral sekunder dipengaruhi empat faktor yaitu : sumber
dari mineral, metal atau metaloid, supergene atau hypogene (primer atau sekunder), erosi dari
daerah mineralisasi yang kemudian diendapkan dalam cekungan (supergene), dari biokimia

akibat bakteri, organisme seperti endapan diatomae, batubara, dan minyak bumi, serta dari
magma dalam kerak bumi atau vulkanisme (hypogene).
19
1. Mineral Bijih Dibentuk oleh Hasil Rombakan dan Proses Kimia Sebagai Hasil
Pelapukan Permukaan dan Transportasi
Secara normal material bumi tidak dapat mempertahankan keberadaanya dan akan mengalami
transportasi geokimia yaitu terdistribusi kembali dan bercampur dengan material lain. Proses
dimana unsur-unsur berpindah menuju lokasi dan lingkungan geokimia yang baru dinamakan
dispersi geokimia. Berbeda dengan dispersi mekanis, dispersi kimia mencoba mengenal
secara kimia penyebab suatu dispersi.
Dalam hal ini adanya dispersi geokimia primer dan dispersi geokimia sekunder. Dispersi
geokimia primer adalah dispersi kimia yang terjadi di dalam kerak bumi, meliputi proses
penempatan unsur-unsur selama pembentukan endapan bijih, tanpa memperhatikan
bagaimana tubuh bijih terbentuk. Dispersi geokimia sekunder adalah dispersi kimia yang
terjadi di permukaan bumi, meliputi pendistribusian kembali pola-pola dispersi primer oleh
proses yang biasanya terjadi di permukaan, antara lain proses pelapukan, transportasi, dan
pengendapan. Bahan terangkut pada proses sedimentasi dapat berupa partikel atau ion dan
akhirnya diendapkan pada suatu tempat. Mobilitas unsur sangat mempengaruhi dispersi.
Unsur dengan mobilitas yang rendah cenderung berada dekat dengan tubuh bijihnya,
sedangkan unsur-unsur dengan mobilitas tinggi cenderung relatif jauh dari tubuh bijihnya.
Selain itu juga tergantung dari sifat kimianya Eh dan Ph suatu lingkungan seperti Cu dalam
kondisi asam akan mempunyai mobilitas tinggi sedangkan dalam kondisi basa akan
mempunyai mobilitas rendah.

Sebagai contoh dapat diberikan pada proses pengkayaan sekunder pada endapan lateritik.
Dari pelapukan dihasilkan reaksi oksidasi dengan sumber oksigen dari udara atau air
permukaan. Oksidasi berjalan ke arah bawah sampai batas air tanah. Akibat proses oksidasi
ini, beberapa mineral tertentu akan larut dan terbawa meresap ke bawah permukaan tanah,
kemudian terendapkan (pada zona reduksi). Bagian permukaan yang tidak larut, akan jadi
berongga, berwarna kuning kemerahan, dan sering disebut dengan gossan. Contoh endapan
ini adalah endapan nikel laterit.
2. Cebakan Mineral Dibentuk oleh Pelapukan Mekanik
Mineral disini terbentuk oleh konsentrasi mekanik dari mineral bijih dan pemecahan dari
residu. Proses pemilahan yang mana menyangkut pengendapan tergantung oleh besar butir
dan berat jenis disebut sebagai endapan plaser. Mineral plaser terpenting adalah Pt, Au,
kasiterit, magnetit, monasit, ilmenit, zirkon, intan, garnet, tantalum, rutil, dsb.
Berdasarkan tempat dimana diendapkan, plaser atau mineral letakan dapat dibagi menjadi :
1. Endapan plaser eluvium, diketemukan dekat atau sekitar sumber mineral bijih primer.
Mereka terbentuk dari hanya sedikit perjalanan residu (goresan), material mengalami
pelapukan setelah pencucian. Sebagai contoh endapan platina di Urals.

20
2. Plaser aluvium, ini merupakan endapan plaser terpenting. Terbentuk di sungai bergerak
kontinu oleh air, pemisahan tempat karena berat jenis, mineral bijih yang berat akan bergerak
ke bawah sungai. Intensitas pengayaan akan didapat kalau kecepatan aliran menurun, seperti
di sebelah dalam meander, di kuala sungai dsb. Contoh endapan tipe ini adalah Sn di Bangka
dan Belitung. Au-plaser di California.
3. Plaser laut/pantai, endapan ini terbentuk oleh karen aktivitas gelombang memukul pantai
dan mengabrasi dan mencuci pasir pantai. Mineral yang umum di sini adalah ilmenit,
magnetit, monasit, rutil, zirkon, dan intan, tergantung dari batuan terabrasi.
4. Fossil plaser, merupakan endapan primer purba yang telah mengalami pembatuan dan
kadang-kadang termetamorfkan. Sebagai contoh endapan ini adalah Proterozoikum
Witwatersand, Afrika Selatan, merupakan daerah emas terbesar di dunia, produksinya lebih
1/3 dunia. Emas dan uranium terjadi dalam beberapa lapisan konglomerat. Mineralisasi
menyebar sepanjang 250 km. Tambang terdalam di dunia sampai 3000 meter, ini
dimungkinkan karena gradien geotermis disana sekitar 10 per 130 meter.
3. Cebakan Mineral Dibentuk oleh Proses Pengendapan Kimia
a. Lingkungan Darat
Batuan klastik yang terbentuk pada iklim kering dicirikan oleh warna merah akibat oksidasi
Fe dan umumnya dalam literatur disebut red beds. Kalau konsentrasi elemen logam dekat
permukaan tanah atau di bawah tanah tempat pengendapan tinggi memungkinkan terjadi
konsentrasi larutan logam dan mengalami pencucian (leaching/pelindian) meresap bersama
air tanah yang kemudian mengisi antar butir sedimen klastik. Koloid bijih akan alih tempat
oleh penukaran kation antara Fe dan mineral lempung atau akibat penyerapan oleh mineral
lempung itu sendiri.
b. Lingkungan Laut
Kejadian cebakan mieral di lingkungan laut sangat berbeda dengan lingkungan darat yang
umumnya mempunyai mempunyai pasokan air dengan kadar elemen yang tinggi
dibandingkan kandungan di laut. Kadar air laut mempunai elemen yang rendah. Sebagai
contoh kadar air laut untuk Fe 2 x 10-7 % yag membentuk konsentrasi mineral logam yang
berharga hal ini dapat terjadi kalau mempunyai keadaan yang khusus (terutama Fe dan Mn)
seperti :
a. Adanya salah satu sumber logam yang berasal dari pelapkan batuan di daratan atau
darisistem hidrotermal bawah permukaan laut.
b. Transport dalam larutan, mungkin sebagai koloid. Besi adalah logam yang dominan dan
terbawa sebagai Fe(OH) soil partikel.
c. Endapan di dalam cebakan sedimenter, sebagai Fe(OH)3, FeCO3 atau Fe-silikat
tergantung perbedaanpotensial reduksi (Eh).

21
Bijih dalam lingkungan laut ini dapat berupa oolit, yang dibentuk oleh larutan koloid
membungkus material lain seperti pasir atau pecahan fosil. Bentuk kulit yang simetris
disebabkan perubahan komposisi (Fe, Al, SiO2). Dengan pertumbuhan yang terus
menerus, oolit tersebut akan stabil di dasar laut dimana tertanam dalam material
lempungan karbonatan yang mengandung beberapa besi yang bagus. Di dasar laut
mungkin oolit tersebut reworked. Dengan hasil keadaan tersebut bijih besi dan mangan
sebagai contoh ferromanganese nodules yang sekarang ini menutupi daerah luas lautan.

3.5 CONTOH BEBERAPA ENDAPAN MINERAL YANG PENTING


1. Endapan mineral yang berhubungan dengan proses-proses magmatik
Tergantung pada kedalaman dan temperatur pengendapan, mineral-mineral dan asosiasi
elemen yang berbeda sangat besar , sebagai contoh oksida-oksida timah dan tungsten di
kedalaman zona-zona bertemperatur tinggi; sulfida-sulfida tembaga, molibdenum, timbal, dan
seng dalam zona intermediet; sulfida-sulfida atau sulfosalt perak dan emas natif di dekat
permukaan pada zona temperatur rendah. Mineral-mineral dapat mengalami disseminated
dengan baik antara silikat-silikat, atau terkonsentrasi dalam rekahan yang baik dalam batuan
beku, sebagai contoh endapan tembaga porfiri Bingham di Utah.

Batugamping di dekat intrusi bereaksi dengan larutan hidrotermal dan sebagian digantikan
oleh mineral-mineral tungsten, tembaga, timbal dan seng (dalam kontak metasomatik atau
endapan skarn). Jika larutan bergerak melalui rekahan yang terbuka dan logam-logam
mengendap di dalamnya (urat emas-kuarsa-alunit epithermal), sehingga terbentuk cebakan
tembaga, timbal, seng, perak, dan emas.
Larutan hidrotermal yang membawa logam dapat juga bermigrasi secara lateral menuju
batuan yang permeabel atau reaktif secara kimia membentuk endapan blanket- shaped sulfida,
atau bahkan mencapai permukaan dan mengendapkan emas, perak, dan air raksa dalam pusat
mata air panas silikaan atau karbonatan, seperti kadar emas tinggi yang terdapat dalam
beberapa lapangan geotermal aktif di New Zealand. Jika larutan volkanik yang membawa
logam memasuki lingkungan laut, maka akan terbentuk kumpulan sedimen-volkanik dari
tembaga- timbal-seng.
2. Endapan mineral yang berhubungan dengan proses sedimentasi
Erosi benua dan pengisian cekungan sedimen di samudera memerlukan siklus geologi dan
kimia yang dapat berhubungan dengan formasi dari jenis endapan mineral selama pelapukan,
perombakan menjadi unsur-unsur pokok berupa fragmental (sebagai contoh kwarsa atau
kadang-kadang emas atau mineral-mineral berat), dan menjadi elemen-elemen yang larut

22

secara kimiawi (sebagai contoh adalah kalsium, sodium, atau elemen-elemen metalik
pembentuk bijih yang potensial seperti besi, tembaga, timbal, dan seng). Unsur-unsur pokok
fragmental tertransportasi oleh air permukaan diendapkan sebagai batuan.
Klastik-klastik sedimen di benua dan di lingkungan tepi laut cenderung berbutir kasar dan
bisa mengisi pengkayaan lokal mineral-mineral berharga yang telah tertransportasi dengan
fraksi klastik, sebagai contoh konsentrasi emas placer pada endapan Witwatersrand di Afrika
Selatan dan timah placer di Asia bagian selatan.
Seringkali formasi endapan sulfida stratiform tidak tampak berhubungan dengan proses
magmatisme atau vulkanisme, tetapi agak berhubungan dengan sirkulasi larutan hidrotermal
dari sumber-sumber yang lain, sebagai contoh penirisan dari cekungan sedimen yang dalam.
Endapan-endapan yang dihasilkan sangat mirip dengan beberapa asal-usul volkanogenik
karena mekanisme traping yang sama. Hanya mineral-mineral sulfida yang dapat mengalami
presipitasi pada sediment-water interface atau dalam batuan yang tidak terkonsolidasi, waktu
dari formasi bijih berhubungan terhadap waktu pengendapan sedimen, terhadap waktu
kompaksi dan konsolidasinya, atau terhadap waktu-waktu berikutnya saat sedimen-sedimen
mengalami indurasi penuh dan dapat termineralisasi oleh larutan yang bergerak melalui
batuan yang porous atau struktur-struktur geologi. Untuk proses ini, contoh yang bagus
adalah endapan timbal-seng di Mississippi Valley.
Proses-proses sedimentasi juga membentuk akumulasi fosil-fosil bahan bakar, batu bara,
minyak dan gas alam. Untuk membentuk batu bara, gambut terkompaksi dan mengalami
pemanasan akibat penurunan dan proses burial. Demikian juga, minyak dan gas terbentuk
oleh maturasi unsur-unsur organik dalam batuan sedimen oleh peningkatan temperatur dan
tekanan. Minyak dan gas dapat bermigrasi melalui batuan yang porous membentuk reservoir
yang besar dalam struktur yang baik, atau tetap di dalam batuan sumber membentuk oil shale.
3. Endapan Mineral Yang Berhubungan Dengan Proses Metamorfisme
Metamorfisme yaitu proses rekristalisasi dan peleburan akhir dari batuan beku atau batuan
sedimen, yang disebabkan oleh intrusi dari magma baru atau oleh proses burial yang dalam .
Endapan hidrotermal kontak metasomatik terbentuk di sekitar magma yang mengalami
intrusi, seperti yang digambarkan di atas. Metamorfisme burial yang dalam dapat
menimbulkan overprinting terhadap akumulasi mineral yang ada sebelumnya, sebagai contoh
yang besar adalah endapan sediment-hosted lead-zinc di Broken Hill, Australia.
Metamorfisme burial juga membebaskan sebagian besar larutan hidrotermal yang melarutkan
logam-logam dari country rock, diendapkan saat larutan bertemu dengan suatu lingkungan
dengan kondisi temperatur, tekanan, dan kimia yang tepat untuk formasi bijih. Formasi
endapan emas di beberapa jalur metamorfik Precambrian berhubungan terhadap transportasi
emas oleh metamorfic water menuju urat kwarsa yang mengandung emas. Kecuali jenis
endapan tersebut, metamorfisme regional tidak terlalu banyak membentuk formasi dari
endapan bijih metalik.

23

BAB IV
Penutup
Demekian yang dapat penulis sampaikan dalam makala genesis mineral ini.Semoga apa yang
disampaikan penulis dapat bermanfaat bagi kita semua,tak lupa pula penulis mohon maaf apa
bila ada kesalahan atau kekurangan dalam makala ini,dan penulis mohon kepada kepada
pembaca kritik dan sarannya yang membangun agar kedepannya bisa lebih baik lagi.
Atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.

25
Daftar pustaka
artikelbiboer.blogspot.com/2009/11/genesa-mineral.html
19 Nov 2009
http://pillowlava.wordpress.com/2012/01/01/genesa-mineral/

26

Anda mungkin juga menyukai