Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Belakangan ini isu pemanasan suhu bumi sudah menjadi isu global, dimana
kondisi bumi saat ini sedang mengalami fase yang menghawatirkan. Suhu permukaan
bumi kian meningkat dan menimbulkan efek yang cukup terasa yaitu perubahan iklim
secara drastis, dan pemanasan global. Salah satu penyumbang terbesar bagi
pemanasan global dan bentuk lain dari perusakan lingkungan adalah beralihnya fungsi
lahan hijau sebagai bangunan rumah hunian, gedung, perkantoran dan lain-lain. Selain
itu, pembalakan pohon secara besar-besaran tanpa dilakukan reboisasi atau
penanaman kembali juga berperan andil dalam memicu terjadinya pemanasan global.
Maka dari itu, terciptalah suatu gagasan untuk membuat desain yang selaras dengan
alam, atau dengan kata lain dapat mengurangi terjadinya pemanasan global.
Rumah tidak lepas dari kehidupan manusia, dimana hampir setiap aktivitas
manusia dapat dilakukan di rumah mulai dari bangun tidur melakukan aktivitas
hingga tidur kembali. Sehingga belakangan ini banyak orang membangun rumah agar
nyaman namun kurang memperhatikan lingkungan sekitar. Dari beberapa alasan
tersebut, penulis melakukan survei/penelitian pada rumah ini dengan mengangkat
topik Design With Nature.

1.2

Rumusan Masalah

1.2.1

Apa saja prinsip-prinsip ekologi dalam mendesain dengan alam ?

1.2.2

Apa saja Unsur-unsur ekologi yang ada pada objek ?

1.2.3

Apa saja permasalahan yang berkaitan dengan ekologi arsitektur pada objek ?

1.3

Tujuan

1.3.1. Untuk mengetahui apa saja prinsip mendesain dengan alam.


1.3.2

Untuk mengetahui unsur-unsur ekologi yang ada pada objek.

1.3.3

Untuk mengetahui permasalahan yang berkaitan dengan ekologi arsitektur pada objek.
Ekologi Arsitektur

1.4.

Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:

1.4.1

Bagi Penulis
Menfaat makalah ini bagi penulis adalah dapat menambah ilmu dan wawasan

mengenai desain dengan alam yang kemudian dapat dijadikan bekal dalam mendesain
bangunan dan dapat mempraktekkannya dalam mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur
ataupun di dunia kerja.
1.4.2

Bagi Lembaga Universitas


Menfaat penelitian ini bagi lembaga adalah dapat menjalankan tugasnya dalam

mengamalkan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni pembelajaran, penelitian, dan pengabdian
masyarakat.
1.4.3

Bagi Masyarakat
Menfaat penelitian ini bagi masyarakat adalah masyarakat dapat memahami apa yang

dimaksud desain dengan alam itu sendiri, serta dapat dijadikan pertimbangan dalam
membangun rumah hunian
1.5.

Lokasi dan Waktu Observasi


Obyek observasi yang diangkat menjadi topik bahasan pada studi kasus ini adalah

rumah tinggal dari Bapak Made Sukarma, ST yang berada di jalan . Survey dilakukan pada
hari minggu tanggal 9 Oktober 2016
1.6

Teknik Pengumpulan Data


Dalam pengamatan sistem utilitas yang bertujuan untuk memperdalan pemahaman

materi di lapangan dapat dilakukan dengan berbagai metode. Metode diharapkan dapat
membantu dalam mengumpulkan informasi yang akurat tanpa adanya opini.Beberapa metode
yang dipilih adalah sebagai berikut.

Ekologi Arsitektur

1.6.1

Observasi
Metode pendataan dengan cara observasi adalah metode yang efektif. Itu di

karenakan terjunnya langsung pengamat ke lapangan, sehingga data yang diperoleh dapat
dilihat langsung dengan jelas. Bukti dan data dari metode observasi adalah berupa foto objek
dan sket bangunan.
1.6.2

Wawancara
Setelah memperoleh data melalui observasi dimana keseluruhan data adalah data

yang kasat secara penglihatan. Lalu dilakukan metode yang kedua yaitu dengan metode
wawancara yang dimana diperlukannya narasumber sebagai pemberi info. Disini
narasumber yang digunakan adalah pemilik dari rumah ini yaitu Bapak Made Sukarma, ST.
1.6.3

Metode Analisis
Dari data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi, data tersebut akan

dilanjutkan untuk diproses kembali di metode analisis.


1.7

Sistematika Penulisan

BAB I (PENDAHULUAN)
Bab I ini berisi latar belakang penyusunan makalah, rumusan masalah yang menjadi
topik pembahasan makalah ini, tujuan serta manfaat makalah, metode penelitian yang

digunakan dan sistematika penulisan dari bab I hingga bab V


BAB II (URAIAN TEORI)
Bab II berisi tentang teori-teori mengenai Ekologi Arsitektur dan Desain dengan

Alam.
BAB III ( KONDISI FOKUS )
Bab III membahas tentang keadaan atau data-data yang ada pada obyek observasi

yaitu rumah bapak Made Sukarma, ST .


BAB IV (ANALISIS SESUAI FOKUS)
Bab ini membahas lebih spesifik tentang Rumah iniserta kecocokannya terhadap teori

Desain dengan Alam.


BAB V (PENUTUP)
Memuat hasil kesimpulan dari analisis fokus observasi berdasarkan teori pada uraian
teori.

Ekologi Arsitektur

BAB II
URAIAN TEORI

2.1 Definisi Ekologi Arsitektur


Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam arti yang lebih luas,
arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari
tingkatan mikro yaitu desain bangunan, desain perabot rumah tangga, hingga ke tingkatan
makro yaitu perencanaan tata ruang kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap.
Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut. Sedangkan
ekologisyaitu ilmu interaksi antara segala jenis makhluk hidup dan lingkungannya. Ekologi
berasal dari bahasa Yunani oikos rumah tangga atau cara bertempat tinggal, dan logos yang
berarti ilmu atau ilmiah. Sehingga ekologi dapat di definisikan sebagai ilmu yang
mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya.
Jadi pengertian ekologi arsitektur adalah perancangan arsitektur baik dalam skala besar
maupun skala kecil yang menjadi kebutuhan hidup manusia yang mempertimbangkan
keberadaan dan kelestarian alam di sekitar tanpa harus merusak sebagai hubungan timbal
balik antara manusia dengan alam.
2.2 Definisi Ekologi Arsitektur Menurut Ahli
2.2.1

Menurut Heinz Frick


Heinz Frick (1998) berpendapat bahwa, eko-arsitektur tidak menentukan apa yang

seharusnya terjadi dalam arsitektur, karena tidak ada sifat khas yang mengikat sebagai
standar. Namun mencakup keselarasan antara manusia dan alam. Eko-arsitektur mengandung
juga dimensi waktu, alam, sosio-kultural, ruang dan teknik bangunan. Oleh karena itu eko
arsitektur adalah istilah yang menandung arti sangat luas.Menurut Heinz Frick ada beberapa
prinsip bangunan ekologis yang antara lain seperti :
Penyesuaian bentuk bangunan terhadap lingkungan alam setempat
Menghemat sumber daya alam baik yang dapat diperbaharui maupun tidak dapat
diperbaharui
Memelihara sumber lingkungan yaitu udara, air dan tanah.
Mengurangi ketergantungan kepada sistem pusat energi (listrik, air) dan limbah (air
limbah dan sampah).
Ekologi Arsitektur

Memanfaatkan sumber daya alam sekitar kawasan perencanaan untuk sistem


bangunan, baik yang berkaitan dengan material bangunan maupun untuk utilitas
banguna
2.2.2

Menurut Metallinou (2006)


Menurut Metallinou (2006), ekologi pada rancangan arsitektur merupakan rancangan

bangunan bangunan yang menekankan pada suatu kesadaran untuk memutuskan konsep
rancangan bangunan yang menghargai pentingnya keberlangsungan ekositim di alam. Konsep
rancangan arsitektur seperti ini diharapkan mampu melindungi alam dari kerusakan.
2.2.3

Menurut Yeang (2006)


Yeang berpendapat bahwa: Ecologica

l design, is bioclimatic design, design with theclimate of the locality, and low energy design.
Yeang menekankan pada kondisi ekologi setempat, iklim makro dan mikro, kondisi tapak,
program bangunan,konsep design dan sistem yang tanggap pada iklim, penggunan energi
yang rendah,diawali dengan upaya perancangan dengan mempertimbangkan bentuk,
konfigurasi, fasad, orientasi bangunan, vegetasi, ventilasi alami, dan warna.
2.3

Prinsip Ekologi dalam Perancangan Arsitektur

Ada 3 buah prinsip ekologi arsitektur yang sangat berpengaruh terhadap bangunan ekologi
yaitu:
1. Flutuasi (Flutuation)
Prinsip flutuasi menyatakan bahwa bangunan didisain dan dirasakan sebagai tempat
membedakan budaya dan hubungan proses alami. Dalam hal ini bangunan harus dapat
mencerminkan proses alami yang terjadi di lokasi dan tidak menganggap suatu penyajian
berasal dari proses melainkan proses benar-benar dianggap sebagai proses. Flutuasi juga
bertujuan agar manusia dapat merasakan hubungan atau koneksi dengan kenyataan yang
terjadi pada lokasi tersebut. Jadi, flutuasi dapat diartikan bila seorang perancang akan
membangun di suatu tempat, perancang tersebut harus merancang bangunan tanpa merusak
lahan sekitar.
2. Stratifikasi (Stratifiction)

Ekologi Arsitektur

Stratifikasi bermaksud untuk memunculkan interaksi dari perbedaan bagian-bagian dan


tingkat-tingkat, bermaksud untuk melihat interaksi antara bangunan dan lingkungan sekitar.
3.Saling Ketergantungan ( Interdependence )
Menyatakan bahwa hubungan antara bangunan dengan bagiannya adalah hubungan
timbal balik. Peninjau (perancang dan pemakai) seperti halnya lokasi tidak dapat dipisahkan
dari bagian bangunan, saling ketergantungan antara bangunan dan bagian-bagiannya
berkelanjutan sepanjang umur bangunan. Contoh dsri prinsip misalkan pada suatu bangunan,
kita dapat mengimbangi antara lahan yang terbangun dan tidak terbangun (KDB) sehingga
tidak semua lahan tertutup dengan bangunan dan tidak menyebabkan air susah untuk masuk
ke dalam tanah. Maka dari itu prinsip saling ketergantungan dari masalah ini yatu bangunan
tidak akan merasa sesak dan panas karena tidak adanya lahan hijau, dan tanah pun juga tidak
akan mengalami kerusakan karena air masuk ke dalam tanah dengan lancar dan tidak akan
menyebabkan banjir.
2.4

Dasar Perhitungan

Gambar 2.1. Bagan Prinsip Ekologi Arsitektur


sumber: finifio.wordpress.com

2.4.1. Holistik
Ekologi Arsitektur

Istilah eko-arsitektur adalah istilah holistik yang sangat luas dan mengandung semua
bidang. Eko-arsitektur tidak menentukan apa yang seharusnya terjadi dalam arsitektur karena
tidak ada sifat khas yang mengikat sebagai standar atau ukuran baku. Namun, eko-arsitektur
mencakup keselarasan antara manusia dan lingkungan alamnya. Eko-arsitektur mengandung
juga dimensi yang lain seperti waktu, lingkungan alam, sosio cultural, ruang, serta teknik
bangunan. Hal ini menunjukkan bahwa eko-arsitektur bersifat lebih kompleks, padat, vital
dibandingkan dengan arsitektur pada umumnya.
2.4.2. Hemat Energi.
Dalam hidupnya manusia akan selalu membutuhkan energi untuk menunjang
kebutuhannya. Seperti contohnya api yang dapat dipergunakan sebagai bahan bakar. Bahan
bakar dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu yang dapat diperbaharui dan yang tidak
dapat diperbaharui. Walaupun manusia telah mengetahui perbedaan diantara keduanya,
manusia tetap cenderung memanfaatkan energi yang tidak dapat diperbaharui. Maka dari itu
manusia harus menghemat penggunaan energi karena semakin lama energi yang ada di bumi
akan semakin berkurang. Penghematan energi dapat dilakukan dengan cara mengurangi atau
mengganti penggunaan material-material yang tidak dapat diperbaharui dengan material lain
yang dapat diperbaharui.
2.4.3. Material Ramah Lingkungan.
Adapun prinsip-prinsip ekologis dalam penggunaan bahan bangunan :
Menggunakan bahan baku, energi, dan air seminimal mungkin.
Semakin kecil kebutuhan energi pada produksi dan transportasi, semakin kecil pula
limbah yang dihasilkan.
Menggunakan material lokal, dimana material lokal yaitu material yang terdapat
disekitar lokasi bangunan
Bahan bangunan diproduksi dan dipakai sedemikian rupa sehingga dapat didaur
ulang.
Menggunakan bahan bangunan harus menghindari penggunaan bahan yang berbahaya
Bahan yang dipakai harus kuat dan tahan lama.
Bahan bangunan atau bagian bangunan harus mudah diperbaiki dan diganti.

2.4.4. Peka Terhadap Iklim


Iklim di wilayah tapak sangat berpengaruh terhadap bentuk bangunan. Sebagai
seorang arsitek kita harus memperhatikan dan peka terhadap iklim dan menerapkannya pada
Ekologi Arsitektur

bangunan yang kita desain sehingga bangunan akan menjadi lebih hemat energi dan
ekonomis. Sebagai contoh, pada daerah yang beriklim tropis bangunan sebaiknya dibuat
secara terbuka dengan jarak yang cukup diantara bangunan tersebut agar gerak udara
terjamin. Orientasi bangunan ditepatkan diantara lintasan matahari dan angin agar bangunan
mendapatkan sinar matahari dan udara yang cukup. Selain itu curah hujan merupakan salah
satu hal yang harus diperhatikan dalam mendesain sebuah bangunan di daerah tropis.

Gambar 2.2 Orientasi Bangunan Terhadap Iklim


sumber: finifio.wordpress.com

2.5 Unsur Pokok Ekologi Arsitektur


Ekologi arsitektur trdiri dari 4 unsur pokok yaitu udara, api, air dan bumi. Keempat
unsur tersebut memberikan unsur timbal balik antara bangunan dengan lingkungan. Keempat
unsur tersebut dijabarkan sebagai berikut:
2.5.1

Udara

Pencemaran udara sudah terjadi sejak awal masa industrilisasi. Pencemaran udara akibat
aktivitas manusia semakin hari semakin meningkat dan mengakibatkan pembersihan udara
secara alami tidak berfungsi dengan baik. Pencemaran udara dapat menimbulkan dampak
negatif seperti pemanasan global dan timbulnya lubang pada ozon bumi.

Ekologi Arsitektur

Gambar 2.3. Ilustrasi Udara


finifio.wordpress.com

Pada gambar pertama diatas dapat diketahui bahwa pada masa sebelum industrilisasi,
pencemaran udara dapat diatasi dengan menggunakan pembersihan secara alami seperti
adanya banyak pepohonan yang menghasilkan oksigen dan pada masa pra-industrilisasi ini
belum terdapat pabrik-pabrik yang menghasilkan zat karbondioksida. Sedangkan pada
gambar kedua pembersihan udara secara alami tidak dapat bekerja secara maksimal karena
zat-zat karbondioksida yang dihasilkan pabrik dan kendaraan lebih banyak dari oksigen yang
dihasilkan tumbuhan.
Untuk menanggulangi pencemaran udara dapat dilakukan dengan cara menanam lebih
banyak pepohonan baik dengan cara memperbanyak adanya hutan buatan maupun tamantaman dan mengurangi penggunaan kendaraan bermotor.
2.5.2

Air

Air memiliki fungsi yang sangat penting bagi makhluk hidup dan alam. Tanpa air,
makhluk hidup tidak akan dapat bertahan hidup. Akan tetapi dewasa ini air bersih mulai sulit
ditemukan karena tercemarnya air tanah yang diakibatkan oleh sampah dan limbah.
Pencapaian air bersih pada kota kota padat penduduk terutama pada musim kemarau sangat
terbatas dan mengakibatkan masyarakat berekonomi rendah sulit mendapatkan air bersih
untuk dikonsumsi.
Ekologi Arsitektur

Gambar 2.4. Penggunaan air sebelum dan sesudah industrilisasi


Sumber : finifio.wordpress.com
2.5.3 Api
Dalam hidupnya manusia pasti membutuhkan energi untuk beraktivitas baik dalam
menyiapkan makanan ataupun memproduksi peralatan. Menurut data energi yang dapat
diperbaharui oleh Krusche, penggunaan energi untuk seluruh dunia diperkirakan 3 x 10 14 MW
pertahun yang berarti bahaya bagi manusia bukan disebabkan oleh kekurangan energi
melainkan

aktivitas

pembakaran

menyebabkan

kelebihan

karbondioksida

yang

mengakibatkan pemanasan global.


Walaupun manusia tahu tentang perbedaan energi yang tidak dapat diperbaharuhi dan
dapat diperbahurui, tetapi manusia lebih memilih untuk menggunakan energi yang tidak
dapat diperbaharui seperti minyak, batu bara dan lain-lain karena penggunaannya yang lebih
praktis.
2.5.4

Bumi (tanah)

Bangunan dibentuk dari bahan baku bumi dan terbentuk di atas bumi pula. Seiring
berjalannya waktu, jumlah bangunan yang ada di bumi semakin betambah sehingga
menyebabkan pemukiman semakin padat. Oleh karena itu, masyarakat cenderung meratakan
Ekologi Arsitektur

10

seluruh halaman rumah dengan paving tanpa menyisakan tanah untuk ditanami tumbuhan dan
mengakibatkan terhalangnya air masuk kedalam tanah sehingga tanah kondisi tanah menjadi
tidak baik. Kasus kerusakan tanah juga bisa terjadi karena kegiatan cut and fill pada tanah
bertransis secara berlebihan tanpa diimbangi penanaman tumbuhan sebagai penyangga tanah.
2.6

Desain dengan Alam

2.6.1

Pengertian Desain dengan Alam

Desain dengan alam merupakan perancangan bangunan arsitektur yang memperhatikan


dan memanfaatkan potensi-potensi alam dalam mendesain bangunannya tanpa merusak
lingkungan dengan menggunakan teknologi yang hemat energi. Maka dari itu akan tercipta
bangunan ekologis dan hemat energi.
Dari prinsip-prinsip ekologi yang sudah dijabarkan, dapat disimpulkan bahwa desain
dengan alam termasuk ke dalam prinsip flutuasi atau flutuation dimana prinsip flutuasi berarti
bangunan didisain sebagai tempat pembeda antara budaya dan hubungan proses alami. Dalam
hal ini bangunan harus dapat mencerminkan proses alami yang terjadi di lokasi. Dengan kata
lain dengan prinsip fluctuation perancangan bangunan akan meminimalisir kerusakan
lingkungan akibat proses pembangunan.
Merancang dengan alam adalah sebuah strategi untuk mengurangi dampak bahaya
dengan cara menjaga lingkungan. Konsep dari merancang dengan alam ini dinyatakan pada
jangka waktu yang panjang. Desain yang memperhatikan kondisi alam merupakan solusi
untuk membuat penggunaan yang paling aktif dari kehidupan itu sendiri. Merancang dengan
alam menunjukan hubungan yang berkelanjutan dengan alam dan menguntungkan baik
manusia atau lingkungan. Kita berada di alam, dan alam ada pada kita. Kita menghadapi
berbagai persoalan tentang pandangan dari rancangan sebagai pola dari diri kita sebagai
perancang yang memperhatikan lingkungan dan desain dari alam itu sendiri. Itu
membuktikan bahwa desain ekologis merupakan sebuah hasil dari keterlibatan konstruktif
dengan alam. Ini membuktikan alam yang mendasari intergritas dan mencari hal baru untuk
merancang.

Ekologi Arsitektur

11

2.6.2

Tujuan Desain dengan Alam


Bangunan desain dengan alam adalah bangunan yang tanggap dan peduli terhadap

lingkungan di mana bangunan itu didirikan, yang tujuannya yaitu untuk

memberikan

pendidikan dan contoh bahwa bangunan itu didirikan dengan pertimbangan-pertimbangan


yang memikirkan lingkungan, baik pada tapak bangunan, arah atau orientasi bangunan,
material yang digunakan, konsep bangunan, serta energi yang akan digunakan sebagai
penunjang keberadaan bangunan itu sendiri. Ada beberapa tujuan

dalam mendirikan

bangunan yang berwawasan ekologi yaitu:

Agar masyarakat tahu akan betapa pentingnya untuk mempelajari

akan kita bangun terlebih dahulu sebelum bangunan didirikan


Memberikan arahan kepada masyarakat untuk peduli dengan lingkungan.
Memberikan contoh bagaimana tata letak dari tapak bangunan itu sendiri sehingga tidak

lingkungan

yang

menimbulkan efek atau pengaruh negatif terhadap lingkungan yang akan merugikan kita

dan masyarakat sekitar tapak


Memberikan contoh yang benar terhadap pengelolaan serta perawatan bangunan ekologi,
baik itu fisik bangunannya, pengelolaan limbahnya, pengelolaan sumber kebutuhan serta
energi sehari-hari, pengelolaan vegetasinya, dan yang terpenting adalah prilaku

manusianya
Agar masyarakat lebih menetahui bagaimana untuk memanfaatkan potensi-potensi alam
Agar tercipta bangunan yang hemat energi

2.7

Prinsip Desain dengan Alam

2.7.1

Waste Equal Foods


Waste equal foods adalah bagaimana cara untuk mengolah sampah atau limbah

menjadi sesuatu yang berguna bagi lingkungan. metode ini dapat diaplikasikan dengan
melakukan 3R (reuse, reduce, recycle) dimana sampah sampah tersebut dapat didaur ulang
dan dipergunakan kembali.
Beberapa tahun yang lalu di sebuah studio film di Wuxi, China telah menghadapi
sebuah masalah polusi yaitu memproduksi perak yang sudah terkontaminasi dengan air
limbah dalam jumlah yang sangat banyak. Air limbah ini tentunya dapat merusak ekosistem
air. Maka dari itu studio ini memutuskan untuk melakukan filter untuk menghilangkan zat-zat
berbahaya yang terkandung pada air limbah. Air limbah tersebut dialiri pada sebuah sungai
Ekologi Arsitektur

12

yang ditanami eceng gondok dan tumbuhan air lainnya. Air limbah tersebut diproses selama
dua hingga tiga hari sebelum benar-benar dapat dipergunakan. Akar dari enceng gondok ini
merupakan sebuah alat filter alami yang baik. Ketika akar tersebut terbakar, kandungan perak
yang terdapat pada air terperangkap pada abu dimana abu tersebut menandung 4 persen
silver.
2.7.2 Active landscape
Active landscape dapat diartikan sebagai cara memperlakukan lahan agar lahan
tersebut dapat memberikan dukungan untuk keberlangsungan bangunan dan penghuni di
dalamnya
2.7.3. Self Design
Self design adalah suatu tindakan atau cara untuk merespon kebutuhan hidupnya
terhadap keadaan alam dan lingkungan. Dalam prinsip self design ini, alam dapat merespon
gangguan-ganggunan karena alam tersebut memberi solusi dalam masalahnya sendiri.
Konsep self design ini dapat diwujudkan oleh seorang arsitek dengan cara mendesain suatu
bangunan sesuai dengan iklim ataupun topografi sekitar. Kondisi iklim yang berbeda akan
menghasilkan suatu desain yang berbeda pula. Contoh dari penerapan self design yaitu
adanya perbedaan bentuk bangunan pada bangunan yang terletak di daerah beriklim tropis
kering maupun basah.
2.7.4. Eco Tone
Eco tone merupakan pertemuan yang baik antara dua karakter yang berbeda. Karakter yang
dimaksud yaitu lingkungan itu sendiri yang dapat berarti hutan, kebun, sawah, sungai, danau
maupun yang lainnya. Penerapan prinsip eco tone dalam bangunan dapat dilakukan dengan
upaya menggunakan karakter-karakter tersebut sebagai penunjang dalam kebutuhan hidup.

2.7.5. Biodiversity (Keanekaragaman Alam)

Ekologi Arsitektur

13

Biodiversity adalah prinsip bagaimana manusia menjaga keragaman alam. Alam


menyediakan sumber daya yang dapat digunakan untuk keberlangsungan hidup manuaia.
Untuk itu, menjaga keragaman alam sangat penting karena alam akan memberikan timbal
baliknya terhadap manusia itu sendiri. Keragaman tersebut meliputi tumbuhan, pepohonan,
hewan dan lain-lain.
2.7.6

Partnership With Nature


Dalam buku Ecological Design yang ke -10, prinsip bekerjasama dengan alam yaitu

"we are in nature and nature is in us" yang berarti bekerjasama dengan alam yaitu suatu
hubungan yang mengikat antara alam dengan manusia maupun manusia dengan alam.
Seharusnya desain tidak boleh merusak kondisi alam karena alam dan manusia bersifat saling
ketergantungan.
2.8

Pendekatan Desain dengan Alam

Menurut David W. Orr, ada dua macam pendekatan dalam mendesain dengan alam yaitu:
2.8.1

Ecological Sustainable

o Manusia memiliki keterbatasan


o Pembangunan dimulai dari akar masyarakat ke atas, setiap orang memiliki arkarnya
sendiri
o Pengetahuan tradisional, yang berarti dalam suatu proses perancangan seorang
perancang pasti akan membutuhkan bantuan dan masukan dari masyarakat sekitar
mengenai peraturan ataupun hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam
membangun di suatu daerah.
o Tidak menggunakan nature sebagai sumber daya alam akan tetapi sebagai partner
2.8.2 Technology Sustainable
o Menjaga bumi secara teknologi

2.9. Penerapan pada Bangunan


2.9.1

Penghawaan
Pada daerah yang beriklim tropis dengan tingkat kelembapan udara dan suhu juga

tinggi. Angin sedikit bertiup dengan arah yang berlawanan pada musim hujan dan musim
Ekologi Arsitektur

14

kemarau. Pengaruh angin dan lintasan matahari terhadap bangunan dapat dimanfaatkan
dengan :
a) gedung yang dibuat secara terbuka dengan jarak yang cukup diantara bangunan tersebut
agar gerak udara terjamin
b) orientasi bangunan ditempatkan diantara lintasan matahari dan angin sebagai kompromi
antara letak gedung berarah dari timur ke barat, dan yang terletak tegak lurus terhadap arah
angin ,
c) gedung yang baik sebaiknya berbentuk persegi panjang yang nantinya berguna untuk
ventilasi silang
d) ruang disekitar bangunan sebaiknya dilengkapi pohon peneduh.
e) menyisakan minimal 30% lahan bangunan terbuka untuk penghijauan dan tanaman
2.9.2. Pencahayaan
Cahaya sangat penting bagi makhluk hidup , terutama untuk manusia , cahaya digunakan
untuk mengenali lingkungan sekitar dan juga untuk menjalankan aktivitas.
a) Cahaya dari permukaaan atap dan dinding
Cahaya berasal dari sinar matahari yang masuk ke dalam ruangan melalui lubang atap
dan / atau lubang dinding. Berbagai macam variasi bentuk tergantung dari bentuk dan
arah matahari terhadap bangunan itu sendiri. Pelubangan bangunan untuk cahaya alam
berdampak pada kesilauan bila bentuk dan arah lubang tidak tepat dalam pengguanaanya.
b) Perlindungan terhadap silau matahari
Cahaya yang masuk ke dalam bangunan secara berlebihan dapat m menyebabkan silau.
Silau akibat sinar matahari yang berlebihan akan menyebakan ketidaknyamanan pada
mata. Untuk mengatasi hal tersebut berbagai macam cara untuk menghindari atau
mengurangi silau tersebut menurut buku ekologis heinz frick adalah:
Penyediaan selasar disamping bangunan
Pembuatan atap tritisan atau pemberian sirip/kanopi pada jendela
Menggunakan bahan atau material yang hemat energi atau natur sehingga dalam
proses

penggunaannya tidak akan menimbulkan dampak atau efek samping bagi

lingkungan
Tidak merusak alam dalam pembangunan karya arsitektur. Misalkan pembangunan
pada lahan transis, dengan meninimalisir cut and fill dan membangun sesuai dengan
besar atau garis transis sehingga tidak merusak dan mengubah lahan itu sendiri.

Ekologi Arsitektur

15

Penghematan dalam menggunakan energi listrik dan energi lainnya serta


menggantinya dengan menggunakan panel-panel surya atau biogas.

BAB III
KONDISI FOKUS
3.1

Identitas Obyek

3.1.1. Lokasi Obyek


Rumah ini berada di jalan Mandalasari V/4 Denpasar merupakan rumah dari bapak
Made Sukarma, ST. merupakan daerah yang padat penduduk dimana hampir setiap petak
Ekologi Arsitektur

16

tanah yang ada pada lokasi tersebut sudah terbangun rumah hunian. di depan rumah ini
terdapat sebuah gang kecil untuk akses masuk ke lokasi rumah ini.
3.2

Peta Lokasi

3.3

Luas Lahan dan Bangunan


Luas lahan pada rumah ini yaitu 320 m2 dengan area terbangun pada lantai satu

mencapai 240 m2 dan lantai 2 mencapai 180 m2


Denah Lantai 1

Ekologi Arsitektur

17

Denah Lantai 1

Ekologi Arsitektur

18

3.4.

Tampak Bangunan
Tampak Depan

Tampak
Samping Barat

Ekologi Arsitektur

19

3.5 Potongan Bangunan


Potongan A-A

Potongan B-B

Ekologi Arsitektur

20

3.6.

Sistem Konstruksi
Rangka atap baja ringan adalah struktur atap sebuah bangunan yang menggunakan

konstruksi baja yang kuat tetapi ringan jenis cold rolled coil (CRC) dengan bentul profil
seperti huruf C atau O. Penggunaan kontruksi atap baja ringan ini tahan rayap berbeda
dengan kayu sehingga daya tahan atap lebih panjang sehingga untuk melakukan perbaikan
dilakukan untuk waktu yang cukup lama. Sehingga lebih dapat menghemat biaya konstruksi
dibandingkan dengan konstruksi kayu. Dengan demikian bangunan akan menjadi lebih hemat
energy.

3.7 Elemen Bangunan


3.7.1 Elemen Atas
Plafond Gypsum up ceiling

Ekologi Arsitektur

21

3.7.2 Elemen Samping


Elemen samping yaitu tembok menggunakan batu bata merah. Merupakan material
local yang alami terbuat dari tanah liat dengan proses pembakaran. Bahan ini sangat ramah
lingkungan dimana sampah yang dihasilkan tidak berbahaya, ramah lingkungan dan tidak
mengandung zat kimia berbahaya. Dari penjelasan tersebut maka bisa di simpulkan bahwa
pemakain batu bata pada elemen samping rumah ini bisa membuat bangunan ini lebih selaras
dengan alam dan lebih ekologis.

3.7.3 Elemen Bawah


Pada bagian lantai rumah ini menggunakan keramik granit dengan ukuran 60 x 60 cm
bertekstur halus dan mengkilap.

Ekologi Arsitektur

22

Keramik Granit 60 x 60

BAB IV
ANALISIS SESUAI FOKUS
4.1 Analisa Unsur-unsur Desain Dengan Alam pada Ruangan
4.1.1

Ruang tidur

Ruang tidur merupakan suatu ruangan yang besifat privat yang hanya digunakan sebagai
tempat beristirahat dan tidur. Ruang yang mengutamakan kenyaman pengguna namun agar
tetap memperhatikan desain dengan alam.
Hal- hal yang mendukung desain dengan alam pada ruang tidur ini antara lain :
1. Ditinjau dari segi hemat energi :
Bukaan yang di desain sedimikianrupa sehingga dapat menghemat energi dalam
penghawaan dan pencahayaan karena di ruang tersebut terdapat empat buah
jendela yang berukuran 65 x 145 menjadikannya memiliki sirkulasi yang
memadai sehingga cukup nyaman bagi civitas beristirahat dalam ruangan.
2. Ditinjau dari segi ramah lingkungan :
Furniture kebanyakan terbuat dari kayu, bahan dari kayu bisa dipakai kembali
sehingga tidak menjadi limbah
Bahan dinding terbuat dari batu bata merupakan bahan atau material local
Kusen dan jendela berbahan kayu
Ekologi Arsitektur

23

3. Ditinjau dari segi dimensi ruang :


Pada ruangan ini memiliki penataan
furniture yang tepat sehingga civitas
menjadi

lebih

leluasa

dalam

melakukan aktivitasnya

4.1.2 Ruang Tamu

Foto Ruang Tidur


Sumber : Observasi 9 Oktober
2016

merupakan ruangan yang bersifat publik atau tempat yang bisa digunakan oleh
seorang yang bukan pemilik rumah itu sendiri.biasanya digunak sebagai tempat menerima
tamu . Terdapat beberapa furniture yaitu sofa dan sebuah meja
Hal- hal yang mendukung desain dengan alam pada ruang tidur ini antara lain :
1. Ditinjau dari segi hemat energi :
o Bukaan yang lebar hal ini dapat mengurangi pemakain lampu pada siang hari
dengan memanfaatkan sinar matahari sebagai penerangan
Selain itu pada ruang ini tidak perlu menggunakan ac dikarenakan sudah
dilengkapi bukaan yang memadai sehingga sirkulasi udara menjadi efisien.
2. Ditinjau dari segi ramah lingkungan :
Furniture terbuat dari kayu, bahan dari kayu bisa dipakai kembali sehingga tidak
menjadi limbah, selain itu kayu juga tidak memiliki kandungan zat berbahaya
sehingga aman untuk digunakan.
Bahan dinding terbuat dari batu bata yang merupakan bahan dari material local
dan juga ramah lingkungan karna material tersebut terbuat dari tanah liat yang di
bakar.
Kusen dan jendela berbahan kayu
3. Ditinjau dari segi dimensi ruang :
o Jarak antara furniture cukup luas sehingga memberikan ruang gerak baik
terhadap civitas yang melakukan aktivitas di dalam ruang.
Ekologi Arsitektur

24

Foto Ruang Tamu


Sumber : Observasi 9 Oktober
4.2.1 Kamar Mandi/ WC
Kamar mandi/ WC merupakan ruangan yang digunakan oleh pengguna yang
Berhubungan dengan aktifitas MCK yaitu mandi, cuci tangan dan kaki, dan kakus. Pada
Kamar Mandi ini menggunakan pintu berbahan kayu dan di bagian samping atas terdapat
bukaan ventilas berukuran 60 x 40 cm untuk tempat memasukkan cahaya matahari sehingga
pada siang hari tidak perlu menggunakan pencahayan lampu listrik agar ruangan ini lebih
hemat energi

Ekologi Arsitektur

25

Foto Kamar Mandi


Sumber : Observasi 9 Oktober 2016

4.2.1 Tangga
Tangga merupakan alat penghubung antara lantai 1 dengan lantai 2. Pada bangunan ini
tangga terletak di samping bangunan di dekat ruang tamu. Tangga beton dengan lapisan
keramik warna putih ini menggunakan reling dengan berbahan kayu jati yang merupakan
kayu local. Pada bagian di lantai 2 terdapat 6 jendela dengan ukuran cukup lebar dan panjang
hal ini sangat baik untuk memaksimalkan cahaya matahari yang masuk sehingga pada siang
hari perlu menggunakan lampu sebagai penerangan pada tangga tersebut.

Ekologi Arsitektur

26

Foto Tangga
Sumber : Observasi 9 Oktober 2016

4.3.1 Ruang Kerja


Ruang kerja merupakan ruangan yang bersifat formal digunakan untuk melakukan
aktivitas yang berhubungan dengan pekerjaan. pada ruang ini terdapat beberapa furniture
dimana kebanyakan furniture tersebut terbuat dari kayu.
Hal- hal yang mendukung desain dengan alam pada ruang tidur ini antara lain :
1. Ditinjau dari segi hemat energi :
Terdapatnya Bukaan yang lebar pada bagian timur ruangan yang memaksimalkan
pencahayaan dan penghawaan yang masuk pada ruang kerja dan hal ini dapat
mengurangi pemakain lampu pada siang hari dan juga penghawan seperti ac
dengan memanfaatkan sinar matahari dan penghawaan buatan

sebagai

penerangannya serta masuk udara alami pada ruang kerja


2. Ditinjau dari segi ramah lingkungan
Furniture terbuat dari kayu, bahan dari kayu bisa dipakai kembali sehingga tidak
menjadi,selain itu kayu juga tidak memiliki kandungan zat berbahaya sehingga
aman untuk digunakan
Kusen dan jendela berbahan kayu
3. Ditinjau dari segi dimensi ruang
o Penempatan atau penataan Jarak antara furniture meja di bagian meja kerja cukup
luas sehingga memberikan ruang gerak baik terhadap civitas yang melakukan
aktivitas di dalam ruang dan memperluas gerak tubuh dalam tempat kerja.

Ekologi Arsitektur
Foto Ruang Kerja
Sumber : 9 Oktober 2016

27

4.2 Permasalahan Yang ada Pada Objek


Pada objek rumah tinggal yang menjadi bahan obserfasi memiliki beberapa
permasalahan ekologi. Permasalahan - permasalahan ini antara lain ketidak tersediaannya
system daur ulang sampah rumah tangga, pemanfaatan daur ulang air kotor yang tidak
terlaksanakan dan yang paling penting kurangnya ketersediaan lahan hijau pada bangunan
observasi ini atau penggunaan koefisien dasar bangunan (kdb) yang sekitar 90%.
1.

Pengolahan air kotor

Pengolahan air kotor pada rumah tinggal ini sama sekali tidak ada, di karnakan sisa sisa air buangan yang berupa air cucian, dan air bekan mandi dari rumah tersebut
tidak mendapatkan suatu pengolahan yang istimewa, melainkan di buang begitusaja
bersamaan dengan limbah jamban ke dalam septik tank, hal ini sangat di sanyangkan
mengingat sumber air bersih di wilayah padat penduduk atau perkotaan sudah
semakin sulit di peroleh.
2.

Pengolahan limbah rumah tangga


Pengolahan sampah pada rumah tinggal ini tidak dilakukan proses daur ulang

melainkan langsung di kumpulkan di tong sampah untuk kemudian menunggu


petugas kebersihan mengambil sampah tersebut untuk di bawa ke tpa, seharusnya hal
tersebut tidak dilakukan, mengingat volume sampah yang terdapat di tpa saat ini
sudah melebihi kapasitasnya namun sampah

yang

di

hasilkan

oleh

setiap

rumahtangga setiap harinya sangat banyak sehingga apabila petugas kebersihan sudah
tidak dapat mengambil setiap sampah rumah tangga di karnakan tpa yang penuh,
maka sampah tersebut akan menumpuk dan tentu saja rumah akan menjadi kotor
tanpa ada penanggulangan. Alangkah baiknya apabila kita melakukan daur ulang
sampah kita dapat memanfaatkannya sebagai pupuk atau kompos apabila sampah
tersebut merupakan sampah organic, namun apabila sampahan organic atau sintetis
kita dapat memanfaatkannya menjadi suatu bahan keajinan yang dapat menambah
perekonomian.

Ekologi Arsitektur

28

BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Kenyamanan merupakan hal yang utama dan sangat dipertimbangkan dalam desain
rumah tinggal. Karena rumah merupakan suatu wadah sebagai tempat peristirahatan bagi
manusia. Rumah tidak lepas dari kehidupan manusia, dimana hampir setiap aktivitas manusia dapat
dilakukan di rumah mulai dari bangun tidur melakukan aktivitas hingga tidur kembali. Sehingga
belakangan ini banyak orang membangun rumah agar nyaman namun kurang memperhatikan
lingkungan sekitar. Dari pemaparan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa objek observasi
kali ini yaitu rumah Bapak Made Sukarma sedikit banyak telah menunjukkan bahwa rumah beliau
bercirikan desain dengan alam. Namun ada juga yang kurang mendukung karena tidak terdapat suatu
proses pengolahan air kotor padahal air kotor ini bisa dimanfaatkan untuk menyiram tanaman. Juga
tidak terdapat proses pengolahan sampah.
Saran

Berdasarkan tulisan dalam makalah ini, dapat penulis sarankan bahwa dalam membangun
sebuah rumah tinggal selain mempertimbangkan kenyamanan juga sangat diperlukan desain
with nature agar rumah yang terbangun tidak merusak lingkungan sekitar dan lebih selaras
dengan alam.

Ekologi Arsitektur

29

DAFTAR PUSTAKA

Cowan, Stuart dan Sim Van der Ryn. 2007. Ecological Design: 10th Anniversary Edition
Frick, Heinz dan FX Bambang Suskiyanto. 1998. Dasar-Dasar Eko Arsitektur. Yogyakarta:
Kansius
www.finifio.wordpress.com

Ekologi Arsitektur

30

Anda mungkin juga menyukai