BEDAH ELEKTIF
Bedah elektif elektif (yang berasal dari kata eligere, bahasa Latin, berarti
untuk memilih) adalah operasi yang dijadwalkan beberapa hari sebelum tindakan
karena bukan merupakan keadaan darurat medis dan dapat ditunda dengan
tujuan optimalisasi pasien.
Bedah elektif dikerjakan apabila kondisi pasien dan persiapan tim yang
terlibat dalam operasi sudah optimal. Dokter akan menjelaskan operasi yang
dimaksud secara rinci mengenai manfaat dan risiko operasi. Eksplorasi dan
penilaian masalah-masalah medis diatasi pada tahap ini, termasuk rujukan ke
dokter ahli atau spesialis yang relevan. Penjadwalan pasien yang menjalani
operasi bedah elektif bervariasi menurut rumah sakit atau dokter bedahnya.
Bedah elektif pada pasien dengan penyakit menahun sebaiknya hanya
dikerjakan bila kondisi medis telah optimal dan risiko minimal.
II.1 PREOPERATIF
Persiapan preoperatif elektif yang meliputi konsultasi dan pemeriksaan
oleh dokter
Riwayat Praoperasi
1. Masalah saat ini
2. Masalah lain yang diketahui
3. Riwayat pengobatan
4. Alergi
5. Ketidaktoleranan terhadap obat
6. Terapi saat ini: Resep dan Bukan resep
7. Non terapi: Alkohol, tembakau, dan obat terlarang
8. Anestesi terdahulu, operasi, dan bila perlu, riwayat kebidanan dan riwayat
nyeri.
9. Riwayat keluarga
10. Tinjauan tentang sistem organ
a.
Pernapasan
4
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
Kardiovaskuler
Ginjal
Usus
Hematologi
Neurologi
Endokrin
Psikiatrik
Ortopedik
Rangka otot
Dematologi
Riwayat Praoperasi
Anamnesis praoperasi seharusnya dengan jelas
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik ini ditujukan untuk mendeteksi
kelainan dari sistem organ. Pemeriksaan meliputi pengukuran tandatanda vital (tekanan darah, denyut jantung, denyut pernapasan, dan suhu)
dan pemeriksaan jalan napas, jantung, paru-paru, dan sistem rangka otot
dengan menggunakan teknik pemeriksaan standar berupainspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pemeriksaan neurologi penting pada
saat anestesi regional. Anatomi pasien dinilai seharusnya dievaluasi
secara lengkap apabila terdapat tanda-tanda sumbatan jalan napas,
anestesi regional atau direncanakn pemantauan invasif.
Setiap
riwayat
anestesia
sebelumnya
harus
jarak
antara mandibula dan hioid dari kurang dari 7 cm, jarak sternomental
kurang dari 12,5 cm, dan visualisasi uvula selama protrusi lidah kurang
baik. Harus ditekankan bahwa tidak ada teknik penilaian yang pasti
mengenai kesulitas jalan napas sehingga dokter spesialis anestesiologi
dan terapi intensif atau dokter lain yang mempunyai kompetensi harus
mengantisipasi kemungkinan tersebut.
Evaluasi Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium pada pasien sehat tanpa
dengan
uji
kehamilan pada pasien usia subur dapat dilakukan apabila ada indikasi
dengan tujuan untuk memastikan kehamilan yang tak terdiagnosa
sehingga kemungkinan efek teratogenik dari agen anestetik terhadap
janin apat dihindari. Pengujian rutin untuk AIDS (pendeteksian antibody
dapat
menghambat
aktivitas
II.
Kondisi
ini
dapat
operasi.
Pasien dengan penyakit sistemik yang
berat
yang
mengancam
secara
konstan
kehidupan
dapat
(dapat
menyebabkan
kematian)
atau
miokard
akut,
kegagalan
mekanik.
mengalami
Pasien
sangat
keterbatasan
aktivitas
tidak
operasi
Pasien yang telah dinyatakan mati
batang
otak
yang
akan
menjalani
Persetujuan Tertulis
Penilaian praoperasi diakhiri dengan pemberian
persetujuan
medikolegal.
tertulis
Selain
biasanya
meminta
disarankan
persetujuan
untuk
tujuan
tertulis,
dokter
yang
II.2 INTRAOPERATIF
Teknik Anestesi
Teknik anestesi yang dilakukan meliputi anestesi
umum, anestesi regional atau kombinasiny.(akan
1.
Standar 1:
Ada tenaga
ahli
anestesi
yang
mempunyai
Pemantauan
oksigenisasi
jaringan
dilakukan
b.
Ventilasi
klinis
kecukupan
ventilasi,
antara
lain:
c.
Sirkulasi
darah
arteri
diastolik.
Tekanan
nadi
(pulse
pressure)
Gambar 2. MAP
Anestesi
umum
maupun
regional
merupakan
besar
kasus.
Obesitas
dapat
menyebabkan
hasil
Kontraindikasi
Walaupun
pengukuran
tekanan
darah
sangat
Kontraindikasi
Penggunaan Klinis
tepat
kateter,
tubing,
dan
transducer
harus
dapat
2. Elektrokardiografi
letak
lead
three-limb.
Idealnya,
karena
setiap
lead
EKG
bekerja
dengan
cara
merekam
pasien,
kauterisasi,
dan
kesalahan
elektrode
dapat
harus dibuat cukup keras untuk mendeteksi perubahan ritme dan rate.
3. Kateterisasi Vena Sentral
Kateterisasi
vena
sentral
ditujukan
untuk
karotis
endarterektomi
ipsilateral,
karena
dapat
menimbulkan
4. Diuresis
ginjal yang baik dapat dinilai dengan diuresis lebih dari 1cc/kgBB/jam
dengan warna kuning jernih. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
monitoring diuresis adalah sebagai berikut:
a. Dilakukan pemasangan kateter urin pada pasien yang menjalani
operasi lebih dari 2 jam dalam anestesi umum.
b. Dilakukan pemasangan kateter urin pada semua pasien yang
mendapatkan anestesi regional (spinal, epidural, kombinasi spinal
epidural, dan caudal) tanpa mempertimbangakan lama operasi.
c. Jumlah urin inisial dicatat jumlahnya dan dinilai warnanya
d. Selama operasi berlangsung urin pasien dikumpulkan dalam
kantung pengumpul urin dan dinilai jumlah serta warna.
d.
Suhu Tubuh
regional.
Probe dimasukkan ke nasofaring melalui mulut agar menghindari
II.3 POSTOPERATIF
Postoperatif merupakan periode yang kritis, dimulai
Patensi
jalan
napas,
tanda-tanda
vital,
dan
oksigenasi harus diperiksa segera pada saat pasien masuk ruang pemulihan.
Tekanan darah, denyut nadi, dan pernapasan secara rutin diperiksa setiap 5
menit selama 15 menit atau sampai stabil, dan setiap 15 menit sesudahnya.
Pulse oximetry harus dipantau terus menerus pada semua pasien pulih dari
anestesi umum, setidaknya sampai mereka sadar. Terjadinya hipoksemia tidak
selalu berkorelasi dengan tingkat kesadaran. Fungsi neuromuskular juga
sebaiknya dinilai secara klinis, misalnya, angkat kepala. Monitoring tambahan
termasuk penilaian nyeri (misalnya, skala angka atau deskriptif), ada atau tidak
adanya mual atau muntah, status volume pasien meliputi urine output, drainase,
dan
perdarahan.
Setelah
tanda-tanda
vital
awal
telah
dicatat,
dokter
anestesiologi dan terapi intensif atau dokter lain yang mempunyai kompetensi
memberikan catatan singkat kepada perawat PACU yang mencakup sejarah praanestesi (misalnya status mental dan masalah komunikasi seperti hambatan
bahasa, ketulian, kebutaan, atau retardasi mental), peristiwa intra-anestesi yang
bersangkutan (jenis anestesi, prosedur bedah, kehilangan darah, penggantian
cairan, dan komplikasi yang terjadi), masalah paska-anestesi, dan instruksi
paska-anestesia (misalnya perawatan kateter epidural, transfusi, ventilasi pasca
operasi, dan lain-lain).
2. Pemulihan dari spinal anestesi
NSAID
atau
dengan
parasetamol
secara
signifikan
dapat
dengan
parasetamol
ditambah
codeine,
hydrocodone,
atau
Untuk nyeri
di PACU
Sebelum
pasien
sadar
penuh,
nyeri
dapat
kemih,
atau
komplikasi
bedah
(seperti
perdarahan
agitasi.
Pada
kondisi
agitasi,
sebaiknya
diperhatikan
masalah umum setelah anestesi umum dengan angka kejadian sebanyak 2030%. Etiologi PONV multifaktorial, melibatkan agen anestesi, jenis prosedur, dan
faktor pasien. Selain itu, penting untuk diperhatikan bahwa mual adalah keluhan
umum yang dilaporkan pada awal hipotensi, terutama setelah anestesi spinal
atau epidural.
6. Menggigil dan hipotermi
10-50
mg,
secara
dramatis
dapat
mengurangi
atau
bahkan
menghentikan menggigil.
Kriteria
Mampu menggerakkan
keempat ektremitas
Mampu menggerakkan
kedua ektremitas
Tidak mampu
Aktiifitas
menggerakkan
Respiras
ekstremitas
Mampu nafas dalam dan
batuk
Sesak atau pernafasan
terbatas
Henti nafas
pra bedah
Berubah 20-50% dari pra
bedah
Berubah >50% dari
prabedah
Sadar baik dan orientasi
Tekanan
abik
Kesadar
terhadap ransangan
Kemerahan
Sianosis
Warna