PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Gagal jantung merupakan salah satu penyebab morbiditas dan
mortalitas . Gagal jantung merupakan sindrom klinis ( sekumpulan tanda
dan gejala), ditandai oleh sesak nafas dan fatik ( saat istirahat atau saat
aktivitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung .
Dulu gagal jantung dianggap merupakan akibat dari berkurangnya
kontraktilitas dan daya pompa sehingga diperlukan inotropik untuk
meningkatkannya dan diuretik serta vasodilator untuk mengurangi beban
(un-load) .1
Morbiditas , mortalitas serta biaya pelayanan kesehatan yang
tinggi, maka faktor resiko yang menyebabkan gagal jantung perlu
diidentifikasi dan ditangani sedini mungkin. Penyakit lain yang
menyebabkan gagal jantung adalah penyakit jantung koroner, hipertensi ,
gangguan
katup
jantung
dan
kardiomegali.
Faktor
yang
dapat
gagal jantung berkisar antara 5 10% pertahan pada gagal jantung ringan
yang akan meningkat menjadi 30 40 % pada gagal jantung berat . Selain
itu, CHF merupakan penyakit yang paling sering memerlukan perawatan
ulang, dirumah sakit meskipun pengobatan rawat jalan telah diberikan
secara optimal . Gagal jantung kongestif terdapat pada sekitar 3 juta orang
di Amerika serikat, lebih dari 400.000 kasus baru dilaporkan setiap tahun.
Pembaruan 2010 dari American Heart Association (AHA) memperkirakan
bahwa terdapat 23 juta orang dengan gagal jantung di seluruh dunia.2
1.2.Tujuan
Mahasiswa kepaniteraan klinik senior dapat mampu mengetahui ,
memahami dan menjelaskan tentang :
1. Definisi Congestif Heart Failure
2. Epidemiologi Congestif Heart Failure
3. Etiologi Congestif Heart Failure
4. Patofisiologi Congestif Heart Failure
5. Klasifikasi Congestif Heart Failure
6. Diagnosis Congestif Heart Failure
7. Diagnosis banding Congestif Heart Failure
8. Komplikasi Congestif Heart Failure
9. Prognosis Congestif Heart Failure
1.3.Manfaat
a. Bagi Penulis
Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam mempelajari,
mengidentifikasi, dan mengembangkan teori yang telah disampaikan
mengenai Congestif Heart Failure
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Gagal jantung adalah keadaan dimana darah yang dipompakan dari
jantung tidak mencukupi kebutuhan tubuh. Secara singkat, gagal jantung
merupakan gangguan kemampuan jantung untuk memompakan darah dari vena
menuju arteri . Gagal jantung juga dapat dikatakan sebagai gangguan proses
biokimia dan biofisika jantung yang mengakibatkan rusaknya kontraktibilitas dan
relaksasi miokard. Hal ini mengakibatkan percepatan kematian sel otot jantung
sehingga meyebabkan kecacatan dan kematian dini .Gagal jantung kongestif
(CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung, sehingga
jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
jaringan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume
diastolik secara abnormal. Penamaan gagal jantung kongestif yang sering
digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan .2
Gagal jantung adalah suatu sindroma klinis kompleks, yang didasari oleh
ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah ke seluruh jaringan tubuh
secara adekuat, akibat adanya gangguan struktural dan fungsional dari jantung.1
2.2 Epidemiologi
Gagal jantung adalah masalah kesehatan masyarakat yang utama . Gagal
jantung menjadi penyakit yang terus meningkat kejadiannya terutama pada lansia.
Studi framinghan memberikan gambaran yang cukup jelas tentang gagal jantung .
Pada studi ini disebutkan bahwa, kejadian gagal jantung pada orang berusia > 45
tahun adalah 7,2 kasus setiap 1000 orang laki laki dan 4,7 kasus setiap 1000
orang perempuan , dimana prevalensi gagal jantung adalah 24 setiap 1000 orang
laki laki dan 25 setiap 1000 orang perempuan . Di Amerika hampir 5 juta orang
menderita gagal jantung.2
Gagal jantung ditandai dengan mortalitas yang tinggi dengan frekuensi
rawat inap di rumah sakit yang sering dan penurunan kualitas hidup . Meskipun
penatalaksanaan gagal jantung telah mengalami kemajuan, hasil penelitian
menunjukan sebagian besar kasus kematian terjadi pada 3 bulan pertama rawat
inap . Kurang dari separuh jumlah orang dengan gagal jantung gagal jantung
simptomatik yang dapat bertahan lebih dari 5 tahun . Bahkan pasien dengan gagal
jantung ringan hingga sedangpun memiliki tingkat mortalitas yang tinggi .2
2.3 Etiologi
Gagal jantung adalah suatu kompleks patologis yang berkaitan dengan
disfungsi jantung dan merupakan titik akhir berbagai penyakit sistem
kardiovaskuler . Terdapat banyak kemungkinan penyebab dan penyebab spesifik
gagal jantung pada seorang pasien harus selalu dicari. Secara umum gagal jantung
dapat disebabkan oleh :
1. Beban kerja yang tidak sesuai yang ditimpakan pada jantung, misalnya
kelebihan beban volume atau tekanan
2. Terbatasnya pengisian jantung
3. Berkurangnya miosit
4. Penurunan kontraktilitas miosit3
Gagal jantung kongestif dapat disebabkan oleh :
1) Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab
ketidakmampuan
jantung
untuk
mengisi
darah
(tamponade,
2.5Patofisiologi
Patofisioologi gagal jantung bersifat kompleks dan harus dipahami di
berbagai tingkatan . Gagal jantung ditandai dengan satu respon hemodinamik,
ginjal, syaraf dan hormonal yang nyata serta suatu keadaan patologik berupa
penurunan fungsi jantung. Salah satu respon hemodinamik yang tidak normal
adalah peningkatan tekanan pengisian (filling pressure) dari jantung atau preload.
Respon terhadap jantung menimbulkan beberapa mekanisme kompensasi yang
bertujuan untuk meningkatkan volume darah, volume ruang jantung, tahanan
pembuluh darah perifer dan hipertropi otot jantung. Kondisi ini juga
menyebabkan aktivasi dari mekanisme kompensasi tubuh yang akut berupa
penimbunan air dan garam oleh ginjal dan aktivasi system saraf adrenergik.3
Pada beberapa keadaan ditemukan beban berlebihan sehingga timbul gagal
jantung sebagai pompa tanpa terdapat depresi pada otot jantung intrinsik.
Sebaliknya dapat pula terjadi depresi otot jantung intrinsik tetapi secara klinis
tidak tampak tanda-tanda gagal jantung karena beban jantung yang ringan. Pada
awal gagal jantung akibat CO yang rendah, di dalam tubuh terjadi peningkatan
aktivitas saraf simpatis dan sistem renin angiotensin aldosteron, serta pelepasan
arginin vasopressin yang kesemuanya merupakan mekanisme kompensasi untuk
mempertahankan tekanan darah yang adekuat. Penurunan kontraktilitas ventrikel
akan diikuti penurunan curah jantung yang selanjutnya terjadi penurunan tekanan
darah dan penurunan volume darah arteri yang efektif. Hal ini akan merangsang
7
kapiler paru. Batuk-batuk pada malam hari adalah salah satu manifestasi proses
ini, dan sering kali terlewatkan sebagai gejala gagal jantung. Walau ortopneu
merupakan gejala yang relatif spesifik untuk gagal jantung, keluhan ini dapat pula
dialami pada pasien paru dengan obesitas abdomen atau ascites, dan pada pasien
paru dengan mekanik kelinan paru yang memberat pada posisi tidur.3
b. Edema paru pulmonal akut
Hal ini diakibatkan oleh transudasi cairan kedalam rongga alveolar sebagai
akibat meningkatnya tekanan hidrostatik kapiler paru secara akut sekunder akibat
menurunnya fungsi jantung atau meningkatnya volume intravaskular. Manifestasi
edema paru dapat berupa batuk atau sesak yang progresif. Edema paru pada gagal
jantung yang berat dapat bermanifestasi sebagai sesak berat disertai dahak yang
disertai darah. Jika tidak diterapi secara cepat, edema pulmoner akut dapat
mematikan.1,3
c. Respirasi cheyne stokes
Dikenal pula sebagai respirasi periodik atau siklik, adalah temuan umum
pada gagal jantung yang berat, dan umumnya dihubungkan dengan cardiac output
yang rendah. Respirasi cheyne-stokes disebabkan oleh berkurangnya sensitifitas
pusat respirasi terhadap kadar PCO2 arteri. Terdapat fase apnea, dimana PO2
arteri jatuh dan PCO2 arteri meningkat. Respirasi cheyne-stokes dapat dicermati
oleh pasien atau keluarga pasien sebagai sesak nafas berat atau periode henti nafas
sesaat.
d. Gejala lain
Pasien dengan gagal jantung juga dapat muncul dengan gejala
gastrointestinal, anorexia, nausea, dan rasa cepat kenyang yang dihubungkan
dengan nyeri abdominal dan gembung adalah gejala yang sering ditemukan, dan
bisa jadi berhubungan dengan edema dari dinding usus dan/atau kongesti hati.
Kongesti dari hati dan pelebaran kapsula hati dapat mengakibatkan nyeri pada
kuadran kanan atas. Gejala serebral seperti kebingungan, disorientasi, gangguan
tidur dan emosi dapat diamati pada pasien dengan gagal jantung berat, terutama
pada pasien lanjut usia dengan arteriosklerosis serebral dan berkurangnya perfusi
serebral.
Kriteria Framingham untuk gagal jantung
Kriteria Mayor :
- Paroksismal Nokturnal Dispnea
- Distensi vena leher
- Ronki paru
11
Kardiomegali
Edema paru akut
Gallop s3
Peningkatan tekanan vena jugularis
Refluks hepatojugular1,4
Kriteria Minor :
-
Edema ekstremitas
Batuk malam hari
Dispneu de Effort
Hepatomegali
Efusi pleura
Penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal
Takikardia1,4
12
sudut 450. Tinggi denyut vena jugularis diukur relatif terhadap anulus sterni
ludovici. Tekanan atrium kanan dapat diperkirakan dengan menambahkan 5 cm ke
tinggi kolam vena . denyut vena jugularis biasanya diamati kurang dari 7 cm
diatas atrium kanan . Jika jaraknya melebihi 10 cm, terdapat peningkatan tekanan
atrium. Peningkatan tekanan atrium menunjukan bahwa preload ventrikel adekuat
tetapi fungsi ventrikel menurun dan terjadi akumulasi cairan di vena .3
C. Pemeriksaan Paru
Pulmonary Crackles (ronkhi atau krepitasi) dihasilkan oleh transudasi
cairan dari rongga intravaskular kedalam alveoli. Pada pasien dengan edema paru,
ronki dapat didengar dengan kedua lapang paru dan dapat disertai dengan
wheezing ekspirator (asma kardiale). Jika ditemukan pada pasien tanpa penyakit
paru, ronkhi spesifik untuk gagal jantung. Walau demikian harus ditekankan
bahwa ronkhi sering kali ditemukan pada pasien dengan gagal jantung kronik,
bahkan ketika pulmonary capilary wedge pressure kurang dari 20 mmHg, hal ini
karena pasien sudah beradaptasi dan drainase sistem limfatik cairan rongga
alveolar sudah meningkat. Efusi pleura timbul sebagai akibat meningkatnya
tekanan sistem kapiler pleura, hasilnya adalah transudasi cairan kedalam rongga
pleura. Karena vena pada pleura bermuara pada vena sistemik dan pulmoner,
effusi pleura paling sering terjadi pada kegagalan kedua ventrikel. Walaupun
effusi pleura biasanya ditemukan bilateral, angka kejadian pada rongga pleura
kanan lebih sering daripada yang kiri.3
D. Pemeriksaan Jantung
Pemeriksaan jantung, walau penting, seringkali tidakdapat memberikan
informasi yang berguna mengenai beratnya gagal jantung. Jika terdapat
kardiomegali, titik impulse maksimal (iktus cordis) biasanya tergeser ke bawah
intercostal space (ICS) ke V, dan kesamping (lateral) linea midclavicularis.
Hipertrofi ventrikel kiri yang berat mengakibatkan pulsasi prekordial (iktus)
teraba lebih lama (kuat angkat). Pemeriksaan pulsasi prekordial ini tidak cukup
untuk mengevaluasi beratnya disfungsi ventrikel kiri. Pada beberapa pasien, bunyi
jantung ketiga dapat didengar dan teraba di apex.
Pada pasien dengan ventrikel kanan yang membesar dan mengalami
hipertrofi dapat memiliki impulse yang kuat dan lebih lama sepanjang sistole pada
parasternal kiri (right ventricular heave). Bunyi jantung ketiga (gallop) umum
ditemukan pada pasien dengan volume overload yang mengalami takikardi dan
13
Foto thoraks harus diperhatikan secepat mungkin saat masuk pada semua
pasien yang diduga gagal jantung , untuk menilai derajat kongesti paru dan
untuk mengetahui adanya kelainan paru dan jantung yang lain seperti efusi
pleura, infiltrat atau kardiomegali .1
Tabel 2: Temuan pada foto Toraks, Penyebab, dan Implikasi Klinis
Kelainan
Kardiomegali
Penyebab
Dilatasi Ventrikel Kiri,
Implikasi Klinis
Ekokhardiografi,
doppler
Hipertropi ventrikel
efusi perikard
Hipertensi, stenosis aorta,
Ekhokardiografi,
kardiomiopati hipertropi
Peninggian tekanan
doppler
Gagal jantung kiri
Edema intersrisial
Edema paru
peningkatan pengisian
cardiak
15
B. Terapi Farmakologi
1. Diuretic oral atau parenteral tetap merupakan ujung tombak pengobatan
gagal jantung sampai edema atau asites menghilang.
Furosemid dosis 40-80mg. Dosis penunjang rata-rata 20mg. Efek samping
berupa hipokalemia dapat diatasi dengan suplai garam kalium atau diganti
dengan spironolakton. Diuretic lain yang dapat digunakan antara lain
hidroklorotiazid, klortalidon, triamteren, amilorid dan asam etakrinat.
Penggunaan ACE inhibitor dengan diuretic hemat kalium harus hati-hati
karena memungkinkan terjadinya hiperkalemia.1,4
2. Angiotensin Converting Enzyme inhibitor : kaptopril mulai dosis 2x6,25
mg.4
3. Angiotensin Receptor Blockers
16
17
BAB III
LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
Nama
: Tn. Ss
Umur
: 61 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Saniang Bakar, Kabupaten Solok
No MR
: 100151
Pekerjaan
: Petani
Tanggal Masuk
: 29 Oktober 2016
Ruangan
: Z.IP 101
2. Anamnesa
1. Keluhan Utama:
Perut terasa tegang sejak 1 minggu sebelum masuk ke rumah sakit
2. Riwayat penyakit sekarang:
Tegang perut sebelah kanan sejak 1 minggu yang lalu, pasien juga
mengeluhkan pundak kiri terasa berat. Sebelumnya pasien mengeluhkan
nyeri dada sejak 1 minggu yang lalu, nyeri dada ini juga dirasaksan
menjalar ke pundak sebelah kiri.
18
Sesak nafas saat beraktifitas berat dan hilang saat istirahat sejak 2 tahun
yang lalu
Sering terbangun tengah malam karna sesak nafas sejak 2 tahun yang lalu
Mual (+)
Muntah (-)
Tidak ada demam
BAB (+)
BAK (+)
3. Riwayat penyakit dahulu:
- Riwayat Hipertensi (-)
- Riwayat asma (-)
- Riwayat jantung (+)
- Riwayat DM (-)
- Riwayat alergi obat (-)
- Riwayat TB (-)
- Riwayat nyeri sendi (-)
4. Riwayat penyakit keluarga:
Tidak ada keluarga dengan riwayat penyakit yang sama
Riwayat asma (-)
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat penyakit jantung (-)
Riwayat DM (-)
Riwayat TB (-)
5. Riwayat psikososial
T. SS bekerja sebagai wiraswasta dengan 1 orang istri dan 3 orang anak
yang masih hidup
6. Riwayat kebiasaan:
- Riwayat kebiasaan minum kopi (+) 2 gelas satu hari, pagi dan
malam
Riwayat kebiasaan merokok (+)
Indeks brinkman : 17 x 30 = 510. Kesan indeks brinkman sedang
- Riwayat kebiasaan minum alcohol (-)
3. Pemeriksaan Fisik
1. Vital sign
Keadaan umum : sedang
Kesadaran
: composmetis coperatif
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi
: 88 kali/menit
Nafas
: 22 kali/ menit
Suhu
: 35, 30 C
2. Pemeriksaan fisik khusus
Kepala :
-
19
20
Creatinin
GDR
Pemeriksaan Urinalisa
-
Warna
Blood
Bilirubin
Urobilinogen
Keton
Protein
Nitrit
Glukosa
pH
Bj
Sedimen
Eritrosit
Silinder
Lekosit
Kristal
Epitel
: Kuning
:::::+
::: 6,0 (n)
: 1,015 (n)
: 0-1/LPB (n)
:: 2-3 (n)
:: 1-4/LPK
Subject
Objective
21
Assesment
Anjuran
Minggu/
Nyeri
30
(+)
Oktober
Badan
2016
letih (+)
Nafas : 20 x/i
(IV)
Nyeri
Suhu : 37,1 C
-Digoxin 2x1
mmHg
-IVFD Dextrose
5% 12jam/kolf
Pinggsng (+)
-Ambroxol 3xcth
Batuk (+)
Terasa
sesak
apabila
beraktifitas
BAB (-)
BAK(+),
Sering
Mual(-)
Hari/
Tanggal
Senin/
muntah (-)
Subject
Nyeri
Objective
Assesment
Anjuran
-IVFD Dextrose
31
(+)
5% 12jam/kolf
Oktober
Badan
2016
letih (+)
Nafas : 18 x/i
(IV)
Nyeri
Suhu : 35,7 C
-Digoxin 2x1
Pinggsng (+)
-Ambroxol 3xcth
Batuk (+)
BAB (-)
BAK(+),
Sering
Mual(-)
Hari/
Tanggal
Selasa/
muntah (-)
Subject
Nyeri
01
(+)
Oktober
Badan
Objective
Assesment
Anjuran
-IVFD Dextrose
5% 12jam/kolf
22
2016
letih (+)
Nafas : 20 x/i
(IV)
Nyeri
Suhu : 36,9 C
-Digoxin 2x1
Pinggsng (+)
-Ambroxol 3xcth
Batuk (+)
BAB (+)
BAK(+),
Sering
Mual(-)
muntah (-)
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
TN. SS 61 tahun datang ke RSUD solok dan dirawat di ruangan interna pria
dengan
keluhan Tegang perut sebelah kanan sejak 1 minggu yang lalu, pasien juga
mengeluhkan pundak kiri terasa berat. Sebelumnya pasien mengeluhkan nyeri
dada sejak 1 minggu yang lalu, nyeri dada ini juga dirasaksan menjalar ke
pundak sebelah kiri. Sesak nafas saat beraktifitas berat dan hilang saat istirahat
sejak 2 tahun yang lalu. Sering terbangun tengah malam karna sesak nafas sejak 2
tahun yang lalu
Demam tidak ada, Nafsu makan berkurang, Mual dan muntah tidak ada ,BAB (+)
,BAK (+).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan bahwa tanda-tanda vital Tn SS yaitu
Keadaan umum: sedang, Kesadaran: composmetis coperatif, Tekanan Darah:
110/80 mmHg, Nadi: 88 kali/menit, Nafas: 22 kali/ menit, Suhu: 35, 3 0 C. Pada
pemeriksaan vena jugularis di dapatkan peningkatan ukuran vena jugularis yaitu
(5 cm+ 3 cm), ictus cordis tidak terlihat dan tidak teraba. Vocal fremitus kiri dan
23
kanan sama. Edem pada tungkai.. Sehingga dari beberapa pemeriksaan yang telah
dilakukan seperti pemeriksaan tambahan yaitu, EKG dan foto thorax
menggambarkan gambaran CHF LVH fungsional II ec HHD
Untuk penatalaksanaan awal diberikan beberapa obat yang bertujuan untuk
mengurangi gejala sesak yang dialami nyonya N yang di akibatkan oleh payah
jantung yang dialami ny N dan peningkatan asam lambung pada saat itu. Beberapa
terapi yang diberikan antara lain IVFD Dextrose5% 12jam/kolf, Lasix 1x20
Inj(IV), Digoxin 2x1, Ambroxol 3xcth
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Gagal jantung adalah keadaan dimana darah yang dipompakan dari
jantung tidak mencukupi kebutuhan tubuh. Gagal jantung kongestif adalah
keadaan saat terjadi bendungan sirkulasi akibat gagal jantung dan mekanisme
kompensatoriknya. Gagal jantung kongestif dapat dimulai dari kegagalan jantung
dari ventrikel kiri akibat kompensasi dari penyakit hipertensi lama yang kemudian
mengakibkan gangguan terhadap atrium kiri,paru-paru dan ventrikel serta atrium
kanan. Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa
kelainan fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya ada kalau
disertai peninggian volume diastolik secara abnormal. Penamaan gagal jantung
kongestif yang sering digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi
kanan.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo , Aru w dkk.2010.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi
V.Jakarta:FKUI.
2. Aaronson PI, Ward JPT. 2010. At a glance sistem kardiovaskular:
anamnesis danpemeriksaan kardiovaskular. Jakarta: EGC.
3. Mcphee , Stephen J dan Wiliam F. Ganong.2010.Patofiologi penyakit,
Pengantar menuju kedokteran klinis Edisi 5.Jakarta:EGC.
4. Mubin, halim.2013.Panduan Praktis Ilmu penyakit Dalam Diagnosis dan
Terapi.Jakarta:EGC.
5. Thaler, Malcolm S.2013.Satu-satunya Buku EKG yang Anda Perlukan
Edisi 7.Jakarta:EGC.
6. Permeskes RI.2014. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer.
7. Murwani,
Arita.2011.Perawatan
Dalam.Yogyakarta:gosyen publishing.
25
Pasien
Penyakit