Anda di halaman 1dari 32

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan

kehadirat Tuhan, karena berkat rahmat dan

karuniaNyalah akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Jiwa. Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memahami
mengenai asuhan keperwatan Perilaku Kekerasan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari sempurna, mengingat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masih sangat terbatas.
Oleh karena itu, kami juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
semangat, agar kedepan kami bisa membuat makalah dengan lebih baik. Dan kami berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi kami, khususnya pembaca dan pihak yang memerlukan
pada umumnya.
Semoga Tuhan memberikan rahmat serta karuniannya kepada semua pihak yang telah
turut membantu penyusunan makalah ini.

Kendari ,7 april 2016


Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan :
Latar Belakang
Tujuan Permasalahan
Sistematika
BAB II Pembahasan :
Pengertian Marah
Pengertian Perilaku Kekerasan
Rentang Respons Marah
Faktor Predisposisi & Presipitasi
Proses Marah
Gejala Marah
Mekanisme Koping
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
BAB III Penutup
Kesimpulan
Saran

BAB I
2

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna baik fisik,
mental dan social, tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan. Menurut UU
Kesehatan RI no. 23 tahun 1992, sehat adalah keadaan sejahtera tubuh, jiwa, social yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara social dan ekonomis.
Sakit adalah ketidakseimbangan fungsi normal tubuh manusia, termasuk sejumlah
system biologis dan kondisi penyesuaian.
Kesehatan jiwa adalah satu kondisi sehat emosional psikologis, dan social yang
terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif,
konsep diri yang positif, dan kestabilan emosionl (Videbeck, 2008)
Gangguan jiwa didefenisikan sebagai suatu sindrom atau perilaku yang penting
secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitakan dengan adanya distress (misalnya
gejala nyeri) atau disabilitas (kerusakan pada satu atau lebih area fungsi yang penting)
(Videbeck, 2008)
Ancaman atau kebutuhan yang tidak terpenuhi mengakibatkan seseorang stress berat
membuat orang marah bahkan kehilangan kontrol kesadaran diri, misalnya: memaki-maki
orang di sekitarnya, membantingbanting barang, menciderai diri sendiri dan orang lain,
bahkan membakar rumah, mobil dan sepeda montor. Umumnya klien dengan perilaku
kekerasan dibawa dengan paksa ke rumah sakit jiwa. Sering tampak klien diikat secara
tidak manusiawi disertai bentakan dan pengawalan oleh sejumlah anggota keluarga
bahkan polisi.
Perilaku kekerasan seperti memukul anggota keluarga/ orang lain, merusak alat
rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang paling banyak
dikemukakan oleh keluarga. Penanganan yang dilakukan oleh keluarga belum memadai
sehingga selama perawatan klien seyogyanya sekeluarga mendapat pendidikan kesehatan
tentang cara merawat klien (manajemen perilaku kekerasan).
Asuhan keperawatan yang diberikan di rumah sakit jiwa terhadap perilaku kekerasan
perlu ditingkatkan serta dengan perawatan intensif di rumah sakit umum. Asuhan
keperawatan perilaku kekerasan (MPK) yaitu asuhan keperawatan yang bertujuan melatih
klien mengontrol perilaku kekerasannya dan pendidikan kesehatan tentang MPK pada
keluarga. Seluruh asuhan keperawatan ini dapat dituangkan menjadi pendekatan proses
keperawatan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari Perilaku Kekerasan?
2. Apa saja tanda dan gejala dari Perilaku Kekerasan?
3

3.
4.
5.
6.
7.
8.

Apa saja etiologi dari Perilaku Kekerasan?


Apa saja Rentang respon Perilaku Kekerasan?
Apa saja Mekanisme koping dari Perilaku Kekerasan?
Apa saja Perilaku dari Perilaku Kekerasan?
apa saja Pengobatan medic dari Perilaku Kekerasan?
Bagaimana proses asuhan keperwatan dari perilaku kekersan

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui konsep medis dan asuhan keperawatan perilaku kekerasan
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui pengertian dari Perilaku Kekerasan
b. Untuk mengetahui gejala dari Perilaku Kekerasan
c. Untuk mengetahui etiologi dari Perilaku Kekerasan
d. Untuk mengetahui Rentang respon Perilaku Kekerasan
e. Untuk mengetahui Mekanisme koping dari Perilaku Kekerasan
f. Untuk mengetahui Perilaku dari Perilaku Kekerasan
g. Untuk mengetahui Pengobatan medic dari Perilaku Kekerasan
h. Untuk mengetahui asuhan keperwatan dari perilaku kekersan
D. Sistematika
Untuk menghindari luas masalah maka dalam penyusunan makalah ini kelompok
mengkhususkan

pembahasan tentang penatalaksanaan pada pasien dengan perilaku

kekerasan. Asuhan keperawatan ini hanya menerapkan proses keperawatan melalui tahap
pengkajian, diagnosa keperawatan, implementasi, dan evaluasi pada kasus perilaku
kekerasan.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.

Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain.
Sering juga disebut gaduh gelisah atau amuk dimana seseorang marah berspon terhadap
suatu stressor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol (yosep, 2010)
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik baik diri sediri, orang lain dan lingkungan ( sturt
dan sundeen,1998 )
4

Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana individu individu beresiko menimbulkan


bahaya langsung pada dirinya sendiri ataupun orang lain ( Carpenito,2000 )
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang, baik secara fisik maupun psikologis.Berdasarkan definisi ini, perilaku
kekerasan dapat di lakukan secara verbal di arahkan pada diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan.Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu perilaku kekrasan saat
sedang berlangsung atau perilaku kekerasan terdahulu (riwayat perilaku kekerasan).
(Keliat, Keperawatan kesehatan jiwa komunitas, 2012)
Perilaku kekerasan merupakan respon terhadap stressor yang di hadapi oleh
seseorang yang di tunjukan dengan perilaku actual melakukan kekerasan, baik pada diri
sendiri orang lain maupun lingkungan secara verbal maupun nonverbal, bertujuan untuk
melukai orang lain secara fisik maupun psikologis (Menurut Berkowizt dalam buku Yosep
2011).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seorang individu mengalami
perilaku yang dapat melukai secara fisik baik terhadap diri sendiri atau orang lain
( Menurut Towsend dalam buku Yosep 2011).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana klien mengalami perilaku yang
dapat membahayakan di klien sendiri, lingkungan termasuk orang lain dan barang-barang
(Menurut Maramis dalam buku Yosep 2011).
B. Tanda dan Gejala
Menurut Fitria (2009) tanda dan gejala perilaku kekerasan diantaranya adalah :
1. Fisik
mata melotot atau pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah
memerah dan tegang serta postur tubuh kaku.
2. Verbal
mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, bicara dengan nada keras, kasar dan
ketus.
3. Perilaku
menyerang orang lain, melukai diri sendiri, atau orang lain, merusak lingkungan, amuk
atau agresif.
4. Emosi
tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel, tidak
berdaya, bermusuhan, mengamuk ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
5. Intelektual
mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan dan tidak jarang mengeluarkan
kata-kata bernada sarkasme.
6. Spiritual
merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral dan kreatifitas
terhambat.
5

7. Sosial
menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan sindiran.
8. Perhatian
bolos, melarikan diri dan melakukan penyimpangan seksual.
B. Etiologi
1. Faktor predisposisi
a. Teori biologi
Beardasarkan hasil penelitian pada hewan, adanya pemberian stimulus elektris
ringan pada hipotalamus ternyata menimbulkan prilaku agresif, dimana jika terjadi
kerusakan fungsi limbic (untuk emosi dan perilaku) lobus frontal (untuk pemikiran
rasional), lobius temporal (untuk interprestasi indra penciuman dan memori) akan
menimbulakn mata terbuka lebar, pupil berdilatasi, dan hendak menyerang objek
yang ada disekitarnya.
1) Neurologic factor
beragam komponen dari sistem saraf seperti synap, neurotransmitter, dendrit,
axon terminalis mempunyai peran memfasilitasi atau menghambat rangsangan
dan pesan-pesan yamg akan mempengaruhi sifat agresif. Sistem limbik sangat
terlibat dalam menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan dan respons agresif.
2) Genetic factor
adanya faktor gen yang diturunkan melalui orang tua, menjadi potensi perilaku
agresif. Menurut riset Kazuo Murakami (2007) dalam gen manusia terdapat
dormant (potensi) agresif yang sedang tidur dan akan bangun jika terstimulasi
oleh faktor eksternal. Menurut penelitian genetik tipe karkotype XYY, pada
umumnya dimiliki oleh penghuni pelaku tindak kriminal serta orang-orang yang
tersangkut hukum akibat perilaku agresif.
3) Cyrcardian Rhytm
(irama sirkardian tubuh), memegang peranan pada individu. Menurut penelitian
pada jam-jam tertentu manusia menghalangi peningkatan cortisol terutama pada
jam-jam sibuk seperti menjelang masuk kerja dan menjelang berakhirnya
pkerjaan sekitar jam 9 dan jam 13. Pada jam tertentu orang lebih mudah
terstimulasi untul bersikap agresif.
4) Biochemistry faktor
(Faktor biokimia tubuh) seperti

neurotransmiter

di

otak

(epinephrin,

norepinephrin, dopamin, asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalam


penyampaian informasi melalui sistem persyarafan dalam tubuh, adanya stimulus
dari luar tubuh yang di anggap mengancam atau membahayakan akan dihantar
melalui implus neurotransmitter ke otak dan meresponnya melalui serabut
efferent. Peningkatan hormon androgen dan norephinephrin serta penurunan
6

serotonin dan GABA pada cairan cerebospinal vertebra dapat menjadi faktor
predisposisi terjadinya perilaku agresif.
5) Brain Area dirsorder
gangguan pada sistem imbik dan lobus temporal, sindrom otak organik, tumor
otak, trauma otak, penyakit ensepalitis, epilesi ditemukan sangat berpengaruh
terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.
b. Faktor psikologis
1) Teori Psikoanalisa
Agresif dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat tumbuh kembang
seseorang (life span hystori). Teori ini menjelaskan bahwa adanya ketidakpusan
fase oral antara usia 0-2 tahun dimana anak tidak mendapatkan kasih sayang dan
pemenuhan kebutuhan air susu yang cukup cendurung mengembangkan sikap
agresif

dan

bermusuhan

setelah

dewasa

sebagai

kompesasi

adanya

ketidakpercayaan pada lingkungannya. Tidak terpenuhinya kepuasan dan rasa


aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri
yang rendah.Perilaku agresif dan tindak kekerasan merupakan pengungkapan
secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaanya dan rendahnya harga diri pelaku
tindak kekerasan.
2) Imitation, modeling, and information processing theory
Menurut teori ini perilaku kekerasan bisa berkembang dalam lingkungan yang
menolelir kekerasan.Adanya contoh, model dan perilaku yang ditiru dari madia
atau lingkungan sekitar memungkinkan individu meniru perilaku tersebut. Dalam
suatu penelitian beberapa anak dikumpulkan untuk menonton tayangan
pamukulan pada boneka dengan raward positif (makin keras pukulanya akan
diberi coklat), anak lain menonton tayangan cara mengasihii dan mencium
boneka tersebut dengan reward positif pula (makin baik belainya mendapat
hadiah coklat). Setelah anak-anak keluar dan diberi boneka ternyata masingmasing anak berperilaku sesuai dengan tontonan yang pernah dialaminya.
3) Learning Theory
Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap lingkungan
terdekatnya.Ia mengamati bagaimana respon ayah saat menerima kekecewaan
dan mengamati bagaimana respons ibu saat marah. Ia juga belajar bahwa dengan
agresifitas lingkungan sekitar menjadi peduli, bertanya, menanggapi, dan
menganggap bahwa dirinya eksis dan patut untuk diperhitungkan.
(Yosep, 2011)
2. Faktor presipitasi
Menurut Yosep (2011) Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan
sering kali berkaitan dengan:
7

a. Ekspresi diri, ingin menunjukan eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti dalam
sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan
sebagainya.
b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
c. kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuati dalam keluarga serta tidak membisakan
dialog untuk memecahkan masalah cenderung melakukan kekerasan dalam
menyelesaikan konflik.
d. ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan
menempatkan dirinya sebagai seorang yang dewasa.
e. adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme
dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.
f. kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap
C.

perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.


Rentang respon
Respon adaptif
Respon maladaptif
Asertif

Frustasi

Pasif

Agresif

Amuk

Respons kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif maladaptif. Rentang


respon kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Frustasi adalah respons yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan.
Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan. Akibat dari ancaman
tersebut dapat menimbulkan kemarahan.
2. Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang lain,
atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.
3. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol oleh
individu. Orang agresif biasanya tidak mau mengetahui hak orang lain. Dia berpendapat
bahwa setiap orang harus bertarung untuk mendapatkan kepentingan sendiri dan
mengharapkan perlakuan yang sama dari orang lain.
4. Mengamuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol
diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri maupun terhadap orang
lain.Pasif adalah respons dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yang
D.

dialami.
Mekanisme koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress,
termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang
digunakan untuk melindungi diri.

Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya
ancaman. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi
diri antara lain:
1. Proyeksi : Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang
tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai
perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya
tersebut mencoba merayu, mencumbunya.
2. Sublimasi : Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata masyarakat
untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya secara normal.
Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain
seperti meremas adonan kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk
mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
3. Represi : Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam
sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak
disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil
bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan,
sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.
4. Displacement : Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada obyek
yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi
itu. Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari
ibunya karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan
dengan temannya.
5. Reaksi formasi : Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan
melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai
rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan
orang tersebut dengan kasar.
E. Perilaku
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
1. Menyatakan secara asertif (assertiveness)Perilaku yang sering ditampilkan individu
dalam mengekspresikan kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif.
Perilaku asertif adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah karena individu
dapat mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun
psikolgis. Di samping itu perilaku ini dapat juga untuk pengembangan diri klien.
2. Menyerang atau menghindar (fight of flight)Pada keadaan ini respon fisiologis timbul
karena kegiatan sistem saraf otonom beraksi terhadap sekresi epinephrin yang
menyebabkan tekanan darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, sekresi
HCl meningkat, peristaltik gaster menurun, pengeluaran urine dan saliva meningkat,
9

konstipasi, kewaspadaan juga meningkat diserta ketegangan otot, seperti rahang


terkatup, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.
3. Perilaku kekerasan. Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan
4. Memberontak (acting out). Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik
perilaku acting out untuk menarik perhatian orang lain.
F.Pengobatan medic
1. Farmakoterapi
a) Obat anti psikosis, phenotizin (CPZ/HLP)
b) Obat anti depresi, amitriptyline
c) Obat anti ansietas, diazepam, bromozepam, clobozam
d) Obat anti insomnia, phneobarbital
2. Terapi modalitas
a) Terapi keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah klien
dengan memberikan perhatian:
BHSP
Jangan memancing emosi klien
Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga
Anjurkan pada klien untuk mengemukakan masalah yang dialami
Jika klien melakukan kesalahan jangan langsung memvonis
Memberikan kesempatan pada klien dalam mengemukakan pendapat
Hindari penggunaan kata-kata yang menyinggung perasaan klien
Mendengarkan keluhan klien
Membantu memecahkan masalah yang dialami oleh klien
Jika terjadi PK yang dilakukan adalah:
1) Bawa klien ketempat yang tenang dan aman
2) Hindari benda tajam
3) Lakukan fiksasi sementara
4) Rujuk ke pelayanan kesehatan
3. Terapi kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, ketrampilan social atau aktivitas lai
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)

dengan berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan kesadaran klien karena masalah
sebagian orang merupakan perasaan dan tingkah laku pada orang lain.
4. Terapi music
Dengan music klien terhibur, rilek dan bermain untuk mengembalikan kesadaran klien.
Asuhan keperawatan
A.

Pengkajian
Pengkajian perilaku kekerasan merupakan salah satu respon terhadap stressor yang
di hadapi oleh seseorang.Respons ini dapat menimbulkan kerugian baik pada diri sendiri,
orang lain, maupun lingkungan.Melihat dampak dari kerugian yang di timbulkan,
penanganan pasien perilaku kekerasan perlu di lakukan secara tepat dan cepat oleh tenaga
yang professional(Wati, 2010).

10

Kaji Faktor predisposisi dan presipitasi, serta kondisi klien sekarang. Kaji riwayat
keluarga dan masalah yang dihadapi klien.
Jelaskan tanda dan geala klien pada tahap marah, krisis atau perilaku kekerasan, dan
kemungkinan bunuh diri.Muka merah, tergang, pandangan mata tajam, mondar mandir,
memukul, memaksa, irritable, sensitive dan agresif.
Fokus pengkajian pada pasien dengan perilaku kekerasan meliputi :
1. Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan psiritual.
a. Aspek biologis
Respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem syaraf otonom bereaksi
terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, taki kardi, muka
merah, pupil menebal, pengeluaran urine meningkat. Paad gejala yang sama dengan
kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang
terkatuk tangan di kepel, tubuh kaku dan reflek cepat. Hal ini disebabkan oleh energi
yang di keluarkan saat marah bertambah.
b. Aspek emosional
Individu yang marah karena tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel,
frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, ngamuk, bermusuhan dan sakit hati,
menyalahkan dan menuntut.
c. Aspek intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses
intelektual, peran pasca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan lingkungan
yang selanjutnya di olah dalam proses intelaktual sebagai suatu pengalaman.
Perawat perlu mengkaji cara pasien marah, mengidentifikasi penyebab kemarahan
bagai mana informasi di proses, di klarifikasi dan di integrasikan.
d. Aspek social
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep, rasa percaya, dan ketergantungan.
Emosi marah sering merangsang kemarahan orang lain. Klien sering kali
menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku orang lain sehingga orang
lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai
suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan individu sendiri, menjauhkan diri
dari orang lain, menolak mengikuti aturan.
e. Aspek spiritual
Kepercayaan nilai moral mempengaruhi

hubungan

individu

dengan

lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan
kemarahan yang di manifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa.
Dari uraian tersebut jelaslah bahwa perawat perlu mengkaji individu secara
komprehensif meliputi aspek fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual yang
secara singkat dapat dilukiskan sebagai berikut; aspek fisik terdiri dari muka merah,
11

pandangan tajam, napas pendek, dan cepat, berkeringat sakit fisik, penyalahgunaan
zat, tekanan darah meningkat
Aspek emosi: tidak adekuat, tidak aman, debdam, jengkel. Aspek intelektual :
mendominasi bawel , sarkasme, berdebat, meremehkan. Aspek sosial : menarik diri,
penolakan, kekerasan, ejekan, humor.
Perawat perlu memahami dan membedakan berbagai perilaku yang
ditampilkan klien. Hal ini dapat di analisa dariperbandingan berikut
(Yosep, 2011)
Pohon Masalah
Efek

B.
C.

Mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Core Promblem

Perilaku kekerasan

Causal

Harga diri rendah

Diagnosa
1. Perilaku kekerasan
Intervensi
1. TUK 1 Membina hubungan saling percaya
a. Criteria hasil
1) Klien mau membalas salam
2) Klien mau menjabat tangan
3) Klien mau menyebutkan nama
4) Klien mau tersenyumklien mau kontak mata
5) Klien mengetahui nama perawat
6) Menyediakan waktu untuk kontrak
b. Intervensi
1) Beri salam/panggil nama klien
2) Sebutkan nama perawat sambil jabat tangan
3) Jelaskan maksud hubungan interaksi
4) Jelaskan tentang kontrak yang akan di buat
5) Beri rasa aman dan sikap empati
6) Lakukan kontrak singkat tapi sering
c. Rasional
12

1) Hubungan saling percaya merupakan landasan utama untuk hubungan


selanjutnya
2. TUK 2 Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
a. Criteria hasil
1. Klien dapat mengungkapkan perasaannya
2. Klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal (dari diri sendiri,
dari lingkungan/orang lain)
b. Intervensi
1. Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya
2. Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab jengkel/kesal
c. Rasional
1. Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya dapat membantu
mengurangi stress dan penyebab perasaan jengkel/kesal

3. TUK 3 Mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.


a. Criteria hasil
1. Klien dapat mengungkapkan perasaan saat marah/jengkel
2. Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami
b. Intervensi
1. Anjurkan klien mengungkapkan apa yang di alami saat marah/jengkel
2. Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien
3. Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami klien
c. Rasional
1. Untuk mengetahui hal yang dialami dan dirasa saat jengkel
2. Untuk mengetahui tanda-tanda klien jengkel/kesal
3. Menarik kesimpulan bersama klien supaya klien mengetahui secara gari besar
tanda-tanda marah/kesal
4. TUK 4 Mengidentifikasi perilaku kekekerasan yang biasa dilakukan.
a. Criteria hasil
1. Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
2. Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa di lakukan
3. Klien dapat mengetahui cara yang biasa dapat menyesuaikan masalah atau
tidak
b. Intervensi
1. Anjurkan klien untuk mengungkapakan perilaku kekerasan yang biasa di
lakukan klien
2. Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa di
lakukan
3. Bicarakan dengan klien apakah ada cara yang klien lakukan masalahnya selesai
?
c. Rasional
1. Mengekplorasi perasaan klien terhadap perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
13

2. Untuk mengetahui perilaku kekerasan yang biasa di lakukan dan dengan


bantuan perawat bias membedakan perilaku konstruktif dan destruktif
3. Dapat membantu klien dalam menentukan cara yang dapat menyelesaikan
masalah
5. TUK 5 Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
a. Criteria hasil
Klien dapat menjelaskan akaibat dari cara yang di gunakan klien
b. Intervensi
1. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan klien
2. Bersama klien klien menyimpulkan akibat cara yang digunakan oleh klien
c. Rasional
1. Membantu klien untuk menilai perilaku kekerasan yang dilakukan
2. Dengan mengetahui akibat perilaku kekerasan diharapkan klien dapat merubah
perilaku destruktif yang dilakukannya menjadi perilaku yang kontruktif
6. TUK 6 Mengidentifikasi cara kontruktif dalam merospon terhadap kemarahan
a. Criteria hasil
Klien dapat melakukan cara berespon terhadap kemarahan secara konstruktif
b. Intervensi
1. Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat?
2. Berikan pujian jika klien mengetahui cara lain yang sehat
Cara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal/memukul bantal/kasur atau

olah raga atau pekerjaan yang memerlukan tenag


Secara verbal : katakana bahwa anda sedang kesal/tersinggung atau jengkel(
saya kesal ada berkata seperti itu;saya marah karena mama tidak memenuhi

keinginan say
Secara social; lakukan dalam kelompok cara-cara marah yang seha; latihan

ansentif, latihan manajemen perilaku kekerasan


Secara spiritual : anjurkan klien sembahyang, berdoa atau ibadah lain
c. Rasional
1. Agar klien dapat mempelajari cara yang lain yang kontruktif
2. Mengidentifikasi cara yang kontruktif dalam merespon terhadap kemarahan
dapat membantu klien menemukan cara yang baik untuk mengurangi
kejengkelannya sehingga klien tida stress lagi
3. Reinforcement positif dapat memotivasi klien dan meningkatkan harga
dirinyaberdiskusi dengan klien untuk memilih car yang lain yang sesuai dengan
kemampuan klien
7. TUK 7 Dapat mendemostrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan
a. Criteria hasil
1. Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol kekerasan secara :
fisik
a) Fisk 1 : Tarik nafas dalam
b) Fisik 2 : Memukul bantal atau kasur
14

c)
a)
b)
c)

Social/verbal,
Meminta dengan baik
Menolak dengan baik
Mengungkapkan perasaan dengan baik
spiritual

d)
a)
b)
e)

Mengajarkan klien untuk shalat,ibadah


Ucapkan astagfirullah
Berwuduh
Minum Obat : menggunakan prinsip 5 benar
1. benar nama pasien
2. Benar nama obat
3. Benar cara minum obat
4. Benar waktu minum obat
5. Benar dosis obat

b. Intervensi
1. Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien
2. Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih
3. Beri inforcement positif atau keberhasilan klien menstimulasi cara tersebut
4. Anjurkan klien untuk menggukan cara yang telah dipelajari saat jengkel/marah
c. Rasional
1. Memberikan stimulasi kepada klien untuk menilai respon perilaku kekerasan
secara cepat
2. Membantu klien dalam membuat keputusan terhadap cara yang telah dipilihnya
dengan melihat manfaatnya
3. Pujian meningkatkan motiva dan harga diri klien
4. Agar klien dapat melaksanakan cara yang dipilihnya jika ia sedang kesal

STRATEGI PELAKSANAAN ( SP 1 )
RESIKO PERILAKU KEKERASAN
Hari/Tanggal : Selasa 29 Maret 2016
Pertemuan

: ke 2

A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien :
Data Subjektif : Klien mengatakan benci dan kesal pada seseorang
Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang jesal atau marah
Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainya
Data objektif : Mata merah, wajah agak merah
Nada suara tinggi dan keras

15

Bicara menguasai
Ekspresi wajah saat membicarakan orang
2. Diagnosa keperawatan : Resiko Perilaku kekerasan
3. Tujuan :
a) Membina hubungan saling percaya
b) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
c) Klien dapat mengidentifikasi tanda tanda perilaku kekerasan
d) Klien dapat menyebutkan jenis perilaku kekrasan yang biasa di lakukakn
e) Klien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukan
f) Klien dapat menyebutkan/mengontrol perilaku kekerasan secara fisik 1 (tarik
napas dalam)
4. Tindakan :
a) Bina hubungan saling percaya :
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Berjabat tangan
3) Menjelaskan tujuan intervensi
4) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien
b) Diskuskan bersama klien jika terjadi perilaku kekerasan saat ini dan yang lalu
c) Diskusikan bersama klien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan
1) Diskusikan tanda dan gejalah perilaku kekerasan secara fisik
2) Diskusikan tanda dan gejalah perilaku kekerasan secara verbal
3) Diskusikan tanda dan gejalah perilaku kekerasan secara sosial
4) Diskusikan tanda dan gejalah perilaku kekerasan secara spritual
d) Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat
marah :
1) Verbal terhadap diri sendiri
2) Verbal terhadap orang lain
3) Verbal terhadap lingkungan
e) Diskusikan bersama pasien akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukan
f) Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara :
1) fisik 1 ( tarik napas dalam )
B. Strategi pelaksanaan
1. Fase orientasi
a) Salam terapeutik
selamat pagi ibu, perkealkan nama saya nur agni sahran, biasa di panggil akni,
saya perawat dinruangan flamboyan, nama ibu siapa ? biasa di panggil siapa ?
b) Evaluasi validasi
bagaimana perasaan ibu saat pengkajian ?
c) Kontrak
1) Topik : baiklah ibu kita akan bercakap cakap hari ini tentang penyebab
perasaan marah ibu ?
2) Waktu : Berapa lama ibu mau bercakap cakap ? Bagaimana kalau 15 menit ?
Mau jam berapa ibu mau ? ya baiklah kalau jam 10 saja ?
oh,, iya bu mau jam 10 sebanyak 10 menit ya..
16

3) Tempat : tempatnya didalam ruangan ya bu sampai ketemu nanti ketemu,,


Assalamalaikum
2. Fase kerja
Apa yang menyebabkan ibu marah ? bagaimana sebelumnya ibu pernah marah ?
terus apa ? samakah dengan sekarang ? apakah ada penyebab lain yang membuat ibu
marah ?
Pada saat penyebab marah itu ada seperti ibu strees karena pekerjaan atau masalah
uang ( misalnya ini penyebab marah pasien ), apa ibu rasakan ?
Apakah ibu merasakn kesal kemudian dada berdebar debar, mata melotot, rahang
tertutup rapat, dan tangan mengepal ?
Setelah itu apa yang ibu lakukan ? oh i u marah marah, membanting pintu,
memecahkan barang barang, apakah dengan cara itu stress ibu busa hilang ? iya atau
tidak. Apa kerugian cara ibu lakukan tadi ? maukah ibu belajar mengungkapkan
kemarahan tanpa menimbulkan kerugia ?
Ada berapa cara untuk mengontrol kemarahan ibu, salah satunya adalah dengan cara
fisik 1 dan 2. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa marah marah
Ada berapa carah, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu ?
Begini ibu, kalau tanda tanda marah tadi sudah ibu rasakan maka ibu boleh berdiri
dan tarik dari hidung dan perlahan lahan keluarkan lewat mulut seperti mengeluarkan
kemarahan . Ayo ibu teknik ini dilakukan secara berulangulang sampai marahnya
hilang ya bu. Ayomibu coballagi, tarik napas dari hidung, bagus,,, tahan ya perlahn
lahan keluarkan melalui mulut yaa,, bagus kali i u sudah bisa melakukanya.
Bagaimana Perasaanya ?
Nah sebaiknya latihan ini ibu seara rutin, sehingga kita sewaktu waktu rasa marah
itu muncul, ibu sudah terbiasa melakukanya.
3. Fase terminasi
1). Evaluasi subejektif
bagaimana perasaan ibu setelah berbincang bincang tentang mengontrol kemarah
ibu ?
2). Evaluasi objektif
coba sebutkan kembali siap nama saya ? dan apa penyebab dari kemarah ibu. Apa
tanda tanda dari ibu marah, apa yang terjadi setelah ibu marah ? sebutkan cara cara
mengotrol perilaku kekerasan.
3). Rencana tidak lanjud
jika kemarahan itu, tolong ibu praktekan cara yang sudah saya ajarkan, dan
masukan dalam jadwal harian ibu
4. Kontrak yang akan datang
1). Topik : Baiklah ibu pertemuan kita tutup sampai disini, besok saya datang lagi
untuk memastikan apakah ibu sudah bisa latihan mengoontrol marah
denga cara fisik 1
17

2). Waktu : waktunya mau jam berapa ibu ? bagaimana kalau jam 09.00 yaa..
Apa ibu bersedia ?
3). Tempatya : Diruang perawatan ibu saja yaa..
Sampai nanti ya bu, assalamalaiku
DOKUMENTASI KEPERAWATAN

No
1

Hari/
tanggal/jam
Selasa
29/03/2016

Tindakan keperawatan

Evaluasi

1. BHSP
2. Mengidentifikasi
penyebab perilaku
kekerasan
3. Mengidentifikasi tanda
tanda perilaku
kekerasan
4. Menyeutkan jenis jenis
perilaku kekerasan
5. Menyebutkan cara cara
mengontrol perilaku
kekerasan
6. Mengajarkan klien
latihan cara fisik 1
perilaku kekerasan
latihan nafas dalam

S : - Klien mengatakan namanya nur


vina biasa di panggil vina
- klien mangatakan hanya mau
berbicara selama 10 menit
- klien mengatakan mudah marah
jika keinginanaya tidak terpenuhi
- klien sering mengancam ibunya
jika tidak diberi uang
- klien mengatakan hanya rokok
yang membuat perasaanya nyaman
- klien mengatakan setujununtuk
melakuakan cara mengontrol
marah dengan tarik napas dalam
- klien mengatakan mau mengontrol
marah setiap jam 05.00 subuh
ketika bangun, jam 09.00 pagi
kemudian jam 13.00 siang
O : - Pembicaraan agak keras
- Kontak mata +
- Bicara sambil merokok
A : - Klien dapat mengontrol marah
dengan cara fisik 1 tarik napas
dalam.
P : - Perawat : mengajarkan mengontrol
marah secara fisik 2 memukul
bantal dan kasur
- Klien : memasukan jadwal
kegiatan harian tarik napas
dalam setiap jam 05.00 dan 13.00

18

STRATEGI PELAKSANAAN (SP 2)


RESIKO PERLAKU KEKERASAN
Hari/Tanggal : Rabu 30 Maret 2016
Pertemuan

: Ke 3

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Data subyektif :
- Klien mengatakan nurvina, senang dipanggil vina
- Klien mengatakan mudah marah jika keinginannya tidak terpenuhi
- Klien sering mengancam ingin membunuh ibunya jika tidak diberi uang
- Klien mengatakan hanya rokok yang membuat perasaanya nyaman
- Klien mengatakan mau latihan mengontrol marah dengan cara tarik nafas dalam
Data obyektif
-

Suara agak keras


Kontak mata tajam
Bicara sambil merokok

2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perilaku kekerasan
3. Tujuan
Mengontrol marah dengan cara fisik 2 yaitu memukul bantal atau kasur
4. Tindakan
1. Mengevaluasi kembali latihan mengontrol marah dengan cara fisik 1 latihan nafas
dalam
2. Mengajarkan klien cara mengontrol marah dengan cara fisik 2 yaitu memukul bantal/
kasur
B. Strategi Pelaksanaan
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
Assalamualaikum, selamat pagi ibu,,,sesuai dengan janji saya kemarin saya akan
datang lagi pagi ini
b. Evaluasi/validasi
Bagaimana paeasaan ibu hari ini? Adakah hal yang menyebabkan ibu marah?
c. Kontrak
19

Topik : Baiklah sekarang kita akan belajar mengontrol perasaan marah dengan

kegiatan fisik cara ke-2


Waktu : sesuai dengan janji kita akan berbincang-bincang sekitar 15 menit tepat

jam 09.30 yaa bu...


Tempat : tempatnya di ruangan ini yaa ibu.. Sampai ketemu nanti,,,
Assalamualaikum

2. Fase Kerja
Kalau ada yang menyebabkan ibu marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-debar,
mata melotot, selain nafas dalam ibu dapat melakukan pukul bantal atau kasur
Sekarang mari kita latihan memukul bantal/kasur, mana tempat tidur ibu? Jadi nti klu ibu
kesal dan ingin marah, langsung ke tempat tidur lampiaskan kemarahan tersebut dengan
memukul bantal/kasur
Nah...cara inipun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah kemudian jangan
lupa merapikan tempat tidurnya.
3. Fase terminasi
a. Evaluasi subyektif
Bagaimana perasaan ibu setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?
b. Evaluaa isi obyektif
ada berapa cara yang sudah kita latih? Coba ibu sebutkan lagi? Bagus...
c. Rencana tindak lanjut
Nanti kita masukkan ke dalam jadwal kegiatan hari-hari ibu, pukul kasur dan bantal
mau jam berapa? Bagaimana kalau setiap bagun tidur? Baik, jadi jam 05.00 pagi yaa
setiap ibu bangun sholat subuh dan jam 13.00 setelah minum obat siang.
d. Kontrak yang akan datang
Topik : baiklah ibu pertemuan kita cukup sampai disini, besok saya datang lagi untuk
memastikan apakah ibu sudah melakukan latihan mengontrol marah dengan cara fisik
2
Waktu : ibu maunya waktu prakteknya jam berapa ? bagaimana kalau jam 00.09 wita.
Apakah ib u bersedia ?
Tempat : tempatnya seperti biasa yaa diruangan perawatan ibu sendiri. Sampai nanti
ya bu, assalamlaikum

DOKUMENTASI KEPERAWATAN
Hari/ tgl/
jam
Rabu,
30/03/2016

Tindakan keperawatan

Evaluasi

Mengevaluasi kembali
latihan mengontrol
20

S : - Klien mengatakan marah kepada


temanya yang BAB dan tidak

marah fisik 1 : tarik


nafas dalam
Mengajarkan cara
mengontrol marah
dengan cara fisik 2 :
memukul kasur dan
bantal

menyiramnya
- Klien mengatakan marah kepada teman
temanya yang malas
- Klein mengatakan hanya mau bicara
selama 15 menit
- Klien mengatakan minta diajarkan cara
mengontrol marahdengan memukul
bantal dan kasur
- Klien mengatakan jika marah akan
lansung memukul bantal dan kasur
untuk melampiaskan marahnya
O : - Pandangan tajam
- Klien tampak berteriak
- Klien mengungkapkan keluhanya
kepada perawat
- Klien menjawap pertanyaan perawata
dengan suara keras
A : Klien dapat mengontrol marah dengan
cara fisik 2 : memukul bantal dan kasur
P : Perawat :- Mengajarkan cara
mengontrol marah dengan
cara verbal
- Menganjurkan klien
memasukan dalam jadwal
harian
Klien : Memasukan dalam jadwal harian
pukul bantal dan kasur setiap
jam 009.00 s/d 13.00, 19.00

STRATEGI PELAKSANAAN 3
PERILAKU KEKERASAN
21

Hari/Tanggal : Kamis 31 Maret 2016


Pertemuan

: ke 4

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Data subyektif
- Klien mengatakan marah kepada temannya yang BAB karena tidak menyiramnya
- Klien mengatakan marahi teman-temannya yang malas
- Klien minta diajarkan cara mengontrol marah dengn memukul kasur/bantal
- Klien mengatakan nanti jika marah klien akan langsung memukul kasur/bantal untuk
-

melampiaskan marahnya.
Pandangan tajam, klien Nampak berteriak, klien menggungkapkan keluhannya pada
perawat, klien menjawab pertanyaan dengan benar

2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perilaku kekerasan
3. Tujuan
Mengontrol rasa marah dengan cara latihan verbal diantaranya :
- Meminta dengan baik
- Menolk dengan baik
- Mengungkapkan perasaan dengan baik
4. Tindakan
1. Mengevaluasi kembali jadwal harian cara mengontrol dua cara fisik
2. Mengontrol rasa marah dengan cara latihan secara verbal, diantaranya:
- Meminta dengan baik
- Menolak dengan baik
- Mengungkapkan perasaan dengan baik
B. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
assalamualaikum ibu vina,, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita
ketemu lagi
b. Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan ibu hari ini? Bagaimana ibu apakah sudah melakukan latihan
nafas dalam dan pukul kasur/bantal?? Apa yang dirasakan setelah melakukn latihan
secara teratur??
c. Kontrak
- Topik : bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah
marah??

22

Tempat : dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana klu ditempat

yang sama??
Waktu : berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15
menit?
Sampai ketemu nanti yaa bu,,,

2. Fase Kerja
sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah, kalau marah sudah
disalurkan melalui tehnik nafas dalam atau pukul kasur/bantal, dan sudah legah maka
kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada 3 cara ibu.
1. Meminta dengan baik tanpa marah dengnn nada suar yang rendah serta tidak
menggunakan kata-kata kasar. Kemarin ibu bilang penyebab marahnya karena
tidak diberi uang oleh ibu saat meminta. Coba minta dengan baik : Bu..saya perlu
uang untuk membeli rokok Nanti bisa dicoba disini untuk meminta baju, minta
obat dan lain-lain. Coba ibu praktekkan, bagus bu..
2. Menolak dengan baik, bila ada yang meminta dan ibu tdak ingin melakukannya
karena sedang ada kegiatan,. Coba ibu praktekkan!!! Bagus
3. Mengungkapkkan perasaan kesa, jika diperlakukan orang lain membuat kesal ibu
dapat mengatakan : saja jadi ingn marah karena perkataanmu itu. Coba
praktekkan!!! Bagus.
3. Fase Terminasi
1. Evaluasi
a. Evaluasi subyektif
Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol
marah dengn bicara yang dekat??
b. Evaluasi obyektif
Coba ibu sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari
Bagus sekalii, sekarang mari kita masukkan kedalam jadwal. Berapa kali sehari
ibu mau latihan bicara dengan baik?? Bisa kita buat jadwalnya??
2. Rencana tindak lanjut
Nanti kita akan bicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah ibu yaitu dengan cara
ibadah, ibu setuju?? Mau dinama ibu? Disini lagi? Baik sampai nanti yaa,,,,
3. Kontrak
-

Topik : baiklah ibu pertemuan kali ini cukup sampai disini. Besok saya akan datang

memastikan lagi apakah ibu sudah bisa mengontol marah dengan cara fisik 1 dan 2
Waktu : ibu maunya praktekkan jam berapa? Bagaimana kalau jam 09.00lagi yaa ibu,,
apakah ibu bersedia??

23

Tempat : tempatnya seperti biasa tetap diruang perawatan ibu. Sampai nanti
yaaAssalamualaikum

DOKUMENTASI KEPERAWATAN
Hari/tgl/Jam
Jumat
01 April
2016
09.00

Tindakan keperawatan
Evaluasi
S
:
Klien
mengatakan
sudah latihan
Mengevaluasi kembali
jadwal harian klien cara
mengontrol

marah

dengan cara 2 fisik :


tarik nafas dalam dan
memukul
bantal
Mengajarkan

kasur

dan
cara
24

memukul bantal dan kasur di


kamar jam 05.00 subuh
- Klien mengatakan setiap jam
09.00 pagi dia akan latihan
- Klien mengtakan meminta sesuatu
tidak perlu marah marah tapi
klien harus bicara dengan suara

mengontrol

marah

dengan sosial verbal :


- Meminta dengan baik
- Menolak dengan baik
- Mengungkapkan
perasaan dengan baik

yang pelan dan sopan


- Klien mengatakan jika ada yang
menyuruhnya dan klien tidak
mau klien harus menolaknya
dengan baik
- Klien mengatakan jikan kesal
kepada temanya klien harus
mengungkapkan

perasaanya

dengan baik
O : - Klien kooperatif
- Klien terlihat tenang
A : Klien dapat mengontrol marah
dengan cara sisoal verbal
P : Perawat : mengajarkan

cara

mengontrol marah dengan cara


spritual

astagfirullahalazim,

mengucapkan
berwudhu,

beribadah atau shalat 5 waktu


Klien : memasukan jadwal
harian cara mengontrol marah
secara sosial verbal kedalam
catatan harian
STRATEGI PELAKSANAAN 4
RESIKO PERILAKU KEKERASAN
Hari/tanggal: Sabtu 02 April 2016
Pertemuan : Ke 6
A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
Data subyektif :
- Klien mengatakan sudah latih memukul bantal di kamar jam 05.00 wita
- Klien mengatakan setiap jam 09.00 wita pagi dia akan latihan
- Klien mengatakan kalau dia meminta sesuatu tidak perlu marah-marah tapi klien
-

harus berbicara dengan suara pelan dan sopan


Klien mengatakan jika ada yang menyuruhnya klien harus menolak dengan baik
Klien mengatakan jika kesal pada temannya klien harus mengungkapkan dengan
baik

Data obyektif :
25

- Klien kooperatif
- Klien Nampak tenang
- Klien memasukan kedalam jadwal harian
2. Diagnose keperawatan : Resiko perilaku kekerasan
3. Tujuan :
a. Mengontrol marah dengan cara spiritual
1) Mengucapkan istigfar (astagfirullah)
2) Berwuduh
3) Berdoa sesuai keyakinan masing-masing (shalat)
4. Tindakan
a. Mengevaluasi kembali jadwal harian klien dengan cara mengontrol marah dengan
cara 2 fisik dan secara social/verbal
b. Mengontrol marah denagn cara spiritual
1) Mengucapkan istigfar
2) Mengambil wuduh
3) Berdoa sesuai keyakinan masing-masing dan shalat 5 waktu
B. Stategi pelaksanaan
1. Fase orientasi
a) Salam terapeutik
assalamu allaikum selamat pagi ibu, sesuai dengan janji saya kemarin saya dating
lagi
b) Evaluasi/validasi
bagaimana perasaan ibu hari ini? Latihan apa yang sudah dilakukan ? apa yang
dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur ? bagus sekali, bagaimana rasa
marahnya?
c) Kontrak
1) Topic
bagaimana kalau hari ini kita latihan cara lain untuk mencegah marah yaitu
dengan cara spiritual yaitu berdoa dan shalat
2) Waktu
berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit ?
3) Tempat
dimana enaknya kita berbincang-bincang ? bagaimana kalau di tempat tidur
ibu ?
2. Fase kerja
Coba ceritakan kegiatan ibadah yang bisa ibu lakukan ? Bagus. Baik mana yang mau
ibu coba ?
Nah, kalau ibu sedang marah cobah ibu langsung duduk dan tarik nafas dalam jika
tidak redah juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air
wuduh dan shalat.
Coba ibu sebutkan sahalt 5 waktu ? bagus mau coba yang mana ? coba swbutkan
caranya (untuk umat muslim), iya bagus,,,
3. Fase terminasi
26

a. Evaluasi
1. Evaluasi subyektif : bagaimana ibu perasaannya setelah kita bercakap-cakap
tentang cara yang ke empat ini ?
2. Evaluasi obyektif : coba ibu sebutkan lagi cara ibadah yang dapat ibu lakukan
bila ibu merasa marah ?
b. Rencana tindak lanjut
Setelah ini coba lakukan jadwal shalat sesuai jadwal yang telah kita buat tadi
Besok kita ketemu lagi yaa ibu, nanti kita bicarakan yang ketika mengontrol rasa
marah yaitu dengan patuh minum obat.
4. Kontrak
a. Topik
Baiklah ibu sampai disini pertemuan kita hari ini. Besok kita akan membicarakan
cara penggunaan obat yang benar untuk mengontrol rasa marah ibu, setuju ibu? Iya
bagus
b. Waktu
Waktunya ibu mau berapa lama ? bagaimana kalau 20 menit lagi yaa
c. Tempat
Tempat seperti biasa disini saja yaa bu.

DOKUMENTASI KEPERAWATAN

27

Hari/Tanggal
Tindakan keperawatan
Evaluasi
Jam
Sabtu, 02-04- 1. mengevalusi kembali jadwal S : - klien mengatakan sudah latihan
2016

harian klien
2.Melatih mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara spritual

menyampaikan sesuatu yang


baik pada temanya
- Klien mengatakan

sudah

latihan fisik 1 dan 2 secara


-

sosial verbal jam 09.00 pagi


Klien mengatakan suah shalat

magrib kemarin
O : - Klien kooperatif
- Klien terlihat tenang
- Kontak mata baik
A: Mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara spritual tercapai
P: Perawat : lanjutkan cara mengontrol
marah dengan cara minum
obat dengan cara 5 benar
Klien:Memasukkan latihan
mengontrol

marah

secara

spritual kedalam jadwal harian

STRATEGI PELAKSANAAN 5
RESIKO PERILAKU KEKERASAN
Hari/tanggal: Senin 04 April 2016
Pertemuan : Ke 7
28

A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
Data subyektif :
- Klien mengatakan sudah menyiapkan sesuatau yang baik pada temannya
- Klien mengatakan sudah latihan fisik 1 dan 2, secara social verbal jam 09.00 wita
- Klien mengatakan kemarin klien shalat magrib
Data obyektif :
- Klien kooperatif
- Kontak mata baik
- Klien selalu melihat catatan jadwal hariannya
2. Diagnosa keperawatan : Resiko perilaku kekerasan
3. Tujuan :
a. Melatih klien mengontrol perilaku kekersan dengan cara minum obat dengan prinsip
5 benar obat
b. Menganjurkan klien memasukan kedalam jadwal kegiatan harian
B. Stategi pelaksanaan
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
Assalamu allaikum selamat pagi ibu, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita
bertemu lagi
b. Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan ibu, sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam,pukul kasur
bantal, bicara yang baik serta shalat ? bagus seklai ib.. apa yang dirasakan setelah
melakukan latihan secara teratur ? coba kita lihat kegiatannya
c. Kontrak
1. Topik
Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat
yang benar untuk mengontrol rasa marah?
2. Waktu
Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit ?
4) Tempat
Dimana enaknya kita berbincang-bincang ? bagaimana kalau di tempat tidur
ibu ?
2. Fase kerja
Ibu sudah dapat obat dari dokter ?
Berapa macam obat yang ibu minum? Warnanya apa-apa saja ? bagus,,,
Jam berapa ibu minum obat? Bagus
Obatnya ada tiga macam ibu, yaitu warna orange namanya cpz gunanya agar pikiran
tenang, yang putih namanya THP agar rileks, dan yang merah jambu namanya HLP
agar pikiran teratur dan rasa marah berkurang. Semuanya ini harus ibu minum 3x sehari
yaitu jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam
3. Fase terminasi
a. Evaluasi
29

1) Evaluasi subyektif : bagaimana perasaannya ibu setelah bercakap-cakap tentang


cara minum obat yang benar ?
2) Evaluasi obyektif : coba ibu sebutkan lagi jenis obat yang ibu minum ? bagaiman
cara minum obat yang benar?
b. Rencana tindak lanjut
Baik ibu, hari senin kita ketemu lagi untuk melihat sejauh mana ibu melaksanakan
kegiatan dan sejauh mana dapat mencegah rasa marah.
c. Kontrak
1) Topik
Baiklah ibu sampai disini pertemuan kita hari ini. Hari senin kita latihan lagi
mengontrol marah dari awal yaa, kita mengevaluasi kembalu semua materi yang
ibu pelajari.
2) Waktu
Waktunya ibu mau berapa lama ? bagaimana kalau 20 menit lagi yaa
3) Tempat
Tempat seperti biasa disini saja yaa bu.

CATATAN PERKEMBANGAN
No
1.

Hari/tanggal/jam
Senin 04/04/2016
10.00 pagi

Implementasi
Evaluasi
3. Mengevaluasi
jadwal S :
- klien mengatakan lupa nama
kegiatan harian klien
4. Melatih
klien
obat
- klien mengatakan lupa fungsi
mengontrol
perilaku
obatnya
kekerasan dengan cara
- klien mengatakan seharian
minum obat dengan
dia tidur.
prinsip 5 benar obat
O:
yaitu
- kontak mata baik
- benar nama pasien
- klien kooperatif
- benar nama obat
- klien bersedia belajar
- benar cara minum
kembali mengenai fungsi
obat
- benar waktu minum
nama obatnya
obat
A : melatih klien mengontrol
- benar dosis obat
perilaku kekerasan dengan
5. menganjurkan
klien
cara minum obat dengan
memasukan
kedalam
prinsip lima benar obat ,
jadwal kegiatan harian
30

klien

di ulang kembali beasok


P P: mengulang kembali melatih
klien

mengontrol

perilaku

kekerasan

dengan cara minum obat


denagn prinsip 5 benar
obat.
K:

motivasi

klien

belajar

untuk
perilaku

kekerasan dengan cara


minum

obat

dengan

prinsip 5 benar akan di


ulang besok hari.
BAB III
PENUTUPAN
3.1.

KESIMPULAN
Perilaku kekerasan atau tindak kekerasan merupakan ungkapan perasaan marah dan
bermusuhan sebagai respon terhadap kecemasan/kebutuhan yang tidak terpenuhi yang
mengakibatkan hilangnya kontrol diri dimana individu bisa berperilaku menyerang atau
melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain dan
lingkungan

3.2.

SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas saran yang dapat kami buat yaitu untuk lebih
memperdalam lagi tentang asuhan keperawatan dengan resiko perilaku kekerasan dan
perilaku kekerasan karena dalam makalah kami tentunya masih banyak kekurangannya.

31

DAFTAR PUSTAKA

Direja, A. H. (2011). Buku ajar keperawatan jiwa. Yogyakarta: Nuha medika.


Keliat, B. A. (2012). Keperawatan kesehatan jiwa komunitas. jakarta: EGC.
Keliat, B. A. (2012). Model praktik keperawatan profesional jiwa. jakarta: EGC.
Wati, F. K. (2010). Buku ajar keperawatan jiwa. jakarta: Salemba Medika.
Yosep, I. (2011). Keperawatan Jiwa. jakarta: revita aditama.

32

Anda mungkin juga menyukai