Anda di halaman 1dari 5

Langkah- Langkah Pelaksanaan Kegiatan Penyelidikan Epidemiologi:

1. Setelah menemukan/menerima laporan adanya penderita DBD, petugas


Puskesmas/ Koordinator DBD segera mencatat dalam Buku catatan Harian
Penderita DBD.
2. Menyiapkan peralatan survei, seperti: tensimeter, termometer, senter, formulir
PE, dan surat tugas.
3. Memberitahukan kepada Kades/Lurah dan Ketua RW/RT setempat bahwa di
wilayahnya ada penderita DBD dan akan dilaksanakan PE.
4. Masyarakat di lokasi tempat tinggal penderita membantu kelancaran
pelaksanaan PE.
5. Pelaksanaan PE sebagai berikut:
a. Petugas Puskesmas memperkenalkan diri dan selanjutnya melakukan
wawancara dengan keluarga, untuk mengetahui ada tidaknya penderita
DBD lainnya (sudah ada konfirmasi dari rumah sakit atau unit
pelayanan kesehatan lainnya), dan penderita demam saat itu dalam
kurun waktu 1 minggu sebelumnya.
b. Bila ditemukan penderita demam tanpa sebab yang jelas, dilakukan
pemeriksaan kulit (petekie), dan uji torniquet.
c. Melakukan pemeriksaan jentik pada tempat penampungan air (TPA)
dan tempat-tempat lain yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan
nyamuk Aedes aegypti baik di dalam maupun di luar rumah/bangunan.
d. Kegiatan PE dilakukan dalam radius 100 meter dari lokasi tempat
tinggal penderita.
e. Bila penderita adalah siswa sekolah dan pekerja, maka PE selain
dilakukan di rumah PE juga dilakukan di sekolah/tempat kerja
penderita oleh puskesmas setempat.
f. Hasil pemeriksaan adanya penderita DBD lainnya dan hasil
pemeriksaan terhadap penderita demam (tersangka DBD) dan
pemeriksaan jentik dicatat dalam formulir PE ( lampiran 1)
g. Hasil PE segera dilaporkan kepada kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, untuk tindak lanjut lapangan dikoordinasikan dengan
Kades/Lurah ( lampiran 2)
h. Bila hasil PE positif (Ditemukan 1 atau lebih penderita DBD lainnya
dan/atau 3 orang tersangka DBD, dan ditemukan jentik (5%),

dilakukan penanggulangan fokus (Fogging, Penyuluhan, PSN dan


Larvasidasi selektif), sedangkan bila negatif dilakukan Penyuluhan,
PSN dan Larvasidasi selektif.
Depkes RI, 2007, Penemuan dan Tatalaksana Penderita Demam Berdarah Dengue,
Jakarta: Depkes RI.

Pengertian Kerja Sama Lintas Program


Kerja sama lintas program merupakan kerja sama yang dilakukan antara
beberapa program dalam bidang yang sama untuk mencapai tujuan yang sama. Kerja
sama lintas program yang diterapkan di puskesmas berarti melibatkan beberapa
program terkait yang ada di puskesmas. Tujuan khusus kerja sama lintas program

adalah untuk menggalang kerja sama dalam tim dan selanjutnya menggalang kerja
sama lintas sektoral.
Hanya ditugaskan kepada salah satu instansi /departemen yang bersangkutan
saja secara khusus melaksanakan kegiatan tersebut untuk mencapai suatau tujuan
tertentu.
Contohnya: kerjasama antara KIA dan laboratorium.
Sedangkan tujuannya:
1.
2.
3.
4.

Adanya system manajemen sederhana dengan cara kerjasama antar staff.


Terciptanya semangat kerjasama dalam satu tim
Adanya intervensi hasil kegiatan
Adanya pembagian tugas yang terpadu dan menentukan daerah binaan

/pelayanan terpadu dan menentukan daerah binaan


5. Tersusunnya rencana kerja harian untuk bulan yang akan dating
Keterpaduan lintas program Keterpaduan lintas program adalah upaya
memadukan penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan yang menjadi tanggung
jawab puskesmas, antara lain:
1. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS): keterpaduan KIA dengan P2M,
gizi, promosi kesehatan, pengobatan.
2. Upaya Kesehatan Sekolah (UKS): keterpaduan kesehatan lingkungan dengan
promosi kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi, kesehatan reproduksi remaja
dan kesehatan jiwa.
3. Puskesmas keliling: keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB, gizi, promosi
kesehatan, kesehatan gigi.
4. Posyandu:keterpaduan KIA dengan KB, gizi, P2M, kesehatan jiwa, promosi
kesehatan,

Pengertian Lintas Sektor


Kerja sama lintas sektor melibatkan dinas dan orang- orang di luar
sektor kesehatan yang merupakan usaha bersama mempengaruhi faktor yang
secara langsung atau tidak langsung terhadap kesehatan manusia. Kerja sama

tidak

hanya

dalam

proposal

pengesahan,

tetapi

juga

ikkut

serta

mendefinisikan masalah, prioritas kebutuhan, pengumpulan, dan interpretasi


informasi serta mengevaluasi. Lintas sektor kesehatan merupakan hubungan
yang dikenali antara bagian atau bagian-bagian dari sektor yang berbeda,
dibentuk utnuk mengambil tindakan pada suatu masalah agar hasil yang
tercapai dengan cara yang lebih efektif, berkelanjutan atau efisien disbanding
sektor kesehatan bertindak sendiri (WHO 1998). Prinsip kerja sama lintas
sektor melalui pertalian dengan program di dalam dan di luar sektor kesehatan
untuk mencapai kesadaran yang lebih besar terhadap konsekuensi kesehatan
dari keputusan kebijakan dan praktek organisasi sektor-sektor yang berbeda.

Contoh kerja sama lintas sektor yang dilakukan, yaitu :

Dinas pendidikan merupakan sektor yang membawahi sekolah karena


UKS merupakan bagian langsung dari pihak sekolah.

Pihak orang tua berperan pentng dalam kerja sama lintas sektor. Contoh
kerja sama yang dilakukan adalah setiap tahun imunisasi dilakukan pada
bulan november yang dikenal sebagai bulan imunisasi anak sekolah
(BIAS). Orang tua harus berpartisipasi aktif untuk kelancaran program
BIAS.

Komite sekolah berperan memberikan dukungan fasilitas untuk programprogram UKS.

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dapat melakukan kerja sama


dengan UKS. Terdapat banyak LSM yang bergerak di bidang pencegahan
penyalahagunaan NAPZA dan remaja. LSM dapat memberikan
penyuluhan kepada sekolah-sekolah melalui kegiatan UKS.

Coorporate atau perusahaan-perusahaan yang berada di sekitar


lingkungan sekolah dapat memberikan kontribusi berupa donator ataupun
pemberian sumbangsih fasilitas, karena setiap perusahaan sering

mempunyai

dana

untuk

pengembangan

masyarakat

(community

development)

Dinas Kebersihan dapat melakukan kerja sama dengan pihak sekolah


untuk pengelolaan sampah atau limbah dari sekolah.

Institusi pendidikan, dalam hal ini universitas dapat memberikan


kontribusi untuk kegiatan UKS seperti memberikan penyuluhan tentang
psikolog pendidikan dan masalah belajar.

Bidang hukum juga menjadi sektor yang bisa bekerja sama dengan UKS
dalam

hal

penyampaian

informasi

pemberantasan

NAPZA dan

keselamatan berlalu lintas untuk musrid-murid sekolah


Abdurrahmat Fathoni, 2006, Organisasi dan Manajemen SDM, Jakarta: PT Rineka
Cipta.

Anda mungkin juga menyukai