Anda di halaman 1dari 4

TUJUAN PELAYANAN DOKTER KELUARGA

Tujuan pelayanan dokter keluarga mencakup bidang yang amat luas sekali. Jika
disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas dua macam :
1. Tujuan Umum
Tujuan umum pelayanan dokter keluarga adalah sama dengan
tujuan pelayanan kedokteran dan atau pelayanan kesehatan pada
umumnya, yakni terwujudnya keadaan sehat bagi setiap anggota keluarga.
2. Tujuan Khusus
Sedangkan tujuan khusus pelayanan dokter keluarga dapat
dibedakan atas dua macam :
a. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang
lebih efektif. Dibandingkan dengan pelayanan kedokteran lainnya,
pelayanan dokter keluarga memang lebih efektif. Ini disebabkan
karena dalam menangani suatu masalah kesehatan, perhatian tidak
hanya ditujukan pada keluhan yang disampaikan saja, tetapi pada
pasien sebagai manusia seutuhnya, dan bahkan sebagai bagian dari
anggota keluarga dengan lingkungannya masing-masing. Dengan
diperhatikannya berbagai faktor yang seperti ini, maka pengelolaan
suatu masalah kesehatan akan dapat dilakukan secara sempurna
dan karena itu penyelesaian suatu masalah kesehatan akan dapat
pula diharapkan lebih memuaskan.
b. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang
lebih efisien. Dibandingkan dengan pelayanan kedokteran lainnya,
pelayanan dokter keluarga juga lebih mengutamakan pelayanan
pencegahan penyakit serta diselenggarakan secara menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan. Dengan diutamakannya pelayanan
pencegahan penyakit, maka berarti angka jatuh sakit akan
menurun, yang apabila dapat dipertahankan, pada gilirannya akan
berperan besar dalam menurunkan biaya kesehatan. Hal yang sama
juga ditemukan pada pelayanan yang menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan. Karena salah satu keuntungan dari pelayanan
yang seperti ini ialah dapat dihindarkannya tindakan dan atau
pemeriksaan

kedokteran

yang

berulang-ulang,

yang

besar

peranannya dalam mencegah penghamburan dana kesehatan yang


jumlahnya telah diketahui selalu bersifat terbatas.
MANFAAT PELAYANAN DOKTER KELUARGA
Apabila pelayanan dokter keluarga dapat diselenggarakan dengan baik,
akan banyak manfaat yang diperoleh. Manfaat yang dimaksud antara lain adalah:
1. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit sebagai manusia
seutuhnya, bukan hanya terhadap keluhan yang disampaikan.
2. Akan dapat diselenggarakan pelayanan pencegahan penyakit dan dijamin
kesinambungan pelayanan kesehatan.
3. Apabila dibutuhkan pelayanan spesialis, pengaturannya akan lebih baik dan
terarah, terutama ditengah-tengah kompleksitas pelayanan kesehatan saat
ini.
4. Akan dapat diselenggarakan pelayanan kesehatan yang terpadu sehingga
penanganan suatu masalah kesehatan tidak menimbulkan berbagai masalah
lainnya.
5. Jika seluruh anggota keluarga ikut serta dalam pelayanan, maka segala
keterangan tentang keluarga tersebut, baik keterangan kesehatan dan
ataupun keterangan keadaan sosial dapat dimanfaatkan dalam menangani
masalah kesehatan yang sedang dihadapi.
6. Akan dapat diperhitungkan berbagai faktor yang mempengaruhi timbulnya
penyakit, termasuk faktor sosial dan psikologis.
7. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit dengan tata cara
yang lebih sederhana dan tidak begitu mahal dan karena itu akan
meringankan biaya kesehatan.
8. Akan dapat dicegah pemakaian berbagai peralatan kedokteran canggih yang
memberatkan biaya kesehatan.
Azwar, Azrul. 1995. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga. IDI : Jakarta

Diagnosis holistik

Holistik

yakni

memandang

manusia

sebagai

mahkluk

biopsikososial

padaekosistemnya. Manusia terdiri dari komponen organ, nutrisi, kejiwaan dan


perilaku.Diagnosa holistik adalah tata cara diagnosa yang memperhatikan
berbagai aspek yangdimungkinkan menyebabkan penyakit pada pasien yang
bersangkutan.
Diagnosis Holistik : kegiatan untuk mengidentifikasikan dan menentukan dasar
dan penyebab ( disease ), luka (injury), serta kegawatan yang diperoleh dari
keluhanriwayat penyakit pasien, pemeriksaan penunjang dan penilaian internal
dan eksternaldalam kehidupan pasien dan keluarganya.
Holistik merupakan salah satu konsep yang meliputi dimensi personal,
fisik, psikologi, sosial, dan spiritual dalam penanggulangan dan pencegahan
penyakit. bergantung pada apa yang sedang terjadi secara fisik pada tubuh
seseorang, tetapi juga terkait dengan kondisi psikologi, emosi, sosial, spiritual,
dan lingkungan.

Tujuan Diagnostik holistik :


1.
2.
3.
4.

Penyembuhan penyakit dengan pengobatan yang tepat.


Hilangnya keluhan yang dirasakan pasien.
Pembatasan kecacatan lanjut.
Penyelesaian pemicu dalam keluarga (masalah

5.
6.
7.
8.

kehidupannya).
Jangka waktu pengobatan pendek.
Tercapainya percepatan perbaikan fungsi social.
Terproteksi dari resiko yang ditemukan.
Terwujudnya partisipasi keluarga dalam penyelesaian masalah

sosial

dalam

Diagnosa secara holistik sangat penting dilakukan sebelum melakukan


terapi,tujuannya yakni
1. Menentukan kedalaman letak penyakit.
2. Menentukan kekuatan serangan pathogen penyakit.
3. Menentukan kekuatan daya tahan tubuh yang meliputi kekuatan fungsi
organ.
4. Menentukan urutan tatacara terapi dan teknik terapi yang akan dipilihnya/
5. Menentukan interfal kunjungan terapi.

Proses dan Kunci keberhasilan diagnosis holisticDiagnosis Holistik memiliki


standar dasar pelaksanaan yaitu :
1. Membentuk

hubungan

interpersonal

antar

petugas

administrasi

(penerimaan, pencatatan biodata) dengan pasien,


2. Membentuk hubungan interpersonal antara paramedis dengan pasien.
Melakukan pemeriksaan sarinagn (Triage), data diisikan dengan lembaran
3.
4.
5.
6.

penyaring.
Membentuk hubungan interpersonal anatara dokter dengan pasien.
Melakukan anamnesis.
Melakukan pemeriksaan fisik.
Penentuan derajat keparahan penyakit berdasarkan gejala, komplikasi,

prognosis,dan kemungkinan untuk dilakukan intervensi.


7. Menentukan resiko individual diagnosis klinis sangat dipengaruhi
faktor individual termasuk perilaku pasien.
8. Menentukan pemicu psikososial dari pekerjaan maupun komunitas
kehidupan pasien9.
9. Menilai aspek fungsi social
Diagnosis holistik terdiri dari :
1.
2.
3.
4.

Keluhan utama, ketakutan, harapan, dan persepsi kesehatan.


Diagnosis klinis dan diagnosis diferensial.
Perilaku dan persepsi kesehatan (faktor confounding/risiko internal).
Masalah ekonomi dan psikososial keluarga, faktor lingkungan dan

pekerjaan(faktor determinan/ faktor resiko eksternal).


5. Derajat fungsi sosial.

Suma mur, P.K., 2004, Penyelenggaraan Kecacatan Kerja , Di dalam : Makalah


padaSerasehan Penyelenggaraan Penilaian Kecacatan Kerja, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai