Anda di halaman 1dari 9

2.

1 ANATOMI
Kelenjar tiroid merupakan salah satu bagian dari sistem endokrin. Kelenjar
tiroid terletak di leher depan, terdiri atas dua lobus, yang dihubungkan oleh ismus
yang menutupi cincin trakea 2 dan 3. Kapsul fibrosa menggantungkan kelenjar ini
pada fasia pratrakea sehingga pada setiap gerakan menelan selalu diikuti dengan
gerakan terangkatnya kelenjar tiroid ke arah kranial, yang merupakan ciri khas
kelenjar tiroid.2
Setiap lobus tiroid berukuran panjang 2,5-4 cm, lebar 1,5-2 cm dan tebal
1-1,5 cm. Berat kelenjar tiroid dipengaruhi oleh berat badan dan masukan iodium.
Pada orang dewasa beratnya berkisar antara 10-20 gram.2

Gambar 1: Kelenjar tiroid dan struktur disekitarnya


Sumber : Sobotta Atlas antomi manusia

Kelenjar tiroid merupakan organ yang kaya akan vaskularisasi, berasal dari
a. Tiroidea superior kanan dan kiri merupakan cabang dari a. Carotis eksterna, dan
a. Tiroidea inferior kanan dan kiri dari a. Subklavia, dan a. Tiroidea ima yang
berasal dari a. Brakiosefalik salah satu cabang dari arkus aorta. Sistem vena
berasal dari pleksus perifolikular yang menyatu dipermukaan membentuk vena
tiroidea superior, lateral dan inferior. Aliran darah ke kelenjar tiroid diperkirakan
5ml/gram. Pembuluh getah bening kelenjar tiroid berhubungan secara bebas
dengan pleksus trakealis. Selanjutnya dari pleksus ini ke arah nodus pralaring
yang tepat berada diatas ismus menuju ke kelenjar getah bening brakiosefalik dan
sebagian ada yang langsung ke duktus torasikus. Persarafan kelenjar tiroid berasal
dari ganglion cervivalis superior, media dan inferior. Saraf-saraf ini mencapai
glandula tiroid melalui n. Cardiacus, n. Laryngeus superior dan n. Laryngeus
inferior. Terdapat dua saraf yang mempersarafi laring dengan pita suara yaitu n.
Rekurens dan cabang dari n. Laryngeus superior.2,3

Gambar 2 : Anatomi kelenjar tiroid tampak depan dan potongan melintang


Sumber : Schwartzs principles Of Surgery
Dari sudut histologis, kelenjar tiroid terdiri dari nodula-nodula yang
tersusun dari folikel-folikel kecil yang dipisahkan satu dengan yang lainnya oleh
suatu jaringan penyambung. Folikel-folikel tiroid dibatasi oleh epitel kubis dan
lumennya terisi koloid. Sel-sel epitel folikel merupakan tempat sintesis hormon
tiroid dan mengaktifkan pelepasannya ke dalam sirkulasi. Dua hormon utama
yang dihasilkan folikel-folikel hormon tiroid adalah tiroksin (T4) dan
triyodotironin (T3). Kelenjar tiroid juga memiliki memiliki sel C (Parafolikular)
yang terdapat pada dasar folikel yang berhubungan dengan membran folikel. Sel
C ini mensekresi kalsitonin.2,3

Gambar 3 : Histologi normal kelenjar tiroid


Sumber : Schwartzs principles Of Surgery

2.2 FISIOLOGI
Fungsi kelenjar tiroid adalah menghasilkan hormon tiroid (T3 dan T4), selain
itu juga menghasilkan kalsitonin yang berfungsi mengatur kalsium dalam darah.
Fungsi tiroid ini diatur dan dikontrol olehglikoprotein hipofisis TSH (tirotropin)
yang diatur pula oleh hormon dari hipotalamus yaitu TRH. Tiroksin menunjukkan
umpan balik negatif dari sekresi TSH dengan bekerja langsung pada tirotropin
hipofisis.1
Biosintesis hormon tiroid merupakan suatu urutan proses yang diatur oleh
enzim-enzim tertentu. Prosesnya sebagai berikut :2,4
- Penangkapan iodide
Penangkapan iodide oleh sel-sel folikel tiroid merupakan suatu proses
aktif yang membutuhkan energi, yang didapatkan dari metabolisme aktif
dalam kelenjar. Iodide yang tersedia sebagai bahan baku berasal dari
makanan, air, iodide yang dilepaskan pada de-iodinasi hormon tiroid. Tiroid
mengambil dan mengkonsentrasikannya hingga 30-40 kali kadarnya dalam
-

plasma.
Oksidasi iodide menjadi iodium
4

Proses ini dikatalisir oleh enzim iodide peroksidase.


Organifikasi iodium menjadi mono-iodotirosin dan di-iodotirosin.
Pada proses ini iodium digabungkan dengan molekul tirosin sehingga

menjadi MIT dan DIT. Proses ini terjadi pada interfase sel koloid.
Proses penggabungan prekursor yang teriodinasi, dan
Penyimpanan.

EFEK METABOLIK DAN FISIOLOGIK HORMON TIROID


Hormon tiroid diperlukan oleh hampir semua proses tubuh termasuk proses
metabolisme,

sehingga

perubahan

hipertiroidisme

atau

hipotiroidisme

berpengaruh atas berbagai proses.2


Efek metabolik, sebagai berikut :2
Termoregulasi dan kalorigenik

Metabolisme protein, dalam dosis fisiologik kerjanya bersifat anabolik,

tetapi dalam dosis besar bersifat katabolik.


Metabolisme karbohidrat, bersifat diabetogenik karena resopsi intestinal
meningkat, cadangan glikogen hati menipis demikian pula glikogen otot

menipis dan degradasi insulin meningkat.


Metabolisme lemak, pada hiperfungsi tiroid maka kolesterol rendah, dan

sebaliknya pada hipotiroidisme.


Konversi provitamin A menjadi vitamin A di hati.
Lain-lain : gangguan metabolisme kreatin fosfat menyebabkan miopati dan
tonus traktus intestinal meningkat.

Efek fisiologik, sebagai berikut :2

Pertumbuhan fetus, tidak cukupnya hormon tiroid menyebabkan lahirnya


bayi kreatin.

Efek konsumsi oksigen, panas dan pembentukan radikal bebas, dirangsang


oleh T3 melalui Na+K+ATPase disemua jaringan kecuali otak, testis dan

limpa.
Efek kardiovaskular, secara klinis terlihat sebagai naiknya curah jantung dan

takikardia.
Efek simpatik, sensitifitas terhadap katekolamin amat tinggi pada
hipertiroidisme dan sebaliknya pada hipotiroidisme.
5

Efek

Hematopoetik,

hipertiroidisme

kebutuhan

menyebabkan

akan

eritropoisis

oksigen
dan

meningkat

produksi

pada

eritropoitin

meningkat
Efek gastrointestinal, metabolisme usus meningkat pada hipertiroidisme dan
terjadi sebaliknya pada hipotiroidisme.

DEFINISI STRUMA NODOSA NON TOKSIK


Kelainan kelenjar tiroid dapat berupa gangguan fungsi atau perubahan
susunan kelenjar dan morfologinya. Struma atau goiter adalah setiap pembesaran
dari kelenjar tiroid.1,4
Pembesaran kelenjar tiroid (kecuali keganasan), menurut American society
for Study of Goiter membagi :5
1. Struma Non Toxic Diffusa
2. Struma Non Toxic Nodosa
3. Stuma Toxic Diffusa
4. Struma Toxic Nodosa
Istilah Toksik dan Non Toksik dipakai karena adanya perubahan dari segi
fungsi fisiologis kelenjar tiroid seperti hipertiroid dan hipotiroid, sedangkan istilah
nodosa dan diffusa lebih kepada perubahan bentuk anatomi.1
Struma nodosa non toksik adalah pembesaran dari kelenjar tiroid yang
berbatas jelas tanpa disertai dengan gejala-gejala hipertiroid.
Struma nodosa dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal :3,4
1. Berdasarkan jumlah nodul: bila jumlah nodul hanya satu disebut struma
nodosa soliter (uninodosa) dan bila lebih dari satu disebut multinodosa.

2.

Berdasarkan kemampuan menangkap iodium radioaktif: nodul dingin,


nodul hangat, dan nodul panas.

3. Berdasarkan konsistensinya: nodul lunak, kistik, keras, atau sangat keras.


Pada struma gondok endemik, Perez membagi klasifikasi menjadi:6

Derajat 0: tidak teraba pada pemeriksaaan

Derajat I: teraba pada pemeriksaan, terlihat hanya kalau kepala ditegakkan

Derajat II: mudah terlihat pada posisi kepala normal

Derajat III: terlihat pada jarak jauh.

Pada keadaan tertentu derajat 0 dibagi menjadi:


Derajat 0a: tidak terlihat atau teraba tidak besar dari ukuran normal.
Derajat 0b: jelas teraba lebih besar dari normal, tetapi tidak terlihat bila
kepala ditegakkan.

ETIOLOGI
Penyebab terbanyak dari struma non toksik adalah kekurangan iodium.
Akan tetapi pasien dengan pembentukan struma yang sporadis, penyebabnya
belum diketahui.1
Struma non toksik disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :7
1.

Kekurangan iodium: Pembentukan struma terjadi pada defisiensi


sedang iodium yang kurang dari 50 mcg/d. Sedangkan defisiensi berat iodium
adalah kurang dari 25 mcg/d dihubungkan dengan hipotiroidisme dan
kreatinisme.

2.

Kelebihan iodium: jarang dan pada umumnya terjadi pada


preexisting penyakit tiroid autoimun

3. Goitrogen :
Obat : Propylthiouracil, litium, phenylbutazone, amino-

glutethimide, expectorants yang mengandung iodium


Agen lingkungan : Phenolic dan phthalate ester derivative

dan resorcinol berasal dari tambang batu dan batubara.


Makanan, Sayur jenis Brassica (misalnya, kubis, lobak

cina, brussels kecambah), padi-padian millet, singkong, dan goitrin


dalam rumput liar.
4.

Dishormonogenesis: Kerusakan dalam jalur biosintesis hormon


kelejar tiroid

5.

Riwayat radiasi kepala dan leher : Riwayat radiasi selama masa


kanak-kanak mengakibatkan nodul benigna dan maligna.
Pada beberapa penderita struma nodosa, di dalam kelenjar tiroid timbul

kelainan pada sistem enzim yang dibutuhkan untuk pembentukan hormon tiroid.
Di antara kelainan-kelainan yang dapat dijumpai adalah:2
1. Defisiensi mekanisme pengikatan iodida, sehingga iodium dipompakan ke
dalam sel jumlahnya tidak adekuat.
2. Defisiensi sistem peroksidase, di mana iodida tidak dioksidasi menjadi
iodium.
3. Defisiensi penggandengan tirosin teriodinasi di dalam molekul tiroglobulin,
sehingga bentuk akhir dari hormon tiroid tidak terbentuk.

4. Defisiensi enzim deiodinase, yang mencegah pulihnya iodium dari tirosin


teriodinasi, yang tidak mengalami penggandengan untuk membentuk hormon
tiroid, sehingga menyebabkan defisiensi iodium.

Anda mungkin juga menyukai