LINGKUNGAN
Disusun Oleh ;
Nama : Haryoko Edi T
NRP : 055104004
BAB I
Tanah dan Batuan
Pengertian
Pengertian Tanah
Tanah adalah lapisan yang menyeliputi bumi antara litosfer (batuan yang membentuk
kerak bumi) dan atmosfer. Tanah adalah tempat tumbuhnya tanaman dan mendukung
kehidupan hewan dan manusia.
Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan tanaman dan organisme,
membentuk tubuh unik yang menyelaputi lapisan batuan. Proses pembentukan tanah
dikenal sebagai pedogenesis. Proses yang unik ini membentuk tanah sebagai tubuh alam
yang terdiri atas lapisan-lapisan atau disebut sebagai horizon tanah, di dalam proses
pembentukan tanah terjadi reaksi kimia dan fisika yang dapat di lihat dari sifat fisik tanah
tersebut.
Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan ruangan
partikel-partikel tanah yang bergabung satu dengan yang lain membentuk agregat dari
hasil proses pedogenesis.
Struktur tanah berhubungan dengan cara di mana, partikel pasir, debu dan liat relatif
disusun satu sama lain. Di dalam tanah dengan struktur yang baik, partikel pasir dan debu
dipegang bersama pada agregat-agregat (gumpalan kecil) oleh liat humus dan kalsium.
Ruang kosong yang besar antara agregat (makropori) membentuk sirkulasi air dan udara
juga akar tanaman untuk tumbuh ke bawah pada tanah yang lebih dalam. Sedangkan
ruangan kosong yang kecil ( mikropori) memegang air untuk kebutuhan tanaman.
Idealnya bahwa struktur disebut granular.
Kedalaman atau solum, tekstur, dan struktur tanah menentukan besar kecilnya air
limpasan permukaan dan laju penjenuhan tanah oleh air. Pada tanah bersolum dalam (>90
cm), struktur gembur, dan penutupan lahan rapat, sebagian besar air hujan terinfiltrasi ke
dalam tanah dan hanya sebagian kecil yang menjadi air limpasan permukaan (longsor).
Sebaliknya, pada tanah bersolum dangkal, struktur padat, dan penutupan lahan kurang
rapat, hanya sebagian kecil air hujan yang terinfiltrasi dan sebagian besar menjadi aliran
permukaan (longsor)
Pembentukan Agregat
Menurut Gedroits (1955) ada dua tingkatan pembentuk agregat tanah, yaitu:
1. Kaogulasi koloid tanah (pengaruh Ca2+) kedalam agregat tanah mikro
2. Sementasi (pengikat) agregat mikro kedalam agregat makro.
Teori pembentukan tanh berdasarkan flokulasi dapat terjadi pada tanah yang berada
dalam larutan, misal pada tanah yang agregatnya telah dihancurkan oleh air hujan atau
pada tanah sawah. Menurut utomo dan Dexter (1982) menyatakan bahwa retakan terjadi
karena pembengkakan dan pengerutan sebagai akibat dari pembasahan dan pengeringan
yang berperan penting dalam pembentukan agregat.
Dapat diambil kesimpulan bahwa agregat tanah terbentuk sebagai akibat adanya interaksi
dari butiran tunggal, liat, oksioda besi/ almunium dan bahan organik. Agregat yang baik
terbentuk karena flokuasi maupun oleh terjadinya retakan tanah yang kemudian
dimantapkan oleh pengikat (sementasi) yang terjadi secara kimia atau adanya aktifitas
biologi.
Macam macam struktur tanah
1. Struktu tanah berbutir (granular): Agregat yang membulat, biasanya diameternya tidak
lebih dari 2 cm. Umumnya terdapat pada horizon A yang dalam keadaan lepas disebut
Crumbs atau Spherical.
2. Kubus (Bloky): Berbentuk jika sumber horizontal sama dengan sumbu vertikal. Jika
sudutnya tajam disebut kubus (angular blocky) dan jika sudutnya membulat maka disebut
kubus membulat (sub angular blocky). Ukuranya dapat mencapai 10 cm.
3. Lempeng (platy): Bentuknya sumbu horizontal lebih panjang dari sumbu vertikalnya.
Biasanya terjadi pada tanah liat yang baru terjadi secara deposisi (deposited).
4. Prisma: Bentuknya jika sumbu vertikal lebih panjang dari pada sumbu horizontal. Jadi
agregat terarah pada sumbu vertikal. Seringkali mempunyai 6 sisi dan diameternya
mencapai 16 cm. Banyak terdapat pada horizon B tanah berliat. Jika bentuk puncaknya
datar disebut prismatik dan membulat disebut kolumner.
Komponen Aktif Tanah
Tekstur tanah tersusun dari tiga komponen, yaitu: pasir, debu dan liat. Ketiga komponen
tersebut dibedakan berdasarkan ukurannya yang berbeda. Partikel pasir berukuran antara
200 mikrometer sampai dengan 2000 mikrometer. Partikel debu berukuran antara 2
mikrometer sampai dengan kurang dari 200 mikrometer. Partikel liat berukuran kurang
dari 2 mikrometer. Makin halus ukuran partikel penyusun tanah tersebut akan memiliki
luas permukaan partikel per satuan bobot makin luas. Partikel tanah yang memiliki
permukaan yang lebih luas memberi kesempatan yang lebih banyak terhadap terjadinya
reaksi kimia. Partikel liat persatuan bobot memiliki luas permukaan yang lebih luas
dibandingkan dengan kedua partikel penyusun tekstur tanah lain (seperti: debu dan pasir).
Reaksi-reaksi kimia yang terjadi pada permukaan patikel liat lebih banyak daripada yang
terjadi pada permukaan partikel debu dan pasir persatuan bobot yang sama. Dengan
demikian, partikel liat adalah komponen tanah yang paling aktif terhadap reaksi kimia,
sehingga sangat menentukan sifat kimia tanah dan mempengaruhi kesuburan tanah.
Pengertian Batuan
Batuan adalah agregat padat dari mineral, atau kumpulan yang terbentuk secara alami
yang tersusun oleh butiran mineral, gelas, material organik yang terubah, dan kombinasi
semua komponen tersebut.
Sifat sifat massa batuan
Suatu penguraian dan klasifikasi yang baik atas massa batuan dapat memberikan banyak
informasi perihal segala diskontinuitas tersebut.
Beberapa diskontinuitas
Penglapisan = anisotropi planar primer dalam batuan. Lapisan sdimenter seringkali
bercirikan lapisan lapisan berbentukpelat yang berselang seling secara tidak
beraturan.
Foliasi = istilah yang biasa digunakan dalam bidang bidang dalam batuan yang telah
mengalami perubahan bentuk. Foliasi deformasi ( berbeda dengan penglapisan ) adalah
homogen dan dapat ditembus.
Diklas ( katon ) = retakan retakan planar dalam batuan. Tiada perpindahan bongkah
bongkah batuan disisi sisi diskontinuitas.
Patahan = idem, terdapat perpindahan disisi sisi diskontinuitas.
Kuat geser diskontinuitas
Dengan batuan sebuah field shear box, kita dapat menentukan kuat - geser sebuah
bidang diskontinuitas tertentu. Suatu contoh batuan, yang mengandung diskontinuitas
tersebut.Andaikan suatu proyek rekayasa menyebabkan terjadinya sebuah tegangan yang
lebih besar daripada yang ditimbulkan oleh kuat geser dalam arah diskontinuitas,
hendaknya diadakan tindakan seperlunya untuk mencegah terjadinya keruntuhan.
Klasifikasi massa batuan
Terdapat berbagai sistem klasifikasi massa batuan. Untuk memperoleh sebuh gambaran
dari keterangan keterangan yang biasa dignakan, dibawah ini diberikabn secara
skematis sebuah ikhtisar dari sistem klasifikasi berdasarkan bieniawsk.
1. kuat tekan ( u. c.s. atau beban titik ) dari material batuan.
2. nilai ROD
3. Jarak antara diskontinuitas
4. Kondisi diskontnuitas
5. Orientasi diskontinuitas
6. Kondisi air tanah
Dalam melakukan penelitian terhadap sifat sifat geoteknis batuan hendaknya kita tidak
mengesampingkan pengaruh skala. Pembedaan antara material batuan dan massa batuan
adalah penting dalam mempertimbangkan suatu percobaan terhadap batuan.
Untuk dapat memperoleh gambaran yang memedai tentang materil batuan harus ada
suatu ketentuan (langsung ataupun tidak ) tentang susunan dan strukur ( nama
geologis),kuat tekan, prilaku depormasi porositas, krapatan, katahanan. Sifat seperti
kekuatan, prilaku depormasi dan permebilitas dari massa batuan banyak ditentukan oleh
diskontinuitas.
BAB II
Sifat Fisika Kimia Tanah dan Batuan
Pendahuluan
Mekanika batuan dan tanah dari material-material geologis bisa sedemikian rumitnya
sehingga penentuan perilaku deformasi tidak akan menguntungkan dan tidak perlu
dilakukan,ada kalanya cukup hanya mngadakan percobaan sederhana dengan tidak secara
tidak langsung untuk menentukan nilai-nilai kekuatan dan deformasi.akan tetapi kita
harus selalu memperhitungkan kemungkinan trjadinya pelapukan, baik pelapukan
mekanis maupun kimiawi.
Sifat-sifat material geologis yang umumnya penting dalam geologi teknik adalah :
udara. Korosi yang terjadi pada logam besi dan baja dinamakan karat. Korosi yang terjadi
pada logam sangat berbahaya.
Contohnya : jika sepeda yang kita naiki berkarat hingga keropos, sepeda itu bisa patah.
Contoh lainnya : korosi pada peralatan makan atau dapur dapat membahayakan
kesehatan, maka sekarang peralatan makan dan dapu dibuat dari stainless steel yaitu
paduan besi, nikel dan krom. Logam paduan ini tidak mengalami korosi
Sifat-sifat material batuan
Material batuan bisa sangat berbeda-beda.Bisa saja suatu jenis batuan sifat-sifatyang
bervariasi.Seperti porisitas, permeabilitas,kerapatan, kekuatan,ketahanlamaan,dapat
memberikan informasi geoteknis.Dalam setiap sistem klasifikasi yang berkaitan dengan
bidang rekayasa,sifat-sifat tersebut hendaknya diatur dan di jelaskan dengan teknik
diagnostik yang sederhana..Percobaan yang dilakukan secara luas di laboratorium biasa
sangat mahal dan sukar untuk digunakan di lapangan.Dalam bagian-bagian berikutnya
lebih dulu dibicarakan sebuah klasifikasi yang didasasrkan pada kekuatan,setelah itu akan
diuraikan beberapa sipat lainnya yang dapat dikenakan pada contoh batuan.
Kekuatan material batuan
Untuk keperluan geologi- teknik,uji kuat-tekan berporos tunggal pada tekanan kamar
(u.c.s.=unconpined compressive setrength)merupakan cobaan yang paling pentinguntuk
mengetahui sifat-sifat material batuan.Percobaan ini kata lakukan dengan menempatkan
sebuah contoh batuan yang berbentuk silinderes ( panjang: diameter = 2;1 )dalam sebuah
bangku-tekan dan kemudian berlahan-lahan menekan piston hingga cntoh tersebut
hancur.
Sebuah versi yang telah disampaikan dan banyak perinsip tumbukan palu adalah paluschmidt.Sebuh metode tiak langsung yang paling banyak digunakan untuk mengetahui
kuat takan suatu materia, adalah metode baban titik ( poin load strenght.
Perilaku deformasi
Ketentuan kuat- tekan ( u.c.s ) memeng tepat untuk klasifikasi material batuan, tetapi
tidak memberikan sebuah gambaran lengkap mengenai prilaku deformasi batuan. Sebuah
batuan yan g berprilaku sebagai suatu material berelastisitas sempurna, yang dalam
kehilangan ketahanannya bersifat agak getas, akan menimbulkan masalah teknis yang
berbeda dibanding sebuah material yang menjelang kehilangan ketahanannya didahului
oleh faseliat ( ductile ).
Uji coba kuat tekan sudah dapat memberikan sedikit informasi tentang prilaku deformasi
( stress strain behaviour )dari suatu material.
Sifat sifat lain dari material batuan
Dengan demikian, penentuan porositas dapat memberikan petunjuk yang baik tentang
kualitas sebuah batuan.
Kerapatan batuan lebih bervariasi dibanding kerapatan tanah. Penentuan kerapatan
merupakan suatu hal yang penting kerapatan batuan dapat menentukan tegangan yang
dialami batuan jika batuan ini digunakan untuk membentangi sebuah lubang bawah
tanah, kerapatan yang lebih tinggi berarti daya tahan yang lebih pendek.
Permeabilitas suatu material batun merupakan hal penting pada banyak proyek teknis
( pemompaan air, minyak, atau gas dari atau kedalam sebuah informasi yang
Material adalah batuan, tanah, zat cair (air, terkadang gas atau minyak).
Sifat-sifat material adalah sifat-sifat geoteknis dari material ( pada umumnya ditentukan
di laboratorium).
Struktur massa tanah pada kenyataannya adalah struktur geologis dari lahan
pembangunan, meliputi adanya berbagai material geologis dalam lapisan-lapisan atau
gang-gang (melipat ataupun tidak) serta patahan-patahan dan diaklas yang melintasi
massa batuan.
Massa tanah adalah volume tanah yang dipengaruhi oleh bangunan, atau yang
berpengaruh terhadap bangunan tersebut.
Sifat-sifat massa tanah adalah sifat-sifat geoteknis yang dimiliki massa tanah.terkadang
semua ini dapat ditentukanb oleh percobaan di lapangan (kekuatan, permeabilitas).
Penelitian lapangan yang harus dilakukan seorang insinyur geologi sangat tergantung dari
sifat proyek sipil yang bersangkutan. Kita dapat membedakan proyek linier dan proyek
lokal. BebErapa contoh proyek linier adalah jalan, jalur pipa, kanal, dan terowongan.
Beberapa contoh proyek lokal adalah pembuatan bendungan, bangunan besar, sentral inti,
reservoar, dan gudang bawah tanah.
BAB III
Kajian Geoteknik
Investigasi Geologi dan Geoteknik
Investigasi dengan pengeboran atau penggalian (termasuk pengujian in- situ), teknik
geofisika dan pengujian laboratorium dilakukan untuk menentukan stratigrafi dan
struktur daerah tapak dan untuk menentukan ketebalan, kedalaman, kemiringan dan sifat
statik dan dinamik berbagai lapisan bawah-permukaan, yang nantinya diperlukan untuk
model rekayasa (Rasio Poisson, Modulus Young, Modulus Geser, densitas, kepadatan
relatif, kuat geser, karakteristik konsolidasi dan pemuaian, distribusi ukuran butiran, dan
sebagainya.) Metode geoteknik banyak dipakai dan bermacam-macam jenisnya.
Tergantung kepada materi dan hasil apa yang dicari. Misalnya metode geolistrik, seismik,
resistivity. Elektromagnetik dsb. Penggunaan teknik tes pit atau sumur uji dan trenching
atau parit uji juga sering banyak dipakai guna melihat lebih jelas tentang penyebaran
material untuk selanjutnya diadakan pemboran. Di awal biasanya cukup dengan
menggunakan bor tangan dan nanti baru menggunakan bor mesin dengan spasi pemboran
lebih detail.
Pemboran
Pemboran dapat memberikan informasi data mengenai keadaan bawah tanah melalui
garis lubang pemboran. Pemboran dapat dilakukan secara vertikal maupun menyudut.
Dari sebuah pemboran dibuat sebuah laporan pemboran. Pemboran dalam tanah yang
sering digunakan dalam tanah adalah pemboran dengan bor spiral atau gerek
( auger drilling) dan pemboran secara pengurasan ( wash flus boring). Di samping itu
digunakan pula teknik bor puls dan pengeboran secara rotasi . Diluar negeri,
seringkali merupakan hal yang penting untuk menentukan batas antara batuan yang tidak
lapuk dan batuan lapuk dan tanah.
Teknik bor tangan: sebuah bor kita putar atau kita desak dengan tangan
kedalam tanah (jenis; bor sekrup,bor tusuk,bor sendok).Dengan cara seperti ini, kita
dapat memperoleh pasir-pasir (diatas permukaan air-tanah)dan lempung atau gambut
(juga dibawah permukaan air-tanah)yang berkualitas dengan baik.Dengan
menggunakan pipa-sedot Van der staaykita dapat mengambil contoh pasir hingga
kedalaman 10 m dibawah permukaan air tanah.
Sistem bor kuras: dengan bantuan sebuah tombak- semprot (jika perlu
diberi sebuah pahat dibagian bawahnya),kita dapat menembus tanah.sering kali untuk
mencegah kemungkinan terjadinya runtuhan, lubang bor kita beri sebuah selubung
( casing). Metode straight_flush (kedalaman maksimal 65m, diameter 65 mm)cukup
cepat, namun sukar bagi kita untuk menentukan sifat material-materialyang berada di
bawah dengan jalan meneliti bagian-bagian kecil yang terangkat ke atas bersamasama dengan kurasan bor. Untuk ini , lebih baik digunakan sistem counter-flush .
pada sistem ini, contoh-contoh yang terganggu dapat diambil dari kedalaman yang
sudah ditentukan dengan cermat ( kedalaman maksimal 30 m, diperlikan pipa-pipa
khusus)
Pemboran dengan puls : dalam pipa-pipa bor yang didesak kedalam tanah,
material dikeluarkan dengan sebuah puls. Puls ini terdiri dari sebuah pipa yang
panjangnya 1 15 mdan di bagian bawahnya diberi sebuah ujung pemotong. Di
bagian atas dari tepi potong tersebut terdapat sebuah katup horizontal, yang menjaga
agar tanah yang sudah terambil tidak dapat jatuh dari puls.
gelombang yang terpantulkan dari semua interface antar lapisan di bawah permukaan.
Analisis yang dipergunakan dapat disamakan dengan echo sounding pada teknologi
bawah air, kapal, dan sistem radar. Informasi tentang medium juga dapat diekstrak dari
bentuk dan amplitudo gelombang pantul yang direkam. Struktur bawah permukaan dapat
cukup kompleks, tetapi analisis yang dilakukan masih sama dengan seismik bias, yaitu
analisis berdasar kontras parameter elastisitas medium.
Metode Pantul
Keunggulan
Kelemahan
Karena lokasi sumber dan
penerima yang cukup lebar
untuk memberikan citra bawah
permukaan yang lebih baik,
maka biaya akuisisi menjadi
lebih mahal.
geolistrik
Metode geolistrik memanfaatkan variasi harga resistivitas untuk mengetahui struktur
geologi bawah permukaan, sehingga dapat diterapkan dalam pencarian reservoir air,
pencemaran air tanah, dan eksplorasi geothermal. Penelitian diiakukan dalam dalam
bentuk
studi pemodelan fisika. Pengukuran resistivitas struktur lapisan menggunakan metode
geolistrik tahanan jenis dengan konfigurasi Schlumberger, Wenner, dan Dipole-dipole.
Data yang diperoleh diolah dengan program RESIS2D. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa metode geolistrik resistivitas dapat mendeteksi resapan limbah cair dalam tanah,
konfigurasi Schlumberger, Wenner dan Dipole-dipole dapat digunakan mendeteksi
resapan limbah dalam tanah, sedangkan metode yang paling baik: dalam mendeteksi
resapan limbah adalah metode Schlumberger dan Wenner
dijadikan dasar bagi pendugaan keadaan geologi yang mungkin. Metode magnetik
memiliki kesamaan latar belakang fisika dengan metode gravitasi, kedua metode samasama berdasarkan kepada teori potensial, sehngga keduanya sering disebut sebagai
metoda potensial. Namun demikian, ditinjau dari segi besaran fisika yang terlibat,
keduanya mempunyai perbedaan yang mendasar. Dalam magnetik harus
mempertimbangkan variasi arah dan besar vektor magnetisasi. sedangkan dalam gravitasi
hanya ditinjau variasi besar vektor percepatan gravitasi. Data pengamatan magnetik lebih
menunjukan sifat residual yang kompleks. Dengan demikian, metode magnetik memiliki
variasi terhadap waktu jauh lebih besar. Pengukuran intensitas medan magnetik bisa
dilakukan melalui darat, laut dan udara. Metode magnetik sering digunakan dalam
eksplorasi pendahuluan minyak bumi, panas bumi, dan batuan mineral serta serta bisa
diterapkan pada pencarian prospeksi benda-benda arkeologi.
Sebuah perkembangan baru, yang cukup memberikan harapan, adalah munculnya metode
elektromagnetik. Berbeda dengan metode hambatan elktrik yang pembagian arusnya di
bawah tanah kita ukur dengan bantuan elektroda potensial, metode elektronik diukur oleh
medan magnetik yang digerakkan oleh arus listrik. Jika arus bolak-balik dihantarkan
dengan frekuensi beberapa ratus KHz, maka medan magnetik dapat kita deteksi dengan
sbuah kumparan magnetik. Alat yang dapat kita bawa ke lapangan disebut terrain
konduktivity meter (yaitu pipa sepanjang 4 meter dengan sebuah generator di satu sisi dan
sebuah detektor di sisi lain).
4. Metode Geolistrik (Metode Resistivitas)
Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang mempelajari sifat aliran
listrik di dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya di permukaan bumi. Dalam hal
ini meliputi pengukuran potensial, arus dan medan elektromagnetik yang terjadi baik
secara alamiah ataupun akibat injeksi arus ke dalam bumi. Ada beberapa macam metoda
geolistrik, antara lain : metode potensial diri, arus telluric, magnetoteluric,
elektromagnetik, IP (Induced Polarization), resistivitas (tahanan jenis) dan lain-lain.
Dalam bahasan ini dibahas khusus metode geolistrik tahanan jenis. Pada metode
geolistrik tahanan jenis ini, arus listrik diinjeksikan ke dalam bumi melalui dua elektroda
arus. Kemudian beda potensial yang terjadi diukur melalui dua elektroda potensial. Dari
hasil pengukuran arus dan beda potensial untuk setiap jarak elektroda yang berbeda
kemudian dapat diturunkan variasi harga hambatan jenis masing-masing lapisan di bawah
titik ukur (sounding point). Metoda ini lebih efektif jika digunakan untuk eksplorasi yang
sifatnya dangkal, jarang memberikan informasi lapisan di kedalaman lebih dari 1000 feet
atau 1500 feet. Oleh karena itu metode ini jarang digunakan untuk eksplorasi munyak
tetapi lebih banyak digunakan dalam bidang engineering geology seperti penentuan
kedalaman batuan dasar, pencarian reservoar air, juga digunakan dalam eksplorasi
geothermal. Berdasarkan letak (konfigurasi) elektroda-elektroda arus, dikenal beberapa
jenis metode resistivitas tahanan jenis, antara lain :
1. Metode Schlumberger
2. Metode Wenner
3. Metode Dipole Sounding
5. Metode Elektromagnetik VLF (Very Low Frequency)
Salah satu metode yang banyak digunakan dalam prospeksi geofisika adalah
metode elektromagnetik. Metode elektromagnetik biasanya digunakan untuk eksplorasi
benda-benda konduktif. Perubahan komponen-komponen medan akibat variasi
konduktivitas dimanfaatkan untuk menentukan struktur bawah permukaan. Medan
elektromagnetik yang digunakan dapat diperoleh dengan sengaja membangkitkan medan
elektromagnetik di sekitar daerah observasi, pengukuran semacam ini disebut teknik
pengukuran aktif. Contoh metode ini adalah Turam elektromagnetik. Metode ini kurang
praktis dan daerah observasi dibatasi oleh besarnya sumber yang dibuat. Teknik
pengukuran lain adalah teknik pengukuran pasif, teknik ini memanfaatkan medan
elektromagnetik yang berasal dari sumber yang tidak secara sengaja dibangkitkan di
sekitar daerah pengamatan. Gelombang elektromagnetik seperti ini berasal dari alam dan
dari pemancar frekuensi rendah (15-30 Khz) yang digunakan untuk kepentingan navigasi
kapal selam. Teknik ini lebih praktis dan mempunyai jangkauan daerah pengamatan yang
luas.
BAB IV
Bencana Alam
Pengertian Bencana
Ada beberapa pengertian atau definisi tentang bencana (disaster). Mengacu pada UU No.
24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, bencana dapat didefinisikan sebagai
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Peristiwa atau
rangkaian peristiwa tersebut dapat disebabkan oleh faktor alam dan/atau faktor non-alam
maupun faktor manusia.
Besar-kecilnya bencana sangat ditentukan oleh interaksi antara faktor ancaman bahaya
dan kerentanan. Bencana akan besar jika faktor ancaman bahaya dan kerentanan samasama besar. Faktor kerentanan merupakan faktor kunci yang dapat menentukan besar
-kecilnya bencana yang akan terjadi. Misalnya dengan asumsi bahwa faktor ancaman
bahayanya besarnya sama, maka bencana akan besar kalau terjadi di daerah dengan
kerentanan yang tinggi/ besar. Sebaliknya bencana akan kecil kalau terjadi di daerah
dengan kerentanan rendah/kecil.
Ancaman bahaya dapat didefinisikan sebagai suatu peristiwa (sudah terjadi atau belum
terjadi) yang mempunyai potensi untuk menimbulkan korban jiwa, kerugian materi,
kerusakan infrastruktur, kerusakan lingkungan, dampak sosial dan psikologis. Dalam
kasus bencana alam, ancaman bahaya merupakan produk dari suatu peristiwa alam
(natural event) yang mempunyai potensi untuk menimbulkan bencana. Contoh dari
ancaman bahaya diantaranya adalah getaran tanah akibat gempa, gelombang laut akibat
tsunami, dan aliran lava akibat letusan gunungapi.
Sementara itu kerentanan dapat diartikan sebagai suatu kondisi (fisik, geografis,
ekonomi, politik, sosial, budaya, teknologi) masyarakat di suatu wilayah untuk jangka
waktu tertentu yang mengurangi kemampuan alam dan masyarakat dalam menghadapi
ancaman bahaya. Contoh dari kerentanan antara lain adalah suatu bukit yang gundul dan
terjal akan rentan terhadap bencana longsor.
Macam bencana alam
Berdasarkan sumber penyebabnya bencana alam dapat dibedakan menjadi dua, yaitu oleh
alam dan ulah manusia. Banjir, tsunami, gempa bumi, gunung meletus dan angin ribut
adalah contoh-contoh bencana yang diakibatkan oleh alam. Sedangkan tanah longsor,
kabut asap, dan bajir merupakan contoh dari bencana alam yang diakibatkan oleh ulah
manusia.
Berdasarkan proses terjadinya bencana alam dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu proses
geologi, perubahan iklim dan biologi. Proses geologi adalah proses bencana yang terjadi
akibat perubahan batuan bumi yang dapat dibedakan menjadi proses endogen dan
eksogen. Proses endogen adalah proses bencana yang terjadi dimulai dari dalam bumi,
misalnya gempa tektonik, gempa vulkanik dan tsunami. Sedangkan proses eksogen
adalah proses bencana yang dipengaruhi oleh faktor-faktor dari permukaan atau luar
bumi, contohnya adalah abrasi dan tanah longsor. Bencana alam juga dapat disebabkan
oleh perubahan iklim, seperti badai, puting beliung, intrusi air laut dan pemanasan global.
Sedangkan bencana alam yang disebabkan oleh proses biologi contohnya adalah
eutrofikasi (Armanto et al., 2007).
Potensi bencana alam yang mungkin terjadi adalah: tsunami, gempa bumi, letusan
gunungapi, longsor, banjir, kekeringan, abrasi, dan intrusi air laut (Priatna, 2007).
Gempa bumi terjadi karena pelepasan energi secara tiba-tiba pada zona penunjaman dan
pada patahan aktif yang menyebabkan getaran partikel tanah dan batuan serta
menimbulkan goncangan. Sedangkan tsunami terjadi karena gelombang tinggi terbentuk
akibat gempa bumi berkekuatan besar (>M6), pusat gempabumi dibawah laut dan
dangkal (<30Km) atau letusan gunungapi bawah laut. Namun tidak semua kejadian
gempabumi menimbulkan tsunami. Tsunami begitu membahayakan sebab gelombang air
laut semakin meninggi di perairan yang semakin dangkal, pasang naik pasang surut air
laut terjadi sangat cepat, dan yang mengerikan adalah dinding gulungan air yang
membawa bebatuan dan kayu-kayu berat. Gulungan air yang masuk ke daratan bisa
mencapai 35 meter (Muripto, 2007). Kejadian tsunami belum dapat di ramal secara pasti,
sehingga upaya yang dilakukan adalah penataan kawasan pesisir pantai (Priatna, 2007).
Gunung meletus disebabkan pelepasan energi secara tiba-tiba pada akibat tekanan oleh
naiknya fluida (magma, gas dan uap air) menuju ke permukaan. Jenis Letusan Gunungapi
dalah magmatik letusan disertai oleh keluarnya magma atau gas yang berasal dari magma
dengan kekuatan tekanan besar, freatik letusan yang di dominasi oleh uap air dan freato
magmatik campuran keduanya.
Kejadian tsunami tidak bisa di ramal, sehingga upaya yang dilakukan adalah penataan
kawasan pesisir pantai dan peningkatan pemahaman masyarakat yaitu dengan green
belt/jalur hijau, pembuatan jalur evakuasi, penentuan lokasi evakuasi, pembuatan
tembok pemecah gelombang. Selain itu mitigasi bencana alam juga perlu ditanamkan.
Mitigasi adalah Upaya/ langkah-langkah memperkecil dampak bencana. Bencana adalah
rangkaian peristiwa yang menyebabkan korban jiwa, kerusakan/hilangnya harta benda,
merusak lingkungan, mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat, sedangkan
bencana geologi adalah bencana yang disebabkan oleh dinamika geologi seperti antara
lain letusan gunungapi, gempabumi, tsunami dan gerakan tanah/tanah longsor (Priatna,
2007).
Bencana geologi adalah bencana alam yang terjadi sebagai akibat proses alamiah yang
menimpa manusia yang berada di wilayah tersebut sehingga menimbulkan kerugian, baik
kerugian material berupa harta benda ataupun korban jiwa. Bencana geologi dapat
menimpa manusia karena kurang pedulinya manusia dalam memahami sifat-sifat dan
karakter dari kondisi geologi setempat.
Potensi bencana geologi yang terdapat di suatu lahan/wilayah sangat ditentukan oleh
kondisi geologi yang menempati lahan/wilayah tersebut. Lahan yang berada di areal
dataran dan berdekatan dengan bantaran sungai atau muara sungai akan berpotensi
terkena bencana banjir, sedangkan lahan yang berada di daerah pegunungan akan
berpotensi terhadap bencana longsoran dan erosi. Disamping itu kondisi geologi seperti
jenis batuan, struktur geologi, dan patahan aktif serta seismisitas akan berpengaruh
terhadap kemungkinan bencana geologi. Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi
potensi bencana geologi adalah tutupan lahan, pemanfaatan lahan dan eksploitasi lahan
yang melebihi daya dukung suatu lahan.
Pengelolaan Bencana Alam
Upaya penanggulangan bencana alam sudah semestinya harus didasarkan pada suatu
konsep pengelolaan atau manajemen bencana (disaster management). Manajemen
bencana dapat diartikan sebagai seluruh rangkaian kegiatan pengelolaan yang meliputi
aspek perencanaan dan penanganan bencana, yang dilakukan pada saat sebelum bencana
terjadi (pre-disaster), pada saat/sesaat setelah bencana (disaster), dan pada saat setelah
bencana (post-disaster). Rangkaian kegiatannya sebaiknya bersifat kontinyu, saling
terkait serta merupakan suatu siklus kegiatan.
Siklus rangkaian kegiatan dalam manajemen bencana biasanya mencakup beberapa
tahap, yaitu: (1) Pencegahan (prevention),
(2) Mitigasi (mitigation), (3) Kesiapsiagaan (preparedness), (4) Tanggap darurat
(emergency response), dan (5) Pemulihan (recovery). Dalam beberapa literatur (misalnya
Carter, 1992; Tobin and Montz, 1997) setelah tahap pemulihan ditambahkan satu tahap
lagi yaitu tahap (6) Pembangunan (development).
BAB V
Kajian Geoteknik untuk Bendungan
Umum
Tujuan penelitian dan penyelidikan geologi teknik untuk memperoleh informasi
keteknikan berkaitan dengan penempatan pondasi bendungan agar cukup kuat, tahan
lama, efisien, memiliki tinggi tampungan dan tidak terjadi rembesan air yang tidak
membahayakan konstruksi bangunan yang akan dibangun sehingga waduknya dapat
menyimpan air untuk waktu yang lama.
Ada beberapa pekerjaan geologi teknik yang dilakukan dalam perencanaan ini, antara lain
:
a. Pemetaan Geologi Permukaan
Dilaksanakan dengan melakukan identifikasi dan memperoleh informasi
keteknikan geologi di sekitar pondasi dan melakukan pengukuran strike/dip
singkapan, pengukuran struktur yang dilengkapi data pemboran inti, sondir,
paritan uji dan sumuran uji serta pengujian laboratorium.
b. Pemboran inti
Dilakukan dengan memilih titik bor tegak lurus dan sejajar dengan poros waduk,
untuk mengetahui informasi geologi teknik bawah permukaan atau sekitar
pondasi bendungan.
c. Sondir
Pekerjaan sondir, dimaksudkan untuk mengetahui kedalaman lapisan keras serta
sifat/kemampuan daya dukung maupun daya lekat tanah di setiap kedalaman .
Pekerjaan dilaksanakan sebanyak 4 (empat) titik S.1, S.2, S.3 dan S.4 dilakukan
dengan mengunakan alat Dutch Cone Penetrometer, lengkap dengan biconus jenis
Bagemann yang memiliki kapasitas 250 kg/cm2, manometer, stang dan anker.
Secara teknis pembacaan manometer dilakukan 3 kali.
Dari hasil pembacaan akan diperoleh :
3
hambatan lekat (HL0 dihitung dengan rumus HL = (JP PK) A/B
dimana
perlawanan.
HL ( I = ked.Lapisan)
0
d. Sumuran Uji
Pekerjaan test pit/sumuran uji dilakukan dengan peralatan cangkul, linggis dan
skop untuk membuat galian dengan ukuran panjang = 125 cm, lebar 125 cm dan
kedalaman mencapai batuan dasar atau lapisan batuan yang keras. Dibuat
sebanyak 3 buah test pitting tersebar sesuai dengan peta lokasi penyelidikan
geologi dan mekanika tanah.
Hasil pekerjaan sumuran uji adalah berupa pengamatan dan pemerian lapisan
yang dijumpai dari permukaan sampai batuan dasar dan hasilnya digambarkan
dalam bentuk log tes pit (lampiran Log tes pit, TP.1, TP.2, di lakukan di lokasi
Borow Area).
Dari hasil penggalian dilakukan pengambilan contoh (tanpa menyertakan bagian
atasnya/penutupnya) dimasukkan ke dalam karung seberat kurang lebih 50 kg
untuk dilakukan uji laboratorium.
e. Borrow Area
Pekerjaan pemboran tangan dilakukan sebanyak 3 (tiga) titik menggunakan
peralatan bor tangan lengkap dengan penumbuk, auger, pahat dan tabung
undisturb. Pelaksanaan pekerjaan bor tangan berada pada rencana tanggul (BT.1,
BT.2. BT.3) dan rencana jalur saluran dilakukan hingga mencapai batuan
dasar/lapisan batuan keras dan hasilnya digambarkan dalam bentuk Log
Pemboran Tangan untuk setiap lobang bor.
Lapisan/contoh tanah/batuan hasil pemboran tangan dilakukan pemerian dari
bagian atas sampai mencapai batuan dasar dan hasilnya digambarkan dalam
bentuk Log Pemboran Tangan untuk setiap lobang bor .
Selanjutnya pada setiap perubahan lapisan diusahakan dapat diambil contoh tanah
tidak terganggu/undisturb sampling untuk dilakukan pengujian laboratorium.
f. Pengujian Laboratorium
Uji laboratorium dilakukan untuk 4 contoh tidak terganggu/tabung dari pemboran
inti, 3 contoh dari pemboran tangan dan 3 (Tiga) karung contoh terganggu untuk
pengujian proctor dari test pit/sumuran uji.
Contoh tanah dari pemboran inti dilakukan pengujian sifat fisik dan sifat
keteknikan yang mencakup sebagai berikut :
No Jenis Pengujian
1
2
3
4
5
Natural Moisture
Specific Gravity
Atterberg Limit
Grain size analiysis
Triaxial : UU dan CU
Banyak
(x)
8
8
8
8
8
Keterangan
-
Untuk contoh tanah terganngu yang diambil dari sumuran uji sebanyak 2 (dua)
contoh , maka dilakukan pengujian laboratorium yang mencakup sebagai berikut :
6
Natural contentDensity
7
Water content
8
Atterberg limit
9
Unconfined test
10
Triaxial UU dan CU
11
Analisa Hidrometer
12
Konsolidasi
Untuk contoh dari batuan dilakukan pengujian terhadap
13
Petrografi
14
Abrasion
15
Daya tahan terhadap larutan sulfat
Masing masing untuk sebanyak 5 contoh
Sedang untuk contoh terganggu dari sumuran uji dilakukan uji :
16
Compaction
Kapasitas Tampungan dan Luas Genangan Waduk
Analisis kapasitas genangan dilakukan untuk mendapatkan gambaran kapasitas
tampungan/genangan dan juga luas daerah genangan yang diusulkan. Kapasitas
tampungan/genangan dapat dicari dengan memakai bantuan data kontur topografi yang
didapat dari hasil survey topografi.
Sedimentasi Waduk
Perhitungan sedimen yang masuk waduk akan menentukan besarnya tampungan mati.
Tampungan mati ini perlu diperhatikan karena secara alamiah waduk akan terisi oleh
sedimen yang akan mempengaruhi volume efektif waduk yang akan bisa digunakan..
Setiap bendungan atau waduk pada akhirnya akan terisi oleh sedimen. Untuk menentukan
umur ekonomis waduk, maka perlu dihitung seberapa banyak sedimen yang akan
terperangkap di dalam waduk selama waktu tersebut. Volume waduk yang dicadangkan
untuk menampung sedimen tersebut dinamakan sebagai tampungan mati atau dead
storage.
Ada beberapa metode dalam menentukan besarnya sedimen yang masuk waduk. Salah
satu metode yang paling sesuai adalah dengan metode sedimen sampling data, di mana
digunakan data pengukuran sedimen di lokasi rencana waduk yang dilaksanakan dalam
kurun waktu tertent